PERILAKU MENONTON VIDEO PORNO PADA ANAK SEKOLAH DASAR(Studi Tentang Latar Belakang Dan Dampak Psikologis)

(1)

PERILAKU MENONTON VIDEO PORNO PADA ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Tentang Latar Belakang Dan Dampak Psikologis)

SKRIPSI

Oleh :

ADE ARIEF TRI RACHMANTO 06810077

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(2)

PERILAKU MENONTON VIDEO PORNO PADA ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Tentang Latar Belakang Dan Dampak Psikologis)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

ADE ARIEF TRI RACHMANTO 06810077

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Perilaku Menonton Video Porno Pada Anak Sekolah

Dasar (Studi Tentang Latar Belakang dan Dampak Psikologis)

Nama Peneliti : Ade Arief Tri Rachmanto

No.Induk Mahasiswa : 06810077

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Waktu Penelitian : 21 Februari - 7 Maret 2011

Malang, 4 Mei 2011

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji Tanggal : 4 Mei 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si ______________

Anggota Penguji : 1. Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M. Psi ______________

2. Zainul Anwar, S. Psi, M. Psi ______________

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT pemilik dan penguasa alam semesta beserta isinya, hidayah, kasih sayang, kemudahan serta nikmat – nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya. Hanya dengan seizin-Nya lah akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan, suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya.

Skripsi ini berjudul “Perilaku Menonton Video Porno Pada Anak Sekolah Dasar (Studi Tentang Latar Belakang dan Dampak Psikologis)”. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu penulisan ini juga dimaksudkan supaya pembaca bisa memahami bagaimanakah faktor yang melatarbelakangi dan juga dampak psikologis anak SD yang menonton video porno, sehingga penulis mohon saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulis banyak melibatkan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Cahyaning. S.Psi, M.si selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas waktu yang telah diberikan, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak M. Salis, S.Psi, M.Psi selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan sudut pandang yang berbeda, sehingga pemikiran saya lebih terbuka dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Ari Firmanto, S.Psi, selaku Dosen Wali yang telah banyak

memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Linda S.Psi, M.si yang telah membantu saya dalam pengerjaan skripsi, terima kasih untuk semua saran dan informasi yang telah dibagi.


(6)

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Kepada Ibu Sri Wahyuni, M.KPd. dan Ibu Dian serta seluruh pihak SDN Junrejo 01 Kota Batu, terima kasih atas semua bantuannya sehingga selama proses penelitian dapat berjalan lancar.

8. Orang tuaku. Papa, terima kasih buat good idea nya. Tanpa bantuan ide dari Papa skripsi saya juga tidak mungkin berjalan lancar sampai sekarang. Terima kasih untuk setiap doa’anya. Buat Mama, terima kasih atas semua doanya, sehingga skripsi saya dilancarkan oleh Allah SWT.

9. Terima kasih untuk mbak Yanti dan keluarga atas do’a dan motivasinya. 10.Buat Mas Adib yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi dalam

hidupku, terima kasih banyak atas semua bantuan dan bentuk perhatianmu dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Buat Gaby dan keluarga yang membantu mulai dari awal sampai akhir skripsi ini. Baik secara fisik maupun psiokologis, terima kasih untuk semua dukungan dan semangat yang diberikan, sehingga saya bisa belajar untuk menghargai waktu dan terus termotivasi.

12.Terima kasih buat teman-teman seperjuangan skripsi. Buat Tri, Itoq, Tisya, Nadiv. Semoga kita bisa ketemu lagi dengan kesuksesan kita masing-masing. Amiiieeen.

Penulis menyadari tiada satu pun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat peneliti harapkan. Semoga bantuan, do'a, serta motivasi yang diberikan mendapat ridho dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, AMIEN.

Malang, 16 April 2011 Penyusun


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

INTISARI ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Porno Dan Pornografi 1. Definisi Porno Dan Pornografi ... 7

2. Bentuk Porno ... 8

B. Anak 1. Definisi Anak ... 10

2. Pengertian Anak Sekolah Dasar ... 11

3. Hak Anak ... 12


(8)

5. Tugas Perkembangan Anak ... 14

6. Perkembangan Kognitif Anak ... 14

7. Perkembangan Moral Anak ... 15

8. Prinsip Belajar Pada Anak ... 18

C. Anak-Anak Dan Pornografi 1. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Anak Menyaksikan Materi Pornografi ... 22

2. Dampak Pornografi ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Batasan Istilah ... 26

C. Subyek Penelitian ... 26

D. Metode Pengumpulan Data ... 26

E. Prosedur Penelitian ... 28

F. Analisis Data ... 29

G. Keabsahan Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Subyek ... 31

B. Deskripsi Data ... 31

C. Hasil Analisa Data ... 38


(9)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, A. 2005. Menepis godaan pornografi. Jakarta : Darul Falah.

Alsa, A. 2007. Pendekatan kuantitatif&kualitatif serta kombinasinya dalam

penelitian psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar Offset.

Amin, M. 2010. MUI dukung polisi usut video porno.

Anehunikgokil. 2010. Ups 67 anak sd pernah akses pornografi. Diakses tanggal 30 Agustus 2010 dari http://anehunikgokil.blogspot.com/2010/06/ups-67-anak-sd-pernah-akses-pornografi.html

Bungin, B. 2005. Pornomedia sosiologi media, konstruksi sosial teknologi

telematika, & perayaan seks di media massa. Edisi Revisi. Jakarta : Prenada

Media.

Dunia Statistik. 2010. Banyak anak sd kecanduan porno. Diakses tanggal 31 Agustus 2010 dari

http://dunia-statistik.blogspot.com/2010/10/banyak-anak-sd-kecanduan-porno.html

Feist, F & Feist, G.J. 2010. Teori Kepribadian (Terjemahan). Jakarta: Salemba Humanika.

Guza, A. 2008. Undang-undang pornografi UU RI nomor 44 tahun 2008. Jakarta: Asa Mandiri.

Hawari, D. 2009. Dampak seks bebas terhadap kesehatan jiwa. Jakarta : FKUI. Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. 2008. The theories of learning (teori belajar)

edisi ketujuh. Jakarta : Kencana.

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi ketiga. 2005. Jakarta : Balai Pustaka.

Moleong, L. J. 2006. Metode penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Monks, F. J., Knoers, Rahayu S. 2002. Psikologi perkembangan pengantar dalam

berbagai bagiannya. Yogyakarta : UGM PRESS.


(11)

Santrock, J. W. 2002. Life-span development perkembangan masa hidup edisi kelima jilid1. Jakarta : Erlangga.

Set, S. 2007. 500 gelombang video porno Indonesia jangan bugil di depan kamera. Yogyakarta : PENERBIT ANDI.

Sugiyono. 2008. Memahami penelitian kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Supeno, H. 2010. MUI dukung polisi usut video porno. Diakses tanggal 30 Agustus 2010 dari http://www.antaranews.com/berita/1278432638/mui-dukung-polisi-usut-kasus-video-porno

Wikipedia. Definisi sekolah dasar. Diakses tanggal 30 Agustus 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah

Wikipedia. Definisi Video. Diakses tanggal 01 september 2010 dari


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, baik buruknya bangsa ini esok hari ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini, untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan dapat meneruskan perjuangan untuk membangun bangsa harus dimulai sejak masa kanak-kanak. Anak harus memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh para pendidiknya dan menyelesaikan tugas-tugas dalam perkembangannya, karena terselesaikan atau tidaknya tugas dalam tahap perkembangan anak akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.

Seperti yang dipaparkan oleh Hurlock (1980) tugas perkembangan anak ketika anak telah memasuki usia sekolah dasar anak dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulis yang digunakan untuk pelajaran yang diajarkan dalam tingkat sekolah dasar, mengembangkan pengertian-pengertian yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, dapat bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman seusianya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seharusnya tugas utama dari anak sekolah dasar adalah untuk belajar demi memperoleh bekal agar mereka menjadi manusia yang lebih berkualitas.

