Bisnis Indonesia Dan Tantangan Perdagangan Global 2005
IISNIS INDONESIA DAN TANTANGAN
PERDAGANGAN
GLOBAL2005
Perkembangan bisnis di Indonesia akhir-akhir ini, yang
diharapkan mampu memperbaiki kondisi perekonomian
bangsa dan kesejahteraan masyarakat dapat dijadikan awal
yang baik bagi Indonesia dalam menghadapi perdagangan
global di tahun 2005. Hal tersebut membawa implikasi
pada pentingnya pemahaman dari para pelaku bisnis
terhadap konsep dan teknik yang harus dipertimbangkan
dalam bisnis yang dijalankan, sehingga pemahaman
terhadap kondisi lingkungan lokal, regional dan
intemasional dapat diperbaiki. Pada tahun 2005, integrasi
perekonomian negara-negara di Asia Tenggara dengan
perekonomian global diperkirakan akan mendorong
Oleh:
terjadinya integrasi perekonomian regional di wilayah
E. Gumbira-Sa'id 1 dan G Chandra DewP
tersebut. World Bank (2004) menginformasikan bahwa
peningkatan ekspor dari negara-negara di Asia Tenggara
secara langsung maupun tidak langsung juga telah
berakibat pada peningkatan imp or, karena interaksi global telah mengakibatkan peningkatan permintaan lokal
terhadap produk-produk impor. Ditinjau daTi segi
perdagangan global, nilai neraca ekspor impor Indonesia
pada tahun 2003 yang lalu masih positif (Rp 28,4 milyar)
(WTO, 2004). Akan tetapi, meskipun pertumbuhan
ekspomya masih lebih tinggi (7%/tahun) dibandingkan
dengan pertumbuhan impomya (4%/tahun), perubahan
nilai ekspor Indonesia dinilai tidak signifikan, jika
dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, seperti RR
Cina (34%/tahun), Korea Selatan (l9%/tahun), Thailand
(l7%/tahun), Singapura (15%/tahun), Hong Kong (13%/
tahun), dan Vietnam (22%/tahun) (Tabell).
I
Guru Besar Teknologi Industri Pertanian , Fakultas Teknologi Pertanian dan Direktur Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian
Bogor.
2
Asisten Riset Manajemen Agroindustri, Magister Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
16
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004
Tabell. Daftar Beberapa Negara Eksportir dan Importir di Dunia, Tahun 2003
Peringkat
Negara
Nilai
Persentase
(USD milyar) lPerubahan (%
Peringkat
I
Jerman
748,3
22
I
2
Amerika
Serikat
Jepang
RRCina
Perancis
Inggris
Belanda
Italia
Kanada
Belgia
Hong Kong
Korea
Selatan
Singapura
Malaysia
Thailand
Australia
Indonesia
Filipina
Vietnam
723,8
4
2
471,8
437,9
386,7
304,6
294,1
292,1
272,7
255,3
228,7
193:8
13
34
17
9
20
15
8
18
13
19
3
4
5
6
7
8
9
10
II
13
144,1
99,4
80,5
71,5
61,0
36,5
20,2
15
7
17
10
7
15
19
21
22
36
41
43
3
4
5
6
7
8
9
10
12
16
20
24
26
30
37
49
°
22
Nilai
(USD milyar)
Negara
Amerika
Serikat
Jerman
RRCina
Inggris
Perancis
Jepang
Italia
Belanda
Kanada
Belgia
Hong Kong
Korea
Selatan
Singapura
Australia
Malavsia
Thailand
Filipina
Indonesia
Vietnam
1303,1
Persentase
Perubahan
(%)
9
601,7
23
413,1
390,8
390,5
382,9
290,8
262,8
245,0
235,4
233,2
178,8
40
13
19
14
18
20
8
18
12
18
127,9
89,1
81,9
75,8
39,5
32,6
24,9
10
23
3
17
6
4
31
.
Surnber: WTO (2004)
Dalam pasar global, produk-produk manufaktur menempati
pasar global (Tabel 2). Hal tersebut seyogianya menjadi
prioritas utarna perdagangan, dengan kontribusi mencapai
sebuah gambaran bagi masa depan agribisnis di Indone-
lebih dari 74 persen dari total ekspor dunia. Dilain pihak,
sia, yang diharapkan dapat memperbaiki kinerja ekspornya
dengan kondisi global yang semakin membutuhkan
dalam waktu mendatang.
kecepatan dalam hal jaringan interaksi dan komunikasi,
produk-produk transportasi dan telekomunikasi juga
Dalam beberapa dekade terakhir, kinerja ekspor Indonesia
menempati posisi yang sangat penting (di atas 38 persen).
