Pengembangan agen fitoterapi tanaman Blimbing wuluh (AverrhoabilimbiL.) & Daun tapak dara (Catharanthusroseus G) sebagai agen hipoglikemik

(1)

LAPORAN HIBAH BERSAING

Pengembangan agen fitoterapi tanaman Blimbing wuluh (AverrhoabilimbiL.) & Daun tapak dara (Catharanthusroseus G) sebagai agen hipoglikemik

Oleh

Dr.dr. EM Sutrisna,M.Kes NIDN.0620087001 Tanti AzizahS.MSc.Apt

NIDN.0605087601 Dibiayai oleh:

Koordinasi Perguruan tinggi wilayah VI, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sesuai dengan surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian no: 008/K6/KL/SP/2013, tanggal 16 Mei

2013

UniversitasMuhammadiyah Surakarta November 2013


(2)

(3)

RINGKASAN

Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) & Daun tapakdara (Catharanthusroseus G) dalam penelitian sebelumnya telah terbukti mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur Wistar yang diindukasi aloksan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi kedua ekstrak tersebut dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Sebanyak 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol Postiif, kelompok kedua merupakan kontrol negatif, Kelompok III, IV dan V merupakan kelompok kombinasi ekstrak blimbing wuluh dan daun tapak dara. Semua tikus di timbang berat badannya pada hari 0, kemudian diinduksi aloksan dengan dosis 150 mg/kbBB IP. Hari 5 Semua tikus diukur kadar glukosa darahnya. Tikus dengan Kadar glukosa darah >200mg/dL digunakan untuk penelitian selanjutnya. Kelompok I diberi Glibenklamid dosis 0,126 mg/200g BB po, Kelompok II diberi CMC Na dosis 2ml/200g po, Kelompok III diberi ekstrak kombinasi blimbing wuluh 40mg/200gbb dan tapak dara dosis 40mg/200gbb, Kelompok IV diberi ekstrak kombinasi blimbing wuluh 40mg/200gbb dan tapak dara dosis 80mg/200gbb dan kelompok V diberi ekstrak kombinasi blimbing wuluh 80mg/200gbb dan tapak dara dosis 40mg/200gbb, dengan menggunakan spuit needle feeding peroral selama 15 hari berturut-turut. Setiap hari tikus juga diberi minum glukosa 40% 2mL po. Pada hari ke 0, semua tikus dikur kadar glukosa, ureum dan kreatinin. Pada hari ke 5; 7; 9; 13 diukur kadar glukosa darah saja. Pada hari ke 19 semua kelinci diukur kadar glukosa darah, kadar ureum dan kreatinin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) & Daun tapak dara (Catharanthus roseus G) dosis IV (40:80 mg/kgbb) dan kelompok V (80:40 mg/kgbb) mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah pada hari 7. Pada hari ke 9;13 dan 19 kombinasi dosis I ((40:40 mg/kgbb), II dan III mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah (P<0,05). Semua tikus mengalami peningkatan ureum dan kreatinin pada hari ke 19. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar ureum dan kreatinin antar kelompok perlakuan. Kombinasi dosis I; II dan III tidak mampu mencegah keruskan ginjal akibat indukai aloksan (P>0,05). Kata Kunci: Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.), Tapak dara (Catharanthusroseus G), kandidat hipoglikemik


(4)

iv Prakata

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT karena limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis berhasil menysun laporan penelitian hibah bersaing dengan judul “Pengembangan agen fitoterapi tanaman Blimbing wuluh (AverrhoabilimbiL.) & Daun tapak dara (Catharanthusroseus G) sebagai agen hipoglikemik” ini.

Laporan kemajuan ini disusun untyk memenhi kewajibah dalam rangka monitoring dan evaluasi penelitian hibah kami. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini sehingga kritik dan saran sangat kami nantikan.

Terima kasih

Surakarta, November 2013


(5)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman sampul i

Halaman pengesahan ii

Ringkasan iii

Prakata iv

Daftar isi v

Daftar Tabel vi

Daftar Lampiran vii

Bab 1 Pendahuluan 1

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2

Bab 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

Bab 4 Metode Penelitian 10

Bab 5 Hasil 11

Bab 6 Kesimpulan dan saran 17

Daftar Pustaka 18

Lampiran


(6)

1

Bab 1. Pendahuluan

Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit indokrin yang paling sering dijumpai di Indonesia. Jumlah penderita penyakit Diabetes melitus setiap tahunnya terus meningkat. Data yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetes Care tahun 2004, pada tahun 2000 penderita diabetes di Indonesia mencapai 8,4 juta orang (Subroto, 2006) dan Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 penderita DM diidunia dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk (Anonim, 2005).

Terdapat sekitar 46 (empat puluh enam ) tanaman asli Indonesia, yang secara empiris sudah digunakan untuk mengobati penyakit kencing manis. Tanaman tersebut : bawang umbi, bawang prei, bawang pule, bawang putih, basung kulit, jambu mete, sambiloto, daun sendok, seledri, blimbing, mimba, sembung, buah maksar, johar, tapakdara, dandanggula, jentik manis, salam, tarum, ubi jalar, bangurputih, peteichina, mindi, cincin hitam, bidara upas, pare, mengkudu, lampes, kumis kucing, petai kulit, buncis, kemlaka, ceplukan, jengkol, urat, angsana, keji beling, stevia, bidara laut, mahoni, bomvrey, duwet, brotowali, laban,seledri, jambubiji. Pada penelitian sebelumnya blimbing wuluh dan daun tapak dara mempunyai efek menurunkan glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar yag diinduksi aloksan. ekstrak etanol 70% buah belimbing wuluh, dosis 20 mg/200 grBB, 40 mg/200 grBB, 80 mg/200 grBB mampu menurunkan kadar glukosa darah dengan PKGD (Penurunan Kadar Glukosa Darah) berturut-turut 42.72%, 43.3% dan 58.95% (Mulyadin & Sutrisna, 2012), ekstrak etanol 70% daun tapak dara (Catharanthus roseus), dosis 20 mg/200 grBB, 40 mg/200 grBB, 80 mg/200 grBB mampu menurunkan kadar glukosa darah dengan PKGD (Penurunan Kadar Glukosa Darah) berturut-turut 43.56%, 53.7% dan 58.8% (Putro & Sutrisna, 2012)

Melihat potensi efek hipoglikemik dari tanaman tersebut, Peneliti melakukan pengujian kombinasi ekstrak etrsebut dalam menurunkan kadar glukosa darah.


(7)

Bab 2. Tinjauan Pustaka A. Diabetes mellitus(DM)

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolis yang ditandai dengan hiperglikemia (kelebihan gula darah) dan tanda lainnya yang nyata dari suatu penyakit atau kondisi. World Health Organization (WHO) mengemukakan ada tiga jenis diabetes yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional (terjadi selama kehamilan), yang memiliki tanda, gejala, dan akibat yang sama tetapi berbeda penyebab dan distribusi populasinya. Diabetes tipe 1 biasanya disebabkan autoimmun dari kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Diabetes tipe 2 dicirikan dengan insulin yang resisten terhadap jaringan, dan kadang menyebabkan hilangnya fungsi dari sel beta. Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi selama kehamilan dan juga melibatkan resistensi insulin. Diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat menyebabkan kondisi yang kronis, tetapi membaik sejak diterapi dengan insulin pada tahun 1921 (Anonim, 2007).

1. Klasifikasi Diabetes Mellitus

a. Diabetes tipe 1

Dahulu dikenal sebagai insulin dependent diabetes (IDDM), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal (Anonim, 2007).


(8)

3 b. Diabetes tipe 2

Dahulu dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Anonim, 2007). Diabetes tipe 2 merupakan suatu kelompok heterogen yang terdiri dari bentuk diabetes yang lebih ringan yang terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang- kadang juga terjadi pada remaja. Sirkulasi insulin endogen cukup untuk mencegah terjadinya ketoasidosis tetapi insulin tersebut sering dalam kadar kurang dari normal atau secara relatif tidak mencukupi karena kurang pekanya jaringan. Obesitas, yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor resiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk (Katzung, 2002).

c. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional juga meliputi kombinasi dari sekresi insulin yang tidak mencukupi dan tidak berfungsi, sama halnya dengan diabetes tipe 2. Diabetes ini terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh atau hilang kemudian. Walaupun bersifat sementara, diabetes gestasional dapat merusak kesehatan dari bayi ataupun ibunya, dan sekitar 20%-50% wanita penderita diabetes gestasional yang hidup (Anonim, 2007).

d. Diabetes tipe lainnya

Ada beberapa penyebab diabetes mellitus yang tidak termasuk ke dalam tipe 1, tipe 2, atau diabetes gestasional, diantaranya: kerusakan genetik sel beta (autosomal atau mitokondrial), resistensi insulin karena keturunan, penyakit pankreas ( pankreatitis kronis, cystic fibrosis), kerusakan hormon, obat-obatan kimia (Anonim, 2007)

3. Manifestasi Klinik

Tipe 1: Gejala klasik antara lain polyuria, polydipsi, polyphagi (peningkatan asupan kalori), penurunan berat badan, lemah, kulit kering. Gejala ini kerap terjadi dan biasanya disertai ketoasidosis (Di Piro, 1998)

Tipe 2: Terjadi bertahap, ada yang tanpa gejala, dan terjadi penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Di Piro, 1998)


(9)

Untuk kriteria diagnosis diabetes yang baru ECDCDM (Expert Committee on the Diagnosis an Clasification of Diabetes Mellitus) telah menggantikan tes toleransi glukosa oral (oral glucose tolerance test) dengan kadar glukosa plasma (fasting plasma glukosa level).

5. Antidiabetika Oral

Dari cara pemberiannya obat hipoglikemik terdiri dari obat hipoglikemik oral dan obat hipoglikemik suntik yang mengandung insulin. Obat hipoglikemik oral di Indonesia terutama didominasi oleh golongan α-glukosidase inhibitor (acarbose), dan golongan meglitinid. Golongan obat hipoglikemik oral lainnya adalah Thiazolidinedion (glitazone).

a. Golongan Sulfonilurea

Obat ini menurunkan kadar glukosa darah dengan cara merangsang keluarnya insulin dari sel β pancreas. Ia tidak dapat berfungsi manakala pancreas rusak dan tidak memproduksi insulin lagi, dengan demikian cocok untuk pasien DM tipe II dengan berat badan normal. Pada pasien gemuk penggunaanya perlu hati-hati karena mungkin kadar insulin darahnya sudah tinggi namun kurang efektif karena resistensi insulin, akibatnya hiperinsulinemia semakin berlebih dan ini sangat berbahaya (Eryzal, 2002)

Beberapa contoh obat golongan sulfonilurea antara lain: klorpopamid, glikazid, glibenklamid, glipizid, glikuidon, dan tolbutamid (Anonim, 2000)

b. Golongan Biguanid

Metformin satu-satunya golongan biguanid yang tersedia, bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Jadi, obat ini hanya efektif bila terdapat insulin endogen. Karena kerjanya yang berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat dipertukarkan. Dapat digunakan sendiri atau bersama dengan golongan sulfonilurea. Kelebihan dari golongan sulfonilurea adalah tidak menaikan berat badan, dapat menurunkan kadar insulin plasma, dan tidak menimbulkan masalah hipoglikemia (Anonim, 2000).

c. Golongan Inhibitor α-glukosidase

Akarbose dan miglitol, obat-obat ini termasuk kelompok obat baru, yang berdasarkan persaingan inhibisi enzim α-glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian dipolisakarida menjadi monosakarida dihambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih


(10)

5

lambat dan absorbsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga memuncaknya kadar gula darah dihindarkan (Tjay dan Rahardja, 2002).

d. Golongan Meglitinid: repaglinida (Novonorm)

Obat ini bekerja menurut suatu mekanisme khusus, yakni mencetuskan pelepasan insulin dari pancreas segera sesudah makan. Meglitinid harus diminum tepat sebelum makan dan karena reabsorbsinya cepat, maka mencapai kadar puncak dalam 1 jam. Insulin yang dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya. Eksresinya juga cepat sekali, dalam waktu 1 jam sudah dikeluarkan dari tubuh (Tjay dan Rahardja, 2002)

e. Golongan Thiazolidinedion

Troglitazon adalah kelompok obat baru pula pada tahun 1996 dipasarkan di AS dan Inggris. Kegiatan farmakologisnya luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati. Sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Begitu pula menurunkan kadar trigliserida/ asam lemak bebas dan mengurangi glukoneogenesis dalam hati. Zat ini tidak mendorong pancreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti sulfonylurea (Tjay dan Rahardja, 2002).

B. Belimbing Wuluh

Blimbing wuluh merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut berbuah dan rasanya sangat asam. Klasifikasi tanaman sebagai berikut:

1. Klasifikasi tanaman

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) kedudukannya dalam ilmu taksonomi tumbuhan adalah :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicolyledonae Bangsa : Gerantales Suku : Oxallidaceae Marga : Averrhoa


(11)

Jenis : Averrhoa bilimbi L. (Gembong, 1998).

2. Deskripsi tanaman

Pohon berbentuk tajuk membulat, dengan tinggi 5-10 meter. Batang berbentuk pokok monopodial, percabangan simpodial, permukaan dengan tanda bekas daun bentuk ginjal. Daun berjenis majemuk menyirip gasal, berseling, jumlah anak daun 21-45, anak daun terujung paling besar, anak daun bulat telur sampai bulat telur memanjang, pangkal berbentuk ginjal, ujung meruncing, ukuran panjang lebih kurang 2-10 cm, lebar lebih kurang 1-3 cm, ke arah ujung poros lebih besar, warna permukaan hijau muda. Bunga 11 berupa susunan yang mulai muncul pada benjolan dipermukaan batang, menggantung, panjang 5-20 cm. Kelopak mempunyai panjang lebih kurang 6 mm. Mahkota daun tidak atau hampir bergandengan, berbentuk lancet, panjang 13-20 cm, pangkal yang pucat. Benang sarinya semua fertil, benang sari di depan daun mahkota kecil 3-4 mm. Putik memiliki bentuk yang seragam. Buah berbentuk bulat bersegi tumpul, berwarna kuning hijau, asam sampai manis, panjang 4-6,5 cm, sedangkan biji berbentuk elips, umumnya 2-3 setiap ruang, tanpa selaput biji, ukuran panjang 6-7 mm (Sudarsono dkk, 2002)

3. Kandungan kimia

Pada umumnya didalam marga Oxalis ditemukan asam oksalat maupun dalam bentuk kalium oksalat dan ditemukan pula enzim isositrat liase. Dari hasil penelitan lain terhadap Avverhoa bilimbi L. ditemukan alkaloid, saponin, kumarin, pektin, dan minyak asitri (Soedibyo, 1998). Senyawa flavonoid, tanin, asam galat dan asam ferulat juga ditemukan pada belimbing wuluh (Sudarsono dkk, 2002).

Berdasarkan hasil pemeriksaan uji golongan senyawa aktif buah belimbing wuluh yang dilakukan oleh Lathifah (2008) menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid dan triterpenoid. Flavonoid diduga merupakan senyawa aktif antihipoglikemik yang bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin (Nwachukwu dkk, 2010). Flafonoid juga dapat meregenerasi kerusakan sel beta pankreas (Dheer dan Bhatnagar, 2010).


(12)

7 C. Tapak dara (Catharanthus rosues)

Tapak dara merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut termasuk familia apocynaceae dan genua catharantus. Klasifikasi selengkapnya sebagai berikut

1. klasifikasi

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Gentianales Suku : Apocynaceae Marga: Catharanthus

Spesies : Catharanthus roseus G. (Tapak dara)

2. Deskripsi Tanaman

Tanaman ini dapat tumbuh mulai daratan rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tinggi tanaman dapat mencapai 1 meter. Batangnya bentuknya bulat, berkayu, beruas, bercabang. Berdaun tunggal, dengan bentuk bulat telur dan berwarna hijau. Panjang daun sekitar 2 - 6 cm, lebar 1 - 3 cm(Wijayakusuma, 2008).

3. Kandungan kimia dan khasiat

vinblastine, vincristine, vindesine, vinorelbine, leurosine, vincadioline, leurosidine, catharanthine, lochnerine, leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine. Khasiat tanaman sebagai antineoplastik (antikanker), sitostatiska, hipotensif (penenang), menyejukan darah, dan menghentikan pendarahan. Senyawa yang diduga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah adalah alkolid antara lain : leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine (Wijayakusuma, 2008)

C. Uji efek anti diabetes :


(13)

Metode perusakan pankreas dilakukan dengan cara memberikan senyawa yang dapat menyebabkan pankreas hewan uji rusak sehingga terkondisi seperti pada penderita diabetes mellitus yang disebut diabetogen. Aloksan merupakan diabetogen yang banyak digunakan. Senyawa ini dapat menimbulkan hiperglikemi yang permanen dalam waktu dua sampai tiga hari. Prinsip metode perusakan pankreas adalah dengan memberikan aloksan monohidrat IM/IP (Anonim, 1993).


(14)

18 Daftar pustaka

Anonim, 2000, IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia), 263-269, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2005, Diabetes Mellitus Masalah Kesehatan Masyarakat yang Serius,

(online),(http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=94 2&itemid=2, diakses 22 Jan 2009).

Anonim, 2007, Acarbose, (online), (http://www.wikipedia.org/wiki/Acarbose, diakses 15 Agustus 2007)

Benjamin BD, Kelkar SM, Pote MS, et al.1994, Catharanthus roseus cell culture: Growth, alkaloid synthesis and antidiabetic activity. Phytother Res, 8(3): 185-186. Dheer R. dan Bhatnagar P., 2010. A study of the Antidiabetic Activity of Barleria prionitis

Linn. Indian Journal of Pharmacology. Vol 42 (2): 70-3.

Eryzal, R 2002, Perkembangan Penemuan Obat Antidiabetes Pada Industri Farmasi, disampaikan pada Seminar Nasional “Terapi Diabetes Mellitus secara Medis dan Alternatif” , Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lathifah Q. A., 2008. Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut, skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Malang

Mulyadin, Sutrisna,E.M. & Ermawati, S., 2012, Uji efek ekstrak etanol 70% buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan galur wistar, Skripsi, Kedokteran, UMS, Surakarta

Nwachukwu D. C., Okwuosa C.N., Achukwu P.U., Azubieke N., Eze G., 2010. Investigation of the Anti-Hyperglycaemic Effect of the Leaf Extracts of Solanum Dulcamara in Diabetic Rats. Indian Journal of Novel Drug delivery. Vol 2: 138-43

Pushparaj P, Tan CH, Tan BK., 2000, Effects of Averrhoa bilimbi leaf extract on blood glucose and lipids in streptozotocin-diabetic rats. J Ethnopharmacol. 72(1-2):69-76.

Puspharaj, P.N., 2004, Evaluation Of The Anti-Diabetic Properties Of Averrhoa Bilimbi In Animals With Experimental Diabetes Mellitus, Thesis, National University Of Singapore.

Putro, M.A.S., Sutrisna, E.M., 2012, Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus G) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar, Skripsi, Kedokteran, UMS, Surakarta


(15)

Som Nath Singh *, Praveen Vats, Shoba Suri, Radhey Shyam, M.M.L. Kumria, S. Ranganathan, K. Sridharan,2001, Effect of an antidiabetic extract of Catharanthus roseus on enzymic activities in streptozotocin induced diabetic rats, Journal of Ethnopharmacology, 76: 269–277.

Subroto, 2006, Ramuan Herbal untuk Diabetes Melitus, 41, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarsono P. N., Gunawan D., Wahyuono S., Donatus I.A., Purnomo, 2002. Tumbuhan Obat II : Hasil Penelitian, Sifat-Sifat, dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional UGM. pp: 15-7

Tjay, T.H. dan Rahardja K., 2002, Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek Sampingnya, Edisi V, 693-704, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta


(1)

lambat dan absorbsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga memuncaknya kadar gula darah dihindarkan (Tjay dan Rahardja, 2002).

d. Golongan Meglitinid: repaglinida (Novonorm)

Obat ini bekerja menurut suatu mekanisme khusus, yakni mencetuskan pelepasan insulin dari pancreas segera sesudah makan. Meglitinid harus diminum tepat sebelum makan dan karena reabsorbsinya cepat, maka mencapai kadar puncak dalam 1 jam. Insulin yang dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya. Eksresinya juga cepat sekali, dalam waktu 1 jam sudah dikeluarkan dari tubuh (Tjay dan Rahardja, 2002)

e. Golongan Thiazolidinedion

Troglitazon adalah kelompok obat baru pula pada tahun 1996 dipasarkan di AS dan Inggris. Kegiatan farmakologisnya luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati. Sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Begitu pula menurunkan kadar trigliserida/ asam lemak bebas dan mengurangi glukoneogenesis dalam hati. Zat ini tidak mendorong pancreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti sulfonylurea (Tjay dan Rahardja, 2002).

B. Belimbing Wuluh

Blimbing wuluh merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut berbuah dan rasanya sangat asam. Klasifikasi tanaman sebagai berikut:

1. Klasifikasi tanaman

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) kedudukannya dalam ilmu taksonomi tumbuhan adalah :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicolyledonae Bangsa : Gerantales Suku : Oxallidaceae


(2)

Jenis : Averrhoa bilimbi L. (Gembong, 1998).

2. Deskripsi tanaman

Pohon berbentuk tajuk membulat, dengan tinggi 5-10 meter. Batang berbentuk pokok monopodial, percabangan simpodial, permukaan dengan tanda bekas daun bentuk ginjal. Daun berjenis majemuk menyirip gasal, berseling, jumlah anak daun 21-45, anak daun terujung paling besar, anak daun bulat telur sampai bulat telur memanjang, pangkal berbentuk ginjal, ujung meruncing, ukuran panjang lebih kurang 2-10 cm, lebar lebih kurang 1-3 cm, ke arah ujung poros lebih besar, warna permukaan hijau muda. Bunga 11 berupa susunan yang mulai muncul pada benjolan dipermukaan batang, menggantung, panjang 5-20 cm. Kelopak mempunyai panjang lebih kurang 6 mm. Mahkota daun tidak atau hampir bergandengan, berbentuk lancet, panjang 13-20 cm, pangkal yang pucat. Benang sarinya semua fertil, benang sari di depan daun mahkota kecil 3-4 mm. Putik memiliki bentuk yang seragam. Buah berbentuk bulat bersegi tumpul, berwarna kuning hijau, asam sampai manis, panjang 4-6,5 cm, sedangkan biji berbentuk elips, umumnya 2-3 setiap ruang, tanpa selaput biji, ukuran panjang 6-7 mm (Sudarsono dkk, 2002)

3. Kandungan kimia

Pada umumnya didalam marga Oxalis ditemukan asam oksalat maupun dalam bentuk kalium oksalat dan ditemukan pula enzim isositrat liase. Dari hasil penelitan lain terhadap Avverhoa bilimbi L. ditemukan alkaloid, saponin, kumarin, pektin, dan minyak asitri (Soedibyo, 1998). Senyawa flavonoid, tanin, asam galat dan asam ferulat juga ditemukan pada belimbing wuluh (Sudarsono dkk, 2002).

Berdasarkan hasil pemeriksaan uji golongan senyawa aktif buah belimbing wuluh yang dilakukan oleh Lathifah (2008) menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid dan triterpenoid. Flavonoid diduga merupakan senyawa aktif antihipoglikemik yang bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin (Nwachukwu dkk, 2010). Flafonoid juga dapat meregenerasi kerusakan sel beta pankreas (Dheer dan Bhatnagar, 2010).


(3)

C. Tapak dara (Catharanthus rosues)

Tapak dara merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut termasuk familia apocynaceae dan genua catharantus. Klasifikasi selengkapnya sebagai berikut

1. klasifikasi

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Gentianales Suku : Apocynaceae Marga: Catharanthus

Spesies : Catharanthus roseus G. (Tapak dara)

2. Deskripsi Tanaman

Tanaman ini dapat tumbuh mulai daratan rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tinggi tanaman dapat mencapai 1 meter. Batangnya bentuknya bulat, berkayu, beruas, bercabang. Berdaun tunggal, dengan bentuk bulat telur dan berwarna hijau. Panjang daun sekitar 2 - 6 cm, lebar 1 - 3 cm(Wijayakusuma, 2008).

3. Kandungan kimia dan khasiat

vinblastine, vincristine, vindesine, vinorelbine, leurosine, vincadioline, leurosidine, catharanthine, lochnerine, leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine. Khasiat tanaman sebagai antineoplastik (antikanker), sitostatiska, hipotensif (penenang), menyejukan darah, dan menghentikan pendarahan. Senyawa yang diduga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah adalah alkolid antara lain : leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine (Wijayakusuma, 2008)

C. Uji efek anti diabetes :


(4)

Metode perusakan pankreas dilakukan dengan cara memberikan senyawa yang dapat menyebabkan pankreas hewan uji rusak sehingga terkondisi seperti pada penderita diabetes mellitus yang disebut diabetogen. Aloksan merupakan diabetogen yang banyak digunakan. Senyawa ini dapat menimbulkan hiperglikemi yang permanen dalam waktu dua sampai tiga hari. Prinsip metode perusakan pankreas adalah dengan memberikan aloksan monohidrat IM/IP (Anonim, 1993).


(5)

Daftar pustaka

Anonim, 2000, IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia), 263-269, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2005, Diabetes Mellitus Masalah Kesehatan Masyarakat yang Serius,

(online),(http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=94 2&itemid=2, diakses 22 Jan 2009).

Anonim, 2007, Acarbose, (online), (http://www.wikipedia.org/wiki/Acarbose, diakses 15 Agustus 2007)

Benjamin BD, Kelkar SM, Pote MS, et al.1994, Catharanthus roseus cell culture: Growth, alkaloid synthesis and antidiabetic activity. Phytother Res, 8(3): 185-186. Dheer R. dan Bhatnagar P., 2010. A study of the Antidiabetic Activity of Barleria prionitis

Linn. Indian Journal of Pharmacology. Vol 42 (2): 70-3.

Eryzal, R 2002, Perkembangan Penemuan Obat Antidiabetes Pada Industri Farmasi, disampaikan pada Seminar Nasional “Terapi Diabetes Mellitus secara Medis dan Alternatif” , Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lathifah Q. A., 2008. Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut, skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Malang

Mulyadin, Sutrisna,E.M. & Ermawati, S., 2012, Uji efek ekstrak etanol 70% buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan galur wistar, Skripsi, Kedokteran, UMS, Surakarta

Nwachukwu D. C., Okwuosa C.N., Achukwu P.U., Azubieke N., Eze G., 2010. Investigation of the Anti-Hyperglycaemic Effect of the Leaf Extracts of Solanum Dulcamara in Diabetic Rats. Indian Journal of Novel Drug delivery. Vol 2: 138-43

Pushparaj P, Tan CH, Tan BK., 2000, Effects of Averrhoa bilimbi leaf extract on blood glucose and lipids in streptozotocin-diabetic rats. J Ethnopharmacol. 72(1-2):69-76.

Puspharaj, P.N., 2004, Evaluation Of The Anti-Diabetic Properties Of Averrhoa Bilimbi In Animals With Experimental Diabetes Mellitus, Thesis, National University Of Singapore.

Putro, M.A.S., Sutrisna, E.M., 2012, Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus G) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur


(6)

Som Nath Singh *, Praveen Vats, Shoba Suri, Radhey Shyam, M.M.L. Kumria, S. Ranganathan, K. Sridharan,2001, Effect of an antidiabetic extract of Catharanthus roseus on enzymic activities in streptozotocin induced diabetic rats, Journal of Ethnopharmacology, 76: 269–277.

Subroto, 2006, Ramuan Herbal untuk Diabetes Melitus, 41, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarsono P. N., Gunawan D., Wahyuono S., Donatus I.A., Purnomo, 2002. Tumbuhan Obat II : Hasil Penelitian, Sifat-Sifat, dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional UGM. pp: 15-7

Tjay, T.H. dan Rahardja K., 2002, Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek Sampingnya, Edisi V, 693-704, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta