The Progress Status of Regencies/Cities Development in Banten Province Based on Sustainable Development Conceps

PERKEMBANGAN STATUS PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN
BERDASARKAN KONSEP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

HAYATI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Perkembangan
Status Pembangunan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Berdasarkan Konsep
Pembangunan Berkelanjutan” adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tulisan ini.
Bogor, Mei 2012
Hayati
NRP A156100224

ABSTRACT
HAYATI. The Progress Status of Regencies/Cities Development in Banten
Province Based on Sustainable Development Conceps. Under direction of
KUKUH MURTILAKSONO and DIDIT OKTA PRIBADI
Sustainable development has been defined as economic and social
development that meets the needs of the current generation without undermining
the ability of future generations to meet their own needs. Paradigm of sustainable
development is a balance of economic grown, social equity and ecology
preservation. The purposes of this study were: (1) to study the achievement of
social, economic and environmental development indicators, (2) to measure and
analyze the differences of social, economic and environmental development, and
(3) to determine status of development in 2001, 2005, and 2009 of
regencies/cities in Banten Province based on sustainable development conceps.
The data was analyzed by using quantitative descriptive, Full Permutation
Polygon Synthetic Indicator (FPPSI), Villain and Champbell analysis. FPPSI

analysis used 10 (ten) social indicators, 7 (seven) economic indicators and 10
(ten) environmental indicators were selected based on the principles of simplicity,
objectivity, scope, quantification, measurement, sensitivity, and time limit. The
result showed that the status of development did not increase in urban areas
(Tangerang City, Cilegon City) and rural areas (Pandeglang Regency, Lebak
Regency, Serang Regency) from 2001 to 2009. Tangerang City and Cilegon City
had equitable status in 2001, 2005, and 2009. Pandeglang Regency and Serang
Regency had ecology preservation status in 2001, 2005, and 2009 while Lebak
had ecology preservation status in 2001 and 2005, but it dropped to unsustainable
status in 2009. The status of development that increased only in the peri urban
area (Tangerang Regency), it had sustainable development status in 2005, but it
decreased to equitable status in 2009 as well as in 2001.
Keyword : sustainable, unsustainable, equitable, ecology preservation,
regencies/cities

RINGKASAN
HAYATI. Perkembangan Status Pembangunan Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten Berdasarkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Dibimbing oleh
KUKUH MURTILAKSONO dan DIDIT OKTA PRIBADI.
Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan

manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya.
Paradigma pembangunan berkelanjutan melihat pembangunan sebagai keserasian
antara keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial, dan kelestarian
lingkungan.
Kabupaten/kota di Provinsi Banten memiliki ketimpangan pembangunan
sosial ekonomi antar kabupaten/kota sehingga dikenal adanya disparitas antara
Banten bagian utara dan Banten bagian selatan. Penelitian tentang ketimpangan
ekonomi di Provinsi Banten telah banyak diteliti, terutama dengan menggunakan
indikator PDRB. Bagaimana perkembangan pembangunan antar kabupaten/kota
di Provinsi Banten jika dilihat dari konsep pembangunan berkelanjutan belum
diteliti. Penelitian ini penting dilakukan agar perencanaan pembangunan ke depan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan suatu wilayah.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari pencapaian indikator
pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan antar waktu dan antar wilayah di
Provinsi Banten; (2) mengukur dan menganalisa perkembangan pembangunan
ekonomi, sosial dan lingkungan antar waktu dan antar wilayah di Provinsi
Banten; dan (3) menentukan status pembangunan antar waktu dan antar wilayah
di Provinsi Banten berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan.
Penelitian dilakukan di 6 (enam) kabupaten/kota di Provinsi Banten yakni
Kabupaten Pendeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten

Serang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon. Penelitian dilaksanakan dari bulan
Juli 2011 sampai Januari 2012.
Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) yakni (1) Potensi Desa (PODES) tahun 2003, 2005, dan
2008; (2) Banten Dalam Angka tahun 2002, 2006, dan 2010; (3) Servei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2001, 2005, dan 2009. Data yang digunakan
terdiri dari 10 (sepuluh) indikator sosial, 7 (tujuh) indikator ekonomi dan 10
(sepuluh)
indikator lingkungan yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip
pemilihan indikator yaitu kesederhanaan, objektivitas, skop, kuantifikasi, dapat
diukur, dan punya batas waktu.
Pencapaian indikator pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan
dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif desktiptif, pengukuran tingkat
perkembangan pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan dilakukan dengan
menggunakan metode Full Permutation Polygon Synthetic Indicator (FPPSI),
sedangkan status pembangunan berkelanjutan ditentukan berdasarkan gambungan
antara metode FPPSI, metode Villain dan Planner Triangle Champbell.
Berdasarkan metode tersebut status pembangunan berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan dikelompokkan menjadi: (1) pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), (2) efisiensi ekonomi dan berkeadilan

sosial (equitable), (3) efisiensi ekonomi dan perlindungan lingkungan (viable), (4)
berkeadilan sosial dan perlindungan lingkungan (bearable), (5) efisiensi ekonomi