sesungguhnya belum menunjukkan perubahan yang
Meskipun sektor pertanian sangat berperan dalam hal
berarti. Hal tersebut sangat berbeda jika dibandingkan
penyediaan bahan baku produksi, tetapi perdagangan di
dengan beberapa negara lainnya, seperti RR Cina dan Thai-
sektor tersebut hanya memberikan kontribusi sekitar
land, yang telah mampu meningkatkan kontribusi ekspor
sembilan persen dari total perdagangan produk'-produk di
komoditi-komoditi pertaniannya antara dua hingga tiga kali
Tabel 2. Perdagangan Ekspor di Dunia Berdasarkan Jenis Produk, 2003
Jenis Produk
Pertanian
p・イエ。ュ「ョセ@
Manufaktur
Mesin dan Peralatan
Transportasi
Tekstil
Pakaian
Produk-Produk Lain
Nilai
(USn Milyar)
674
960
5437
2894
Persentase
Perubahan (%)
169
226
644
II
IS
21
14
13
12
IS
Persentase (%)
1995
2003
11.7
10.9
74.1
38.7
9.2
13.2
74.5
39.7
3.0
3.2
8.6
2.3
3.1
8.8
Sumber: WTO (2004)
isn[PXUSセ@
17
AGRlMEDlA - Volume 9, No.2 Desember 2004
lipat dalam waktu sekitar 20 tahun. Pada tahun 2003 yang
komoditi pertanian ke negara-negara yang kebutuhan
lalu, Indonesia menjadi negara pengekspor komoditi
impomya untuk komoditi sejenis cukup tinggi, seperti Uni
pertanian terbesar kesebelas di dunia, dengan total nilai
Eropa, Amerika Serikat, Jepang, RR Cina, Kanada, Korea,
ekspor mencapai Rp 9,94 milyar. NegaraAsia lainnya yang
Hong Kong, Saudi Arabia, dan sebagainya (Tabel 3).
memiliki kinerja ekspor komoditi pertanian yang cukup baik
diantaranya adalah RR Cina Thailand, Malaysia dan India
Beberapa komoditi pertanian yang potensial dikembangkan
(Tabel 3). Dilain pihak, Indonesia memiliki peluang yang
untuk pasar ekspor diantaranya adalah daging karkas ke
sangat baik untuk mengembangkan pasar ekspor komoditi-
Singapura dan Malaysia; ikan hias ke Hong Kong, Korea
Tabel3. Lima Belas Negara PengeksporlPengimpor Komoditi-Komoditi Pertanian, Tahun 2003
Negara
Eksportir
Uni Eropa
Amerika Serikat
Kanada
Brazil
RRCina
Australia
Thailand
aイセ・ョエゥ。@
Malaysia
Meksiko
Indonesia
New Zealand
Rusia
Cili
India
Importir
Uni Eropa
Amerika Serikat
Jepang
RRCina
Kanada
Rep. Korea
Meksiko
Rusia
Hong Kong
Taipei
Switzerland
Saudi arabia
Thailand
Indonesia
Turki
Kontribusi Terhadap Dunia (%)
Nilai
(USD Milyar)
2003
1980
1990
2000
2003
284.14
76.24
33.69
24.21
22.16
16.34
15.08
12.14
11.06
9.98
9.94
9.60
9.37
7.47
7.03
32.8
17.0
5.0
3.4
1.5
3.3
1.2
1.9
2.0
0.8
1.6
1.3
42.4
14.3
5.4
2.4
2.4
2.8
1.9
1.8
1.8
0.8
1.0
1.4
-
-
0.4
1.0
0.7
0.8
39.7
13.0
6.3
2.8
3.0
3.0
2.2
2.2
1.5
1.7
1.4
1.4
1.4
1.2
1.2
42.2
11.3
5.0
3.6
3.3
2.4
2.2
2.1
1.6
1.5
1.5
1.4
1.4
1.1
1.2
308.87
77.27
58.46
30.48
18.02
15.56
13.85
13.73
10.81
7.96
7.12
6.26
5.72
5.44
5.22
42.9
8.7
9.6
2.1
1.8
1.5
1.2
47.1
9.0
11.4
1.8
2.0
2.2
1.2
40.5
11.7
10.5
3.3
2.6
2.2
1.9
1.5
1.1
42.8
10.7
8.1
4.2
2.5
2.2
1.9
1.9
0.9
1.1
1.0
0.9
0.8
0.8
0.7
-
-
1.0
1.1
1.2
1.5
0.3
0.6
0.1
1.0
1.4
1.3
0.8
0.7
0.5
0.6
1.3
1.0
1.0
0.8
1.0
0.7
Sumber: WTO (2004)
18
1SSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Selatan, Amerika Serikat, RR Cina dan Malaysia; ikan tuna
(d) serta strategi, struktur dan persaingan usaha. Dilain
ke Jepang, Filipina dan Singapura; udang ke Jepang,
pihak, pemerintah juga memiliki peranan dalam perbaikan
Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Amerika
daya saing, terutama dalam bentuk kebijakan ekspor-impor
Serikat dan Belgia; tanaman hias dan bunga potong ke
maupun kebijakan-kebijakan lainnya yang diharapkan
Hong Kong, Taiwan, Belanda, Singapura, Jepang, Amerika
dapat melindungi industri maupun bisnis lainnya yang
Serikat, Kanada, RR Cina, buah-buahan dan sayur-sayuran
dijalankan di negara yang bersangkutan. Dalam hal ini,
ke Singapura, Malaysia dan Jepang; tepung sagu ke Ma-
pemerintah harus memposisikan diri sebagai katalis untuk
laysia; kelapa dan produk-produk turunannya ke
memperkuat dan mendorong kinerja bins ins dan industri
Singapura, Arab Saudi, Pakistan, Taiwan dan Malaysia;
dalam mencapai daya saing yang lebih baik. Meskipun
kopi dan produk-produk turunannya ke Amerika Serikat,
perananannya bersifat parsial, tetapi pemerintah memiliki
Jepang,
kedudukan yang
Korea,
Singapura, Malay-
kuat
dalam
sia, dan Inggris; teh
menciptakan
keAustralia, Jerman,
lingkungan bagi
Singapura, Taiwan,
bisnis dan industri
Malaysia,
dan
yang kompetitif.
Inggris; rotan ke
Oleh karena itu,
Hong Kong dan RR
pemerintah hams
Cina; kelapa sawit
m
dan turunannya k
menerapkan
India, Belanda, dan
prins ip-prinsi p
RR Cina; kakao ke
dasar
Malaysia, Amerika
meningkatkan daya
Serikat, Singapura,
saing
Australia, Jepang,
dengan
amp
u
untuk
nasional,
cara
Filipina, Perancis, Belanda, Spanyol, dan Afrika Selatan;
mendorong perubahan, mempromosikan persaingan
serta tembakau ke Amerika Serikat, Belgia, Malaysia, Rusia,
domestik serta merangsang inovasi. Kebijakan yang perlu
dan Singapura.
diterapkan diantaranya meliputi penciptaan faktor-faktor
yang akan menghasilkan keunggulan kompetitif,
menghindari campur tangan dalam faktor dan pasar kurs,
KineIja ekspor-impor Indonesia sebagai salah satu indikator
memperkuat standar produk, keamanan, dan lingkungan
dalam pembangunan perekonomian negara terkait dengan
yang ketat, membatasi kerjasama langsung diantara para
kondisi daya saingnya terhadap negara-negara lain.
pesaing industri, mempromosikan tujuan yang mengarah
Berdasarkan teori daya saing Porter (Wild et ai., 2004), daya
pada investasi yang bertahan lama, melakukan deregulasi
saing suatu negara dalam suatu industri sangat tergantung
persaingan, menjalankan kebijakan antitrust domestik yang
pada kapasitas industri tersebut dalam melakukan inovasi
kuat, serta menolak pengaturan perdagangan (Choo dan
dan perbaikan, yang pengukurannya dilakukan melalui
Moon, 2003).
empat elemen, yakni (a) kondisi faktor, (b) kondisi
permintaan, (c) industri sejenis dan industri pendukung,
19
ISSN: 0853-8464
A GRlMEDLA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Tabel4. Peringkat Daya Saing Beberapa Negara di Asia
Peringkat
Negara
2004
4
7
9
21
29
31
34
46
55
69
73
76
77
91
102
Taiwan
sゥョセ。ー⦅オイ@
Jepang
Hong Kong
Korea
Malaysia
Thailand
RRCina
India
Indonesia
Sri Langka
Filipina
Vietnam
Pakistan
Bangladesh.
Sumber: WEF (2004)
2003
5
6
11
24
18
29
32
44
56
72
68
66
60
73
98
Status perekonomian Indonesia sangat tergantung pada
hal memposisikan integrasi regional sebagai salah satu
kondisi daya saing internasionalnya. Dengan
elemen dalam strategi liberalisasi unilateral, multilateral dan
menggunakan indeks daya saing pertumbuhan (Growth
regional. Strategi liberalisasi unilateral berhubungan
Competitiveness Index), yang meliputi elemen-elemen
dengan program reformasi perekonomian domestik.
penyusun pertumbuhan ekonomi, yakni kualitas
Keberhasilannya dalam meminimalkan resiko perdagangan
lingkungan makroekonomi, institusi publik, serta tingkat
dan diversi investasi serta meningkatkan perdagangan
kepentingan penggunaan teknologi dalam pembangunan,
intraregional melalui penurunan biaya input, meningkatkan
posisi daya saing pertumbuhan Indonesia pada tabun 2004
kompetisi dari impor menjadi pertumbuhan produktivitas
berada pada peringkat ke-69, atau naik tiga peringkat dari
serta mengintegrasikan perekonomian nasional ke dalam
posisinya pada tabun 2003 (peringkat ke-72). Oleh'karena
perekonomian global; telah dapat dilihat di beberapa
itu, posisinya masib jauh tertinggal di bawab tiga negara
negara, seperti Argentina, Brazilia, RR Cina (era 1990-
tetangga terdekat, yakni Singapura, Malaysia dan Thai-
an) dan India. Strategi liberalisasi unilateral tersebut telab
land, yang pada tabun 2004 berhasil menempati posisi daya
berhasil dilakukan, sehingga dalam periode 1983 - 2003,
saing secara berurutan pada peringkat ke tujuh, ke-31 dan
tarif perdagangan yang diberlakukan di negara-negara
ke-34.
berkembang mengalami penurunan hingga 21 persen, yang
juga muncul sebagai dampak dari Perjanjian Uruguay (Uru-
Sebagai negara yang statusnya masih berkembang, Indo-
guay Round). Dilain pihak, liberalisasi multilateral
nesia memerlukan upaya yang lebih keras untuk bertaban
memunculkan reformasi perekonomian domestik dalam
di dalam pasar global yang sangat kompetitif, sehingga
bentuk peningkatan akses ke pasar global. Strategi tersebut
setiap pelaku bisnis di Indonesia seyogianya tidak hanya
diduga memberikan manfaat yang lebih besar bagi negara-
memfokUskan perhatiannya pada penggalian keunggulan
negara berkembang dalam hal memberikan tekanan
komparatif dan kompetitifnya saja. Dalam hal ini, para
terhadap implementasi perluasan perdagangan di pasar-
pelaku bisnis di Indonesia seharusnya dapat mengadaptasi
pasar terbuka, proteksi serta distrorsi subsidi perdagangan
strategi yang diutarakan oleh World Bank (2005) dlilam
untuk komoditi-komoditi dan produk-produk agribisnis.
20
ISSN:0853-8464
A GRIMEDU • Volume 9. No.2 Desember 2004
Strategi ketiga, yaitu kebijakan open regionalism menjadi
Arah pengembangan bisnis menuju pembangunan
altematif lain yang dapat dilakukan "dalam mereformasi
ekonomi yang berkelanjutan di atas seyogianya dilakukan
kebijakan perdagangan. Strategi terse but memberikan
dengan berpatokan pada visi untuk memperbaiki ekonomi
dampak positif terhadap penurunan tekanan politik re-
golongan keeil dan menengah, yang selama ini memberikan
gional serta peningkatan skala ekonomis dalam pengadaan
kontribusi yang sangat penting, tidak hanya terhadap
infrastruktur bisnis.
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dalam mendukung
kesejahteraan
Untuk membantu
masyarakat. Perbaikan-
meningkatkan
perbaikan
kinerja bisnis, dana
harus dilakukan melalui
dari
sektor
peningkatan kinerja
pun
perekonomian yang
diduga akan turut
aktif dan produktif,
difokuskan pada
peneiptaan kesadaran
pengembangan
akan
infrastruktur, yang
berpolitik yang lebih
diharapkan tidak
mantap, peningkatan
hanya ditujukan
kepeduJian sosial, serta
k
pengembangan
perbankan
u
n
u
terse but
kehidupan
pembangunan infrastruktur transportasi, enerji dan
diversifikasi bisnis komersial yang produktif, yang lebih
telekomunikasi saja, tetapijuga untuk berbagai infrastruktur
ditujukan terhadap pengembangan bisnis keeil dan
pendukung agribisnis, terutama yang berhubungan
menengah. Berpedoman kepada rekomendasi hasil studi
dengan fasilitas penyimpanan komoditas atau produk. Hal
Tim ADB - SEARCA - Departemen Pertanian RI (2004),
tersebut eukup mendasar, terutama sejak ditetapkannya
maka strategi-strategi yang seharusnya dijalankan adalah
target pertumbuhan perekonomian hingga 6,5% pada akhir
(a) melakukan pereepatan pengembangan sumberdaya
tahun 2005 (Yudhoyono, 2004), serta dititikberatkannya
manusia (terutama yang memiJikijiwa kewirausahaan); (b)
sektor pertanian sebagai sektor prioritas utama. Dengan
peneapaian modal sosial melalui desentraliasi, kolaborasi
demikian, proses pembangunan seeara berkelanjutan
dan pemberdayaan masyarakat (term as uk didalamnya
seyogianya dapat dilakukan seeara seimbang antara
perbaikan infrastruktur, pengembangan kapasitas bisnis,
pembangunan pertanian sebagai penyedia bahan baku
serta implementasi kebijakan teknologi informasi dan
utama (meneakup kegiatan budidaya serta akses produsen
komunikasi), (e) melakukan revitalisasi produktivitas
terhadap sumber-sumber penyedia input produksi di lini
melalui riset dan pengembangan (diversifikasi) bisnis, (d)
on-farm), industri manufaktur sebagai pengolah dan
mendukung bisnis yang kompetitif dan efisien; (e)
penghasil nilai tambah (off-farm), serta elemen-elemen
melaksanakan pertumbuhan dan perbaikan produktivitas
pendukungnya (fasilitas infratruktur, perbankan dan
ekonorni perdesaan; memperbaiki pengelolaan sumberdaya
kelembagaan hukum yang mendapatkan dukungan penuh
alam; serta (f) mengembangkan kapasitas manajerial, teknis
dan kemampuan pelayanan di setiap level bisnis yang
dijalankan.
21
ISSN:0853-8464
A GRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Daftar Rujukan
BPS (Badan Pusat Statistik). 2004. Statistik Perdagangan
Luar Negeri Indonesia Ekspor 2003. Jilid I. BPS.
Jakarta.
Cho, D.S. dan H.e. Moon. 2003. From Adam Smith to
Michael Porter: Evolusi Teori Daya Saing.
Terjemahan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Tim ADB - SEARCA - Departemen Pertanian RI (2004).
ADB TA No. 3843-INO: Agriculture and Rural
Development Strategy Study. Strategy Paper.
ADB - SEARCA - Deptan. Jakarta.
WEF (World Economic Forum). 2004. The Global
Competitiveness Report 2004-2006. WEF di
dalam http://www.weforum.org. (Diakses
tanggal 30 Desember 2004).
Wild, J.J., K.L. Wild dan J.e. Y. Han. 2004. International
Business: an Integrated Approach. Prentice Hall.
New Jersey.
World Bank. 2004. Global Economic Prospect 2005 East
Asia and the Pacific Regional Highlights. World
Bank.
Di
dalam
http://
siteresources.worldbank.org/INTGEP2005/
Resources/EAPHighlightsEN G. pdf (diakses
tanggal27 Desember 2004).
World Bank. 2005. Global Economic Prospects: Trade,
Regionalism and Development. World Bank.
Swiss.
WTO (World Trade Organization). 2004. International
Trade StatIstics 2004. New York.
Yudhoyono, S.B. 2004. Revitalisasi Ekonomi Indonesia:
Bisnis, Politik dan Good Governance. Cetakan
Ketiga. Brighten Press. Bogor.
22
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004
PERDAGANGAN
GLOBAL2005
Perkembangan bisnis di Indonesia akhir-akhir ini, yang
diharapkan mampu memperbaiki kondisi perekonomian
bangsa dan kesejahteraan masyarakat dapat dijadikan awal
yang baik bagi Indonesia dalam menghadapi perdagangan
global di tahun 2005. Hal tersebut membawa implikasi
pada pentingnya pemahaman dari para pelaku bisnis
terhadap konsep dan teknik yang harus dipertimbangkan
dalam bisnis yang dijalankan, sehingga pemahaman
terhadap kondisi lingkungan lokal, regional dan
intemasional dapat diperbaiki. Pada tahun 2005, integrasi
perekonomian negara-negara di Asia Tenggara dengan
perekonomian global diperkirakan akan mendorong
Oleh:
terjadinya integrasi perekonomian regional di wilayah
E. Gumbira-Sa'id 1 dan G Chandra DewP
tersebut. World Bank (2004) menginformasikan bahwa
peningkatan ekspor dari negara-negara di Asia Tenggara
secara langsung maupun tidak langsung juga telah
berakibat pada peningkatan imp or, karena interaksi global telah mengakibatkan peningkatan permintaan lokal
terhadap produk-produk impor. Ditinjau daTi segi
perdagangan global, nilai neraca ekspor impor Indonesia
pada tahun 2003 yang lalu masih positif (Rp 28,4 milyar)
(WTO, 2004). Akan tetapi, meskipun pertumbuhan
ekspomya masih lebih tinggi (7%/tahun) dibandingkan
dengan pertumbuhan impomya (4%/tahun), perubahan
nilai ekspor Indonesia dinilai tidak signifikan, jika
dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, seperti RR
Cina (34%/tahun), Korea Selatan (l9%/tahun), Thailand
(l7%/tahun), Singapura (15%/tahun), Hong Kong (13%/
tahun), dan Vietnam (22%/tahun) (Tabell).
I
Guru Besar Teknologi Industri Pertanian , Fakultas Teknologi Pertanian dan Direktur Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian
Bogor.
2
Asisten Riset Manajemen Agroindustri, Magister Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
16
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004
Tabell. Daftar Beberapa Negara Eksportir dan Importir di Dunia, Tahun 2003
Peringkat
Negara
Nilai
Persentase
(USD milyar) lPerubahan (%
Peringkat
I
Jerman
748,3
22
I
2
Amerika
Serikat
Jepang
RRCina
Perancis
Inggris
Belanda
Italia
Kanada
Belgia
Hong Kong
Korea
Selatan
Singapura
Malaysia
Thailand
Australia
Indonesia
Filipina
Vietnam
723,8
4
2
471,8
437,9
386,7
304,6
294,1
292,1
272,7
255,3
228,7
193:8
13
34
17
9
20
15
8
18
13
19
3
4
5
6
7
8
9
10
II
13
144,1
99,4
80,5
71,5
61,0
36,5
20,2
15
7
17
10
7
15
19
21
22
36
41
43
3
4
5
6
7
8
9
10
12
16
20
24
26
30
37
49
°
22
Nilai
(USD milyar)
Negara
Amerika
Serikat
Jerman
RRCina
Inggris
Perancis
Jepang
Italia
Belanda
Kanada
Belgia
Hong Kong
Korea
Selatan
Singapura
Australia
Malavsia
Thailand
Filipina
Indonesia
Vietnam
1303,1
Persentase
Perubahan
(%)
9
601,7
23
413,1
390,8
390,5
382,9
290,8
262,8
245,0
235,4
233,2
178,8
40
13
19
14
18
20
8
18
12
18
127,9
89,1
81,9
75,8
39,5
32,6
24,9
10
23
3
17
6
4
31
.
Surnber: WTO (2004)
Dalam pasar global, produk-produk manufaktur menempati
pasar global (Tabel 2). Hal tersebut seyogianya menjadi
prioritas utarna perdagangan, dengan kontribusi mencapai
sebuah gambaran bagi masa depan agribisnis di Indone-
lebih dari 74 persen dari total ekspor dunia. Dilain pihak,
sia, yang diharapkan dapat memperbaiki kinerja ekspornya
dengan kondisi global yang semakin membutuhkan
dalam waktu mendatang.
kecepatan dalam hal jaringan interaksi dan komunikasi,
produk-produk transportasi dan telekomunikasi juga
Dalam beberapa dekade terakhir, kinerja ekspor Indonesia
menempati posisi yang sangat penting (di atas 38 persen).
sesungguhnya belum menunjukkan perubahan yang
Meskipun sektor pertanian sangat berperan dalam hal
berarti. Hal tersebut sangat berbeda jika dibandingkan
penyediaan bahan baku produksi, tetapi perdagangan di
dengan beberapa negara lainnya, seperti RR Cina dan Thai-
sektor tersebut hanya memberikan kontribusi sekitar
land, yang telah mampu meningkatkan kontribusi ekspor
sembilan persen dari total perdagangan produk'-produk di
komoditi-komoditi pertaniannya antara dua hingga tiga kali
Tabel 2. Perdagangan Ekspor di Dunia Berdasarkan Jenis Produk, 2003
Jenis Produk
Pertanian
p・イエ。ュ「ョセ@
Manufaktur
Mesin dan Peralatan
Transportasi
Tekstil
Pakaian
Produk-Produk Lain
Nilai
(USn Milyar)
674
960
5437
2894
Persentase
Perubahan (%)
169
226
644
II
IS
21
14
13
12
IS
Persentase (%)
1995
2003
11.7
10.9
74.1
38.7
9.2
13.2
74.5
39.7
3.0
3.2
8.6
2.3
3.1
8.8
Sumber: WTO (2004)
isn[PXUSセ@
17
AGRlMEDlA - Volume 9, No.2 Desember 2004
lipat dalam waktu sekitar 20 tahun. Pada tahun 2003 yang
komoditi pertanian ke negara-negara yang kebutuhan
lalu, Indonesia menjadi negara pengekspor komoditi
impomya untuk komoditi sejenis cukup tinggi, seperti Uni
pertanian terbesar kesebelas di dunia, dengan total nilai
Eropa, Amerika Serikat, Jepang, RR Cina, Kanada, Korea,
ekspor mencapai Rp 9,94 milyar. NegaraAsia lainnya yang
Hong Kong, Saudi Arabia, dan sebagainya (Tabel 3).
memiliki kinerja ekspor komoditi pertanian yang cukup baik
diantaranya adalah RR Cina Thailand, Malaysia dan India
Beberapa komoditi pertanian yang potensial dikembangkan
(Tabel 3). Dilain pihak, Indonesia memiliki peluang yang
untuk pasar ekspor diantaranya adalah daging karkas ke
sangat baik untuk mengembangkan pasar ekspor komoditi-
Singapura dan Malaysia; ikan hias ke Hong Kong, Korea
Tabel3. Lima Belas Negara PengeksporlPengimpor Komoditi-Komoditi Pertanian, Tahun 2003
Negara
Eksportir
Uni Eropa
Amerika Serikat
Kanada
Brazil
RRCina
Australia
Thailand
aイセ・ョエゥ。@
Malaysia
Meksiko
Indonesia
New Zealand
Rusia
Cili
India
Importir
Uni Eropa
Amerika Serikat
Jepang
RRCina
Kanada
Rep. Korea
Meksiko
Rusia
Hong Kong
Taipei
Switzerland
Saudi arabia
Thailand
Indonesia
Turki
Kontribusi Terhadap Dunia (%)
Nilai
(USD Milyar)
2003
1980
1990
2000
2003
284.14
76.24
33.69
24.21
22.16
16.34
15.08
12.14
11.06
9.98
9.94
9.60
9.37
7.47
7.03
32.8
17.0
5.0
3.4
1.5
3.3
1.2
1.9
2.0
0.8
1.6
1.3
42.4
14.3
5.4
2.4
2.4
2.8
1.9
1.8
1.8
0.8
1.0
1.4
-
-
0.4
1.0
0.7
0.8
39.7
13.0
6.3
2.8
3.0
3.0
2.2
2.2
1.5
1.7
1.4
1.4
1.4
1.2
1.2
42.2
11.3
5.0
3.6
3.3
2.4
2.2
2.1
1.6
1.5
1.5
1.4
1.4
1.1
1.2
308.87
77.27
58.46
30.48
18.02
15.56
13.85
13.73
10.81
7.96
7.12
6.26
5.72
5.44
5.22
42.9
8.7
9.6
2.1
1.8
1.5
1.2
47.1
9.0
11.4
1.8
2.0
2.2
1.2
40.5
11.7
10.5
3.3
2.6
2.2
1.9
1.5
1.1
42.8
10.7
8.1
4.2
2.5
2.2
1.9
1.9
0.9
1.1
1.0
0.9
0.8
0.8
0.7
-
-
1.0
1.1
1.2
1.5
0.3
0.6
0.1
1.0
1.4
1.3
0.8
0.7
0.5
0.6
1.3
1.0
1.0
0.8
1.0
0.7
Sumber: WTO (2004)
18
1SSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Selatan, Amerika Serikat, RR Cina dan Malaysia; ikan tuna
(d) serta strategi, struktur dan persaingan usaha. Dilain
ke Jepang, Filipina dan Singapura; udang ke Jepang,
pihak, pemerintah juga memiliki peranan dalam perbaikan
Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Amerika
daya saing, terutama dalam bentuk kebijakan ekspor-impor
Serikat dan Belgia; tanaman hias dan bunga potong ke
maupun kebijakan-kebijakan lainnya yang diharapkan
Hong Kong, Taiwan, Belanda, Singapura, Jepang, Amerika
dapat melindungi industri maupun bisnis lainnya yang
Serikat, Kanada, RR Cina, buah-buahan dan sayur-sayuran
dijalankan di negara yang bersangkutan. Dalam hal ini,
ke Singapura, Malaysia dan Jepang; tepung sagu ke Ma-
pemerintah harus memposisikan diri sebagai katalis untuk
laysia; kelapa dan produk-produk turunannya ke
memperkuat dan mendorong kinerja bins ins dan industri
Singapura, Arab Saudi, Pakistan, Taiwan dan Malaysia;
dalam mencapai daya saing yang lebih baik. Meskipun
kopi dan produk-produk turunannya ke Amerika Serikat,
perananannya bersifat parsial, tetapi pemerintah memiliki
Jepang,
kedudukan yang
Korea,
Singapura, Malay-
kuat
dalam
sia, dan Inggris; teh
menciptakan
keAustralia, Jerman,
lingkungan bagi
Singapura, Taiwan,
bisnis dan industri
Malaysia,
dan
yang kompetitif.
Inggris; rotan ke
Oleh karena itu,
Hong Kong dan RR
pemerintah hams
Cina; kelapa sawit
m
dan turunannya k
menerapkan
India, Belanda, dan
prins ip-prinsi p
RR Cina; kakao ke
dasar
Malaysia, Amerika
meningkatkan daya
Serikat, Singapura,
saing
Australia, Jepang,
dengan
amp
u
untuk
nasional,
cara
Filipina, Perancis, Belanda, Spanyol, dan Afrika Selatan;
mendorong perubahan, mempromosikan persaingan
serta tembakau ke Amerika Serikat, Belgia, Malaysia, Rusia,
domestik serta merangsang inovasi. Kebijakan yang perlu
dan Singapura.
diterapkan diantaranya meliputi penciptaan faktor-faktor
yang akan menghasilkan keunggulan kompetitif,
menghindari campur tangan dalam faktor dan pasar kurs,
KineIja ekspor-impor Indonesia sebagai salah satu indikator
memperkuat standar produk, keamanan, dan lingkungan
dalam pembangunan perekonomian negara terkait dengan
yang ketat, membatasi kerjasama langsung diantara para
kondisi daya saingnya terhadap negara-negara lain.
pesaing industri, mempromosikan tujuan yang mengarah
Berdasarkan teori daya saing Porter (Wild et ai., 2004), daya
pada investasi yang bertahan lama, melakukan deregulasi
saing suatu negara dalam suatu industri sangat tergantung
persaingan, menjalankan kebijakan antitrust domestik yang
pada kapasitas industri tersebut dalam melakukan inovasi
kuat, serta menolak pengaturan perdagangan (Choo dan
dan perbaikan, yang pengukurannya dilakukan melalui
Moon, 2003).
empat elemen, yakni (a) kondisi faktor, (b) kondisi
permintaan, (c) industri sejenis dan industri pendukung,
19
ISSN: 0853-8464
A GRlMEDLA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Tabel4. Peringkat Daya Saing Beberapa Negara di Asia
Peringkat
Negara
2004
4
7
9
21
29
31
34
46
55
69
73
76
77
91
102
Taiwan
sゥョセ。ー⦅オイ@
Jepang
Hong Kong
Korea
Malaysia
Thailand
RRCina
India
Indonesia
Sri Langka
Filipina
Vietnam
Pakistan
Bangladesh.
Sumber: WEF (2004)
2003
5
6
11
24
18
29
32
44
56
72
68
66
60
73
98
Status perekonomian Indonesia sangat tergantung pada
hal memposisikan integrasi regional sebagai salah satu
kondisi daya saing internasionalnya. Dengan
elemen dalam strategi liberalisasi unilateral, multilateral dan
menggunakan indeks daya saing pertumbuhan (Growth
regional. Strategi liberalisasi unilateral berhubungan
Competitiveness Index), yang meliputi elemen-elemen
dengan program reformasi perekonomian domestik.
penyusun pertumbuhan ekonomi, yakni kualitas
Keberhasilannya dalam meminimalkan resiko perdagangan
lingkungan makroekonomi, institusi publik, serta tingkat
dan diversi investasi serta meningkatkan perdagangan
kepentingan penggunaan teknologi dalam pembangunan,
intraregional melalui penurunan biaya input, meningkatkan
posisi daya saing pertumbuhan Indonesia pada tabun 2004
kompetisi dari impor menjadi pertumbuhan produktivitas
berada pada peringkat ke-69, atau naik tiga peringkat dari
serta mengintegrasikan perekonomian nasional ke dalam
posisinya pada tabun 2003 (peringkat ke-72). Oleh'karena
perekonomian global; telah dapat dilihat di beberapa
itu, posisinya masib jauh tertinggal di bawab tiga negara
negara, seperti Argentina, Brazilia, RR Cina (era 1990-
tetangga terdekat, yakni Singapura, Malaysia dan Thai-
an) dan India. Strategi liberalisasi unilateral tersebut telab
land, yang pada tabun 2004 berhasil menempati posisi daya
berhasil dilakukan, sehingga dalam periode 1983 - 2003,
saing secara berurutan pada peringkat ke tujuh, ke-31 dan
tarif perdagangan yang diberlakukan di negara-negara
ke-34.
berkembang mengalami penurunan hingga 21 persen, yang
juga muncul sebagai dampak dari Perjanjian Uruguay (Uru-
Sebagai negara yang statusnya masih berkembang, Indo-
guay Round). Dilain pihak, liberalisasi multilateral
nesia memerlukan upaya yang lebih keras untuk bertaban
memunculkan reformasi perekonomian domestik dalam
di dalam pasar global yang sangat kompetitif, sehingga
bentuk peningkatan akses ke pasar global. Strategi tersebut
setiap pelaku bisnis di Indonesia seyogianya tidak hanya
diduga memberikan manfaat yang lebih besar bagi negara-
memfokUskan perhatiannya pada penggalian keunggulan
negara berkembang dalam hal memberikan tekanan
komparatif dan kompetitifnya saja. Dalam hal ini, para
terhadap implementasi perluasan perdagangan di pasar-
pelaku bisnis di Indonesia seharusnya dapat mengadaptasi
pasar terbuka, proteksi serta distrorsi subsidi perdagangan
strategi yang diutarakan oleh World Bank (2005) dlilam
untuk komoditi-komoditi dan produk-produk agribisnis.
20
ISSN:0853-8464
A GRIMEDU • Volume 9. No.2 Desember 2004
Strategi ketiga, yaitu kebijakan open regionalism menjadi
Arah pengembangan bisnis menuju pembangunan
altematif lain yang dapat dilakukan "dalam mereformasi
ekonomi yang berkelanjutan di atas seyogianya dilakukan
kebijakan perdagangan. Strategi terse but memberikan
dengan berpatokan pada visi untuk memperbaiki ekonomi
dampak positif terhadap penurunan tekanan politik re-
golongan keeil dan menengah, yang selama ini memberikan
gional serta peningkatan skala ekonomis dalam pengadaan
kontribusi yang sangat penting, tidak hanya terhadap
infrastruktur bisnis.
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dalam mendukung
kesejahteraan
Untuk membantu
masyarakat. Perbaikan-
meningkatkan
perbaikan
kinerja bisnis, dana
harus dilakukan melalui
dari
sektor
peningkatan kinerja
pun
perekonomian yang
diduga akan turut
aktif dan produktif,
difokuskan pada
peneiptaan kesadaran
pengembangan
akan
infrastruktur, yang
berpolitik yang lebih
diharapkan tidak
mantap, peningkatan
hanya ditujukan
kepeduJian sosial, serta
k
pengembangan
perbankan
u
n
u
terse but
kehidupan
pembangunan infrastruktur transportasi, enerji dan
diversifikasi bisnis komersial yang produktif, yang lebih
telekomunikasi saja, tetapijuga untuk berbagai infrastruktur
ditujukan terhadap pengembangan bisnis keeil dan
pendukung agribisnis, terutama yang berhubungan
menengah. Berpedoman kepada rekomendasi hasil studi
dengan fasilitas penyimpanan komoditas atau produk. Hal
Tim ADB - SEARCA - Departemen Pertanian RI (2004),
tersebut eukup mendasar, terutama sejak ditetapkannya
maka strategi-strategi yang seharusnya dijalankan adalah
target pertumbuhan perekonomian hingga 6,5% pada akhir
(a) melakukan pereepatan pengembangan sumberdaya
tahun 2005 (Yudhoyono, 2004), serta dititikberatkannya
manusia (terutama yang memiJikijiwa kewirausahaan); (b)
sektor pertanian sebagai sektor prioritas utama. Dengan
peneapaian modal sosial melalui desentraliasi, kolaborasi
demikian, proses pembangunan seeara berkelanjutan
dan pemberdayaan masyarakat (term as uk didalamnya
seyogianya dapat dilakukan seeara seimbang antara
perbaikan infrastruktur, pengembangan kapasitas bisnis,
pembangunan pertanian sebagai penyedia bahan baku
serta implementasi kebijakan teknologi informasi dan
utama (meneakup kegiatan budidaya serta akses produsen
komunikasi), (e) melakukan revitalisasi produktivitas
terhadap sumber-sumber penyedia input produksi di lini
melalui riset dan pengembangan (diversifikasi) bisnis, (d)
on-farm), industri manufaktur sebagai pengolah dan
mendukung bisnis yang kompetitif dan efisien; (e)
penghasil nilai tambah (off-farm), serta elemen-elemen
melaksanakan pertumbuhan dan perbaikan produktivitas
pendukungnya (fasilitas infratruktur, perbankan dan
ekonorni perdesaan; memperbaiki pengelolaan sumberdaya
kelembagaan hukum yang mendapatkan dukungan penuh
alam; serta (f) mengembangkan kapasitas manajerial, teknis
dan kemampuan pelayanan di setiap level bisnis yang
dijalankan.
21
ISSN:0853-8464
A GRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Daftar Rujukan
BPS (Badan Pusat Statistik). 2004. Statistik Perdagangan
Luar Negeri Indonesia Ekspor 2003. Jilid I. BPS.
Jakarta.
Cho, D.S. dan H.e. Moon. 2003. From Adam Smith to
Michael Porter: Evolusi Teori Daya Saing.
Terjemahan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Tim ADB - SEARCA - Departemen Pertanian RI (2004).
ADB TA No. 3843-INO: Agriculture and Rural
Development Strategy Study. Strategy Paper.
ADB - SEARCA - Deptan. Jakarta.
WEF (World Economic Forum). 2004. The Global
Competitiveness Report 2004-2006. WEF di
dalam http://www.weforum.org. (Diakses
tanggal 30 Desember 2004).
Wild, J.J., K.L. Wild dan J.e. Y. Han. 2004. International
Business: an Integrated Approach. Prentice Hall.
New Jersey.
World Bank. 2004. Global Economic Prospect 2005 East
Asia and the Pacific Regional Highlights. World
Bank.
Di
dalam
http://
siteresources.worldbank.org/INTGEP2005/
Resources/EAPHighlightsEN G. pdf (diakses
tanggal27 Desember 2004).
World Bank. 2005. Global Economic Prospects: Trade,
Regionalism and Development. World Bank.
Swiss.
WTO (World Trade Organization). 2004. International
Trade StatIstics 2004. New York.
Yudhoyono, S.B. 2004. Revitalisasi Ekonomi Indonesia:
Bisnis, Politik dan Good Governance. Cetakan
Ketiga. Brighten Press. Bogor.
22
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004