Keteladanan Ulama Muhammadiyah

K A L A M

Keteladanan Ulama Muhammadiyah
M MUCHLAS ABROR

fsp

litm
erg
er.
co
m)

Banyuwangi. Sampai di kota tujuan, Kiai memberi pengajian dari
awal hingga akhir berjalan lancar, tertib, aman, dan selamat.. Setelah
itu, Kiai kembali ke Yogyakarta. Berdirilah kemudian
Muhammadiyah Cabang Banyuwangi. Jadi, KH Ahmad Dahlan
sosok manusia pemberani. Seperti keberanian Ki Bagus
Hadikusumo, Ketua PP Muhammadiyah (1942 – 1953). Ketika
Indonesia dijajah Jepang, seluruh sekolah, termasuk sekolah
Muhammadiyah, diperintahkan tiap pagi melakukan seikerei, sikap

membungkuk seperti orang rukuk dalam shalat, untuk menghormati
Kaisar Jepang. Ki Bagus menolak. Sebab seikerei sama artinya
dengan syirik. Ki Bagus lalu dipanggil Kolonel Tsuda, Kepala
Kempetai (Dinas Intelejen) Jepang. Setelah bertemu terjadilah
dialog. Ki Bagus tetap pada pendiriannya tidak mau melaksanakan
perintah itu dan melarang sekolah Muhammadiyah melakukan
seikerei. Demikianlah keberanian Ki Bagus yang berisiko itu.
4. Kesabaran dan keistiqamahan. Pak AR pernah menjadi
Kepala Jawatan Penerangan Agama Jawa Tengah di Semarang.
Keluarga tetap tinggal di Yogyakarta. Kalau kembali ke Yogyakarta
biasanya tiap hari Sabtu. Ketika itu Pak AR menjadi Wakil Ketua
PP. Pada suatu hari Sabtu, Pak AR menunggu bus ke Yogyakarta.
Bus yang ditunggu datang dan penumpang pun berebut naik.
Tentu Pak AR tak mungkin ikut berebut. Harus sabar menunggu
datang bus berikutnya. Bus datang dan Pak AR bisa naik. Sebelum
Secang, ada bus masuk jurang. Ada korban yang meninggal.
Ternyata bus yang masuk jurang itu bus yang semula distop Pak
AR di Semarang. Atas kejadian itu, Pak AR selain mengucapkan
kalimat istirja’ juga bersyukur karena selamat tidak naik bus
tersebut. Itulah salah satu contoh kesabaran Pak AR. Adapun

tentang keistiqamahannya berikut ini merupakan contoh. Pada
suatu waktu, Pak Sujono AY, Walikota Yogyakarta, ke rumah Pak
AR. Selain bersilaturrahim, Walikota berharap kepada Pak AR
bersedia diusulkan menjadi anggota MPR. Pak AR mengucapkan
terima kasih atas tawaran itu, tetapi minta maaf tak bersedia. Karena
baru saja dipilih oleh Muktamar menjadi Ketua PP Muhammadiyah. Jadi, Pak AR ingin tetap konsentrasi dan istiqamah memimpin
Muhammadiyah.
5. Kejujuran dan kesungguhan. Ulama Muhammadiyah
memiliki kejujuran dan kesungguhan dalam mengemban amanah.
Mereka mengedepankan kejujuran dan meninggalkan
kebohongan. Kejujuran menimbulkan kepercayaan, membawa
ketenangan, ketenteraman, dan keuntungan. Sedangkan
kebohongan menyebabkan kehilangan kepercayaan serta
menjadikan diri hidup dalam keresahan, kegelisahan, dan
kerugian. Kejujuran mendorong mereka bersungguh-sungguh
melaksanakan amanah. Pantas mereka mendapat tempat sebagai
jiwa dalam tubuh Persyarikatan. Mereka menjadi pulang tempat
berberita dan berangkat tempat bertanya.
Demikianlah beberapa keteladanan ulama Muhammadiyah.
Kita mestilah dapat mewarisi keteladanan itu dan mengaktualisasikannya di tengah kehidupan zaman sekarang. Semoga.l