(economy effeciency), (6) berkeadilan sosial (social equity) (7) perlindungan
lingkungan (ecology preservation), dan (8) tidak berkelanjutan (unsustainable
development). Pembangunan yang tidak berkelanjutan adalah pembangunan yang
tidak memenuhi persyaratan baik untuk efisiensi ekonomi, berkeadilan sosial
maupun perlindungan lingkungan.
Hasil analisis kuantitatif deskriptif terhadap pencapain indikator
pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan menunjukkan bahwa masingmasing kabupaten/kota di Provinsi Banten memiliki pencapaian indikator yang
berbeda-beda. Secara umum indikator pembangunan sosial yang cenderung
mengalami perbaikan dari tahun 2001 sampai 2009 di semua wilayah hanya
indikator jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber
penerangan. Pada pembangunan ekonomi indikator yang mengalami perbaikan di
semua wilayah kabupaten/kota dari tahun 2001 sampai 2009 adalah indikator
jumlah PDRB, jumlah PDRB perkapita, jumlah pajak bumi dan bangunan, jumlah
pajak bumi bangunan perkapita, dan jumlah pengeluaran perkapita perbulan.
Sedangkan pada pembangunan lingkungan, tidak terdapat indikator yang
mengalami perbaikan di semua wilayah dari tahun 2001 sampai 2009.
Berdasarkan nilai sintetik indikator yang diperoleh melalui analisis FPPSI

diketahui perkembangan atau kemunduran pembangunan sosial, ekonomi, dan
lingkungan masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Banten. Semakin tinggi
nilai sintetik indikator pembangunan di suatu wilayah maka semakin maju
pembangunan di wilayah tersebut, sebaliknya semakin kecil nilai sintetik
indikator pembangunan di suatu wilayah maka semakin tidak berkembang
pembangunan di wilayah tersebut. Nilai sintetik indikator pembangunan sosial
kabupaten/kota di Provinsi Banten pada tahun 2001, 2005, dan 2009 berturut-turut
adalah: Kabupaten Pandeglang 0.021; 0.126; dan 0.111, Kabupaten Lebak 0.042;
0.137; dan 0.126, Kabupaten Tangerang 0.288; 0.423; dan 0.458, Kabupaten
Serang 0.160; 0.190; dan 0.275, Kota Tangerang 0.437; 0.660; dan 0.424, Kota
Cilegon 0.437; 0.685; dan 0.524. Nilai sintetik indikator pembangunan ekonomi
masing-masing wilayah kabupaten/kota di Provinsi Banten pada tahun 2001,
2005, dan 2009 berturut-turut adalah: Kabupaten Pandeglang 0.008; 0.023; dan
0.039, Kabupaten Lebak 0.008; 0.002; dan 0.026, Kabupaten Tangerang 0.278;
0.342; dan 0.494, Kabupaten Serang 0.038; 0.045; dan 0.160; Kota Tangerang
0.464; 0.562; dan 0.633, Kota Cilegon 0.297; 0.301; dan 0.492. Nilai sintetik
indikator pembangunan lingkungan masing-masing kabupaten/kota di Provinsi
Banten pada tahun 2001, 2005, dan 2009 berturut-turut adalah: Kabupaten
Pandeglang 0.406; 0.483; dan 0.480, Kabupaten Lebak 0.645; 0.513; dan 0.251,
Kabupaten Tangerang 0.345; 0.389; dan 0.203, Kabupaten Serang 0.573; 0.417;

dan 0.337, Kota Tangerang 0.060; 0.264; dan 0.127, Kota Cilegon 0.136; 0.178;
dan 0.173
Status pembangunan di wilayah urban (Kota Tangerang dan Kota Cilegon)
dan wilayah rural (Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten
Serang) di Provinsi Banten tidak meningkat dari tahun 2001 sampai 2009. Status
pembangunan di Kota Tangerang dan Kota Cilegon pada tahun 2001, 2005, dan
2009 adalah equitable. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang pada tahun
2001, 2005, dan 2009 memiliki status pembangunan ecology preservation,
sedangkan status pembangunan di Kabupaten Lebak pada tahun 2001 dan 2005
adalah ecology preservation namun pada tahun 2009 status pembangunan turun

menjadi tidak berkelanjutan (unsustainable). Wilayah yang mengalami
peningkatan status pembangunan di Provinsi Banten adalah wilayah peri urban
(Kabupaten Tangerang). Status pembangunan Kabupaten Tangerang pada tahun
2005 adalah pembangunan berkelanjutan (sustainable development), namun
selanjutnya pada tahun 2009 status pembangunan turun menjadi equitable seperti
status pada tahun 2001.
Pada status yang sama, kualitas pembangunan dibedakan berdasarkan nilai
sintetik komprehensif. Nilai sintetik komprehensif merupakan luas segitiga
Planner Triangle Champbell yang terbentuk antara pilar sosial, ekonomi, dan

lingkungan. Semakin luas dan semakin berimbangan segitiga Planner Triangle
Champbell tersebut
maka semakin mendekati atau berada pada status
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Nilai sintetik
komprehensif masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Banten pada tahun 2001,
2005 dan 2009 berturut-turut adalah: Kabupaten Pandeglang 0.000; 0.018; dan
0.008, Kabupaten Lebak 0.017; 0.008; dan 0.006, Kabupaten Tangerang 0.360;
0.382; dan 0.389, Kabupaten Serang 0.138; 0.062; dan 0.182, Kota Tangerang
0.333; 0.450; dan 0.251, Kota Cilegon 0.404; 0.218; dan 0.381. Meskipun nilai
sintetik komprehensif Kota Tangerang pada tahun 2005 dan Kota Cilegon tahun
2001 lebih tinggi dibanding dengan Kabupaten Tangerang pada tahun 2005,
namun status pembangunan Kabupaten Tangerang pada tahun 2005 lebih tinggi
dibanding dengan status pembangunan Kota Tangerang tahun 2005 dan Kota
Cilegon tahun 2001 karena pada tahun 2005 wilayah Kabupaten Tangerang lebih
memiliki keberimbangan antara pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Kata kunci: sustainable, unsustainable, equitable, ecology preservation,
kabupaten/kota

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan lirik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

PERKEMBANGAN STATUS PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN
BERDASARKAN KONSEP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

HAYATI

TESIS
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
MAGISTER SAINS
Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :

Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si.

Judul Tesis

:

Perkembangan Status Pembangunan Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten Berdasarkan Konsep Pembangunan
Berkelanjutan

Nama
NRP

Program Studi

:
:
:

Hayati
A156100224
Ilmu Perencanaan Wilayah

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S.
Ketua

Didit Okta Pribadi, S.P., M.Si.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian : 12 Maret 2012

Tanggal Lulus : opember 2011

Terima kasih untuk orang-orang yang ku cintai:
Bapak dan ibu,
Bapak dan ibu mertua,
Suami,
Anak-anak ku yang sangat ku sayangi:
Aulia Rohadatul Aisy, Farid Fardan,
Tafhan Harridhi, Ghasssani Puti Azizah,
Terima kasih untuk segenap doa dan dukungannya..
pengorbanannya, pengertiannya.
serta dorongan semangat yang luar biasa.
hingga terselesaikan karya ini....

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur seraya memohon kehadirat Alllah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini yang berjudul “Perkembangan Status Pembangunan Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten Berdasarkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan” dan
merupakan tugas akhir akademik dalam menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini dapat selesai berkat bimbingan
komisi pembimbing dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
dengan segala kerendahan hati penulis haturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S. dan Bapak Didit Okta Pribadi,
S.P., M.Si. sebagai dosen pembimbing dengan kesabaran dan keikhlasannya
telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, membuka wawasan dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis
2. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang
diberikan bagi penulis.
3. Gubernur Provinsi Banten yang telah memberikan ijin untuk mengikuti tugas
belajar pada Program Studi Perencanaan Wilayah IPB.
4. Segenap dosen dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah IPB yang telah mengajar dan membantu penulis selama mengikuti
studi.
5. Bapak, ibu, suami tercinta dan anak-anak tersayang yang telah memberikan
ijin dan dorongan semangat beserta seluruh keluarga dengan dukungannya
telah memberikan kekuatan tersendiri kepada penulis selama mengikuti studi.
6. Rekan-rekan seperjuangan PWL 2010 yang kompak dan bersemangat pantang
menyerah.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan baik
moril maupun materil selama studi dan penulisan tesis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2012

Hayati

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 5 Maret
1971 dari pasangan Ayah Ramilus dan dan Ibu Nurjani. Penulis merupakan anak
kedua dari empat bersaudara.
Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan penulis di Bukittinggi,
sedangkan pendidikan sarjana di tempuh pada Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1991
sampai tahun 1996. Penulis menikah dengan Ir. Lingguan, MM pada tahun 1995
dan pada saat ini telah dikaruniai dua orang putra yaitu Farid Fardan (9,5 tahun)
dan Tafhan Harridhi (7 tahun) dan dua orang putri yaitu Aulia Rohadatul Aisy (15
tahun) dan Ghassani Puti Azizah (2,5 tahun).
Setelah lulus pendidikan sarjana, penulis bekerja sebagai guru kimia dan
matematika di SMU Al-Ghozali di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor selanjutnya
sebagai guru pelajaran science sekaligus pembimbing siswa yang menderita autis
di Sekolah Al-Fallah, Cibubur. Penulis diterima sebagai PNS pada tahun 2005 di
Pemerintahan Daerah Provinsi Lampung dan ditempatkan di Dinas Kelautan dan
Perikanan. Pada tahun 2007 penulis bertugas di Dinas Kelautan dan Perikanan,
Pemerintahan Provinsi Banten, hingga saat ini. Penulis mendapat kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah pascasarjana pada tahun 2010 dan
diterima pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) IPB dengan
bantuan pembiayaan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas).

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ……………………………………………………..........

vii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………........

xi

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………........
Perumusan Masalah ……………………………………………........
Tujuan Penelitian ………………………………………………........
Manfaat Penelitian ………………………………………………......
Kerangka Pemikiran ……………………………………………......

1
3
6
6
6

TINJAUAN PUSTAKA
Paradigma Pembangunan ……………………………………............
Paradigma Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development).......................................................................................
Mengukur Pembangunan Berkelanjutan. ……………………............

9
10
17

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Geografis Wilayah ............................................................
Iklim ....................................................................................................
Kondisi Demografis.............................................................................
Aktivitas Ekonomi ..............................................................................
Pembangunan Sosial ...........................................................................

30
32
32
35
36

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………......
Jenis Data ………………………………………………………........
Tahapan Penelian............……………………………………….........
Teknik Analisis Data ……………………………………………......
Analisa Terhadap Masing-Masing Indikator…………..............
Analisa Full Permutation Poligon Synthetic Indicator
(FPPSI).......................................................................................
Analisa Villian (1996) ……………………………………........
Analisa Champbell (1996)……………………...........................

39
39
39
44
44
54
56
56

vi

Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pencapaian Indikator Pembangunan
Pencapaian Indikator Pembangunan Sosial..........................................
Pencapaian Indikator Pembangunan Ekonomi.....................................
Pencapaian Indikator Pembangunan Lingkungan ................................
Perkembangan Pembangunan Antar Wilayah
Perkembangan Pembangunan Sosial...................................................

Perkembangan Pembanguna Ekonomi........................................
Perkembangan Pembangunan Lingkungan.................................
Perkembangan Pembangunan Antar Waktu
Kabupaten Pandeglang.................................................................
Kabupaten Lebak.........................................................................
Kabupaten Tangerang..................................................................
Kabupaten Serang........................................................................
Kota Tangerang............................................................................
Kota Cilegon................................................................................
Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah........................................
Hubungan Perkembangan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan..............
Status Pembangunan Kabupaten/Kota Di Provinsi Benten..................

59
72
81
94
100
104
111
114
118
121
124
127
130
105
137

KESMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.................................……………………………..............
Saran..................................................……………………...................

151
153

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

155

LAMPIRAN...................................................................................................

161

DAFTAR TABEL
Halaman

1.

Banyaknya desa yang mengalami pencemaran lingkungan menurut
jenis pencemaran lingkungan ……………………………......................

2

2.

Indikator pembangunan berkelanjutan (UN, 2007)...................................

19

3.

Indikator pembangunan berkelanjutan (Feng el al., 2007)................…....

21

4.

Tujuan, target, dan indikator MDG’s di Tahun 2015.............................

23

5.

Tema, sub tema dan indikator pembangunan berkelanjutan menurut
World Bank dan CSD/DESA UN .............................................................

26

Distribusi persentase penduduk dan kepadatan penduduk menurut
kabupaten/kota di Provinsi Banten Tahun 2008-2009..............................

34

Distribusi persentase PDRB Provinsi Banten atas harga berlaku tahun
2005-2009 menurut lapangan usaha .........................................................

35

PDRB (juta rupiah) Provinsi Banten atas harga konstan tahun 2000
menurut kabupaten/kota dari tahun 2007 sampai 2009.............................

35

Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas menurut kabupaten/kota dan
pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Banten tahun 2009....................

37

10. Indeks Pembangunan Manusia menurut kabupaten/kota pada tahun
2009 di Provinsi Banten............................................................................

37

6.

7.

8.

9.

11. Jenis, sumber data yang digunakan, teknik analisis data,dan output yang
diharapkan.................................................................................................. 41
12. Indikator pembangunan yang digunakan dalam penelitian.......................

42

13. Matrik pencapaian indikator pembangunan sosial, nilai maksimum,
minimum dan rata-rata indikator...............................................................

71

14. Perbandingan jumlah penduduk kabupaten/ kota di Provinsi Banten......

74

15. Matrik pencapaian indikator pembangunan ekonomi, nilai maksimum,
minimum dan rata-rata indikator...............................................................

80

16. Matrik pencapaian indikator pembangunan lingkungan, nilai
maksimum, minimum dan rata-rata indikator..........................................

93

viii

Halaman
17. Hubungan distribusi pendapatan (Indeks Gini) dengan tingkat
keamanan menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten........................... 98
18. Nilai standar indikator pembangunan sosial di Kabupeten
Pandeglang...............................................................................................

111

19. Nilai standar indikator pembangunan ekonomi di Kabupeten
Pandeglang...............................................................................................

113

20. Nilai satndar indikator pembangunan lingkungan di Kabupeten
Pandeglang...............................................................................................

114

21. Nilai standar indikator pembangunan sosial di Kabupeten Lebak........... 115
22. Nilai standar indikator pembangunan ekonomi di Kabupeten Lebak...... 116
23. Nilai standar indikator pembangunan lingkungan di Kabupeten
Lebak........................................................................................................ 118
24. Nilai standar indikator pembangunan sosial di Kabupeten
Tangerang................................................................................................. 119
25. Nilai standar indikator pembangunan sosial di Kabupeten
Tangerang................................................................................................. 120
26. Nilai standar indikator pembangunan lingkungan di Kabupeten
Tangerang................................................................................................. 121
27. Nilai standar indikator pembangunan sosial di Kabupeten Serang.......... 122
28. Nilai standar indikator pembangunan ekonomi di Kabupeten
Serang....................................................................................................... 123
29. Nilai standar indikator pembangunan lingkungan di Kabupeten
Serang....................................................................................................... 124
30. Nilai standar indikator pembangunan sosial di Kota Tangerang ............

125

31. Nilai standar indikator pembangunan ekonomi di Kota Tangerang.......

126

32. Nilai standar indikator pembangunan lingkungandi Kota Tangerang.....

127

33. Nilai standar indikator pembangunan sosial di Kota Cilegon.................. 128
34. Nilai standar indikator pembangunan ekonomi di Kota Cilegon............. 129

Halaman
35. Nilai standar indikator pembangunan lingkungan di Kota Cilegon......... 130
36. Perbedaan nilai sintetik indikator (S) antara wilayah dengan nilai
sintetik indikator terbesar dan terkecil pada pembangunan sosial,
ekonomi dan lingkungan.......................................................................... 131
37. Jumlah pedesaan dan perkotaan di masing-masing kabupaten/kota
Provinsi Banten........................................................................................

132

38. Pola ketimpangan pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan
antara wilayah dengan nilai sintetik pembangunan terbesar dan
terkecil.................................................................................................... 134
39. Hubungan antara pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan
kabupaten/kota di Provinsi Banten..........................................................

137

40. Perbandingan niali sintetik (S) masing-masing pilar dan interaksi 2
(dua) pilar antar kabupaten/kota di Provinsi Banten................................ 138
41. Status pembangunan kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001,
2005, dan 2009......................................................................................... 142
42. Perbandingan nilai sintetik komprehensif kabupaten/kota di Provinsi
Banten tahun 2001, 2005, dan 2009......................................................... 149

x

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Kontribusi PDRB (atas harga berlaku) kabupaten/kota Provinsi
Banten........................................................................................................

2

2.

Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian...................................................

8

3.

Pola hubungan prinsip ekonomi, ekologi dan sosial dalam
pembangunan berkelanjutan (Villain, 1996) ..........................................

16

Definisi sustainable development oleh Champbell (1996) yang
digambarkan sebagai Planner Triangle....................................................

17

5.

Peta administrasi Provinsi Banten............................................................

32

6.

Diagram alir tahapan penelitian................................................................

43

7.

Sebuah contoh model poligon dengan 6 (enam) indicator.......................

55

8.

Diagram alir pengambilan keputasan untuk menentukan status
pembangunan kabupaten/kota di Provinsi Banten....................................

57

Perbandingan jumlah penduduk diatas garis kemikinan menurut
kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan 2009..............

60

10. Perbandingan Gini Ratio pada masing-masing Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten.....................................................................................

61

11. Perbandingan jumlah (%) penduduk melek huruf kabupaten/kota di
Provinsi Banten.........................................................................................

62

12. Perbandingan jumlah (%) penduduk usia 10 tahun keatas yang
memiliki ijazah minimal setingkat SMP...................................................

63

13. Jumlah (%) balita dengan penolong kelahiran dibantu tenaga medis
menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten pada tahun 2001, 2005,
dan 2009....................................................................................................

64

14. Perbandingan jumlah desa yang tidak terkena wabah penyakit
berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten.....................................

65

15. Perbandingan rumah tangga menurut kabupaten/kota yang
menggunakan listrik sebagai sumber penerangan...................................

66

16. Jumlah (%) rumah tangga yang memiliki jamban buang air besar
sendiri menurut kabupaten/kota................................................................

68

4.

9.

xii

Halaman
17. Rasio ijazah perguruan tinggi yang dimiliki perempuan terhadap lakilaki menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten......................................

69

18. Perbandingan jumlah desa yang masyarakatnya tidak tidak terkena
tindak kejahatan menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten.................. 70
19. Distibusi PDRB (berdasarkan harga kontan tahun 2000) kabupaten/
kota di Provinsi Banten............................................................................ 73
20. Distribusi PDRB perkapita masing-masing kabupaten/kota di Provinsi
Banten dari tahun 2001 sampai 2009....................................................... 74
21. Jumlah penerimaan pajak bumi bangunan (berdasarkan harga konstan
tahun 2000) kabupaten/kota di Provinsi Banten......................................

75

22. Jumlah pajak bumi dan bangunan perkapita (berdasarkan harga konstan
tahun 2000) menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001,
2005, dan 2009.......................................................................................... 76
23. Employment pupulation ratio menurut kabupaten/kota di Provinsi
Banten pada tahun 2001, 2005, dan 2009.................................................

77

24. Jumlah pekerja yang bekerja lebih dari 35 jam dalam satu minggu
(labour productivity) menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun
2001, 2005, dan 2009................................................................................ 78
25. Jumlah pengeluaran penduduk perkapita perbulan (berdasarkan harga
kontan tahun 2000) menurut kabupeten/kota di Provinsi
Banten.......................................................................................................

79

26. Jumlah desa (%) yang penduduknya membuang sampah ke sungai
menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten............................................

81

27. Jumlah desa yang memiliki keluarga yang tinggal di pemukiman
kumuh menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten................................. 82
28. Jumlah desa (%) yang memiliki keluarga yang tinggal di bantaran
sungai berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Banten...........................

85

29. Jumlah (%) desa yang tidak mengalami pencemaran air berdasarkan
kabupaten/kota di Provinsi Banten..........................................................

86

30. Jumlah desa (%) yang tidak mengalami pencemaran tanah menurut
kabupaten/kota di Provinsi Banten..........................................................

87

Halaman
31. Jumlah desa (%) yang tidak mengalami pencemaran udara menurut
kabupaten/kota di Provinsi Banten.......................................................... 88
32. Jumlah (%) desa yang tidak mengalami pencemaran suara (bising)
menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten............................................

89

33. Jumlah (%) desa yang tidak mengalami bahaya banjir selama 3 (tiga)
tahun terakhir menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten..................... 90
34. Jumlah (%) desa yang tidak mengalami longsor dalam 3 (tiga) tahun
terakhir menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten............................... 91
35. Luas (%) lahan Pertanian terhadap luas wilayah menurut kabupaten/
kota di Provinsi Banten............................................................................

92

36. Perbandingan model poligon pembangunan sosial kabupaten/kota di
Provinsi Banten pada tahun 2001, 2005, dan 2009.................................. 95
37. Perbandingan nilai sintetik indikator (S) pembangunan sosial
kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan 2009............. 99
38. Perbandingan model poligon perkembangan pembangunan ekonomi
kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan 2009............. 102
39. Perbandingan nilai sintetik indikator (S) pembangunan ekonomi
kabupaten/kota di Provinsi Banten pada tahun 2001, 2005, dan 2009.... 104
40. Perbandingan model poligon pembangunan lingkungan kabupaten/kota
di Provinsi Banten pada tahun 2001, 2005, dan 2009.............................. 106
41. Perbandingan nilai sintetik indikator (S) pembangunan lingkungan
kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan 2009............. 110
42. Pola ketimpangan ekonomi, sosial dan lingkungan antara wilayah
dengan nilai sintetik pembangunan terbesar dan terkecil........................ 134
43. Perbandingan model Planner Triangle Champbell antar kabupaten/
kota di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan 2009.............................. 140
44. Peta status pembangunan Provinsi Banten tahun 2001............................ 143
45. Peta status pembangunan Provinsi Banten tahun 2005............................ 143
46. Peta status pembangunan Provinsi Banten tahun 2009 ........................... 144

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Perhitungan indeks Gini kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001, 163
2005, dan 2009...........................................................................................
2. Perhitungan nilai sintetik indikator (S) pembangunan sosial 126
kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan
2009............................................................................................................ 172
3. Perhitungan nilai sintetik indikator (S) pembangunan ekonomi
kabupaten/ kota di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan 2009.............. 181
4. Perhitungan nilai sintetik indikator (S) pembangunan lingkungan
kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan
2009............................................................................................................ 190
5. Perhitungan nilai sintetik komprehensif pembangunan kabupaten/kota
di Provinsi Banten tahun 2001, 2005, dan 2009........................................ 199

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu termasuk
dalam wilayah Karesidenan Banten - Provinsi Jawa Barat dan terbentuk melalui
Undang undang No. 23 Tahun 2000. Pada awalnya, Provinsi Banten terdiri dari
empat kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang dan dua
kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Dalam perkembangannya, pada
tahun 2006 terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten Serang menjadi Kabupaten
Serang dan Kota Serang dan pada tahun 2008 Kabupaten Tangerang dimekarkan
menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian
pada saat ini Provinsi Banten terdiri dari 4 (empat) kabupaten dan 4 (empat) kota.
Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa dan
berjarak sekitar 90 km dari DKI Jakarta serta memiliki luas sebesar 9 662.92 km2
atau sekitar 0.51 persen dari luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wilayahnya, berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat di
sebelah timur, Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah selatan, dan
Selat Sunda di sebelah barat. Dengan demikian, Provinsi Banten mempunyai
posisi yang strategis yaitu sebagai jalur penghubung darat antara Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera.
Masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Banten mengalami proses
perkembangan

pembangunan yang berbeda-beda.

Kota Tangerang, Kota

Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang sebagai hinterland bagi Provinsi
DKI Jakarta dan Kota Cilegon yang berada di gerbang lalu lintas perdagangan
Pulau Sumatera dan Pulau Jawa mengalami pertumbuhan pembangunan ekonomi
dan sosial yang jauh lebih cepat dibanding dengan Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak yang berada di Banten bagian selatan.
Masing-masing Kabupaten Kota memberikan kontribusi PDRB yang
berbeda-beda terhadap Provinsi Banten. Pada tahun 2009, Kota Tangerang
memberikan kontribusi PDRB terbesar terhadap PDRB Provinsi Banten kemudian
disusul oleh Kabupaten Tangerang dan Kota Cilegon (BPS Banten, 2010) seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.

2

Pandeglang
7,17 5,295,16
3,4

Kab Lebak
Kab. Tangerang

14,15
21,75

Kab. Serang
Kota Tangerang

8,14
33,94

Kota Cilegon
Kota Serang
Kota Tangsel

Gambar 1. Kontribusi PDRB (atas harga berlaku) kabupaten/kota Provinsi
Banten pada tahun 2009
Ditinjau dari sisi pembangunan lingkungan, perkembangan pembangunan
ekonomi cenderung disertai dengan kemunduran lingkungan. Kota Tangerang
sebagai penyumbang PDRB terbesar di Provinsi Banten,

namun

secara

kontradiktif pada tahun 2009, hampir seluruh kecamatan (8 kecamatan dari 12
kecamatan yang ada) di Kota Tangerang mengalami banjir (BPS Kota Tangerang,
2010). Demikian juga halnya dengan pencemaran lingkungan, pencemaran air,
suara dan udara yang besar berada di kabupaten/kota penyumbang PDRB yang
besar yakni Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang dan Kota
Cilegon seperti ditunjukkan pada Tabel 1 (BPS Banten, 2008).
Tabel 1. Banyaknya desa yang mengalami pencemaran lingkungan menurut jenis
pencemaran lingkungan menurut kabupaten/kota di Provinsi Banten

Kabupaten/Kota
Kab.Pandeglang
Kab. Lebak
Kab. Tangerang
Kab. Serang
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kota Serang

Total
jumlah desa
335
320
328
308
104
43
66

Sumber: BPS Banten, 2008

Jumlah desa yang mengalami pencemaran
Air
Udara
Suara
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
22
6.57
21
6.27
27
8.06
34
10.63
22
6.88
27
8.44
66
20.12
64
19.51
57
17.37
62
20.13
58
18.83
22
7.14
22
21.15
27
25.96
20
19.23
9
20.93
15
34.88
14
32.56
6
9.09
11
16.67
8
12.12

3

Secara umum pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kinerja
pembangunan yang paling populer.

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi

yang pesat tersebut jika disertai dengan kerusakan sumberdaya alam akan
berdampak paradoks dan mengarah kepada kemunduran pembangunan itu sendiri.
Adanya permasalahan-permasalahan tersebut memaksa para pakar pembangunan
untuk mengkaji tolak ukur (indikator) pembangunan yang bukan hanya
pertumbuhan ekonomi, tetapi harus disertai beberapa indikator lainnya (Rustiadi
et al., 2009).
Dalam perspektif konsep pembangunan, pendekatan pembangunan dituntut
untuk memperhatikan keberimbangan dan keadilan antar generasi yang dikenal
dengan

konsep

pembangunan

berkelanjutan

(sustainable

development).

Kesadaran untuk memberikan perhatian pada lingkungan dimulai sejak adanya
deklarasi Stockholm pada tahun 1972.

Dua puluh tahun setelah konferensi

Stockholm, PBB kembali melakukan konferensi tentang Lingkungan dan
Pembangunan (United Nations Conference on Environment and Development,
UNCED) di Rio de Janeiro, Brasil, pada tanggal 3 sampai 14 Juni 1992, yang
lebih popular dengan KTT Rio (Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio). KTT
ini dihadiri oleh kurang lebih 100 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan
seluruh dunia.

