Prediksi Laju Abrasi Dengan Menggunakan Citra Satelit di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten

PREDIKSI LAJU ABRASI DENGAN MENGGUNAKAN
CITRA SATELIT DI KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN

ARDI HERDIAN PURWADINATA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prediksi Laju Abrasi
Dengan Menggunakan Citra Satelit Di Kabupaten Tangerang adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Ardi Herdian Purwadinata
NIM F44090020

ABSTRAK
ARDI HERDIAN PURWADINATA.Prediksi Laju Abrasi dengan Menggunakan
Citra Satelit di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Dibimbing oleh Dr.Ir. Roh
Santoso B.W. MT.
Perubahan garis pantai merupakan hasil gabungan dari proses alam (gelombang, pasang
surut, arus dan sedimentasi) dan manusia . Kabupaten Tangerang, sebagai salah satu kabupaten
yang memiliki panjang pantai hingga 51 km tidak lepas dari kerusakan lingkungan yang terjadi
karena abrasi pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan garis
pantai yang terjadi di sepanjang wilayah pesisir Kabupaten Tangerang dengan memanfaatkan
citra satelit, Sistem Informasi Geografis, dan memprediksi laju abrasi di sepanjang wilayah
pesisir Kabupaten Tangerang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi
wilayah pesisir kabupaten Tangerang terhadap ancaman abrasi. Berdasarkan hasil análisis, telah
di prediksi Kecamatan Kronjo memiliki rata-rata laju abrasi sebesar 16.3 m/tahun, lalu
Kecamatan Kemiri memiliki laju rata- rata abrasi sebesar 9.2 m/tahun, Kecamatan Mauk laju

abrasi rata rata sebesar 20.9 m/tahun, Kecamatan Sukadiri dengan laju abrasi rata rata 5.2
m/tahun, Kecamatan Paku Haji laju abrasi rata rata sebesar 14.3 m/tahun, Kecamatan Teluknaga
laju abrasi rata rata sebesar 19.67 m/tahun dan kecepatan abrasi rata rata pada kecamatan
Kosambi sebesar 3.2 m/tahun. Berdasarkan hasil tersebut diindikasikan telah terjadi kerusakan
hutan mangrove, sehingga perlu diupayakan penanganan dalam melindungi daerah pesisir baik
secara buatan dengan bangunan pelindung pantai atau dengan cara alami dengan penanaman
hutan mangrove.

Kata kunci: abrasi , pantai , sistem informasi geografis

ABSTRACT
ARDI HERDIAN PURWADINATA. Prediction Of Abrasion Rate Using
Satellite Image In The District Tangerang Of Province Banten . Supervised by
Dr.Ir. Roh Santoso B.W.MT.
Shoreline change is the result of a combination of natural processes (waves, tides, currents
and sedimentation) and humans. Tangerang regency, as one district that has a long coast until 51
km can not be separated from environmental damage that occurs due to coastal erosion. purpose
of this study was to identify the changes that occur in the shoreline along the coastal areas of
Tangerang regency by utilizing satellite imagery, Geographic Information Systems. and predict
the rate of erosion along coastal areas of Tangerang regency. This study is expected to provide an

overview of the condition of coastal areas against the threat of Tangerang regency abrasi. Depend
on the result, predictive analysis of Kronjo district has an average erosion rate of 16.3 m / year,
abrasion rate of the kemiri is 9,295 m / year, Mauk abrasion average rate of 20.9 m / year,
Sukadiri with an average erosion rate of 5.2 m / year, Paku Haji abrasion average rate of 14.3 m
/ year, in Teluk Naga district average erosion rate of 19.67 m / year and average speed of
abrasion on Kosambi is 3.2 m / year. Based on these results indicated mangrove forest damage
has occurred, so it is necessary to protect coastal areas handling both made by building a
protective beach or in a natural way by planting mangroves.

Keywords: abrasion, beach,geographic information systems

PREDIKSI LAJU ABRASI DENGAN MENGGUNAKAN
CITRA SATELIT DI KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN

ARDI HERDIAN PURWADINATA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik

pada
Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

: Prediksi Laju Abrasi Dengan Menggunakan Citra Satelit di
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
: Ardi Herdian Purwadinata
: F44090020

Nama
NIM

Disetujui oleh


Dr.Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr.Yudi Chadirin, STP, MAgr
Plh.Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
abrasi, dengan judul Prediksi Laju Abrasi Dengan Menggunakan Citra Satelit di
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Roh Santoso Budi
Waspodo, MT selaku dosen pembimbing, serta Eko, Hifdi, Penky Irawan, dan
Ilham yang telah banyak memberi saran kepada penulis. Ungkapan terimakasih

juga disampaikan kepada orang tua terutama Ibu atas segala kasih sayang dan
doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, serta seluruh
keluarga, kerabat, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Mei 2013
Ardi Herdian Purwadinata

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3


METODE

7

Bahan

8

Alat

8

Prosedur Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10


SIMPULAN DAN SARAN

19

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

21


RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1 Prediksi Laju Abrasi

17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11

Peta batas administrasi Kabupaten Tangerang
Diagram alir penelitian
Peta abrasi pantai di Kecamatan Kronjo
Peta abrasi pantai di Kecamatan Kemiri
Peta abrasi pantai di Kecamatan Mauk.
Peta abrasi pantai di Kecamatan Sukadiri
Peta abrasi pantai di Kecamatan Paku Haji
Peta abrasi pantai di Kecamatan Teluknaga
Peta abrasi pantai di Kecamatan Kosambi.
Kondisi pantai di Kecamatan Mauk
Kondisi umum wilayah pesisir Kabupaten Tangerang

3
7
10
11
11
12
12
13
13
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis garis pantai yang tidak mengalami abrasi
2 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Tangerang

21
21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di Indonesia umumnya perubahan morfologi pantai diakibatkan oleh abrasi
pantai yang disebabkan oleh sirkulasi arus, dinamika gelombang dan interaksi
faktor-faktor tersebut dengan sedimen serta faktor manusia (Diposaptono, 2004).
Menurut Direktorat Bina Pesisir, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil (Dirjen P3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) tercatat pada
tahun 2001 lalu terdapat 122 daerah pantai di 15 provinsi yang terkena erosi
pantai parah dan memerlukan perhatian serta penanganan segera.
Mengacu dari apa yang disampaikan diatas, ternyata permasalahanpermasalahan pantai khususnya perubahan garis pantai harus mendapat perhatian
serius, sebab apa yang terjadi dirasakan akan memengaruhi rencana dan aktivitas
pembangunan serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu kegiatan yang dirasakan
masih perlu dilakukan adalah evaluasi terhadap morfologi pantai (garis pantai)
yang harus dilakukan dari waktu ke waktu untuk mengatahui sejauh mana
perubahan yang terjadi, apakah masih pada batas-batas yang dapat ditoleransi bila
suatu kondisi tertentu akan dipertahankan ataukah perubahan yang terjadi
memiliki dampak yang signifikan. Hal inilah yang menjadi catatan untuk
mengetahui bagaimana perubahan morfologi pantai khususnya garis pantai yang
terjadi di Utara Pulau Jawa khususnya pesisir pantai Kabupaten Tangerang.
Survey yang dilakukan didasarkan pada citra satelit dan survey lapang. Melalui
penelitian ini diharapkan ada informasi perubahan morfologi pantai sebagai
dampak dari abrasi yang terjadi.
Perubahan garis pantai baik maju atau mundur menimbulkan berbagai
permasalahan, diantaranya pemanfaatan lahan; bertambah atau berkurangnya luas
daratan; terancamnya aktivitas manusia dan lain sebagainya. Terlepas dari faktor
manusia yang menyebabkan perubahan, faktor lain yang sangat berpengaruh
adalah faktor alam (Hermanto, 1986).
Kabupaten Tangerang, sebagai salah satu kabupaten yang memiliki daerah
pantai yang cukup besar juga tak luput dari kerusakan lingkungan yang terjadi
karena abrasi pantai. Hal ini disebabkan oleh arus pantai yang cukup deras,
tanggul penahan air yang lemah, kurangnya lahan hutan bakau, serta sisa-sisa
eksplorasi pasir laut liar yang terjadi.
Pada tahun 2002, Pemerintah Kabupaten Tangerang telah melakukan
penanaman pohon bakau sebanyak 165.000 di beberapa tempat sebagai upaya
pengurangan tingkat pengikisan pantai atau abrasi di sepanjang pantai laut utara,
terutama di Kecamatan Sukadiri dan Kecamatan Mauk yang sudah sangat
mengkhawatirkan.
Pada tahun 2010 abrasi melanda pesisir Kabupaten Tangerang sekitar 30 km.
Dari paparan diatas diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai kondisi perubahan garis pantai di Kabupaten Tangerang.

2
Perumusan Masalah
Abrasi pantai yang terjadi di Kabupaten Tangerang terjadi karena hempasan
gelombang pasang. Adanya abrasi di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang
mengakibatkan dampak antara lain berkurangnya wilayah daratan dan
mengganggu kegiatan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
penelitian prediksi laju abrasi guna mengetahui kisaran laju abrasi di Kabupaten
Tangerang guna memberikan solusi untuk penanganannya. Pendekatan yang
dilakukan dalam mengetahui perubahan garis pantai dapat dilihat dengan
memanfaatkan teknologi citra satelit dengan menggunakan Google Earth yang
ditampilkan dengan perangkat lunak Arc Gis 9.3 dan menggunakan persamaan
laju abrasi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengidentifikasi perubahan
garis pantai yang terjadi di sepanjang wilayah pesisir Kabupaten Tangerang
dengan memanfaatkan citra satelit dan memprediksi laju abrasi di sepanjang
wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran kondisi wilayah pesisir kabupaten Tangerang terhadap
ancaman abrasi.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini diantaranya, dapat mengetahui
kisaran laju abrasi di Kabupaten Tangerang dengan menggunakan citra satelit dan
mengetahui pola perubahan garis pantai di Kabupaten Tangerang.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian diakukan pada bulan Maret hingga Mei 2013 dengan ruang
lingkup mengetahui perubahan garis pantai dan Laju Abrasi di Kabupaten
Tangerang. Lokasi penelitian yaitu di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang
terdiri dari 7 kecamatan pesisir (Gambar 1). Secara geografis, wilayah studi
terletak pada 106°20’-106°44’ Bujur Timur dan 5°58’-6°21’ Lintang Selatan
hingga 106°43'28.877" Bujur Timur dan
6°5'16.6385" Lintang Selatan.
Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah yang menjadi bagian dari
wilayah Provinsi Banten. Terletak pada posisi geografis dengan batas-batas:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai ± 51
km.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerangdan
DKI Jakarta.

3
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat)
dan Kabupaten Lebak.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

Sumber : Pemerintah Kabupaten Tangerang
Gambar 1. Peta batas administrasi Kabupaten Tangerang

TINJAUAN PUSTAKA
Pantai
Pantai disebut sebagai daerah tepi perairan yang berada diantara surut
terendah dan pasang tertinggi. Daerah sekitarnya itu disebut sebagai daerah pesisir
pantai yang ditandai dengan pengaruh dari darat dan laut (Romimohtarto dan
Juwana, 2001). Bagian yang memisahkan laut dan darat memiliki pola yang
berbentuk garis berliku atau lurus, bagian itu kenal sebagai garis pantai (Horikawa,
1988).
Menurut Sastroprawiro (1991) ada tiga bagian utama pantai, yakni :
a) Beach (daerah pantai). Daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut
dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
b) Shoreline (garis pantai). Jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan
relatif
merupakan batas antara daerah yang dapat dicapai air laut dan yang
tidak bisa.
c) Coast (pantai, pesisir). Daerah yang berdekatan dengan laut dan masih
mendapat pengaruh dari air laut.

4
Selanjutnya dikatakan juga bahwa pantai selalu mengalami perubahan
bentuk secara kontinu, perubahan yang terjadi berada dalam satuan skala waktu
atau time scale (kisaran perubahan dari waktu geologi untuk periode tunggal dari
gelombang yang disebabkan oleh angin atau perubahan dalam kisaran musim
tertentu) dan skala ruang atau spatial scale (pada kisaran pantai atau kawasan
tertentu dengan panjang yang berbeda atau bisa juga dalam sebuah region).
Menurut Triatmodjo (1999) perubahan bentuk dan garis pantai merupakan respons
dinamis alami pantai terhadap laut. Apabila proses ini berlangsung secara terusmenerus tanpa ada faktor penghambat, maka proses pengikisan akan berlanjut.
Dalam skala waktu, luas daratan, besaran energi eksternal dan daya tahan material
penyusun pantai akan menentukan apakah pantai tersebut akan hilang atau
tenggelam (Diposaptono, 2004). Hantoro (2006) menyatakan bahwa perubahan
garis pantai bergeser seiring perubahan paras muka laut, pergeseran tersebut dapat
terjadi oleh susutnya permukaan air laut atau gerak vertikal dari darat (proses
tektonik, dan sebagainya ). Sementara itu, perubahan paras laut disebabkan oleh
berubahnya volume air atau berubahnya volume cekungan samudera.Ada banyak
bentuk pantai. Pembagainnya dapat didasarkan pada berbagai komponen.
a. Berdasarkan materi penyusun pantai (Triatmodjo, 1999 dan Diposaptono,
2004), diantaranya :


Pantai berbatu. Dinding pantainya terjal yang langsung berhubungandengan
laut dan sangat dipangaruhi oleh serangan gelombang. Biasanya tidak mudah
tererosi akibat adanya arus atau gempuran gelombang. Kalaupun ada lebih
banyak disebabkan oleh pelapukan batuan atau proses geologi lain dalam
waktu yang relatif lama. Erosi pada material masif (seperti batu atau karang)
ini lebih dikenal dengan nama abrasi.



Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi
gelombang, pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun
terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran
sungai atau berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal
dari daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis
biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.



Pantai berlumpur. Pantai berlumpur yang banyak dijumpai di muara sungai
yang ditumbuhi oleh hutan mangrove, energi gelombang terdisipasi oleh hutan
mangrove dan lumpur. Pantai tipe ini relatif mudah berubah bentuk, mengalami
deformasi, dan tererosi.

5

Arus
Arus merupakan gerakan horisontal atau vertikal dari massa air
sehinggamassa air tersebut mencapai kestabilan. Gerakan arus di laut disebabkan
dua yakni gaya primer dan gaya sekunder. Gaya primer berperan dalam
menggerakkan arus dan menentukan kecepatannya (gesekan angin, pasang surut,
gravitasi, gradient tekanan, perbedaan densitas, gaya dorong keatas/bawah dan
tekanan atmosfer), sedangkan gaya sekunder meliputi gaya Coriollis dan gesekan
air laut itu sendiri ( Pond and Pickard, 1983 ).
Untuk daerah pantai, arus yang timbul dalam zona tersebut dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu arus laut yang bergerak ke arah offshore, arus
pasang surut dan arus sejajar pantai yang ditimbulkan oleh gelombang ( Prasetya,
1993 ). Hal senada dikatakan oleh Komar (1983) bahwa arus yang dominan pada
dekat pantai adalah arus yang tegak lurus garis pantai mengarah ke laut (rip
current), namun karena adanya gelombang pecah seiring dengan pembentukan
sudut gelombang mengakibatkan arus bergerak sejajar garis pantai atau longshore
current. Dikatakan lebih lanjut bahwa variasi kecepatan longshore current sangat
bergantung pada tinggi gelombang pecah yang tiba di pantai dan pola kemiringan
pantai. Dampak yang ditimbukan dari pergerakan arus di pantai (longshore
current atau rip current) adalah transpor sedimen yang mengakibatkan terjadinya
perubahan profil pantai, serta penyebaran polutan sepanjang pantai dan beberapa
kejadian lainnya.

Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem berdasarkan computer
yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geogafis
yang mencakup pemasukan, managemen data (penyimpanan data dan
pemanggilan data), manipulasi dan analisis, dan pengembangan produk dan
pencetakan (Aronoff, 1989).
Dengan kata lain, suatu SIG adalah suatu system basis data dengan
kemampuan khusus untuk data yang bereferensi spasial bersamaan dengan
seperangkat operasi kerja. Sistem informasi geografis berdasarkan operasinya
dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : (1) SIG secara manual, yang
beroperasi memanfaatkan peta cetak (kertas/transparan), bersifat data analog, dan
(2) SIG secara komputer atau sering disebut SIG otomatis dimana datanya adalah
data digital ( Barus dan Wiradisastra,2000 ). SIG manual biasanya terdiri dari
beberapa unsur data termasuk peta-peta, lembar material transparansi untuk
tumpang-tindih, foto udara dan foto lapangan, laporan-laporaan statistik, dan
laporan-laporan survei lapang.
Dalam SIG terdapat dua macam data, yaitu data spasial dan data atribut
(tabulasi). Data spasial disajikan dalam bentuk titik, garis dan area. Sedangkan
data atribut sering dikategorikan sebagai data non spasial, karena peranannya
tidak menunjukkan posisinya, akan tetapi lebih menunjukkan penjelasan
mengenai objek atau identitas. Data atribut dapat dinyatakan menjadi empat
bentuk yaitu nominal, ordinal, interval, dan ratio. Aplikasi SIG saat ini telah

6
banyak digunakan di Indonesia baik untuk perencanaan pertanian maupun
penggunaan lahan. Sebagai contoh SIG dapat digunakan untuk menentukan luas
efektif tanaman perkebunan pada suatu luasan tertentu, aplikasi SIG juga
digunakan untuk analisis perkembangan pemukiman dan banyak lagi aplikasi SIG
yang telah diterapkan dalam berbagai kegiatan antara lain untuk pemetaan
kawasan rawan banjir dan lain-lain. Dalam aplikasinya Sistem Informasi
Geografis menggunakan suatu software tertentu. Software yang sering digunakan
di Indonesia saat ini adalah ArcView (ArcView versi 3.3), selain itu masih ada
lagi beberapa jenis software lain yang sering digunakan seperti ArcGIS dan lainlain.

7

METODE
Mulai
-

Pengambilan data primer
Pengambilan data sekunder
Kajian literatur
Pengecekan lapangan

Persamaan laju abrasi :
V = m ( A ρ t )-1

Analisis hasil

Validasi

tidak

Selesai
Gambar 2. Diagram alir penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian secara umum terdiri dari empat
tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan dan interpretasi data, pengecekan
lapang, dan analisis hasil. pada tahap persiapan dilakukan tahap pengumpulan
literatur dan data lain baik data primer maupun data sekunder yang jumlah dan
jenisnya sesuai dengan kebutuhan untuk analisis abrasi yang terjadi di Kabupaten
Tangerang.
Pada tahap pengolahan dan interpretasi data dilakukan olah data dari data
seknder dan primer hingga menghasilkan output peta abrasi pantai dan prediksi
laju abrasi. Selanjutnya pada tahap pengecekan lapang dilakukan pengecekan
lokasi dari darat dan laut. Kemudian dilakukan analisis hasil dan didapatkan
kesimpulan.

8
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain :
a. Data sekunder Peta Kabupaten Tangerang tahun 2008 dalam bentuk soft file .shp
b.Citra Satelit Kabupaten Tangerang tahun 2005, 2009,2011, dan 2012 dari
software Google Earth.
c. Peta Kabupaten Tangerang tahun 1998 dari BAKOSURTANAL.

Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini yaitu :
1. Perangkat keras ( Hardware )
a) Notebook Compaq 510 Core2 Duo, memori 2 Gb, Hard Disk
220 GB
b) Printer Canon IP 1880i
c) Seperangkat GPS
d) Digital Camera.
e) Calculator
2. Perangkat lunak ( Software )

a) Google Earth
b) ArcGIS 9.3
c) Global Mapper 13
Prosedur Analisis Data
Pengolahan Data dengan perangkat lunak Google Earth
Pada tahap ini , digunakan perangkat lunak google earth, hal pertama yang
dilakukan adalah menjalankan program. Setelah itu dikeluarkan tools yang
menunjukan keterangan waktu, dimana fungsi tools ini untuk memundurkan
waktu. Kemudian dipilih tahun pengambila garis pantai yaitu tahun 2005, 2009,
2011, dan 2012.
Langkah berikutnya yaitu dengan menandai garis pantai, yaitu perbatasan
antara daratan dan laut dengan tools line. Langkah selanjutnya adalah dengan
meyimpan data garis yang nantinya akan diolah pada perangkat lunak global
mapper.
Pengolahan Data dengan perangkat lunak Global Mapper
Pada tahap ini data olahan dari google earth akan diolah sehingga data
tersebut bisa ditampilkan pada penampilan hasil yaitu ArcGis 9.3. Langkah awal
yang dilakukan yaitu dengan memasukkan data google earth, kemudian setelah
data dimasukkan, data tersebut dilakukan tahap digitasi, georeferencing, dan
overlay.

9
Pengolahan data dengan perangkat lunak ArcGis 9.3
Pada tahap ini, ArcGis digunakan untuk penampilan data yang telah dibuat.
Tahap awal pada pengolahan ArcGis dengan menambahkan file dari kabupaten
Tangerang, kemudian ditambahkan garis pantai secara time series, dan
dimasukkan semua data penunjang dalam komponen penyusun peta.
Setelah semua data dimasukkan, dapat dilihat pola perubahan garis Pantai
di Kabupaten Tangerang. Dengan ArcGis, dapat diketahui jarak perubahan garis
pantai dari setiap tahun, sehingga dengan jarak tersebut dapat dilakukan
perhitungan manual untuk menghitung laju abrasi dari setiap desa yang terdapat di
7 kecamatan daerah wilayah pesisir.
Pengecekan lapangan
Pada tahap ini dilakukan survey lapangan dengan 2 cara, yaitu penyusuran
garis pantai dari darat dan penyusuran garis pantai dari laut menggunakan kapal.
Pada tahap ini diperoleh titik titik dengan menggunakan GPS untuk mencatat titik
yang ingin dilakukan.
Pada tahap survey ini dilakukan wawancara informal terhadap warga
mengenai kondisi lingkungan setempat yang berkaitan dengan abrasi. Pada saat
survey lapang dilakukan koreksi terhadap olahan data sebelumnya sehingga
didapatkan hasil yang lebih akurat.
Analisis Abrasi Pantai
Perhitungan kecepatan abrasi dilakukan pada setiap segmen Pantai
Kabupaten Tangerang yang terabrasi dengan beberapa indikator seperti mengukur
panjang pantai terabrasi; tinggi Pantai Kabupaten Tangerang dari permukaan laut;
lebar pantai berpasir; menginventaris jenis batuan; vegetasi tumbuhan; dan
kondisi batu karang;, dan mengukur posisi segmen dengan GPS. Menurut Junaidi
F, kecepatan abrasi dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
V = m ( A ρ t )-1
dengan :
V = kecepatan abrasi (m/tahun)
m = massa tanah atau batuan yang terabrasi (Kg)
A = luas permukaan tebing yang terkena benturan gelombang laut (m2)
= densitas batuan (Kg/m3)
t = waktu (tahun)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Garis pantai
Berdasarkan hasil olahan gambar, didapat peta abasi pada 7 Kecamatan
wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang disajikan dengan perubahan garis
pantai pada tahun 2005 yang ditandai dengan warna ungu, garis pantai tahun 2009
yang ditandai dengan warna hijau, garis pantai tahun 2011 yang ditandai dengan
warna kuning, dan garis pantai tahun 2012 yang ditandai dengan warna merah
yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Peta abrasi pantai di Kecamatan Kronjo

11

Gambar 4. Peta abrasi Pantai di Kecamatan Kemiri

Gambar 5. Peta abrasi Pantai di Kecamatan Mauk.

12

Gambar 6. Peta abrasi Pantai di Kecamatan Sukadiri

Gambar 7. Peta abrasi Pantai di Kecamatan Paku Haji

13

Gambar 8. Peta abrasi Pantai di Kecamatan Teluknaga

Gambar 9. Peta abrasi Pantai di Kecamatan Kosambi.

14
Dari peta abrasi yang telah didapatkan, pada umumnya dapat dilihat pola
perubahan garis pantai sedikit demi sedikit mengalami perubahan dalam
pengurangan daratan yang dipengaruhi oleh abrasi yang berbanding lurus dengan
waktu. Perubahan garis pantai yang terjadi di Kabupaten tangerang tidak lepas
dari faktor – faktor yang memengaruhi abrasi yaitu keberadaan bangunan pantai
dan keberadaan mangrove sebagai ekosistem di wilayah pesisir pantai. Dari hasil
peta yang ada dapat dilihat tidak semua daerah pesisir mengalami abrasi.
Secara umum pantai Kabupaten Tangerang termasuk pada tipe pantai
berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang,
pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir
bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai atau berasal
dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material
penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di
daerah pantai itu sendiri.
Bentuk pantai ini dipengaruhi oleh energi gelombang yang menghempas
pantai, dimana dengan mengetahui besarnya energi gelombang bisa digunakan
dalam permodelan bangunan pelindung pantai. persamaan energi gelombang ini
bisa didapatkan dengan mengetahui nilai dari densitas air laut, percepatan
gravitasi, dan tinggi air laut.

Gambar 10. Kondisi pantai di Kecamatan Mauk
Pada gambar 10, dapat dilihat kondisi wilayah pantai di Kecamatan Mauk,
dimana kecamatan ini memiliki tingkat laju abrasi yang paling besar. Pada gambar
dapat dilihat terdapat tiang listrik yang seharusnya tiang listrik berada di atas
tanah, namun karena abrasi yang yang terjadi di Kecamatan Mauk mengakibatkan
pengurangan daratan yang besar.

15

Gambar 11. Kondisi umum wilayah pesisir Kabupaten Tangerang
Gambar 11. Merupakan kondisi secara umum yang ada di seluruh wilayah pesisir
Kabupaten Tangerang dimana hampir secara keseluruhan wilayah pesisir
Tangerang banyak yang beralih fungsi menjadi lahan tambak ikan. Hal ini dapat
mengakibatkan meningkatnya dampak abrasi yang terjadi. Selain itu dengan
adanya kegiatan tambak ini akan mengurangi luasan hutan mangrove sehingga
secara otomatis akan berakibat meningkatnya laju abrasi yang terjadi di
Kabupaten Tangerang.
Kondisi Bangunan Pantai
Berdasarkan hasil tinjauan lapang kondisi breakwater di Kabupaten
Tangerang, secara garis besar memiliki kondisi sedang. Dua dari tujuh kecamatan
tidak memiliki bangunan breakwater yaitu pada Kecamatan Kemiri dan
Kecamatan Sukadiri . Kondisi break water pada masing masing kecamatan
memiliki keragaman, seperti pada kecamatan Mauk. Berdasarkan hasil analisis
pada Kecamatan Mauk terdapat bangunan breakwater yang secara tegak lurus
mengarah ke laut sebanyak ±16 buah dengan panjang yang berbeda, hal ini
dikarenakan laju abrasi pada Kecamatan Mauk adalah laju yang terbesar dari ke
tujuh kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang wilayah. Karena
terdapat radar TNI di Kecamatan Mauk, maka dari itu perhatian terhadap
kerentanan daerah pesisir pantai lebih diutamakan jika dibandingkan dengan
kecamatan lain.
Bangunan pantai yang terdapat di Kabupaten Tangerang yaitu Bangunan
bronjongan, bangunan tumpukan batuan yang terdapat pada wilayah pesisir pantai
dengan posisi sejajar pantai. berdasarkan hasil analisis dan tinjauan lapangan di
Kabupaten Tangerang, hanya terdapat 5 lokasi yang telah dibangun bronjong,
yaitu pada kecamatan Mauk, Sukadiri, Teluknaga dan Kosambi. Dari semua
bronjong yang ada, Kecamatan Mauk adalah yang terbaik, karena keberadaan
bangunan pelindung pantai tersebut lebih terfokus untuk melindungi daerah Radar
TNI dari hempasan gelombang pasang.
Secara garis besar total dari panjang pantai Kabupaten Tangerang sebesar
50.51 km, namun hanya 1.72 km atau 3.4 % yang sudah terbangun bagunan

16
penahan gelombang guna menjaga kestabilan garis pantai Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan peta abrasi pantai di Kabupaten Tangerang dapat dilihat kurangnya
bangunan – bangunan penjaga pantai guna mempertahankan wilayah daratan di
pesisir pantai Kabupaten Tangerang. Penyebab kurangnya bangunan pantai di
Kabupaten Tangerang yang utama adalah tidak semua wilayah pesisir di
Kabupaten Tangerang memiliki akses jalan menuju wilayah pesisir, oleh karena
itu kegiatan pembangunan dalam upaya menurunkan kerusakan wilayah pesisir
terhambat.
Berdasarkan hasil penelitian, perlu dilakukan upaya pemerintah dalam
menjaga daerah pesisir Kabupaten Tangerang dengan membangun bangunan
penjaga pantai seperti groin di sepanjang kecamatan Kosambi, bangunan penahan
gelombang di kecamatan Kronjo sampai kecamatan Paku Haji, bangunan jetty di
kecamatan Teluknaga dan penambahan daratan di Kecamatan Mauk.
Abrasi yang terjadi terus menerus akan menimbulkan kerusakan lingkungan.
Kerusakan akibat abrasi itu menyebabkan terkikisnya daratan dan semakin luas
lautan oleh gerusan air. Kerusakan lingkungan yang terjadi akibat dari abrasi yang
terjadi dapat ditanggulangi lebih lanjut dengan memberi penahan ombak dan
memperbaiki biodiversity daerah pesisir tersebut dengan penahan ombak alami
berupa hutan mangrove. Penanaman kembali hutan mangrove (bibit mangrove)
yang baru, perlu disertai dengan perlindungan dan tindak lanjut yang baik.

17
Prediksi Laju Abrasi
Tabel 3. Prediksi Laju Abrasi
Posisi
Desa
Awal
Kecamatan
Kronjo

Klutuk
Kronjo
Pagedangan
ilir
Lontar

Kecamatan
Kemiri

Karang Anyar
Patra
Manggala
Mauk barat

Kecamatan
Mauk

Kecamatan
Sukadiri

Ketapang
Marga Mulya
Tanjung
Anom
Karang
Serang
Surya bahari
Sukawali

Kecamatan
Paku Haji

Kramat
Kohod
Tanjung
Burung

Kecamatan
Teluk Naga

Tanjung Pasir
Muara
Lemo

Kecamatan
Kosambi

Salembaran
Jaya
Kosambi
Barat
Kosambi
Timur
Dadap

Akhir

106°24'44.0227"E
6°1'28.0254"S
106°25'39.4186"E
6°1'54.6814"S
106°26'45.4744"E
6°2'2.5471"S
106°27'35.4821"E
6°2'15.8136"S
106°28'2.2889"E
6°2'29.1414"S
106°28'14.8109"E
6°2'39.8275"S
106°29'0.3409"E
6°2'46.8503"S
106°29'48.5087"E
6°2'39.5716"S
106°30'20.5816"E
6°2'20.7235"S
106°31'10.4754"E
6°1'52.8922"S
106°33'14.0945"E
6°1'32.891"S
106°33'45.3505"E
6°1'41.7345"S
106°34'40.7091"E
6°1'54.0809"S

106°25'39.4186"E
6°1'54.6814"S
106°26'45.4744"E
6°2'2.5471"S
106°27'35.4821"E
6°2'15.8136"S
106°28'2.2889"E
6°2'29.1414"S
106°28'14.8109"E
6°2'39.8275"S
106°29'0.3409"E
6°2'46.8503"S
106°29'48.5087"E
6°2'39.5716"S
106°30'20.5816"E
6°2'20.7235"S
106°31'10.4754"E
6°1'52.8922"S
106°33'14.0945"E
6°1'32.891"S
106°33'45.3505"E
6°1'41.7345"S
106°34'40.7091"E
6°1'54.0809"S
106°35'24.4161"E
6°1'48.5941"S

106°35'24.4161"E
6°1'48.5941"S

106°36'38.4179"E
6°1'28.7248"S

106°36'38.4179"E
6°1'28.7248"S
106°38'17.4536"E
6°0'23.222"S
106°39'15.5725"E
6°1'4.1364"S
106°41'20.5213"E
6°1'15.3657"S
106°42'17.7606"E
6°1'58.9557"S
106°42'48.2316"E
6°2'41.7347"S
106°42'35.8691"E
6°3'22.8619"S
106°42'39.5565"E
6°4'0.3656"S
106°42'53.9236"E
6°4'28.9032"S

106°38'17.4536"E
6°0'23.222"S
106°39'15.5725"E
6°1'4.1364"S
106°41'20.5213"E
6°1'15.3657"S
106°42'17.7606"E
6°1'58.9557"S
106°42'48.2316"E
6°2'41.7347"S
106°42'35.8691"E
6°3'22.8619"S
106°42'39.5565"E
6°4'0.3656"S
106°42'53.9236"E
6°4'28.9032"S
106°43'28.883"E
6°5'18.812"S

Laju abrasi

( m/tahun )

Perubahan
Garis Pantai
3.423 –
21.254

V =m(Aρ t )-1

3.6- 1 7.84
15-33,85
4.42- 11.2
4.01- 12.22
4.28- 5.66
1.521-6.59
4.28- 7.51
30.36-49.92
2.946- 6.874
2.42- 5.59
3.57- 5.154
6.59- 10.89

2.704-23.19
3.06-16.93
3.3-24.71
3.4-24.03
2.28-3.6
1.98-6.11
3.66-14.67
1.66-4.46
3.7-5.95
2.39-11.69
4.57-8.96
3.14-15.51
2.354-6.35
0.674-11.712

10.27- 17.14
4.71- 11.71
9.9-53.12
11.42- 12.57
4.84- 17
10.84-20.81
1.28- 10
0.54- 1.08
3.5- 10.6
1.02- 2.42

3.156-4.965
6.62-39.18
4.77-5.24
2.03-5.77
1.235-5.86
3.34-22.84
5.24-17.04
4.6-16.18
4.134- 7.033

