69 Tabel 2.4 Faktor empirik F
b
dan F
s
Tipe Tiang Pancang F
b
F
s
Tiang Bor 3,5
7,0 Baja
1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75
3,5
Sumber : Titi  Farsakh, 1999 Tabel 2.5 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah
Tipe Tanah
α
s
Tipe Tanah
α
s
Tipe Tanah
α
s
Pasir 1,4
Pasir berlanau 2,2
Lempung berpasir 2,4
Pasir kelanauan 2,0
Pasir berlanau dengan lempung
2,8 Lempung berpasir
dengan lanau 2,8
Pasir kelanauan dengan lempung
2,4 Lanau
3,0 Lempung berlanau
dengan pasir 3,0
Pasir berlempung dengan lanau
2,8 Lanau berlempung
dengan pasir 3,0
Lempung berlanau 4,0
Pasir berlempung 3,0
Lanau berlempung 3,4
Lempung 6,0
Sumber : Titi  Farsakh, 1999
Pada umumnya , nilai
α
s
untuk pasir = 1,4 , nilai
α
s
untuk lanau = 3,0 , dan nilai
α
s
untuk lempung = 1,4 .
2.7.2. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil SPT
Standard Test Penetration
Suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui  perlawanan  dinamik  tanah  maupun  pengambilan  contoh  terganggu
dengan teknik penumbukan. Tujuan dari percobaan SPT ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif
lapisan  tanah  dari  pengambilan  contoh  tanah  dengan  tabung  sehingga  diketahui
Universitas Sumatera Utara
70
jenis  tanah  dan  ketebalan  tiap-tiap  lapisan  kedalaman  tanah  dan  untuk memperoleh  data  yang  kualitatif  pada  perlawanan  penetrasi  tanah  serta
menetapkan  kepadatan  dari  tanah  yang  tidak  berkohesi  yang  biasa  sulit  diambil sampelnya.Uji  penetrasi  standard  SPT  merupakan  uji  penetrasi  dinamis  yang
banyak sekali digunakan untuk mendapatkan daya dukung tanah secara langsung. Harga  N  yang  diperoleh  dari  SPT  tersebut  diperlukan  untuk  memperhitungkan
daya  dukung  tanah  yang  tergantung  pada  kuat  geser  tanah.  Hipotesis  pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb yang dinyatakan dengan :
= c +   tan ø
2.10
Dimana : = kekuatan geser tanah kgcm²
c   = kohesi tanah kgcm² = tegangan normal yang terjadi pada tanah kgcm²
ø   = sudut geser tanah º
Tabel 2.6. Hal-Hal yang Perlu Dipertimbangkan Untuk Penentuan Harga N
Klasifikasi Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dan
Dipertimbangkan
Hal yang perlu dipertimbangkan secara menyeluruh dari hasil-
hasil survei sebelumnya Unsur tanah, variasi daya dukung vertikal
kedalaman permukaan dan susunannya, adanya lapisan lunak ketebalan konsolidasi atau
penurunan, kondisi drainase dan lain-lain Hal-hal yang perlu diperhatikan
langsung Tanah pasir
tidak kohesif Berat isi, sudut geser dalam,
ketahanan terhadap penurunan dan daya dukung
tanah
Universitas Sumatera Utara
71 Sumber : Sosrodarsono, 1983
Untuk  mendapatkan  sudut  geser  tanah  dari  tanah  tidak  kohesif  pasiran biasanya dapat dipergunakan rumus Dunham 1962 sebagai berikut :
1.  Tanah  berpasir  berbentuk  bulat  dengan  gradasi  seragam,  atau  butiran pasir  bersegi  segi  dengan  gradasi  tidak  seragam,  mempunyai  sudut
geser sebesar: √
2.11
2.  Butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya :
2.12
Angka  penetrasi  sangat  berguna  sebagai  pedoman  dalam eksplorasi tanah dan untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah.
Tabel 2.7. Hubungan antara Angka Penetrasi Standard dengan Sudut Geser Dalam dan kepadatan Relatif Pada Tanah Pasir
Sumber : Das, 1985
Menurut  Peck  dan  Meyerhoof,  1997,  dari  nilai  N  yang  diperoleh pada uji SPT, dapat diketahui hubungan empiris  tanah non kohesi seperti
sudut geser dalam ø, indeks densitas dan berat isi tanah basah γ
wet
.
Tanah lempung kohesif
Keteguhan, kohesi, daya dukung dan ketahanan terhadap hancur
Angka Penetrasi Standart, N
Kepadatan Relatif Dr
Sudut Geser Dalam
ø
º – 5
– 5 26
– 30 5
– 10 5
– 30 28
– 35 10
– 30 30
– 60 35
– 42 30
– 50 60
– 65 38
– 46
Universitas Sumatera Utara
72 Tabel 2.8. Hubungan antara Harga N-SPT, Sudut Geser Dalam, dan
Kepadatan Relatif
Nilai N Kepadatan relative
Sudut geser dalam ϕ
Menurut Peck
Menurut Meyerhoff
– 4 Sangat lepas             0,0
– 0,2   28,5 30
4 – 10
Lepas                        0,2 – 0,4   28,5 – 30
30 – 35
10 – 30
Sedang                      0,4 – 0,6  30 – 36
35 – 40
30 – 50
Padat                        0,6 – 0,8  36 – 41
40 – 45
50 Sangat padat           0,8
– 1,0    41 45
Sumber : Sosrodarsono  Nakazawa, 2005
Hubungan antara harga N dengan berat isi  yang sebenarnya hampir tidak mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar.
Tabel 2.9. Hubungan antara Harga N-SPT dan Berat Isi Tanah
Tanah tidak
kohesif Harga N
10 10
– 30 30
– 50 50
Berat  isi, kNm
3
12-16 14-18
16-20 18-23
Tanah kohesif
Harga N 4
4 – 15
16 – 25
25
Berat  isi, kNm
3
14 – 18
16 – 18
16 – 18
20
Sumber : Braja, 1995
Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah, hal ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir.
Universitas Sumatera Utara
73
Tanah  di  bawah  air  mempunyai  berat  isi  efektif  yang  kira-kira  setengah  berat  isi tanah di atas muka air.
Tanah  dapat  dikatakan  mempunyai  daya  dukung  yang  baik  dari  hasil  uji SPT  dapat dinilai dari ketentuan berikut :
1. Lapisan Kohesif mempunyai nilai SPT, N  35.
2. Lapisan kohesif mempunya nilai kuat tekan q
u
3-4 kgcm
2
, atau harga N  15.
Hasil  percobaan  pada  SPT  merupakan  perkiraan  kasar  dan  bukan merupakan  nilai  yang  teliti.  Dalam  pelaksanaan,  umumnya  hasil  sondir  lebih
dapat dipercaya daripada percobaan SPT. Hal yang juga perlu diperhatikan yaitu bahwa  jumlah  pukulan  untuk  15  cm  pertama  yang  disebut  dengan
N
1
tidak dihitung karena permukaan tanah dianggap sudah terganggu.
Untuk  menghitung  daya  dukung  pondasi  tiang  pancang  berdasarkan  data SPT  dapat  digunakan  metode  Mayerhoff,  adapun  rumus  yang  dapat  digunakan
antara lain : 1.Daya dukung ujung pondasi tiang pada tanah non kohesif pasir dan kerikil
Q
p
2.13
2.Tahanan geser selimut tiang  pada tanah non kohesif pasir dan kerikil Q
s
2.14
3.Daya dukung ujung pondasi tiang pada tanah kohesif Q
p
2.15
4.Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif Q
s
α
2.16
Sumber : Hardiyatmo, 1994
Universitas Sumatera Utara
74
Dimana : Q
p
= tahanan ujung ultimate kN N
SPT
= jumlah pukulan yang diperlukan dari percobaan SPT = N
cor
N
cor
= N
1
+N
2
2 N
1
= nilai Nrata-rata dari dasar ke 10D ke atas N
2
= nilai Nrata-rata dari dasar ke 4D ke bawah A
p
= luas penampang tiang pancang m
2
p = keliling tiang m
Li = tebal lapisan tanah, pengujian SPT dilakukan setiap interval
kedalaman pemboran m c
u
= kohesi undrained kNm
2
= N
SPT
x x 10
α = koefisien adhesi antara tanah dan tiang Gambar 2.31
Gambar 2.31. Grafik Hubungan antara Kuat Geser C
u
dengan Faktor Adhesi α
Sumber : API, 1986
2.8  Kapasitas Daya Dukung Lateral Tiang Pancang