De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w

w.

pd

K

H AHMAD DAHLAN, pendiri Muhammadiyah, seorang

alim yang mendalam dan luas pengetahuannya tentang
Islam. Kuat akidahnya, bagus ibadahnya, juga baik akhlaknya, demikian pula muamalahnya. Para penerus perjuangannya
sebagian adalah ulama pula. Ulama Muhammadiyah memiliki
peran sangat penting dalam melahirkan, menggerakkan, dan mengembangkan Pesyarikatan. Besar pengorbanan mereka, baik
tenaga, pikiran, maupun harta bagi perkembangan dan kemajuan
Muhammadiyah.
Ulama Muhammadiyah dapat diibaratkan menjadi nurani dalam Persyarikatan. Keberadaan mereka menjadi obor penerang
jalan sehingga ketika Muhammadiyah melangkah meneruskan
perjalanan selamat. Jika mereka tiada, Muhammadiyah seolah
kehilangan nurani. Mereka kalau berbicara bukan sekadar dengan
mulut. Apa yang mereka ucapkan itu keluar dari lubuk hati sehingga
menembus hati pendengarnya.
Banyak ulama Muhammadiyah telah meninggal dunia.
Mereka meninggalkan keteladanan, di antaranya sebagai berikut:
1. Keikhlasan. KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dengan niat ikhlas karena Allah, untuk beribadah kepadaNya, serta mencari keridlaan-Nya. Bukan untuk mencari kedudukan, kekayaan, dan keduniawian. Keteladanan itu diteruskan oleh
ulama Muhammadiyah berikutnya, Dengan ikhlas pula KH Mas
Mansur meninggalkan Surabaya dan Buya AR Sutan Mansur
meninggalkan Minangkabau pindah ke Yogyakarta untuk mengemban amanat menjadi Ketua PP Muhammadiyah. Meskipun
menjadi Ketua dan Anggota PP Muhammadiyah tidak digaji. Keteladanan keikhlasan itu membuahkan kesuburan dan kemajuan
Persyarikatan.

2. Kesederhanaan. Ulama Muhammadiyah hidup
sederhana. Contoh, KH AR Fakhruddin, yang akrab disapa Pak
AR, menjadi Ketua PP Muhammadiyah (1968 – 1990). Pak AR
tinggal di rumah milik Muhammadiyah di Jl. Cik Ditiro 23 Yogyakarta. Rumah tersebut kini telah dibangun menjadi gedung tiga
lantai untuk Kantor PP Muhammadiyah. Pak AR demikian sederhana hidupnya hingga akhir hayatnya belum memiliki rumah sendiri. Suatu waktu, Pak AR ditanya seseorang mengapa hidupnya
sederhana. Pak AR menjawab, “Saya harus bersyukur. Sebab
hidup saya seperti serkarang ini pun sudah melebihi Hayam Wuruk, raja terbesar di Nusantara. Hayam Wuruk belum pernah naik
mobil dan pesawat udara. Sedangkan saya pernah naik mobil,
sedan, dan bus meskipun milik orang lain. Saya pun sudah beberapa kali naik pesawat udara. Istana Hayam Wuruk hanya diterangi lampu teplok. Adapun di rumah yang saya diami ada listrik,
tv, dll.” Si penanya tersenyum mendengar jawaban Pak AR
tersebut.
3. Keberanian. KH Ahmad Dahlan menerima surat dari
Banyuwangi. Isi surat berisi ancaman yang ringkasnya, “Silahkan
Kiai datang lagi ke Banyuwangi memberi pengajian! Jika ingin
pulang tinggal nama”. Tanpa rasa takut, Kiai berangkat ke

SUARA MUHAMMADIYAH 04 / 96 | 16 - 28 FEBRUARI 2011

43