Salah satu isu yang sangat penting yang menjadi dasar

pembicaraan di KTT Rio adalah prinsip pembangunan berkelanjutan (UN, 2007).
Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan
manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya (UN,
2007). Paradigma pembangunan berkelanjutan melihat pembangunan sebagai
keserasian antara keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan
kelestarian lingkungan.
Perdebatan sustainable development saat ini telah bergeser dari isu definisi
ke isu pengukuran. Definisi dianggap telah cukup mapan, ratusan paper telah
diterbitkan dalam mendefinisikan pembangunan berkelanjutan (Bapedal, 2001).
Mitchell (1996) berpendapat bahwa pengukuran sustainable development adalah
merupakan persyaratan penting untuk mencapai sustainable society.
UN

(2007)

memberikan

arahan

untuk

mengukur

pembangunan

berkelanjutan dengan menggunakan indikator yang dikelompokkan ke dalam

4

tema yakni kemiskinan, pemerintahan, kesehatan, pendidikan, kependudukan,
bencana alam, atmosfir, lahan, kepulauan, laut dan pantai, biodiversity,
perkembangan ekonomi, persatuan ekonomi global, pola konsumsi dan produksi.
Dalam penelitiannya, Feng et al. (2009) menggunakan 52 (lima puluh dua)
indikator untuk menilai pembangunan berkelanjutan di Kota Jining, China.
Indikator yang digunakan terdiri dari 10 indikator pertumbuhan ekonomi dan
efesiensi, 15 indikator untuk perlindungan lingkungan, 14 indikator sosial dan 13
indikator lingkungan. Selain itu, Nader et al. (2008) menggunakan 110 indikator
untuk mengukur sustainable development yang dikelompokkan dalam tema
kependudukan, standar hidup, pola konsumsi dan produksi, agriculture, industri,
energi, pelayanan, transpor, udara, air, lahan dan tanah, dan biodiversity.
Analisis terhadap tingkat perkembangan pembangunan berkelanjutan
penting dilakukan agar pembangunan tidak hanya menjadi konsep yang abstrak.
Beberapa peneliti telah melakukan analisis untuk mengukur
berkelanjutan.

pembangunan

Feng et al. (2007) menggembangkan metode Full Permutation

Polygon Synthetic dalam mengevaluasi sustainable development di Kota Jining,
Cina.

Ferrarini et al. (2001) menggunakan metode multi kriteria analisis untuk

mengukur kualitas dan keberlanjutan lingkungan di Provinsi Reggio Emillia, Italy
dan Graymore et al. (2009), menggabungkan metode GIS yang didasarkan pada
multi criteria analysis untuk memperoleh sebuah indeks dari regional
sustainability di Victoria , Australia.

Perumusan Masalah
Kabupaten/kota di Provinsi Banten mengalami proses perkembangan
pembangunan yang berbeda-beda.

Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota

Tangerang Selatan, Cilegon, dan Kota/Kabupaten Serang yang berada di bagian
utara memiliki perkembangan sosial ekonomi yang lebih maju dibandingkan
dengan Banten bagian selatan yakni Pandeglang dan Lebak.
Penelitian mengenai ketimpangan antara Banten bagian utara dan selatan
telah dilakukan. Priyanto (2009) mengkaji ketimpangan ekonomi antara Banten
bagian utara dan selatan dilihat dari indeks Wiliamsons dan Khusaini (2005)
mengkaji disparitas antar wilayah kabupaten/kota dan pengaruhnya terhadap

5

pertumbuhan ekonomi regional di Provinsi Banten.

Kedua penelitian tersebut

menggunakan data PDRB untuk menggambarkan ketimpangan ekonomi antara
Banten bagian utara dan selatan.
Menurut Rustiadi et al. (2009), PDRB adalah salah satu indikator yang
populer untuk mengukur tingkat pembangunan ekonomi di suatu wilayah, namun
PDRB yang tinggi belum tentu mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang tinggi.

Diperlukan indikator lain untuk mengukur keberhasilan tingkat

pembangunan di suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi yang diharapkan adalah pertumbuhan yang tidak
disertai dengan munculnya berbagai masalah berupa penurunan distribusi
pendapatan, peningkatan jumlah pengangguran, peningkatan jumlah keluarga di
bawah garis kemiskinan serta kerusakan sumber daya alam.
pembangunan

tersebut

adalah

konsep

pembangunan

yang

Konsep
mempunyai

keberimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan kelestarian
lingkungan yang dikenal dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
Pengukuran

pembangunan

berkelanjutan

secara

kuantitatif

belum

dilakukan di Provinsi Banten walaupun telah banyak kegiatan-kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan yang didasarkan pada paradigma pembangunan
berkelanjutan.

Pengukuran pembangunan berkelanjutan secara kuantitatif

merupakan hal yang penting dilakukan untuk mengetahui apakah suatu wilayah
sudah atau belum memenuhi syarat-syarat pembangunan berkelanjutan.
Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
pencapaian indikator pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan antar waktu
dan antar wilayah di Provinsi Banten; (2) Bagaimana perkembangan
pembangunan antar waktu antar wilayah di Provinsi Banten jika dilihat tidak
hanya dari sisi ekonomi, namun dengan menggunakan pendekatan paradigma
pembangunan berkelanjutan yakni selain sisi ekonomi, juga dari sisi sosial dan
lingkungan; (3) Bagaimana status pembangunan antar waktu dan antar wilayah di
Provinsi Banten.

6

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1.

