2 Pada beton geopolimer akan terbentuk ikatan tetrahedral yang menyempurnakan reaksi polimerisasi
Davidovits, 2008. Proses
curing
dilakukan dengan cara memasukkan benda uji ke dalam oven dengan suhu dan waktu tertentu.
Berdasarkan dari data penelitian, lumpur Sidoarjo mengandung senyawa silika sebesar 56,75 dan alumina sebesar 23,31 Hardjito dan Antoni, 2014, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar
beton geopolimer. Tetapi sebelum dapat dimanfaatkan, lumpur Sidoarjo perlu diolah dengan cara dioven untuk menghilangkan kandungan airnya lalu dibakar agar memiliki sifat reaktif. Kemudian dilakukan
penggilingan agar menjadi halus. Sedangkan
fly ash
memiliki kandungan senyawa Silika dan Alumina yang cukup banyak Jaturapitakkul, Kiattikmol, Songpiriyakij, 1999 sehingga dapat menjadi bahan
dasar beton geopolimer.
2. METODA PENELITIAN
Penelitian diawali dengan melakukan pengetesan kepada bahan-bahan yang digunakan. Lumpur Sidoarjo yang digunakan diambil dari titik koordinat lokal 25. Di laboratorium lumpur dimasukkan ke
dalam loyang dengan ketebalan ± 1cm yang kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 110
o
C selama 24 jam. Setelah dioven, lumpur dibakar di dalam alat pembakar dengan suhu 700
o
C selama 6 jam. Lumpur yang telah kering ini kemudian dimasukkan ke dalam mesin giling dan digiling selama 12
jam. Fly Ash yang digunakan adalah tipe F Java Power Paiton dengan pH 7. Fly ash yang digunakan digiling
di dalam mesin giling selama 6 jam. Tes yang dilakukan pada lumpur Sidoarjo dan
fly ash
yaitu XRF
X-Ray Fluorescence
dan PSA
Particle Size Analysis
. Hasil tes dapat dilihat pada Tabel 1 untuk tes XRF, kemudian Tabel 2 dan Gambar 1 untuk tes PSA. Sedangkan untuk pasir dilakukan analisa ayakan
dan pada larutan sodium silikat dilakukan pengetesan kadar air yang terkandung di dalam larutan.
Tabel 1. Hasil Tes XRF Lumpur Sidoarjo dan Fly Ash
Kandungan Cao
SiO
2
Al
2
O
3
Fe
2
O
3
K
2
O MgO
Lumpur Sidoarjo 2,13 56,75 23,31 7,37
1,04 2,95
Fly Ash 5,54 51,12 18,90 17,71 0,82
3,17 Kandungan
TiO
2
Na
2
O SO
3
MnO
2
Cr
2
O
3
Mn
3
O
4
Lumpur Sidoarjo 0,38 2,70
0,96 0,14
0,00 0,00
Fly Ash 0,98
0,63 0,47
0,00 0,03
0,33
Tabel 2. Hasil Tes PSA Lumpur Sidoarjo dan Fly Ash
Lama Penggilingan
jam d10
µm d50
µm d90
µm SSA
m
2
kg Fly Ash
1,163 7,953 45,481 1838
6 0,917 6,544 23,792
2210 Lumpur
Sidoarjo 8
1,069 5,611 36,687 2018
12 0,982 4,484 27,865
2308
3
a b
Gambar 1. Grafik Tes PSA Lumpur Sidoarjo a dan Fly Ash b
Alkali aktivator yang digunakan dalam penelitian ini adalah NaOH
flake
yang memiliki kemurnian padatan 99 dan larutan sodium silikat dengan kadar air sebesar 22. Agregat halus yang digunakan
dalam pembuatan mortar adalah pasir Lumajang dengan nilai modulus kehalusan sebesar 2,35. Penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu perbandingan lumpur Sidoarjo dan
fly ash
yang digunakan adalah 1 : 1, perbandingan massa larutan sodium silikat
dengan massa larutan NaOH adalah 2 : 1 dan perbandingan massa antara pozzolan dan pasir adalah 1 : 2,8. Sedangkan variabel bebasnya
adalah wb. Wb yang diteliti adalah 0,25 , 0,3 , 0,35 dan 0,4. Wb yang dimaksud adalah perbandingan kadar air massa total air air untuk melarutkan padatan NaOH dan air yang terkandung di dalam larutan
sodium silikat. Dari hasil yang didapatkan, dipilih komposisi wb yang memiliki nilai kelecakan dan nilai kuat tekan yang baik.
Variabel terikat yang dipilih adalah wb yang menghasilkan nilai kelecakan dan nilai kuat tekan yang baik. Perbandingan massa larutan sodium silikat
dengan massa larutan NaOH adalah 2 : 1 dan perbandingan massa antara pozzolan dan pasir adalah 1 : 2,8. Sedangkan variabel bebas yang digunakan
adalah perbandingan lumpur Sidoarjo dan
fly ash
. Perbandingan massa lumpur Sidoarjo dan
fly ash
yang dibuat mulai dari 0 : 100, 25 : 75, 50 :50, 60 : 40, 70 : 30, 80 : 20, 90 : 10,
dan 100 : 0.
3. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN