Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke

PERENCANAAN INTERPRETASI BIOTA AIR
DI SUAKA MARGASATWA MUARA ANGlKE

Ofeh :
SEPTALINA PRADINI

I

M PASCASARJANA
PERTANIAN BOGOR
2002

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : ccPERENCANAAN

4NTERPRETASI EHOTA AIR

DI SUAKA WRGASATWA NlUARA ANGKE",

&&ah benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan dapat diperiksa kebenarannya.


d3~
Se

lina Pradini

ABSTRAK
SEPTALINA PRADINI.
Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Suaka
Margasatwa Muara Angke.
Dibimbing oleh HAD1 S. ALIKODRA, DEDl
SOEDHARMA, dan E. K. S. HARlNl MUNTASIB.
Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) sebagai hutan mangrove
merupakan habitat kera ekor panjang, burung-burung merandai, dan berbagai jenis
biota air. Sejauh ini, sangat sedikii masyarakat yang mengetahui tentang biota air di
SMMA karena belum ada program interpretasi tentang biota air. Peneliian ini
bertujuan untuk menyusun rencana interpretasi biota air di SMMA. Tahaptahap
perencanaan interpretasi adalah penentuan topik dan tujuan, pengumpulan data,
analisis data, sintesis, dan penyusunan rencana.
Di Suaka Margasatwa Muara Angke ditemukan 14 jenis ikan, di antaranya

ikan gabus (Ophiochepalus strietus), sepat rawa (Trichogaster tricopterus), sepat
siam (T. pectoralis), kepala timah (Aphlocheilus phancanx), julung-julung
(Hyporamphus negletus), sapu kaca (Hypostomus sp.) and mujair (Oreochmmis
mosambica). Selain itu terdapat kepiting (Sesarma sp.), keong mas (Pomacea sp.),
biawak (Varanus salvador), dan ular air (Homalopsis buccata). Nipah dan bakau
dapat tumbuh membentuk fonnasi sendiri, begitu pula dengan eceng gondok yang
tumbuh subur.
Dari hasil kuisioner, pengunjung kurang tertarik dengan biota air karena
mereka pada umumnya belum mengetahuinya. Berbeda dengan masyarakat sekiiar
yang lebih dulu tahu, akan tetapi kurang menyadari untuk ikut melestarikan biota air.
lnfonnasi biota air juga sangat dibutuhkan oleh pihak pengelola, karena sampai saat
ini belum memiliki data secara lengkap.
Agar pengunjung mudah untuk memahami tentang biota air sekaligus
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, periu disusun rencana interpretasi.
Untuk menunjang pelaksanaan rencana interpretasi biota air di Suaka Margasatwa
Muara Angke dapat dikembangkan tiga jalur, yaitu jalur darat sebelah Barat, jalur air,
dan jalur jatan papan di atas air. Disamping itu juga diperlukan beberapa sarana dan
fasilis interpretasi yang memudahkan pelayanan kepada pengunjung.

Keywod :interpretasi, biota air, tahap-tahap perencanaan interpretasi


Judul Tesis

:

Perencanaan lnterpretasi Biota Air di Kawasan Suaka
Msrgasatwa Muse Angke

Nama

:

Septalina Pradini

Nomor Pokok

:
:

99 279


Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Alam dm Lingkungan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

proMr. Ir. Dedi Sudharrna.DEA
Anggrn

Dra. E.K.S. Harini Muntasib, MS.
~~ggota

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan lingkungan,

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. MS.


Tanggal lulus : 27 November 2001

PERENCANAAN INTERPRETASI BIOTA AIR
DI SUAKA JMARGASATWA MUARA ANGKE

SEPTALINA PRADINI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Alarn dan Lingkungan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Penulis dilahirkan sebagai anak tengah dari tiga bersaudara di Banyuwangi
pada tanggal 16 September 1975 dari pasangan Bapak bambang Supriyanto, S.H
(Alm) dan Ibu Titit Kartini, S.H.

Pendidikan formal dimulai penulis dari TK. Santa Maria Banyuwangi pada
tahun 1981. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDK Santa
Maria Banyuwangi tahun 1988, dilanjutkan di SMP Negen 1 Banyuwangi yang
terselesaikan pada tahun 1991. Tahun 1994 penulis lulus dari jenjang pendidikan
atas di SMA Negeri 2 Banyuwangi dan pada tahun yang sama penulis diterima di
IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setahun kemudian penulis
diterima di Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan dengan bidang Keahlian
Manajemen Sumberdaya Perairan.

Empat tahun kemudian (1998) penulis

dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dari program sajana.
Kemudian pada tahun 1999 atas dukungan orang tua penulis mengambil program
pascasarjana IPS dan diterima di Program Studi Pengetolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan.
Selain menjadi mahasiswa pascasajana, penulis melakukan magang kerja di
Pusat Peneliiian Lingkungan Hidup IPB, asisten Kepala Program Pengeloiaan
Sumberdaya Air sampai sekarang dan magang kerja sebagai asisten Pembantu
Ketua (Puket) I Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor. Penulis juga menjadi
asisten luar biasa mata ajaran Dasar-dasar llmu Lingkungan bagi mahasiswa

diplama Program Studi Pengelola Lapang Perkebunan Fakultas Pertanian IPB tahun
ajaran 199912000 dan Pengelolaan Kawasan Wisata Air bagi mahasiswa sajana
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan tahun ajaran 200012001. Disamping itu
penulis juga aktif di berbagai kegiatan lingkungan, baik di dalarn lingkungan kampus
IPB maupun di luar kampus.

PRAKATA

AlhamdulillahirrobiIaIadn, segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar magister pada Program Pascasarjana.
Tesis yang berjudul Penyusunan Rencana lnterpretasi Biota Air di

Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke bertujuan membantu dan
mempermudah masyarakat umum untuk memahami biota air, sekaligus membuka
wawasan agar ikut menjaga kelestarian biota air yang ada di Suaka Margasatwa
Muara Angke. Dimana nantinya peruntukan kawasan ini akan diarahkan pada
kegiatan envimnmental educatian dan wisata terbatas.
Perencanaan interpretasi tentang biota digunakan untuk membantu
pengunjung mengembangkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman tetang biota

air dan habitatnya. lnterpretasi biota air ini ditujukan untuk semua pengunjung yang
datang ke kawasan, baik dengan tujuan rekreasi, pendidikan dan peneliian, maupun
masyarakat sekitar yang memiliki interaksi dengan kawasan. Obyek interpretasi
biota air yang ditawarkan ditekankan pada jenis mangrove, nipah, eceng gondok,
kepiting, dan ikan
Penyusunan tesis ini tidaklah sempuma tanpa bantuan, masukan, dan
dukungan dari berbagai pihak.

Oleh kar8na itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada :
1.

Mama dan Papa, atas segala didikan, kasih sayang, dorongan material dan
spiritual, serta doa restunya

2.

Mas Andri dan Mbak Ratna, Dik Gerry dan Rita, Cacak dan Mas Dian, serta
keluarga besar Ponorogo atas kasih sayang dan dorongan semangatnya


3.

Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS., Prof. Dr. lr. Dedi Sudharrna, DEA, dan Ibu
Dra. E. K. S. Harini Muntasib, MS., selaku komisi pembimbing atas segala
arahan, bimbingan, dan masukan selama perencanaan hingga tersusunnya
tesis ini

4.

Tim Perencana Pengelolaan Suaka Margasatwa Muara Angke, atas
kerjasama dalam memperoleh data peneliian

5.

Prof. Dr. It. M. Sri Saeni. M.S., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya AIam dan Lingkungan

6.


Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta beserta seluruh staf,
atas segala inforrnasi yang diberikan

7.

Bapak Naman dan Bapak Nanang, Keluarga Bapak Atok dan Bapak Misran
(Muara Angke) atas segala bantuan selama penelitian

8.

Agus Herrnansyah, 'perancang peta interpretasi'

9.

Bapak Dr. Ir. M. F. Rahardjo, DEA dan Ibu tr. Lenny S. Syafei, MS. di Cikaret

10.

Ibu Atwindrasti, San-san, Nurindah, dan Warga petwira 4 : Rulan, Atiek,
Nunui, Dada, Rahmah, dan Rika, serta seluruh rekan-rekan PPs IPB atas

dukungannya

11.

Teristimewa untuk suamiku, Kanda Akur, atas segalanya yang tidak bisa
penulis dapatkan dari orang lain
Akhimya, penulis menyadari bahwa kebenaran itu semata-mata dari Allah

S W dan kekhilafan itu merupakan ketaksernpurnaandiri penulis.

Bogor, Februari 2002

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................

i
PfUKA5A .............................................................................................................. ii
DAFTAR IS1 ...........................................................................................................iv
..................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................
.
.
...................................................................................................
DAFTAR TABEL
vii
...
..*..... ........VIII
O M T A R lAWW.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
,
.
.
.
.
.
.
.
s
.
.
.
.
.
.
.
.
. *. .*.*. ..................*...

.....

.

1

.................................................................. 1
Pendahuluan .......................
.
.

1.1. Latarbelakang ....................................................................................I
1.2. Tujuan dan manfaat............................................................................4
t.3. ~ ~ U Q I G I............................................................................4

Tinjauan Pustaka ......................., ............................................................... 8
2.1. lnterpretrasi Lingkungan.....................................................................8
2.2. Perencanaan interpretasi ................................................................-14
2.3. Biota air ............................................................................................ -20
2.4. Ekosistem mangrove....................................................................... -21
2.5. Fungsi dan manfaat ekosistem mangrove ...................................... 23
2.6. Rantai makanan................................................................................ 24
2.7. Kawasan Konservasi Suaka Margasatw Muam Angke .................26

. . . . . . ...........................
. . . . . . . . . ..
..
.
Metode Penelitian
-29
3.1. WaMu dan lokasi ..............................................................................29
3.2. Tahap-tahap perencanaan interpretasi...........................................-29
3.2.1. Penentuan obyektif / tujuan ..................................................29
3.2.2. lnventarisasi atau pengumpulan data .................................. 30
3.2.3. Anaiisis data..........................................................................35
..-37
3.2.4. Sintesis dan atternatif-atternatif perencanaan..........
.
.
.
3.2.5. Penetapan rencana interptetasi ..........................................-38

.

4

Hasil dan Pembahasan ...........................................................................
39
Keadaan umum Suaka Margasatwa Muara Angke .........................39
4.1.
4.1.1. Sejarah. status, luas dan lokasi............................................
39
4.1.2. Aksesibiltas ...........................................................................40
4.1.3. Fasilitas dan sarana............................................................. -40
4.2.
Aspek fisik ......................................................................................... 41
4.2.1. Tanah dan topografi..............................................................41
4.2.2. lWim .......................................................................................42
4.2.3. Hidrologi................................................................................
43
4.3.
Aspek biologi.....................................................................................50
4.3.1. Flora ......................................................................................
50
4.3.2. Fauna.................................................................................... 51
4.3.3. Fauna air ............................................................................... 52
Aspek sosial budaya.........................................................................57
4.4.

4.5.

4.6.
4.7.

Aspek pengunjung ............................................................................
59
.........................................................
4.5.1. Komposisi pengunjung
59
4.5.2. Penilaian pengunjung terhadap kawasan ............................ 63
4.5.3. Perilaku pengunjung saat di kawasan..................................67
4.5.4. Penilaian pengunjung terhadap sarana dan fasilitas
...............................................-69
lnterpretasi .......................
.
73
Pengelolaan Suaka Margasdwa Muara Angke ............
Keinginan masyarakat sekitar .......................................................... 76

.

Perencanaan lnterpretasi Untuk Umum...................................................
78
.........................................................78.
5;1. Konsep.perencanaan.........
.
5.2.
Pembagian ruang ............................................................................ -82
5.3. Jalur interpretasi .............................................................................. -83
5.4. Metode dan teknik interpmtasi .........................................................85
5,5. F a . S iinteqxehsi ygng akan dikembangkan .............................. -87

6.

Skenario Cerita .........................................................................................
92
6.1. Jalur darat di sebelah barat kawasan .............................................. 94
6.2. Jalur air .............................................................................................
97
6.3. Jalan papan di atas air (boardwalk).............................................. 100

.

Program interpretasi ............................................................................... 105

.

Kesimpulan dan saran ............................................................................ 111
0.1. Kesimpulan .................................................................................... 111
8.2. Saran.............................................................................................. 112

5

7

8

DAFTAR PUSTAKA
W I R A N

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Teks

.....................................7
.
.

1-1. Diagram kerangka pemikiran...........................

2-1. Tahaptahap rencana interpretasi ............................................................. 16
2.2 . Rantai makanan ekosistem mangrove............................................
.....

25

.
5-1.

74

4.1

Struktur organisasi pengelola kawasan .................................................

Peta rencana fasilitas interpretasi biota air ...............................................91

7-1. Skema jalur air untuk program kunjungan 2.5 jam .............................

106

7-2. lkan julung-julung dan ikan sapu kaca ................................................... 107

DAFTAR TABEL

label

Teks

Halarnan

3.1

. Komponenfisika dan kimia perairan yang diukur .....................................31

4.1

.

4.2

. Hasil analisis kualitas air ...........................................................................44

4.3

. Jenis dan kelimpahan plankton di Suaka Margasatwa Muara Angke ......54

Jenis. jumlah. dan kondisi fasilitas dan sarana di Suaka Margasatwa
Muara Angke.............................................................................................. 41

4-4 . Hasil analisis benthos di Suaka Margasatwa Muara Angke .....................55
4.5

. Jenis-jenis ikan di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke

4.6

. Komposisi pengunjung berdasarkan kelompok umur. jenis kelamin.
peke-.
pendidikan dan a& ................................................................ .60

Tahun 2001................................................................................................ 56

4.7 . Tujuan pengunjung datang ke Suaka Margasatwa Muara Angke

berdasarkan kuisioner ............................................................................... 63

4.8 . Tujuan pengunjung datang ke Suaka Margasatwa Muara Angke
berdasarkan hasil pencatatan BKS-DADKI Jakarta 2000 ........................63

4.9

.

Penilaian pengunjung terhadap kawasan ...............................................

64

4.10 .Ketertarikan pengunjung terhadap sumberdaya di kawasan ...................65
4-1 I. Perilaku pengunjung selama berkunjung ke kawasan..............................68
4-12.Penilaian dan harapan pengunjung terhadap sarana dan fasilitas ..........70

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Teks

1.

Peta pengambilan sampel kualitas air dan biota air ...........................117

2.

Peta sebaran vegetasi di SMMA ...................................................... 118

3.

Peta sebaran fauna air di SMMA ......................................................

4.

Daftar pengunjung SMMA 2000-2001..............................

5.

Peta jalur interpretasi SMMA ............................................................... 121

119

.
.
.
........... 120

1. PENDAHULUAN

I.I. Latar belakang
Muara Angke sebagai kawasan hutan bakau yang masih tersisa di DKI
Jakarta sering dilupakan orang. Keberadaan hutan bakau Muara Angke membantu
masyarakat khususnya warga Jakarta dan sekiiamya untuk memudahkan melihat
dan mengenal komunitas hutan mangrove dengan segala jenis hewan yang hidup di
dalamnya.

Disamping itu, letaknya yang tidak jauh dari pusat-pusat keramaian

(pusat perbelanjaan dan wisata seperti pasar ikan), berdekatan dengan Bandara
lnternasional Sukarno Hatta, serta berbatasan dengan pemukiman mewah (Pantai
lndah Kapuk), memudahkan masyarakat mencapai lokasi Muara Angke.
Muara Angke, yang berbentuk hutan mangrove, me~pakankawasan hutan
di pesisir utara DKI Jakarta yang memiliki sifat khas sebagai suatu sistem
penyangga kehidupan.

Sebagai system penyangga kehidupan Muara Angke

berperan dalam menyangga masuknya air laut ke darat, mencegah abrasi dengan
fungsi periindungan fisiknya, habitat ikan dan berbagai jenis burung serta satwa liar
lainnya, sebagai tempat pendidikan dan pene'tian, serta merupakan ruang terbuka
hijau kota yang turut menyumbang oksigen dan berfungsi sebagai areal rekreasi
alam (Dinas Kehutanan DKI Jakarta, 1997).
Hutan mangrove Muara Angke merupakan hutan mangrove alam yang
termasuk dalam satu rangkaian ekosistem estuaria Teluk Jakarta dan telah banyak
mengalami kemunduran. Kondisi kawasan mangrove ini mendapat tekanan dan
ancaman terutama dari proyek perumahan Pantai lndah Kapuk (PIK) dan reklamasi
Teluk Jakarta. Meskipun demikian, masih terdapat berbagai biota yang hidup dan
mampu bertahan di kawasan tersebut. Tim Survei Rencana Pengelolaan Kawasan

Suaka Margasatwa Muara Angke (2000) mencatat masih terdapat 74 jenis burung
dan beberapa jenis reptilia (biawak dan ular).

Selain itu masih ditemukan 2

kelompok populasi kera ekor panjang.
Di kawasan Muara Angke tidak hanya burung merandai dan kera ekor
panjang yang diminati pengunjung, tetapi juga beberapa jenis ikan, seperti sepat
(Trichogaster sp.), gabus (Ophiocephalus striatus), julung-julung (Hyporamphus
negletus), kepala timah (Aplocheilus panchax), dan sidat (Moringuia raitaborua).
Selain itu masih ada tumbuhan yang menarik, seperti bakau, nipah dan eceng
gondok, meskipun masyarakat pada umumnya hanya memandang eceng gondok
sebagai tumbuhan pengganggu (gulma). Ketidaktahuan masyarakat ini yang
berpotensi menjadi ancaman bagi keberadaan biota-biota tersebut. Sampai saat ini
Suaka Margasatwa Muara Angke belum dilengkapi perencanaan interpretasi yang
disusun dengan mempertimbangkan kondisi yang ada dalam kawasan, kemampuan
pihak pengelola, dan keinginan pengunjung. Pengunjung jarang didampingi oleh
pemandu yang

berpengalaman dengan

kawasan,

sehingga

pengunjung

mengembangkan interpretasinya masing-masing berdasarkan persepsi dan
kepentingan mereka.
Dan berbagai keunikan kondisi mangrove, keanekaragaman hayati, dan letak
kawasan yang strategis membuat Suaka Margasatwa Muara Angke sangat potensial
dikembangkan sebagai kawasan wisata terbatas serta lebih diiekankan pada tujuantujuan pendidikan. Terbukanya Suaka Margasatwa Muara Angke sebagai kawasan
wisata dengan penekanan pendidikan mendapat tanggapan positif dan antusias dari
masyarakat. Hal ini terbukti dari hasil-hasil kunjungan masyarakat yang tercatat
ataupun yang tidak tercatat semakin banyak terutama ketika akhir pekan.

Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke tidak mungkin terlepas dari
interaksi masyarakat di sekitamya dan orang-orang yang berkunjung ke kawasan.
lnteraksi tersebut kadangkala tanpa disadari dapat mengganggu bahkan merusak
sumberdaya dan lingkungan, sehingga mengakibatkan menurunnya kualis dan
kuantiias kawasan khususnya biota air. Untuk mengurangi dan mencegah
kerusakan kawasan lebih lanjut, maka perlu meningkatkan kesadaran dan
kepedulian orang-orang yang datang berkunjung ke kawasan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah membuka pemikiran dan mengembangkan wawasan orang-orang
yang datang ke kawasan mengenai makna yang tersimpan dan yang sesungguhnya
berguna dari biota air serta komponen penyusun ekosistem dalam kawasan.
Dengan kata lain pellu mengubah pola pikir pengunjung dan masyarakat di
sekitarnya yang awalnya kurang mengerti tentang biota air dan habiatnya menjadi
lebih memahami keberadaan mereka.
Biota air tidak mungkin menjelaskan dan menceritakan sendiri tentang apa
dan bagaimana mereka kepada manusia, sehingga pelu disampaikan kepada
pengunjung sedemikian nrpa agar menarik dan tidak hanya sekedar menyampaikan
informasi. Upaya penyampaian makna di balik perilaku dan kebiasaan biota air serta
pesan lingkungan secara demikian umumnya merupakan komunikasi dengan
menggunakan pendekatan interpretasi.
Kegiatan interpretasi sangat berguna untuk mengarahkan dan meningkatkan
rasa keingintahuan bagi orang-orang yang datang berkunjung dan diharapkan
mampu mengurangi dampak yang dapat merugikan bagi biota air dan habiatnya.
Agar keberadaan biota air dapat ditafsirkan dan dipahami dengan benar sehingga
memenuhi target dan sasaran yang ditentukan, maka perlu disusun suatu

perencanaan interpretasi mengenai biota air sebagai salah satu komponen
ekosistem di Suaka Margasatwa Muara Angke.

1.2.

Tujuan dan manfaat
Penelian ini bertujuan untuk menyusun rencana interpretasi mengenai biota

air di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke. Penelian ini juga bertujuan
menambah pengetahuan orang-orang yang datang berkunjung tentang biota air di
kawasan tersebut, sehingga mereka lebih memahami biota air dan lebih membuka
wawasan mereka untuk ikut menjaga kelestarian dan kenyaman kawasan.
Dari hasil peneliian ini dapat digunakan sebagai salah satu bagian
perencanaan kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke apabila dikembangkan
sebagai suatu kawasan wisata terbatas, sekaligus mendukung pendidikan
konservasi lingkungan terhadap masyarakat yang berinteraksi langsung dengan
Suaka Margasatwa Muara Angke.

1.3.

Kerangka pemikiran
Fungsi kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) adalah untuk

pengawetan dan perlindungan satwa dan habiiatnya dari kerusakan dan tekanan.
Akhir-akhir ini, kawasan SMMA cenderung juga berfungsi sebagai tempat rekreasi.
Dengan demikian SMMA tidak terlepas dari adanya pengunjung. Pengunjung yang
datang memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda-beda. Ada pengunjung
datang dengan tujuan untuk rekreasi, ada yang bertujuan untuk mengadakan
penelitian dan pendidikan, dan ada juga masyarakat sekitar yang berinteraksi
dengan kawasan.

Sebagai salah satu ekosistem estuaria, biota air menrpakan komponen
ekosisten yang penting di SMMA. Akan tetapi biota air ini kurang diketahui dan
dipahami keberadaannya oleh masyarakat khususnya pengunjung kawasan,
sedangkan biota air tidak mungkin menyampaikan sendiri makna yang tersimpan di
dalam dirinya kepada pengunjung.
lnterpretasi merupakan suatu media penghubung antara biota air dengan
pengunjung.

Perencanaan interpretasi biota air di Suaka Margasatma Muara

Angke akan membantu pengunjung mengungkapkan makna sebenamya dari
keberadaan biota air di kawasan tersebut.
Penelian ini dilakukan dengan mengkaji kondisi saat ini Suaka Margasatwa
Muara Angke dengan tujuan untuk menyusun rencana interpretasi sekaligus
mendukung pendidikan konservasi. Penyusunan rencana interpretasi tersebut
didahului dengan melihat sumberdaya biota air dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan disesuaikan dengan keinginan dan harapan pengunjung
kawasan.
Keinginan dan harapan pengunjung terhadap kawasan sebenarnya dapat
dilihat dad karakteristik, penilaian, dan perilaku pengunjung terhadap biota air yang
ada di kawasan.

Penelitian ini ditekankan pada karakteristik fisik dan biologi

perairan serta tekanan terhadap sumberdaya biota air. Selain itu, penelitian ini juga
ditunjang dengan mempertimbangkan keinginanan dan harapan masyarakat
setempat, instansi pengelola kawasan, dilengkapi dengan sejarah dan mitos tentang
kawasan.
Untuk

memperoleh gambaran yang

berbeda dari

masing-masing

sumberdaya dan pengunjung dilakukan analisis yang meliputi ; analisis potensi biota
air, analisis perilaku pengunjung, analisis keinginan masyarakat, dan analisis

pengelolaan kawasan. Dan hasil analisis tersebut kemudian dilakukan sintesis yaitu
penentuan atternatif sumberdaya sebagai obyek interpretasi yang akan ditawarkan
dan fasilias interpretasi yang akan dikembangkan dengan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugiannya. Keluaran yang diharapkan dari sintesis yaitu
tersusunnya rencana interpretasi tentang biota air dan keluaran interpretasi yang
berupa booklet atau leaflet. Secara lengkap kerangka pemikiran tersebut disajikan
pada Cambar 1-1.

+

t

NJUAN :
Penyusunan rencana interpretasi
Mendukung pendidikankonservasi
UTAMA :
1. KaraMeristik Sumberdaya
Fisik (warna air, pas& bau air, dll)
Biotogi (udang, kepiting, ikan, dll)
2. Tekanan terhadap habitat
PENUNJANG:
1. Keinginan dan harapan masyarakat
2. Pengelolaan kawasan
3. Mis dan legenda

I

b

SUPLAY

DEMAND

I

I

1. K a r a k W k pengunjung
Komposisi
Tujuan
1 Aktivitas
2. Perilaku pengunjung terhadap:
SDA yang rnenarik
lnteraksi dan pemathbn SDA

ANAUSlS :
Analisis Potensi Sumberdaya Alam
Analisis Perilaku Pengunjung
Analisis Keinginan Masyarakat
Analisis Pengelolaan Kawasan

.c
Keluaran InteweUsi (booklet dan W)

Gambar 1-1. Bagan alir kerangka pemikiran

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

lnterpretasi Lingkungan
lnterpretasi sebenamya muncul dari keluhan pengunjung yang datang ke

suatu kawasan yang tidak memiliki keindahan, keunikan, atau kekhasan tertentu.
Namun, semua nilai tersebut tidak dapat diketahui dan dinikmati sebagian besar
pengunjung karena tidak ada petunjuk atau tanda dan informasi yang dapat
menjelaskan apa yang sebenamya tersimpan dalam kawasan tersebut. Sedangkan
obyek yang ada tidak dapat menceritakan tentang dirinya sendiri. Banyak
pengunjung bertanya dalam hati tanpa ada yang bisa menjawabnya, seperti apa
nama pohon yang besar sekali ini dan apa manfaatnya, berapa kira-kira umurnya,
bagaimana bisa sampai sebesar itu, dan lain sebagainya (Muntasib, 1998). Dengan
dasar pemikiran demikian, maka interpretasi dikembangkan.
lnterpretasi adalah sebuah pelayanan kepada pengunjung taman, hutan dan
tempat-tempat yang dilindungi dan tempat-tempat rekreasi lainnya.