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, dengan hadirnya media massa berupa televisi dan teknologi lainnya tidak menutup kemungkinan bahwa media massa tersebut mengganggu waktu anak untuk belajar. Mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk menonton televisi. Padahal tidak semua acara televisi dapat dikonsumsi oleh anak-anak. Secara kognitif anak-anak belum dapat menangkap informasi yang seharusnya dikonsumsi oleh orang dewasa. Misalnya beberapa berita skandal video porno mirip artis yang sudah tersebar bebas di internet. Seluruh lapisan masyarakat memang perlu prihatin bahwa tersebarnya rekaman tersebut sudah terjangkau hingga ke berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Bahkan jauh sebelum kehebohan video ini muncul, banyak berita ditelevisi yang memberitakan tentang rekaman video seks mantan pejabat, mahasiswa, ganti baju artis, dan masih banyak lagi. Tidak dapat dipungkiri, kasus yang melibatkan artis-artis terkenal ini menjadi perhatian publik, pemerintah, bahkan anak-anak karena mereka adalah figur publik,


(13)

2

sehingga membuat lebih banyak kalangan yang cenderung ingin tahu, apa yang sedang diberitakan media massa.

Penyebaran informasi apapun, baik yang positif maupun negatif, relatif sulit dihindari, termasuk juga informasi-informasi yang seharusnya diperuntukkan untuk orang dewasa yang sudah siap lahir dan batin menerima informasi tersebut. Apalagi, perkembangan internet dan perangkatnya yang semakin murah dan semakin dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari sehingga memungkinkan akses yang semakin mudah. Anak-anak dapat mengakses dengan mudah video-video tersebut lewat media internet karena rasa penasaran mereka pada publik figur yang beritanya sering mereka tonton melalui televisi.

Menurut Sirait (dalam Aneh Unik Gokil Blogspot, 30 Agustus 2010) Yayasan Kita dan Buah Hati melansir data sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa Sekolah Dasar (SD) kelas 4-6 mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sebagian besar anak-anak belia itu melihat pornografi melalui media komik. Data mengejutkan tersebut terungkap dari hasil survei Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di sejumlah SD di Indonesia sejak Januari 2008 hingga Februari 2010. Hasil survei menunjukan, anak-anak belia tersebut selama ini mengakses pornografi melalui komik (24 persen), situs internet 22 persen, permainan 17 persen, film/TV 12 persen, telepon genggam 6 persen, majalah 6 persen, dan koran 5 persen. Para pelajar SD itu umumnya melihat pornografi karena alasan iseng sebesar 21 persen, penasaran 18 persen, terbawa teman 9 persen, serta takut dibilang kurang pergaulan 3 persen. Dalam benak anak-anak, menurut hasil survei, pornografi diterjemahkan sebagai gambar orang telanjang sebesar 31 persen, gambar jorok 29 persen, memperlihatkan aurat 12 persen, serta gambar yang tidak boleh dilihat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberitakan bahwa dari 30 anak, 24 yang menyatakan sudah melihat video porno Aril.

Dari fakta di atas dalam kenyataanya saat ini anak-anak itu membuka dan mengakses situs porno di rumah atau warnet, bukan lagi sekadar iseng, diduga lebih dari itu mereka menjadi kecanduan. Padahal, dalam usia seperti itu, anak-anak suka meniru yang mereka tonton. Menurut Supeno (dalam antaranews, 5 Desember 2010 pukul 18:47 WIB ) pornografi adalah sebuah produk yang dapat bersifat adiktif atau membuat kecanduan bagi anak yang menontonnya, dan juga dapat mengganggu


(14)

3

tumbuh kembang anak, karena memicu sistem hormonal anak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan jaringan saraf dalam jangka panjang.

Sedangkan munurut Sirait (dalam dunia statistik blogspot, 5 Desember 2010 pukul 18:57 WIB) mengatakan bahwa anak-anak yang kecanduan pornografi secara tidak sadar akan merusak otak mereka, kecanduan ini dapat memperkecil volume otak tengah mereka, serta dapat membuat anak- anak ini tidak bisa berhenti mengonsumsinya. Saat anak-anak SD ini pertama kali melihatnya, maka mereka akan ketagihan dan akhirnya berulang kali menontonnya. Menonton pornografi ini dapat membuat otak menjadi adiktif pada porno dan mendorong mereka terus mencari hal-hal baru bahkan mungkin bersifat ekstrem, misalnya anak sudah berhenti menonton selama satu minggu, nantinya mereka juga akan mencari jalan agar bisa menontonnya kembali. Selain itu, anak-anak yang kecanduan pornografi ini akan mengalami degradasi intelektualitas. Faktor pendorong terjadinya hal itu, antara lain mudahnya akses internet (baik warnet atau rumah), kurangnya pendidikan menyangkut reproduksi di rumah maupun sekolah, dan yang terakhir adalah rasa keingintahuan anak itu sendiri. Tanda-tanda anak yang mulai kecanduan pornografi adalah anak-anak itu menjadi sering menyendiri dan saat disuruh orang tua mereka hanya menjawab dan tidak melakukannya. Selain itu yang dapat di amati secara langsung oleh guru sebagai pendidik anak adalah nilai-nilai anak di sekolah akan mengalami penurunan. Sirait menilai, bahaya yang paling sering terlihat menyangkut hal ini adalah terjadinya penyimpangan perilaku seksual. Minimal jika kecanduan sudah parah, mereka akan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lihat di film.

Dari assesmen awal yang dilakukan oleh peneliti kepada guru SDN X di kota Batu pada tanggal 18 Oktober 2010, sejumlah guru mengeluhkan bahwa beberapa murid di SD tersebut telah melakukan perilaku menyimpang yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak yang duduk di bangku SD, yaitu mengkulum alat kelamin laki-laki. Berawal dari salah satu siswa berinisial Fh yang suka menonton video porno kemudian Fh mengajak teman-teman belajarnya untuk nonton bersama di rumahnya kemudian dia mempraktekkannya dengan teman-temannya. Kemudian teman-teman dari Fh mencari korban-korban lain untuk melakukan penyimpangan perilaku tersebut, sehingga semakin banyak siswa di sekolah tersebut


(15)

4

yang melakukan penyimpangan perilaku. Ditambah lagi banyak diantara mereka yang melakukan perbuatan tersebut di sekolah tepatnya di WC sekolah.

Fh adalah seorang siswa korban dari kecanduan terhadap video porno sehingga fh mengalami penyimpangan perilaku seksual. Dalam usia Fh yang masih duduk dibungku sekolah dasar seharusnya Fh tidak memiliki dorongan seksual untuk melakukan perilaku seksual namun Fh sudah melakukannya dengan teman belajarnya. Hal ini juga terjadi pada siswa yang lainnya. Dalam usia yang seharusnya mereka tidak memiliki dorongan seksual, tapi mereka melakukannya dengan teman belajarnya.

Dalam usia seperti itu anak-anak suka meniru yang mereka tonton.Menurut Bandura (dalam Hergenhahn dan Olson, 2008) tentang teori belajar observasional mengatakan bahwa manusia akan cenderung untuk meniru apa yang dilakukan orang lain dengan mengamati suatu obyek sikap tertentu. Manusia yang telah sempurna kemampuan kognitifnya dalam hal ini adalah orang dewasa, tidak hanya sekadar meniru hal yang diamatinya namun menjadikan obyek tersebut sebagai informasi yang akan diproses lagi secara kognitif sehingga dapat menghindari sesuatu yang buruk. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa orang dewasa sudah memiliki kemampuan kognitif yang baik, sehingga apa yang diamatinya akan di timbang dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga mereka dapat menepatkan dengan baik perilaku mereka. Sedangkan anak-anak belum memiliki kemampuan kognitif yang baik sehingga tidak dapat memproses dengan baik pula tentang hal yang diamatinya sehingga akan cenderung pada perilaku yang menyimpang karena apa yang dilakukannya hanya meniru dari obyek yang diamatinya tidak memandang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, mereka belum mampu untuk menimbang informasi tersebut selayaknya orang dewasa.

Tidak dapat dipungkiri fenomena diatas lepas dari pengawasan orang tua dan guru sebagai pendidik. Generasi penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan untuk membangun bangsa yang lebih maju, namun dalam kenyataannya mereka melakukan penyimpangan perilaku yang diakibatkan kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait. Dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana dampak psikologis yang ditimbulkan video porno kepada anak SD. Serta


(16)

5

faktor-faktor apa saja yang mendorong mereka untuk menonton video porno karena pada dasarnya anak yang masih duduk di bangku SD mereka belum mempunyai dorongan seksual yang harus dipenuhinya namun dalam kasus tersebut diatas mereka sudah memiliki dorongan seksual.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan di teliti adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi anak sekolah dasar menonton video porno

2. Bagaimana dampak psikologis pada anak sekolah dasar yang menonton video porno

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab dan dampak psikologis pada anak sekolah dasar yang menonton video porno.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang faktor penyebab dan dampak psikologis anak sekolah dasar yang menonton video porno.

2. Manfaat Praktis

Bagi Orang Tua dan Guru.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang faktor penyebab dan dampak psikologis anak sekolah dasar yang menonton video porno, dari informasi tersebut diharapkan orang tua dan guru dapat menjadi mediator utama untuk menyaring informasi yang pantas bagi anak-anak.


(1)

Santrock, J. W. 2002. Life-span development perkembangan masa hidup edisi kelima jilid1. Jakarta : Erlangga.

Set, S. 2007. 500 gelombang video porno Indonesia jangan bugil di depan kamera. Yogyakarta : PENERBIT ANDI.

Sugiyono. 2008. Memahami penelitian kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Supeno, H. 2010. MUI dukung polisi usut video porno. Diakses tanggal 30 Agustus 2010 dari http://www.antaranews.com/berita/1278432638/mui-dukung-polisi-usut-kasus-video-porno

Wikipedia. Definisi sekolah dasar. Diakses tanggal 30 Agustus 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah

Wikipedia. Definisi Video. Diakses tanggal 01 september 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Video


(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, baik buruknya bangsa ini esok hari ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini, untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan dapat meneruskan perjuangan untuk membangun bangsa harus dimulai sejak masa kanak-kanak. Anak harus memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh para pendidiknya dan menyelesaikan tugas-tugas dalam perkembangannya, karena terselesaikan atau tidaknya tugas dalam tahap perkembangan anak akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.

Seperti yang dipaparkan oleh Hurlock (1980) tugas perkembangan anak ketika anak telah memasuki usia sekolah dasar anak dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulis yang digunakan untuk pelajaran yang diajarkan dalam tingkat sekolah dasar, mengembangkan pengertian-pengertian yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, dapat bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman seusianya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seharusnya tugas utama dari anak sekolah dasar adalah untuk belajar demi memperoleh bekal agar mereka menjadi manusia yang lebih berkualitas.

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, dengan hadirnya media massa berupa televisi dan teknologi lainnya tidak menutup kemungkinan bahwa media massa tersebut mengganggu waktu anak untuk belajar. Mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk menonton televisi. Padahal tidak semua acara televisi dapat dikonsumsi oleh anak-anak. Secara kognitif anak-anak belum dapat menangkap informasi yang seharusnya dikonsumsi oleh orang dewasa. Misalnya beberapa berita skandal video porno mirip artis yang sudah tersebar bebas di internet. Seluruh lapisan masyarakat memang perlu prihatin bahwa tersebarnya rekaman tersebut sudah terjangkau hingga ke berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Bahkan jauh sebelum kehebohan video ini muncul, banyak berita ditelevisi yang memberitakan tentang rekaman video seks mantan pejabat, mahasiswa, ganti baju artis, dan masih banyak lagi. Tidak dapat dipungkiri, kasus yang melibatkan artis-artis terkenal ini menjadi perhatian publik, pemerintah, bahkan anak-anak karena mereka adalah figur publik,


(3)

2

sehingga membuat lebih banyak kalangan yang cenderung ingin tahu, apa yang sedang diberitakan media massa.

Penyebaran informasi apapun, baik yang positif maupun negatif, relatif sulit dihindari, termasuk juga informasi-informasi yang seharusnya diperuntukkan untuk orang dewasa yang sudah siap lahir dan batin menerima informasi tersebut. Apalagi, perkembangan internet dan perangkatnya yang semakin murah dan semakin dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari sehingga memungkinkan akses yang semakin mudah. Anak-anak dapat mengakses dengan mudah video-video tersebut lewat media internet karena rasa penasaran mereka pada publik figur yang beritanya sering mereka tonton melalui televisi.

Menurut Sirait (dalam Aneh Unik Gokil Blogspot, 30 Agustus 2010) Yayasan Kita dan Buah Hati melansir data sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa Sekolah Dasar (SD) kelas 4-6 mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sebagian besar anak-anak belia itu melihat pornografi melalui media komik. Data mengejutkan tersebut terungkap dari hasil survei Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di sejumlah SD di Indonesia sejak Januari 2008 hingga Februari 2010. Hasil survei menunjukan, anak-anak belia tersebut selama ini mengakses pornografi melalui komik (24 persen), situs internet 22 persen, permainan 17 persen, film/TV 12 persen, telepon genggam 6 persen, majalah 6 persen, dan koran 5 persen. Para pelajar SD itu umumnya melihat pornografi karena alasan iseng sebesar 21 persen, penasaran 18 persen, terbawa teman 9 persen, serta takut dibilang kurang pergaulan 3 persen. Dalam benak anak-anak, menurut hasil survei, pornografi diterjemahkan sebagai gambar orang telanjang sebesar 31 persen, gambar jorok 29 persen, memperlihatkan aurat 12 persen, serta gambar yang tidak boleh dilihat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberitakan bahwa dari 30 anak, 24 yang menyatakan sudah melihat video porno Aril.

Dari fakta di atas dalam kenyataanya saat ini anak-anak itu membuka dan mengakses situs porno di rumah atau warnet, bukan lagi sekadar iseng, diduga lebih dari itu mereka menjadi kecanduan. Padahal, dalam usia seperti itu, anak-anak suka meniru yang mereka tonton. Menurut Supeno (dalam antaranews, 5 Desember 2010 pukul 18:47 WIB ) pornografi adalah sebuah produk yang dapat bersifat adiktif atau membuat kecanduan bagi anak yang menontonnya, dan juga dapat mengganggu


(4)

tumbuh kembang anak, karena memicu sistem hormonal anak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan jaringan saraf dalam jangka panjang.

Sedangkan munurut Sirait (dalam dunia statistik blogspot, 5 Desember 2010 pukul 18:57 WIB) mengatakan bahwa anak-anak yang kecanduan pornografi secara tidak sadar akan merusak otak mereka, kecanduan ini dapat memperkecil volume otak tengah mereka, serta dapat membuat anak- anak ini tidak bisa berhenti mengonsumsinya. Saat anak-anak SD ini pertama kali melihatnya, maka mereka akan ketagihan dan akhirnya berulang kali menontonnya. Menonton pornografi ini dapat membuat otak menjadi adiktif pada porno dan mendorong mereka terus mencari hal-hal baru bahkan mungkin bersifat ekstrem, misalnya anak sudah berhenti menonton selama satu minggu, nantinya mereka juga akan mencari jalan agar bisa menontonnya kembali. Selain itu, anak-anak yang kecanduan pornografi ini akan mengalami degradasi intelektualitas. Faktor pendorong terjadinya hal itu, antara lain mudahnya akses internet (baik warnet atau rumah), kurangnya pendidikan menyangkut reproduksi di rumah maupun sekolah, dan yang terakhir adalah rasa keingintahuan anak itu sendiri. Tanda-tanda anak yang mulai kecanduan pornografi adalah anak-anak itu menjadi sering menyendiri dan saat disuruh orang tua mereka hanya menjawab dan tidak melakukannya. Selain itu yang dapat di amati secara langsung oleh guru sebagai pendidik anak adalah nilai-nilai anak di sekolah akan mengalami penurunan. Sirait menilai, bahaya yang paling sering terlihat menyangkut hal ini adalah terjadinya penyimpangan perilaku seksual. Minimal jika kecanduan sudah parah, mereka akan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lihat di film.

Dari assesmen awal yang dilakukan oleh peneliti kepada guru SDN X di kota Batu pada tanggal 18 Oktober 2010, sejumlah guru mengeluhkan bahwa beberapa murid di SD tersebut telah melakukan perilaku menyimpang yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak yang duduk di bangku SD, yaitu mengkulum alat kelamin laki-laki. Berawal dari salah satu siswa berinisial Fh yang suka menonton video porno kemudian Fh mengajak teman-teman belajarnya untuk nonton bersama di rumahnya kemudian dia mempraktekkannya dengan teman-temannya. Kemudian teman-teman dari Fh mencari korban-korban lain untuk melakukan penyimpangan perilaku tersebut, sehingga semakin banyak siswa di sekolah tersebut


(5)

4

yang melakukan penyimpangan perilaku. Ditambah lagi banyak diantara mereka yang melakukan perbuatan tersebut di sekolah tepatnya di WC sekolah.

Fh adalah seorang siswa korban dari kecanduan terhadap video porno sehingga fh mengalami penyimpangan perilaku seksual. Dalam usia Fh yang masih duduk dibungku sekolah dasar seharusnya Fh tidak memiliki dorongan seksual untuk melakukan perilaku seksual namun Fh sudah melakukannya dengan teman belajarnya. Hal ini juga terjadi pada siswa yang lainnya. Dalam usia yang seharusnya mereka tidak memiliki dorongan seksual, tapi mereka melakukannya dengan teman belajarnya.

Dalam usia seperti itu anak-anak suka meniru yang mereka tonton.Menurut Bandura (dalam Hergenhahn dan Olson, 2008) tentang teori belajar observasional mengatakan bahwa manusia akan cenderung untuk meniru apa yang dilakukan orang lain dengan mengamati suatu obyek sikap tertentu. Manusia yang telah sempurna kemampuan kognitifnya dalam hal ini adalah orang dewasa, tidak hanya sekadar meniru hal yang diamatinya namun menjadikan obyek tersebut sebagai informasi yang akan diproses lagi secara kognitif sehingga dapat menghindari sesuatu yang buruk. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa orang dewasa sudah memiliki kemampuan kognitif yang baik, sehingga apa yang diamatinya akan di timbang dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga mereka dapat menepatkan dengan baik perilaku mereka. Sedangkan anak-anak belum memiliki kemampuan kognitif yang baik sehingga tidak dapat memproses dengan baik pula tentang hal yang diamatinya sehingga akan cenderung pada perilaku yang menyimpang karena apa yang dilakukannya hanya meniru dari obyek yang diamatinya tidak memandang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, mereka belum mampu untuk menimbang informasi tersebut selayaknya orang dewasa.

Tidak dapat dipungkiri fenomena diatas lepas dari pengawasan orang tua dan guru sebagai pendidik. Generasi penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan untuk membangun bangsa yang lebih maju, namun dalam kenyataannya mereka melakukan penyimpangan perilaku yang diakibatkan kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait. Dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana dampak psikologis yang ditimbulkan video porno kepada anak SD. Serta


(6)

faktor-faktor apa saja yang mendorong mereka untuk menonton video porno karena pada dasarnya anak yang masih duduk di bangku SD mereka belum mempunyai dorongan seksual yang harus dipenuhinya namun dalam kasus tersebut diatas mereka sudah memiliki dorongan seksual.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan di teliti adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi anak sekolah dasar menonton video porno

2. Bagaimana dampak psikologis pada anak sekolah dasar yang menonton video porno

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab dan dampak psikologis pada anak sekolah dasar yang menonton video porno.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang faktor penyebab dan dampak psikologis anak sekolah dasar yang menonton video porno.

2. Manfaat Praktis

Bagi Orang Tua dan Guru.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang faktor penyebab dan dampak psikologis anak sekolah dasar yang menonton video porno, dari informasi tersebut diharapkan orang tua dan guru dapat menjadi mediator utama untuk menyaring informasi yang pantas bagi anak-anak.