Bisnis Indonesia Dan Tantangan Perdagangan Global 2005

IISNIS INDONESIA DAN TANTANGAN

PERDAGANGAN
GLOBAL2005
Perkembangan bisnis di Indonesia akhir-akhir ini, yang
diharapkan mampu memperbaiki kondisi perekonomian
bangsa dan kesejahteraan masyarakat dapat dijadikan awal
yang baik bagi Indonesia dalam menghadapi perdagangan
global di tahun 2005. Hal tersebut membawa implikasi
pada pentingnya pemahaman dari para pelaku bisnis
terhadap konsep dan teknik yang harus dipertimbangkan
dalam bisnis yang dijalankan, sehingga pemahaman
terhadap kondisi lingkungan lokal, regional dan
intemasional dapat diperbaiki. Pada tahun 2005, integrasi
perekonomian negara-negara di Asia Tenggara dengan
perekonomian global diperkirakan akan mendorong

Oleh:

terjadinya integrasi perekonomian regional di wilayah


E. Gumbira-Sa'id 1 dan G Chandra DewP

tersebut. World Bank (2004) menginformasikan bahwa
peningkatan ekspor dari negara-negara di Asia Tenggara
secara langsung maupun tidak langsung juga telah
berakibat pada peningkatan imp or, karena interaksi global telah mengakibatkan peningkatan permintaan lokal
terhadap produk-produk impor. Ditinjau daTi segi
perdagangan global, nilai neraca ekspor impor Indonesia
pada tahun 2003 yang lalu masih positif (Rp 28,4 milyar)
(WTO, 2004). Akan tetapi, meskipun pertumbuhan
ekspomya masih lebih tinggi (7%/tahun) dibandingkan
dengan pertumbuhan impomya (4%/tahun), perubahan
nilai ekspor Indonesia dinilai tidak signifikan, jika
dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, seperti RR
Cina (34%/tahun), Korea Selatan (l9%/tahun), Thailand
(l7%/tahun), Singapura (15%/tahun), Hong Kong (13%/
tahun), dan Vietnam (22%/tahun) (Tabell).

I


Guru Besar Teknologi Industri Pertanian , Fakultas Teknologi Pertanian dan Direktur Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian

Bogor.
2

Asisten Riset Manajemen Agroindustri, Magister Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

16
ISSN:0853-8464

AGRIMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004

Tabell. Daftar Beberapa Negara Eksportir dan Importir di Dunia, Tahun 2003
Peringkat

Negara

Nilai
Persentase
(USD milyar) lPerubahan (%


Peringkat

I

Jerman

748,3

22

I

2

Amerika
Serikat
Jepang
RRCina
Perancis

Inggris
Belanda
Italia
Kanada
Belgia
Hong Kong
Korea
Selatan
Singapura
Malaysia
Thailand
Australia
Indonesia
Filipina
Vietnam

723,8

4


2

471,8
437,9
386,7
304,6
294,1
292,1
272,7
255,3
228,7
193:8

13
34
17
9
20
15
8

18
13
19

3
4
5
6
7
8
9
10
II
13

144,1
99,4
80,5
71,5
61,0

36,5
20,2

15
7
17
10
7

15
19
21
22
36
41
43

3
4
5

6
7
8
9
10
12
16
20
24
26
30
37
49

°

22

Nilai
(USD milyar)


Negara

Amerika
Serikat
Jerman
RRCina
Inggris
Perancis
Jepang
Italia
Belanda
Kanada
Belgia
Hong Kong
Korea
Selatan
Singapura
Australia
Malavsia

Thailand
Filipina
Indonesia
Vietnam

1303,1

Persentase
Perubahan
(%)
9

601,7

23

413,1
390,8
390,5
382,9

290,8
262,8
245,0
235,4
233,2
178,8

40
13
19
14
18
20
8
18
12
18

127,9
89,1
81,9
75,8
39,5
32,6
24,9

10
23
3
17
6
4
31

.

Surnber: WTO (2004)
Dalam pasar global, produk-produk manufaktur menempati

pasar global (Tabel 2). Hal tersebut seyogianya menjadi

prioritas utarna perdagangan, dengan kontribusi mencapai

sebuah gambaran bagi masa depan agribisnis di Indone-

lebih dari 74 persen dari total ekspor dunia. Dilain pihak,

sia, yang diharapkan dapat memperbaiki kinerja ekspornya

dengan kondisi global yang semakin membutuhkan

dalam waktu mendatang.

kecepatan dalam hal jaringan interaksi dan komunikasi,
produk-produk transportasi dan telekomunikasi juga

Dalam beberapa dekade terakhir, kinerja ekspor Indonesia

menempati posisi yang sangat penting (di atas 38 persen).

sesungguhnya belum menunjukkan perubahan yang

Meskipun sektor pertanian sangat berperan dalam hal

berarti. Hal tersebut sangat berbeda jika dibandingkan

penyediaan bahan baku produksi, tetapi perdagangan di

dengan beberapa negara lainnya, seperti RR Cina dan Thai-

sektor tersebut hanya memberikan kontribusi sekitar

land, yang telah mampu meningkatkan kontribusi ekspor

sembilan persen dari total perdagangan produk'-produk di

komoditi-komoditi pertaniannya antara dua hingga tiga kali

Tabel 2. Perdagangan Ekspor di Dunia Berdasarkan Jenis Produk, 2003
Jenis Produk
Pertanian
p・イエ。ュ「ョセ@

Manufaktur
Mesin dan Peralatan
Transportasi
Tekstil
Pakaian
Produk-Produk Lain

Nilai
(USn Milyar)
674
960
5437
2894

Persentase
Perubahan (%)

169
226
644

II

IS
21
14
13

12

IS

Persentase (%)

1995

2003

11.7
10.9
74.1
38.7

9.2
13.2
74.5
39.7

3.0
3.2
8.6

2.3
3.1
8.8

Sumber: WTO (2004)

isn[PXUSセ@

17
AGRlMEDlA - Volume 9, No.2 Desember 2004

lipat dalam waktu sekitar 20 tahun. Pada tahun 2003 yang

komoditi pertanian ke negara-negara yang kebutuhan

lalu, Indonesia menjadi negara pengekspor komoditi

impomya untuk komoditi sejenis cukup tinggi, seperti Uni

pertanian terbesar kesebelas di dunia, dengan total nilai

Eropa, Amerika Serikat, Jepang, RR Cina, Kanada, Korea,

ekspor mencapai Rp 9,94 milyar. NegaraAsia lainnya yang

Hong Kong, Saudi Arabia, dan sebagainya (Tabel 3).

memiliki kinerja ekspor komoditi pertanian yang cukup baik
diantaranya adalah RR Cina Thailand, Malaysia dan India

Beberapa komoditi pertanian yang potensial dikembangkan

(Tabel 3). Dilain pihak, Indonesia memiliki peluang yang

untuk pasar ekspor diantaranya adalah daging karkas ke

sangat baik untuk mengembangkan pasar ekspor komoditi-

Singapura dan Malaysia; ikan hias ke Hong Kong, Korea

Tabel3. Lima Belas Negara PengeksporlPengimpor Komoditi-Komoditi Pertanian, Tahun 2003
Negara

Eksportir
Uni Eropa
Amerika Serikat
Kanada
Brazil
RRCina
Australia
Thailand
aイセ・ョエゥ。@

Malaysia
Meksiko
Indonesia
New Zealand
Rusia
Cili
India
Importir
Uni Eropa
Amerika Serikat
Jepang
RRCina
Kanada
Rep. Korea
Meksiko
Rusia
Hong Kong
Taipei
Switzerland
Saudi arabia
Thailand
Indonesia
Turki

Kontribusi Terhadap Dunia (%)

Nilai
(USD Milyar)

2003

1980

1990

2000

2003

284.14
76.24
33.69
24.21
22.16
16.34
15.08
12.14
11.06
9.98
9.94
9.60
9.37
7.47
7.03

32.8
17.0
5.0
3.4
1.5
3.3
1.2
1.9
2.0
0.8
1.6
1.3

42.4
14.3
5.4
2.4
2.4
2.8
1.9
1.8
1.8
0.8
1.0
1.4

-

-

0.4
1.0

0.7
0.8

39.7
13.0
6.3
2.8
3.0
3.0
2.2
2.2
1.5
1.7
1.4
1.4
1.4
1.2
1.2

42.2
11.3
5.0
3.6
3.3
2.4
2.2
2.1
1.6
1.5
1.5
1.4
1.4
1.1
1.2

308.87
77.27
58.46
30.48
18.02
15.56
13.85
13.73
10.81
7.96
7.12
6.26
5.72
5.44
5.22