Meskipun

pengunjung datang untuk rekreasi dan aspirasi, banyak juga yang berkeinginan
untuk belajar tentang sumberdaya dan budaya pada suatu kawasan. Sumberdaya
tersebut dapat berupa proses geologi, flora, fauna, komponen ekologi, dan sejarah
manusia. Datam ha1 ini interpretasi merupakan jembatan atau rantai komunikasi
antara obyek atau sumberdaya alam dengan pengunjung yang datang pada
kawasan tersebut (Frontispiece dalam Sharpe, 1982).
Beberapa pengertian dari istilah interpretasi lingkungan antara lain
dikemukakan oteh Freeman Tilden (1957) menyatakan bahwa interpretasi
lingkungan adalah suatu kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mengungkapkan
makna dan hubungan antara obyek-obyek alami dengan pengunjung menggunakan

pengalaman dan media ilustrasi, bukan sekedar menyampaikan keteranganketerangan berdasarkan fakta.
Hamld Wallin dalam Sharpe (1982) mengemukakan bahwa interpretasi
adalah membantu pengunjung untuk merasakan sesuatu yang dirasakan oleh
interpreter, seperti sensitivitas terhadap keindahan, kerumitan, variasi dan interelasi
lingkungan, perasaan takjubfierpesona dan keingintahuan. lnterpretasi juga
membantu pengunjung membangkitkan perasaan di rumah sendiri pada lingkungan
tersebut. Hal ini dapat membantu mengembangkan persepsi manusia. Selain itu,
interpretasi merupakan kombinasi dari enam hall yaitu pelayanan informasi,
pelayanan pemanduan, pendidikan, hiburan, inspirasi, dan promosi (Yorke Edwards

dalam Sharpe, 1982).
Interpretasi, sebagaimana disampaikan oleh Don Aldridge pada Konverensi
Dunia Taman Nasional ll dalam Sharpe (1982), merupakan suatu seni menjelaskan
bahwa manusia merupakan bagian dari lingkungannya, untuk meningkatkan
kepedulian pengunjunglmasyarakat tentang pentingnya hubungan tersebut, dan
menggugah hasrat untuk melibatkan diri dalam perlindunganterhadap lingkungan.
Kegiatan interpretasi dalam rangka konservasi alam sebagai suatu kegiatan
bina cinta alam yang khusus ditujukan kepada pengunjung kawasan konservasi
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti,
serta dengan mempertemukan pengunjung dan obyek-obyek interpretasi. Dengan
demikian pengunjung dapat memperoleh pengalaman langsung melalui panca
inderanya (penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, maupun perasaan).
Hal ini akan membantu pengunjung untuk lebih memahami dan menikmati
lingkungan yang dikunjunginya dan dapat mengembangkan persepsinya (Direktorat
Taman Nasional dan Hutan Wisata, 1988).

Ada tiga tujuan interpretasiseperti dinyatakan obh Sharpe (1982), yaitu:
1. Membantu pengunjung mengembangkan kesadaran, apresiasi, dan

pengertian tentang lokasi yang dikunjungi, sehingga mendapatkan
banyak pengalaman yang menyenangkan
2. Membantu pengelola mencapai tujuan pengelolaan yang dimungkinkan

karena: (1) interpretasi dapat mendorong pengunjung menggunakan
sumberdaya dengan bijaksana, (2) interpretasi dapat mempetkecil atau
menghindari dampak

negatiif kegiatan manusia yang merusak

sumberdaya alam dan lingkungan
3. Meningkatkan pengertian masyarakat umum

terhadap sasaran dan

tujuan yang hendak dicapai oleh pengelola, lnterpretasi yang baik dapat
meningkatkan pandangan atau pengertian, sehingga mendukung
sasaran dan tujuan pengelolaan.
lnterpretasi dapat memberikan kontribusi dalam fungsi organisasi yang layak,
dimana dengan interpretasi, pihak pengelola kawasan dapat menjelaskan tujuan
pengelolaan secara jelas, sehingga personil pengelola yang kurang memahami
peranannya dapat diperingatkan kembali tentang tujuan pengelolaan (Direktorat
Taman Nasional dan Hutan Wisata, 1988).
Tilden (1957) mengemukakan enam prinsip interpretasi, yaitu :
I.Suatu interpretasi yang tidak ada kaitannya antara apa yang diperagakan

atau diuraikan dengan apa yang dialami para pengunjung merupakan
hal-ha1 yang sia-sia. Jadi, segala sesuatu yang diinterpretasikan
merupakan sesuatu yang nyata.

2. Interpretasi berbeda dengan informasi, karena interpretasi adalah

ungkapan rahasia yang berdasarkan informasi-informasi. Jadi interpretasi
lebih lengkap dari informasi.
3. lnterpretasi adalah suatu seni tetapi proporsional, yang merupakan

gabungan dari berrnacam-macam seni, baik yang bersifat alamiah,
sejarah, maupun arsitektur. Pada tingkat tertentu, seni dapat diajarkan.
4. Dalam menyampaikan interpretasi bukanlah suatu perintah melainkan

bersifat persuasive (pancingan atau himbauan yang halus).
5. lnterpretasi berrnaksud menunjukkan secara keseluruhan dan bukan

sebagian-sebagian. lnterpretasi harus ditunjukkan pada semua orang
dan tidak pada golongan tertentu saja.
6. lnterpretasi yang ditujukan pada anak-anak bukan merupakan

penyederhanaan dari interpretasi yang ditujukan pada orang dewasa.
Masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda.
Menurut Sharpe (1982), untuk melaksanakan interpreiasi lingkungan kepada
pengunjung dengan

baik,

memerlukan

petunjuk dan

penuntun dalam

penyusunannya yang b i disebut Program Interpretasi. Program interpretasi
meliputi pengetahuan dari segala usaha interpretasi, mulai dari personil, fasilis,
dan seluruh kegiatan interpretasi,

kelembagaan,

d m lokasinya sendhi.

Ditambahkan pula bahwa program interpretasi menghubungkan sumberdaya alam
atau budaya dengan pengunjung menggunakan berbagai macam variasi media
Disamping itu, program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi
yang disusun menurut waktu tertentu dan skenario cerita yang tertentu pula (Ditjen
PHPA, 1988).

Aldridge (1972) dalam Muntasib (2001) memberikan batasan tentang tipetipe interpretasi sebagai berikut :

I)

lnterpmtasi tempat historis adalah seni dalam menjelaskan hal-ha1 lampau
dalam hubungannya dengan tata lingkungan dan kondisi sosial. Kegiatan ini
dilakukan dengan membuat suatu program yang mempertunjukkangambargambar, slide, film, dan media lainnya di pusatlsentra pengunjung dan bisa
berbentuk cerita atau tema tertentu. Tujuannya adalah untuk membangkiikan
kesadaran pengunjung akan sejarah tempat yang dikunjunginya sehingga
dapat memahami atau lebih lanjut dapat ikut melestarikantempat tersebut.

2)

lnterpretasi

fempat

alami

adalah

seni

dalam

menjelaskan

atau

mengungkapkan karakteristik suatu daerah dengan mengembangkan kondisi
tanah atau batuan yang ada dengan tanaman yang tumbuh ataupun dengan
binatang yang hidup di dalamnya juga dengan kehidupan manusia. Kegiatan
ini bisa dilakukan kepada pengunjung dengan menunjukkan tempat-tempat
sebenarnya, bisa didahului dengan suatu cerita atau tema yang menarik.
Program yang akan disusun diharapkan juga dapat membangkiikan minat
dan kesadaran pengunjung tentang keindahan alam dan potensi yang
dikandungnya.

3)

lnterpretasi tata lingkungan adalah seni dalam mengungkapkan hubungan
antara manusia dan lingkungannya. Kegiatan ini ditujukan bagi masyarakat,
langsung di lapangan dengan menunjukan tempat-tempat sebenamya atau
dapat merupakan cerita yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
kemudian disusun menjadi suatu tema atau cerita tertentu dengan
menggunakan media slide, video, foto, atau contoh-contoh hasil pengaruh
manusia terhadap lingkungannya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk

rneyakinkan rnasyarakat betapa pentingnya hubungan antara rnanusia
dengan lingkungannya dan sedapat rnungkin mernbangkitkan keinginan
untuk melestarikan hubungan tersebut.

Pendidikan pelestarian adalah suatu seni dalam memberikan pelajaran atau
menciptakan situasi belajar yang berhubungan dengan tata lingkungan.
Kegiatan ini bukan hanya ditujukan bagi pelajar, tetapi juga bagi orang-orang
yang dianggap haws mengetahui dan ikut rnelestarikan tata lingkungan baik
bewpa kursus-kursus atau penyuluhan-penyuluhan. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk rnemberikan kesadaran, rneningkatakan pengertian tata
lingkungan dan lebih jauh lagi ikut rnenyelamatkan lingkungan.

Bentuk interpretasi di luar tempat aslinya dapat sekaligus digunakan untuk
beberapa maksud, misalnya :
1)

Pendidikan konservasi
Bentuk ini di Indonesia rnasih kurang populer, misalnya saja pemutaran film
tentang alarn untuk masyarakat atau pada rnusirn-rnusim liburan

2)

Urban interpretation
Merupakan bentuk interpretasi yang jauh dari lokasi atau kawasan yang
dapat diinterpretasikan. lnterpretasi ini diiujukan kepada masyarakat yang
ingin rnenikmati suatu kawasan tetapi jauh dan dana tidak rnernungkinkan,
rnenarik perhatian pengunjung yang diharapkan tertatik setelah rnelihat
peragaan, dan menjelaskan kepada calon pengunjung yang ingin datang ke
suatu kawasan yang akan dikunjungi.

2.2.

Perencanaan interpretasi
Bradley, sebagaimana dikutip oleh Sharpe (1982), menyatakan perlunya

penyusunan perencanaan interpretasi dimaksudkan untuk mengoptimalkan,
meminimumkan kesuiitan dan memaksimumkan efesiensi dari semua sumberdaya
baik dana, waktu maupun tenaga. Tujuh ha1 yang ingin dicapai dalam interpretasi
adalah :
1.

Dapat dipergunakan
Perkembangan fasilitas untuk menunjang program yang direncanakan
seharusnya disesuaikan, programnya dapat dipergunakan dan disenangi,
kesdamatan pengunjung harus diperhatikan, terutama dalam penggunaan
jalan dan interaksi dengan subyek interpretasi

2.

Efisien
Dimaksudkan untuk mencegah agar fasilitas yang dipergunakan tidak
terbuang percuma, baik dari segi pelayanan, pembiayaan, pemeliharaan
maupun dari segi penggunaan

3.

Aminitas
Dapat mengungkapkan keindahan dari kawasan yang direncanakan,
menyediakan paket yang bervariasi tetapi kompak dengan karakferistik yang
ada, indah dan memberikan gambaran dari subyek interpretasinya, dan
memperhatikan lansekap yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam

4.

Fleksibel dan selektii
Perencanaan merupakan suatu proses yang terbuka sehingga harus
memadukan keinginan atau selera pengunjung dengan potensi kawasan
tanpa banyak mengadakan perubahan, program yang disusun terutama
disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia tetapi hams berkembang

sehingga pengunjung dapat lebih tertarik dan mengerti, merenungkan dan
mengevaluasi gambaran yang diperoleh
5.

Meminimumkan kerusakan lingkungan alam
Sedikit

melakukan

perubahan

terhadap

lingkungan

alam

dan

memperhitungkan supaya tekanan yang ditimbulkan pengunjung sekecil
mungkin, terutama untuk jenis-jenis obyek yang langka
6.

Penggunaan sumberdaya yang optimal
Sebuah masalah yang terus-menerus dalam perencanaan adalah
pengalokasian modal dan sumberdaya manusia di antara bermacam-macam
tipe investasi yang dibutuhkan untuk sebuah program interpretasi, terdapat
sebuah pilihan antara perkembangan-perkembangan baru dan perbaikanperbaikan program yang menunjukkan beberapa penafsiran saat semua itu
digunakan secara optimum

7.

Keterlibatan dan partisipasi masyarakat
Masyarakat

umum

seharusnya

mengambil

bagian

dalam

proses

perencanaan secara keseluruhan daripada kesernpatan untuk memberikan

k M a n d m penyuaran pikhan.

Ditegaskan puta okh Bmcby &am

Sha~pe (9982) h h v a pnssrrs

perencanaan dimaksudkan untuk mengikuti kaidah-kaidah umum yang dibedakan
hanya dengan sasaran-sasaran perencanaan yang spesink dan' organisasi' tertentu.
Proses-proses tersebut cenderung berurutan, interaktii dan berkelanjutan. Setiap
tahap berlanjut ke tahap berikutnya dan membutuhkan input serta feedback
sepanjang proses. Sebuah rencana tidak pernah sempurna, selalu dibutuhkan

perbaikan dan pengembangan. Skema pada Gambar 2-1 menunjukkan langkahlangkah perencanaan interpretasi.
Masukan

Sintesis

Rencana

data

Gambar 2-1. Tahaptahap Rencana lnterpretasi (Sharpe, 1982)
Tahap 1. Tujuan
Tujuan-tujuan merupakan pedoman mewujudkan aktivitas khusus yang
dibutuhkan dalam perencanaan interpretasi. Sebagaimana diindikasikan oleh Young

dalam Sharpe (1982) bahwa pedoman hams :
1).

Menyatakan suatu tujuan yang menyeluruh

2).

Mengindikasikan kepedulian implikasi dari tujuan tersebut atau tujuan lain

3).

Memberikan target yang mencerminkan tujuan keseluruhan dan hasil yang
akan dicapai

4).

Mengimplikasikan bagian-bagianaksi
Purtney dan Wagar yang dikutip oleh Sharpe (1982) menemukan tingkatan-

tingkatan tersebut ke daiam keb'ikan tujuan, tujuan untuk pedoman pemilihan
peluang-peluang, dan evaluasi tujuan. Tingkatan pertama memberikan suatu tujuan
untuk tindakan.

Sering berupa ide yang mungkin diekspresikan dalam bentuk-

bentuk abstrak sebuah nilai. Pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
menegaskan program secara iangsung dan seimbang. Tingkatan kedua merupakan

pedoman lebih spesifik dalam pemilihan peluang yang ada untuk interpretasi.
Tingkatan ketiga menegaskan hasil yang diharapkan dan ukuran-ukuran yang
diperbolehkan serta evaluasi yang berkaitan dengan kedua tingkatan sebelumnya.
Yang jelas untuk mencapai target hams mengetahui dimana target itu berada.
Tujuan dan detinisinya adalah pengembangan rencana secara keseluruhan. Asal
saja tujuan-tujuan tersebut dikembangkan dengan konsisten, ukuran keberhasilan
dari tingkatan ketiga akan dapat menduga keberhasilantingkatan sebelumnya.

-

Tahap 2. lnventarisasi pengumpulandata
Obyek dari tahap inventarisasi diidentiikasi dan menemukan sumberdaya
serta keindahan, yang meliputi aspek fisik, biologi, dan lingkungan budaya.
Pencarian informasi adalah sarana untuk pengembangan rencana interpretasi yang
berhasil dan harus disampaikan secara akurat serta dapat dipercaya.
Peluang untuk interpretasi dan inforrnasi yang bisa membentuk sebuah
program interpretasi seharusnya diidentifikasi selama proses pengumpulan data.
lnventarisasi yang baik memberikan data dasar yang diperiukan untuk transmisi
secara efektif dari informasi interpretasi, pengesahan untuk mendapatkan lahan, dan
peluang untuk memperkuat integritas interpretasi di suatu daerah. Teknik
inventarisasi bermacam-macam seperti menelusuri sumber-sumber informasi,
pencarian lieratur, pengujian potret udara, kaji ulang peta data, wawancara dengan
pekerja, warga negara, dan para pmfesional, dan melakukan analisis menggunakan
standar operasi.

Tahap 3. Analisis
lnformasi yang diperoleh dari inventarisasi memberikan gambaran berbeda
untuk semua elemen yang terdiri dari alam dan sistem budaya. Selama analisis
data yang diperoleh harus diuji dan dievaluasi sebagai saranlkritik informasi untuk
pengembangan rencana penggunaan dan sistem interaktif.
Analisis harus menitikberatkan masalah dalam proses dan tanggapan secara
keseluruhan menuju altematif pengelolaan yang lebih spesifik. lnterpretasi hams
mengupayakan penyajian secara keseluruhan daripada sebagian, oleh karena itu
analisis hams mempertimbangkan sistem secara total.
Tahap analisis juga mengidentifikasi potensi tema-tema interpretasi. Dasar
tema mungkin seputar ciri khusus dari suatu daerah, atau mungkin yang sifatnya
lebih umum.
Perencana sebaiknya berusaha untuk lebih melengkapi analisis. Waktu,
dana, dan keahiin dianggab sebagai faktor pembatas. lnformasi yang paling tepat
dapat dikumpulkan dari para ahli sosiologi, ekonomi, ekologi, dan para ahli yang lain.
Hal ini memberikan pengertian yang layak dari sumberdaya, para pengguna, dan
altematif strategi pengelolaan. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai keuntungan
yang berkelanjutan dengan sedikit mengeluarkan biaya.

Tahap 4. Sintesis dari atternatif perencanaan
Tahap ini merupakan tahap untuk memadukan beberapa bagian altematif
tindakan, mengidentifikasi masing-masing penerapannya. Rancangan dan ide
imajinatif menjadi penting, penyediaan selang pemilihan anfara &ernatif yang sama
baiknya dengan basis untuk seleksi program.

Dalam mempersiapkan alternatif, perencana harus sering melakukan review
atau mengkaji ulang tujuan-tujuan rencana interpretasi yang digunakan sebagai
pedoman. Perpaduan optimum dari teknologi interpretasi perlu dicoba, mungkin
merupakan media interpretasi yang lebih efektif dalam kaitannya dengan ketepatan
intensitas pengembangan fasilias. Dalam ha1 ini perlu dilakukan pengkajian ulang
terhadap kapasitas lingkungan, kebutuhan para pengguna, permintaan organisasi,
nilai-nilai kontemporer, trendlkecenderungan, dan kondisi.

Tahap 5. Rencana
Tahap akhir dari proses perencanaan menitikberatkan pada pemilihan
alternatif, yaitu satu ha1 akan lebih memuaskan untuk semua kepentingan. Dalam
tahap ini perencana harus melalukan perbaikan yang diperlukan dan mulai
melengkapi semua aspek dari rencana yang dipilih termasuk pendugaan secara
terperinci dari dampak implentasi.

Tahap 6. lmplementasi I penerapan
Pertama kali sebuah rencana diterapkan ada beberapa ha1 yang perlu
ditambahkan dan dipersiapkan sebelum usulan program interpretasi dapat
dijalankan. Tahap perkembangan haws dijadwalkan dengan telii untuk memastikan
urutan dari tindakan.
Pertimbangan keuangan menjadi perhatian utama. Hal ini bisa membutuhkan
perubahan dalam alokasi agen, dan beberapa perubahan pada prioritas yang akan
tetap dipertahankan. Para pekerja yang dibutuhkan hams dipertimbangkan dan
dana harus dialokasikan untuk mereka.

Biaya dan sumber dana hams jelas

kaitannya. Pertimbangan investasi dari waktu, keuangan, dan upaya dibutuhkan
untuk rencana-rencana yang baik berikutnya. Masyarakat semakin enggan melihat

anggaran belanja yang besar tanpa ada kenyataan dari antisipasi keuntungan. Oleh
karena itu, upaya implementasi hams diorganisir dan dijalankan dengan kebijakan
yang kuat dan efisien.

Tahap 7. Evaluasi dan perbalkan rencana
Untuk memastikan bahwa kelanjutan sebuah rencana dalam mencapai
tujuan, diperlukan program monitoring atau pemantauan. Evaluasi diiakukan
terhadap para pengguna dan dampak fasilitas terhadap sumberdaya serta dampak
program terhadap para pengguna. Kaji ulang setelah implementasi secara periodik
untuk waktu yang akan datang dapat memastikan kelangsungan program. Jadi
terkadang hanya dibutuhkan perbaikan pada program-program kecil. Program dapat
digabungkan atau digantikan kapan saja ketika peninjauan ulang mengindikasikan
masing-masing bagian dari tindakan.
Hal terpenting adalah bahwa semua anggota dari tim perencana
berpartisipasi dalam review agar memberikan kontribusi kriteria evaluasi dan saran
untuk perbaikan program. Proses review ini tidak hanya dibutuhkan untuk program
administrasi tetapi dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengembangan
program yang akan datang.

2.3.

Biota air
Odum (1993) menyatakan bahwa organisme dalam air dapat diklasifikasikan

dengan dasar niche utama pada posisinya dalam rantai makanan, yaitu sebagai
autotroph (produsen) :tanaman hijau dan mikroorganisme kemosintetik; phagotroph
(konsumen makro) : herbivora, predator, parasit, dan sebagainya; saprotroph

(konsumen mikro atau pengurai) : dihedakan la@herdasarkan bahan orgaruk yang

diuaikan.
Odum (1-993)
jugs mgnggdongkan W
u
k kebhpan at*

kgbiasaan hidup

organisme a& berdasarkafl model-kekidupmya, sebagai ben'kut :
Benthos-

: organism yartg melekat at%

beri&rerM pade dasar atgu

hidup di dasar enclapan. Binatsmg benthos dapat dibagi
berdasarkan cara makannya menjadi pemakan penyaring
(seperfi kerang) dan pemakan deposit (seperti siput).
Periphyton/aufwuchs : organisme baik tanaman maupun binatang dan daun dari
tanaman yang berakar atau perrnukaan lain yang menonjol
dari dasar
Plankton

: organisme mengapung yang

pergerakannya kira-kira

tergantung pada arus
: organisme yang 8apid berenmg 8an hetgerak den@
kemauan sendin, krrnasuk ikan, amfjbi, dan serangga. air
besar
: orgmismeymg beristir-

atau berenang padapmkaan-

air

2.4.

Ekosistem mang-rove
Ekosistem mangrove adalah suatu ekosistem khas di wilayah pesisir yang.

merupakm.tem3;2&. herlangswlgnyahtahungan.timhal. Wik anba kmpcm.en.at2iak
seperti.senyawa anurganik, organik, clan. pasanq surut, salinh. dengan. komponen.
biotik seperti produsen (vegebi dan plankton), konsarmen makm (serangga, ikan,
bufung, buaya dan lain-lain}, dm- k o n s u m mikrdsaprotfof~~MOfFof
(bakbdl fungi.

dm. lain-lain.), Kompmen. tumbuhannya sebagian besar berupa jenis-jenis. pohon,

yang keanekaragamannya. jauh lebih. kecil. daripada ekosistern. hutan darat.
Wagaman jmis yang M h . b

m fbKdapa#di. Mayah tropis dibandngkan.dengan

wilayh. subtropis dimma vegetasi mangmve di. wiiayat?. tFopis d i p h a k a n - terdift

dafi.60-jds, sechgkan di.wi#itag(alP~6trqAs-hmya SO j d s . K o t r t p o ~ e)te#ram?ya
~
sebagian besar berupa hewan avertebrata (hewan tidrrk bertulang belakang).
Sebagian besar biota tersebut hanya tedapat dalam ekosistem mangrove dan
sebagian kecil'terdapatjuga dalam ekosistem lain (Logo d'an Snedsker, 1974).
Ditambahkan oleh Mac Nae (1968) yang dikutip oleh Tomfinson (1986)
bahwa komunitas fauna mangrove membentuk percampuran antara dua kelompok :
1. Yang hidup di kolom air terutama jenis ikan dan udang
2. Yang. menempati substrat baik yang keras (akar dan batang mang.rove)

ma.upun. 1.u.n.ak (I.u.mpu.r).,.tem!@.ma kepitlng,. kemng. d.a.n. krlsag.ai Jenis
i n v m r a t a lainnya.
Mangrove mewpaltan habitat bagi' Berbagai'jenis satwa liar seperti' priinata,
reptilia, dan bunrng. Moluska sangat banyak ditemukan pada areal mangrove di
Indonesia. Budiman (1985) mencatat sebanyak 91 jenis moluska hanya dari satu
tempat saja di Seram, Maluku. Jumlah tersebut termasuk 33 jenis yang biasanya
terdapat pada karang, akan tetapi iuga sering. meng.un1ung.i ddarah mangrove.
Bebempa. dan. $1. j.enis kel~mpokmslunka.tersebut. d.iketatr.u.i.hl.d.up di. da1a.m.tm.atr.%
semmtaca yang lainnya ada yang hidup.

a. pemukaan. dm. ada

yang hidup.

menernpel pada tlcmbuh-tubuhan. Kepiting lugs umum. clitemukan di daerah
mangrova

khusu-snya jenis-jenis

p

w

-

daFi

pnk

€:lestocoe!oma,

Macrophthalmus, Metapla, Il~yopkxx,Sesarma, dan Ucha (Sasekumar, t974).

Kepiiing mangrove Scyfla serrata melrupakan kemmg yang hictup. di daerah

rnmgmeywtg mertlitikici-lai&momis- t i .
Mangrave juga merupakan h a b i penting bagi betbag& jems Cn;tstacea
terrnasuk jenis udang-udangan yang memiliki nilai komersiai; Beberapa jenis ikan
ditemukan di' areal' mangrove, yang dominan adalati ikan klanak (Mirgit cephahs)
yang bersifat herbivora.

23.

F

Me)aR m&d&ettt~ ~ T Q R P W

Pandangan bahwa ekosistem hutan mangrove merupakan sumberdaya yang
tidak berharga (waste land), sarang nyamuk malaria &an kotor mulai berubah
setelah disadan-bahwa ternyata hutan mangrove memiliki' berbagai' macam fungsi'
sosial, ekonomi, dan ekologi yang sangat dibutuhkan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung (Dahuri dan Arumsyah, 1994).
Hutan mangrove dan biota air serta seluruh komponen di dalamnya,
merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wiiayah pesisir
dan kutan... Bad sudsr?.ekol.w.is,. m.ang.wve mempunyai fung.si. sebagai pered.a.m.

gelcrmhang dm. angin hadai,. tegakan mangrQve dapat melindungi pmukiman,
pertanian, dan bangunan dad angin kencang atau intfusi air laut. Akac mangrove

msrmpu mengrksrt dsrn m e M k m substrat krmpccr, pd'lonnya mengccrsurgi energi

gelwtbang d m mempefrlambat %us, sementafa vegeiasinya secafa kesektruhan
dapat mmefangkap sed'm (Othmm, t994 in Nuqaya, dkk, 19