KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN ANTARA NORMA PENGHITUNGAN DAN PEMBUKUAN.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa saat wajib pajak menghitung
pajak penghasilan terutangnya menggunakan pembukuan secara fiskal akan
menghasilkan pajak terutang yang lebih kecil daripada penghitungan
menggunakan prosentase norma penghitungan. Bahkan dalam penelitian ini
jenis usaha periklanan dan riset pemasaran yang mempunyai omset Rp
200.000.000,00/tahun, apabila dihitung pajak penghasilannya menggunakan
pembukuan fiskal hanya berjumlah Rp 25.500, sedangkan jika dihitung
menggunakan norma penghitungan mencapai Rp 958.000,00 atau mencapai
37 kali lipatnya penghitungan pajak penghasilan dengan menggunakan
pembukuan. Hasil pengolahan data secara statistik menyatakan bahwa
perbedaan angka tersebut signifikan. Bahkan dari keseluruhan jenis usaha
yang diteliti dalam penelitian ini (usaha persewaan/jual beli tanah, gedung
dan bangunan; asuransi; jasa persewaan mesin dan peralatannya; jasa
pengolahan data dan tabulasi; pekerjaan bebas bidang konsultan; jasa
perusahaan kecuali jasa persewaan mesin dan peralatannya; jasa hukum;
penasehat


hukum;

penasehat

ahli/hukum

lainnya)

keseluruhannya

menghasilkan PPh Terutang yang jika dihitung menggunakan pembukuan

77

secara fiskal menghasilkan PPh terutang yang lebih kecil daripada
penghitungan menggunakan prosentase norma.
Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa prosentase yang
ditentukan pemerintah, yang diasumsikan oleh pemerintah sebagai perkiraan
biaya yang dikeluarkan pada masing-masing jenis usaha dalam memperoleh
penghasilan, tidak mewakili biaya yang sebenarnya terjadi pada jenis usaha

tersebut. Terbukti dari perkalian prosentase norma penghitungan dengan
omset menghasilkan pajak penghasilan

yang lebih besar daripada

penghitungan pajak penghasilan menggunakan pembukuan secara fiskal.

5.2 Saran
Dari 10 narasumber yang diwawancara peneliti, hanya satu jenis
usaha saja yang melakukan pembukuan. Hal itu menimbulkan kesulitan bagi
peneliti dalam mencari data. Selain itu orang pribadi yang menjalankan usaha
atau melakukan pekerjaan bebas, juga menjadi sulit dalam menentukan
pendapatan yang mereka peroleh serta biaya yang mereka keluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Ada satu celah dalam peraturan perpajakan,
yang menyatakan laporan keuangan bukan sebagai laporan keuangan yang
salah maupun benar, tetapi fiskus menyatakan laporan keuangan tersebut
wajar atau tidak wajar. Laporan keuangan bagi wajib pajak orang pribadi
tidak perlu sedetail wajib pajak badan, namun laporan tersebut haruslah
disampaikan secara wajar (Rif’an 2010). Dari pernyataan tersebut, ada


78

baiknya jika wajib pajak mulai membiasakan diri melakukan pembukuan bagi
kegiatan usahanya. Apabila terdapat kesulitan dalam melakukan pembukuan
secara fiskal, kantor pelayanan pajak bersedia untuk melayani pertanyaanpertanyaan seputar perpajakan, atau dapat juga menghubungi secara langsung
nomor telpon pelayanan pajak 500200.
Untuk hasil yang maksimal, pemerintah khususnya Dirjen Pajak dapat
mengadakan pelatihan-pelatihan mengenai pembukuan secara fiskal kepada
Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak. Melalui pelatihan tersebut,
diharapkan informasi mengenai pendapatan maupun biaya yang boleh diakui
maupun yang tidak boleh diakui poleh peraturan perpajakan dalam laporan
laba rugi, dapat dipahami juga oleh Wajib Pajak orang pribadi. Dengan
demikian, harapan pemerintah agar Wajib Pajak dapat melaporkan pajak
penghasilannya menggunakan pembukuan yang sesuai dengan UU No. 36
Tahun 2008 dapat terlaksana.

79

DAFTAR PUSTAKA


Jogiyanto. (2009). Metodologi Penelitianb Bisnis: Salah Kaprah Dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, cetakan kedua.

Kanwil DJP D.I.Yogyakarta. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: DJP Departemen
Keuangan RI.

Mustofa, Bisri. (2009). Pedoman Menulis Proposal Penelitian Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Panji Pustaka, cetakan pertama.

PPA UGM. (2009). Modul Perpajakan. Yogyakarta: PPA, cetakan ketiga.

Santosa, Singgih. (2002). SPSS Versi 10. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, cetakan ketiga.

Sunarto, Ridwan. (2007). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta, cetakan
pertama.


Dokumen yang terkait

NORMA PENGHITUNGAN DAN PAJAK PENGHASILAN FINAL ANALISIS PERBEDAAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG BERDASARKAN NORMA PENGHITUNGAN DENGAN PPH FINAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN DI BIDANG USAHA JASA PADA KPP PRATAMA PURWOREJO.

0 7 27

KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS PERBEDAAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG BERDASARKAN NORMA PENGHITUNGAN DENGAN PPH FINAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN DI BIDANG USAHA JASA PADA KPP PRATAMA PURWOREJO.

3 26 38

ANALISIS PERBEDAAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG BERDASARKAN NORMA PENGHITUNGAN DENGAN ANALISIS PERBEDAAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG BERDASARKAN NORMA PENGHITUNGAN DENGAN PPH FINAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI USAHAWAN DI BIDANG USAHA PERDAGANGAN PADA KPP PRAT

0 2 16

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN ANTARA NORMA PENGHITUNGAN DAN PEMBUKUAN.

1 5 13

PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN ANTARA NORMA PENGHITUNGAN DAN PEMBUKUAN.

0 2 13

PEMBUKUAN DAN NORMA PENGHITUNGAN ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN ANTARA NORMA PENGHITUNGAN DAN PEMBUKUAN.

3 28 30

Analisis Pajak Penghasilan Berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

0 2 19

Analisis Perbandingan Norma Penghitungan Pembukuan dengan Norma Penghitungan Neto Terhadap Pajak Penghasilan (PPh).

0 0 19

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA PERHITUNGAN pajak

0 0 1

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 536PJ.2000 TENTANG NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENGHITUNG PENGHASILAN NETO DENGAN MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN

0 0 9