42.9
8.7
9.6
2.1
1.8
1.5
1.2

47.1
9.0
11.4
1.8
2.0
2.2
1.2

40.5
11.7
10.5
3.3
2.6
2.2
1.9
1.5
1.1

42.8
10.7
8.1
4.2
2.5
2.2
1.9
1.9
0.9
1.1
1.0
0.9
0.8
0.8
0.7

-

-

1.0
1.1
1.2
1.5
0.3
0.6
0.1

1.0
1.4
1.3
0.8
0.7
0.5
0.6

1.3
1.0
1.0
0.8
1.0
0.7

Sumber: WTO (2004)

18
1SSN:0853-8464

AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004

Selatan, Amerika Serikat, RR Cina dan Malaysia; ikan tuna

(d) serta strategi, struktur dan persaingan usaha. Dilain

ke Jepang, Filipina dan Singapura; udang ke Jepang,

pihak, pemerintah juga memiliki peranan dalam perbaikan

Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Amerika

daya saing, terutama dalam bentuk kebijakan ekspor-impor

Serikat dan Belgia; tanaman hias dan bunga potong ke

maupun kebijakan-kebijakan lainnya yang diharapkan

Hong Kong, Taiwan, Belanda, Singapura, Jepang, Amerika

dapat melindungi industri maupun bisnis lainnya yang

Serikat, Kanada, RR Cina, buah-buahan dan sayur-sayuran

dijalankan di negara yang bersangkutan. Dalam hal ini,

ke Singapura, Malaysia dan Jepang; tepung sagu ke Ma-

pemerintah harus memposisikan diri sebagai katalis untuk

laysia; kelapa dan produk-produk turunannya ke

memperkuat dan mendorong kinerja bins ins dan industri

Singapura, Arab Saudi, Pakistan, Taiwan dan Malaysia;

dalam mencapai daya saing yang lebih baik. Meskipun

kopi dan produk-produk turunannya ke Amerika Serikat,

perananannya bersifat parsial, tetapi pemerintah memiliki

Jepang,

kedudukan yang

Korea,

Singapura, Malay-

kuat

dalam

sia, dan Inggris; teh

menciptakan

keAustralia, Jerman,

lingkungan bagi

Singapura, Taiwan,

bisnis dan industri

Malaysia,

dan

yang kompetitif.

Inggris; rotan ke

Oleh karena itu,

Hong Kong dan RR

pemerintah hams

Cina; kelapa sawit

m

dan turunannya k

menerapkan

India, Belanda, dan

prins ip-prinsi p

RR Cina; kakao ke

dasar

Malaysia, Amerika

meningkatkan daya

Serikat, Singapura,

saing

Australia, Jepang,

dengan

amp

u

untuk

nasional,
cara

Filipina, Perancis, Belanda, Spanyol, dan Afrika Selatan;

mendorong perubahan, mempromosikan persaingan

serta tembakau ke Amerika Serikat, Belgia, Malaysia, Rusia,

domestik serta merangsang inovasi. Kebijakan yang perlu

dan Singapura.

diterapkan diantaranya meliputi penciptaan faktor-faktor
yang akan menghasilkan keunggulan kompetitif,
menghindari campur tangan dalam faktor dan pasar kurs,

KineIja ekspor-impor Indonesia sebagai salah satu indikator

memperkuat standar produk, keamanan, dan lingkungan

dalam pembangunan perekonomian negara terkait dengan

yang ketat, membatasi kerjasama langsung diantara para

kondisi daya saingnya terhadap negara-negara lain.

pesaing industri, mempromosikan tujuan yang mengarah

Berdasarkan teori daya saing Porter (Wild et ai., 2004), daya

pada investasi yang bertahan lama, melakukan deregulasi

saing suatu negara dalam suatu industri sangat tergantung

persaingan, menjalankan kebijakan antitrust domestik yang

pada kapasitas industri tersebut dalam melakukan inovasi

kuat, serta menolak pengaturan perdagangan (Choo dan

dan perbaikan, yang pengukurannya dilakukan melalui

Moon, 2003).

empat elemen, yakni (a) kondisi faktor, (b) kondisi
permintaan, (c) industri sejenis dan industri pendukung,

19
ISSN: 0853-8464

A GRlMEDLA - Volume 9, No.2 Desember 2004

Tabel4. Peringkat Daya Saing Beberapa Negara di Asia
Peringkat

Negara

2004
4
7
9
21
29
31
34
46
55
69
73
76
77
91
102

Taiwan
sゥョセ。ー⦅オイ@

Jepang
Hong Kong
Korea
Malaysia
Thailand
RRCina
India
Indonesia
Sri Langka
Filipina
Vietnam
Pakistan
Bangladesh.
Sumber: WEF (2004)

2003
5
6
11

24
18
29
32
44
56
72
68
66
60
73
98

Status perekonomian Indonesia sangat tergantung pada

hal memposisikan integrasi regional sebagai salah satu

kondisi daya saing internasionalnya. Dengan

elemen dalam strategi liberalisasi unilateral, multilateral dan

menggunakan indeks daya saing pertumbuhan (Growth

regional. Strategi liberalisasi unilateral berhubungan

Competitiveness Index), yang meliputi elemen-elemen

dengan program reformasi perekonomian domestik.

penyusun pertumbuhan ekonomi, yakni kualitas

Keberhasilannya dalam meminimalkan resiko perdagangan

lingkungan makroekonomi, institusi publik, serta tingkat

dan diversi investasi serta meningkatkan perdagangan

kepentingan penggunaan teknologi dalam pembangunan,

intraregional melalui penurunan biaya input, meningkatkan

posisi daya saing pertumbuhan Indonesia pada tabun 2004

kompetisi dari impor menjadi pertumbuhan produktivitas

berada pada peringkat ke-69, atau naik tiga peringkat dari

serta mengintegrasikan perekonomian nasional ke dalam

posisinya pada tabun 2003 (peringkat ke-72). Oleh'karena

perekonomian global; telah dapat dilihat di beberapa

itu, posisinya masib jauh tertinggal di bawab tiga negara

negara, seperti Argentina, Brazilia, RR Cina (era 1990-

tetangga terdekat, yakni Singapura, Malaysia dan Thai-

an) dan India. Strategi liberalisasi unilateral tersebut telab

land, yang pada tabun 2004 berhasil menempati posisi daya

berhasil dilakukan, sehingga dalam periode 1983 - 2003,

saing secara berurutan pada peringkat ke tujuh, ke-31 dan

tarif perdagangan yang diberlakukan di negara-negara

ke-34.

berkembang mengalami penurunan hingga 21 persen, yang
juga muncul sebagai dampak dari Perjanjian Uruguay (Uru-

Sebagai negara yang statusnya masih berkembang, Indo-

guay Round). Dilain pihak, liberalisasi multilateral

nesia memerlukan upaya yang lebih keras untuk bertaban

memunculkan reformasi perekonomian domestik dalam

di dalam pasar global yang sangat kompetitif, sehingga

bentuk peningkatan akses ke pasar global. Strategi tersebut

setiap pelaku bisnis di Indonesia seyogianya tidak hanya

diduga memberikan manfaat yang lebih besar bagi negara-

memfokUskan perhatiannya pada penggalian keunggulan

negara berkembang dalam hal memberikan tekanan

komparatif dan kompetitifnya saja. Dalam hal ini, para

terhadap implementasi perluasan perdagangan di pasar-

pelaku bisnis di Indonesia seharusnya dapat mengadaptasi

pasar terbuka, proteksi serta distrorsi subsidi perdagangan

strategi yang diutarakan oleh World Bank (2005) dlilam

untuk komoditi-komoditi dan produk-produk agribisnis.

20
ISSN:0853-8464

A GRIMEDU • Volume 9. No.2 Desember 2004

Strategi ketiga, yaitu kebijakan open regionalism menjadi

Arah pengembangan bisnis menuju pembangunan

altematif lain yang dapat dilakukan "dalam mereformasi

ekonomi yang berkelanjutan di atas seyogianya dilakukan

kebijakan perdagangan. Strategi terse but memberikan

dengan berpatokan pada visi untuk memperbaiki ekonomi

dampak positif terhadap penurunan tekanan politik re-

golongan keeil dan menengah, yang selama ini memberikan

gional serta peningkatan skala ekonomis dalam pengadaan

kontribusi yang sangat penting, tidak hanya terhadap

infrastruktur bisnis.

pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dalam mendukung
kesejahteraan

Untuk membantu

masyarakat. Perbaikan-

meningkatkan

perbaikan

kinerja bisnis, dana

harus dilakukan melalui

dari

sektor

peningkatan kinerja

pun

perekonomian yang

diduga akan turut

aktif dan produktif,

difokuskan pada

peneiptaan kesadaran

pengembangan

akan

infrastruktur, yang

berpolitik yang lebih

diharapkan tidak

mantap, peningkatan

hanya ditujukan

kepeduJian sosial, serta

k

pengembangan

perbankan

u

n

u

terse but

kehidupan

pembangunan infrastruktur transportasi, enerji dan

diversifikasi bisnis komersial yang produktif, yang lebih

telekomunikasi saja, tetapijuga untuk berbagai infrastruktur

ditujukan terhadap pengembangan bisnis keeil dan

pendukung agribisnis, terutama yang berhubungan

menengah. Berpedoman kepada rekomendasi hasil studi

dengan fasilitas penyimpanan komoditas atau produk. Hal

Tim ADB - SEARCA - Departemen Pertanian RI (2004),

tersebut eukup mendasar, terutama sejak ditetapkannya

maka strategi-strategi yang seharusnya dijalankan adalah

target pertumbuhan perekonomian hingga 6,5% pada akhir

(a) melakukan pereepatan pengembangan sumberdaya

tahun 2005 (Yudhoyono, 2004), serta dititikberatkannya

manusia (terutama yang memiJikijiwa kewirausahaan); (b)

sektor pertanian sebagai sektor prioritas utama. Dengan

peneapaian modal sosial melalui desentraliasi, kolaborasi

demikian, proses pembangunan seeara berkelanjutan

dan pemberdayaan masyarakat (term as uk didalamnya

seyogianya dapat dilakukan seeara seimbang antara

perbaikan infrastruktur, pengembangan kapasitas bisnis,

pembangunan pertanian sebagai penyedia bahan baku

serta implementasi kebijakan teknologi informasi dan

utama (meneakup kegiatan budidaya serta akses produsen

komunikasi), (e) melakukan revitalisasi produktivitas

terhadap sumber-sumber penyedia input produksi di lini

melalui riset dan pengembangan (diversifikasi) bisnis, (d)

on-farm), industri manufaktur sebagai pengolah dan

mendukung bisnis yang kompetitif dan efisien; (e)

penghasil nilai tambah (off-farm), serta elemen-elemen

melaksanakan pertumbuhan dan perbaikan produktivitas

pendukungnya (fasilitas infratruktur, perbankan dan

ekonorni perdesaan; memperbaiki pengelolaan sumberdaya

kelembagaan hukum yang mendapatkan dukungan penuh

alam; serta (f) mengembangkan kapasitas manajerial, teknis
dan kemampuan pelayanan di setiap level bisnis yang
dijalankan.

21
ISSN:0853-8464

A GRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004

Daftar Rujukan
BPS (Badan Pusat Statistik). 2004. Statistik Perdagangan
Luar Negeri Indonesia Ekspor 2003. Jilid I. BPS.
Jakarta.
Cho, D.S. dan H.e. Moon. 2003. From Adam Smith to
Michael Porter: Evolusi Teori Daya Saing.
Terjemahan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Tim ADB - SEARCA - Departemen Pertanian RI (2004).
ADB TA No. 3843-INO: Agriculture and Rural
Development Strategy Study. Strategy Paper.
ADB - SEARCA - Deptan. Jakarta.
WEF (World Economic Forum). 2004. The Global
Competitiveness Report 2004-2006. WEF di
dalam http://www.weforum.org. (Diakses
tanggal 30 Desember 2004).
Wild, J.J., K.L. Wild dan J.e. Y. Han. 2004. International
Business: an Integrated Approach. Prentice Hall.
New Jersey.
World Bank. 2004. Global Economic Prospect 2005 East
Asia and the Pacific Regional Highlights. World
Bank.
Di
dalam
http://
siteresources.worldbank.org/INTGEP2005/
Resources/EAPHighlightsEN G. pdf (diakses
tanggal27 Desember 2004).
World Bank. 2005. Global Economic Prospects: Trade,
Regionalism and Development. World Bank.
Swiss.
WTO (World Trade Organization). 2004. International
Trade StatIstics 2004. New York.
Yudhoyono, S.B. 2004. Revitalisasi Ekonomi Indonesia:
Bisnis, Politik dan Good Governance. Cetakan
Ketiga. Brighten Press. Bogor.

22
ISSN:0853-8464

AGRIMEDIA . Volume 9, No.2 Desember 2004