Mempelajari

pencapaian indikator pembangunan sosial, ekonomi dan

lingkungan antar waktu dan antar wilayah di Provinsi Banten.
2.

Mengukur dan menganalisis pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan
antar waktu dan antar wilayah di Provinsi Banten.

3.

Menentukan

status pembangunan

antar waktu dan antar wilayah di

Provinsi Banten.

Manfaat Penelitian
Manfaat

penelitian

ini

diharapkan

bisa

menjadi

masukan

bagi

pemerintahan daerah Provinsi Banten dalam merumuskan rencana pembangunan
ke depan agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masing-masing wilayah.

Kerangka Pemikiran
Status pembangunan berkelanjutan di suatu wilayah ditentukan oleh
pencapaian pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan di wilayah tersebut.
Pembangunan yang diharapkan di suatu wilayah adalah pembangunan yang
memiliki pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan kelestarian lingkungan.
Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan
berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi,
peningkatan pendapatan masyarakat dan penggurangan jumlah pengangguran.
Pembangunan ekonomi juga menuntut peningkatan kualitas sumber daya
manusia.

Namun di lain pihak adanya pembangunan ekonomi yang tidak

terencana dengan baik mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
Disamping itu pembangunan ekonomi melalui

industrialisasi mengakibatkan

berkurangnya lahan pertanian hilangnya habitat alami baik hayati maupun hewani.
Oleh sebab itu, mengukur hasil pembangunan pada suatu wilayah tidak cukup
hanya dari perkembangan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang disertai dengan
kemunduran lingkungan akan berdampak paradoks terhadap pembangunan dan
mengarah kepada kemunduran pembangunan itu sendiri. Dalam pembangunan

7

diperlukan keberimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial dan
kelestarian lingkungan yang dikenal dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
Provinsi Banten terbentuk pada bulan Oktober 2000 dengan 6 (enam)
wilayah kabupaten/kota. Masing-masing wilayah

mengalami perkembangan

pembangunan yang berbeda-beda. Ditinjau dari sisi PDRB, Kota Tangerang,
Kota Cilegon dan Kabupaten Tangerang yang terletak di Banten bagian utara
memiliki

kontibusi PDRB yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan

wilayah Banten bagian selatan (Kabupaten Pandeglang dan Lebak). Namun jika
ditinjau dari sisi pembangunan lingkungan, wilayah-wilayah yang mengalami
tingkat pencemaran yang tinggi baik pencemaran tanah, air, udara dan suara
terjadi di wilayah yang memberikan kontibusi PDRB yang tinggi. Demikian juga
halnya dengan masalah lingkungan

berupa bencana banjir, pada tahun 2009

hampir seluruh kecamatan di Kota Tangerang mengalami bencana banjir.
Berdasarkan

permasalahan-permasalahan tersebut di atas maka

perlu

dikaji perkembangan pembangunan berkelanjutan antar waktu dan antar wilayah
di Provinsi Banten.

Hal ini penting dilakukan agar perencanaan pembangunan

selanjutnya dapat diarahkan terhadap keberimbangan pertumbuhan ekonomi,
keadilan sosial dan kelestarian lingkungan agar tercipta pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).
Perkembangan pembangunan berkelanjutan pada masing-masing wilayah
di Provinsi Banten dianalisis berdasarkan pengukuran

indikator-indikator

pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Agregasi nilai dari indikatorindikator ekonomi, sosial dan lingkungan menghasilkan nilai pembangunan
ekonomi, sosial dan lingkungan pada masing-masing wilayah di Provinsi Banten.
Dengan melakukan pengukuran indikator secara time series maka dapat dikaji
perkembangan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan antar waktu dan
antar wilayah, pola ketimpangan pembangunan sosial ekonomi dan lingkungan,
hubungan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan dan selanjutnya dapat
dikaji status pembangunan antar waktu dan antar wilayah di Provinsi Banten
berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan. Diagram alir kerangka pikir
penelitian disajikan pada Gambar 2.

8

Provinsi Banten

Banten Bagian Utara

Banten Bagian Selatan

Pada umumnya sektor utama industri
dan jasa. Ekonomi dan sosial relatif
lebih maju. Masalah lingkungan

Perkembangan ekonomi dan sosial
tertinggal di banding Banten bagian
utara. Sektor utama pertanian.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Pengukuran indikator : sosial, ekonomi, lingkungan
Perkembangan pembangunan ekonomi, sosial, dan
lingkungan antar waktu antar wilayah
Pola ketimpangan pembangunan sosial, ekonomi dan
lingkungan
Hubungan pembangunan sosial, ekonomi dan
lingkungan

Status pembangunan antar waktu antar
wilayah di Provinsi Banten

Gambar 2. Diagram alir kerangka pikir penelitian

9

TINJAUAN PUSTAKA
Paradigma Pembangunan
Paradigma pembangunan adalah kerangka berpikir yang menjadi panduan
atau pegangan semua pihak yang terlibat dalam perencanaan maupun pelaksanaan
pembangunan. Kerangka berpikir membimbing para pelaku pembanguan dalam
merumuskan masalah, penentuan tujuan, sasaran, prioritas, dan cara-cara untuk
mencapainya (Lubis et al., 2000).
Sedangkan pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang
sistematis dan berkesinambungan untuk menciptakan suatu keadaan yang dapat
menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga
yang paling humanistik (Rustiadi et al., 2009). UNDP mendefinisikan
pembangunan khususnya pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk
memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk, dimana penduduk ditempatkan
sebagai tujuan akhir.
Todaro (2004) berpendapat bahwa ada 3 (tiga) tujuan pemban