18
Penentuan Laju Abrasi ditentukan dengan menggunakan data sekunder yang
berasal dari citra satelit dan pendekatan matematis. Berdasarkan hasil dari
perhitungan dan data yang telah diperoleh, wilayah Kabupaten Tangerang secara
keseluruhan sangat berpotensial mengalami abrasi seperti pada Tabel 3.
Pada bagian kolom prediksi laju abrasi berdasarkan perubahan garis pantai,
data garis pantai dalam peta yang dibuat telah dikoreksi berdasarkan pengecekan
lapang untuk titik kontrol dan dilakukan wawancara langsung kepada setiap warga
dan nelayan yang tinggal di daerah pesisir. Sedangkan pada bagian prediksi laju
abrasi dengan menggunakan persamaan laju abrasi, tingkat keakuratannya hanya
bisa mencapai 65 % jika dibandingkan dengan peta yang telah dibuat dan
dikoreksi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan persamaan tersebut tidak
menggunakan parameter penting dalam prediksi laju abrasi yaitu arus dan
kecepatan angin .
Kecamatan Kronjo memiliki rata rata laju abrasi sebesar 16.3 m/tahun,
kemudian pada Kecamatan Kemiri laju rata rata abrasi sebesar 9.295 m/tahun, lalu
di Kecamatan Mauk laju abrasi rata rata sebesar 20.9 m/tahun, Kecamatan
Sukadiri dengan laju abrasi rata rata 5.2 m/tahun, kemudian pada Kecamatan Paku
Haji laju abrasi rata rata sebesar 14.3 m/tahun, lalu di Kecamatan Teluknaga laju
abrasi rata rata sebesar 19.67 m/tahun dan kecepatan abrasi rata rata pada
Kecamatan Kosambi sebesar 3.2 m/tahun. Berdasarkan tingkat laju rata rata abrasi
pada masing masing kecamatan , hal ini mengindikasikan kerusakan penahan
ombak alami (hutan mangrove). Kerusakan ini terjadi akibat proses penebangan
liar hutan meangrove yang dilakukan oleh penduduk sekitar, yang selanjutnya
kayu-kayu tersebut digunakan sebagai bahan bakar untuk kegiatan rumah tangga
dan sejenisnya, selain itu dengan adanya penambangan pasir liar sebagai faktor
awal terjadinya abrasi oleh tangan manusia.

19

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, pada
umumnya abrasi akan terjadi pada wilayah pesisir yang tidak memiliki hutan
bakau dan telah mengalami penambangan pasir. Dari total panjang pantai
Kabupaten Tangerang sebesar ± 51 km, telah terjadi abrasi sebesar 40.3 % dari
tahun 2009 hingga 2012 yaitu ± 20.6 km. Kecamatan Kronjo mengalami abrasi
sepanjang 2.7 km dengan rata-rata laju abrasi sebesar 16.3 m/tahun, lalu
Kecamatan Kemiri mengalami abrasi sepanjang 1.5 km dengan laju rata- rata
abrasi sebesar 9.2 m/tahun, Kecamatan Mauk mengalami abrasi sepanjang 8.2 km
dengan laju abrasi rata rata sebesar 20.9 m/tahun, Kecamatan Sukadiri mengalami
abrasi sepanjang 1.2 km dengan laju abrasi rata rata 5.2 m/tahun, Kecamatan Paku
Haji mengalami abrasi sepanjang 1.6 km dengan laju abrasi rata rata sebesar 14.3
m/tahun, Kecamatan Teluknaga mengalami abrasi sepanjang 3.1 km denga laju
abrasi rata rata sebesar 19.67 m/tahun, dan Kecamatan Kosambi mengalami abrasi
sepanjang 2.3 km dengan laju abrasi rata rata 3.2 m/tahun. Hutan mangrove adalah
salah satu tindakan dalam penangan dari dampak abrasi. Laju abrasi pada suatu
wilayah memiliki rentang yang berbeda karena abrasi dikondisikan pada kondisi
wilayah setempat. Penggunaan citra satelit google earth adalah salah satu cara
yang efisien dalam pembuatan peta.
Saran
Melihat pada hasil prediksi abrasi di Kabupaten Tangerang dengan
menggunakan citra satelit dan persamaan laju abrasi, perlu dilakukan penentuan
massa jenis tanah / batuan dengan pengujian lab yang digunakan pada persamaan
prediksi laju abrasi agar tingkat keakuratan bertambah. Berdasarkan jenis materi
penyusun pantai, pantai berlumpur cocok untuk ditanami hutan bakau yang pada
umumnya berada dekat dengan muara sungai. Untuk pantai berpasir cocok untuk
dibangun bangunan pelindung pantai. Dari 7 kecamatan wilayah Pesisir
Kabupaten Tangerang, Kecamatan Mauk merupakan lokasi wilayah pesisir yang
tergolong rusak. Maka dari itu perlu adanya perhatian dari pihak Pemerintah
Kabupaten Tangerang dalam menjaga keberlanjutan wilayah pesisir dengan
membuat bangunan pelindung pantai untuk wilayah Kecamatan Kronjo hingga
Kecamatan Teluknaga, hal ini lebih efektif dibandingkan dengan penanaman
hutan bakau karena pada umumnya hasil penanaman pohon akan kembali dirusak
oleh hempasan gelombang pasang laut, dan membangun groin di sepanjang
kecamatan Kosambi .

20

DAFTAR PUSTAKA

Aronoff S. 1989. Geographic Information Systems : A Management Perspective.
WDL Publications. Ottawa.
Barus, Baba dan U.S. Wiradisastra. 1996. Sistem Informasi Geografi. Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Diposaptono, s. 2004. Penambangan Pasir dan Ekologi Laut. Kasubdit Mitigasi
Lingkungan Pesisir Pada Direktorat Jendral Peesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Departemen Kelautan Dan Perikanan
F. Junaidi F, 1999. Skripsi Sarjana, Pendidikan Fisika FKIP Universitas Bengkulu.
Indonesia.
Hantoro W. S, 2006. Pengaruh Karakteristik Laut Dan Pantai Terhadap
Perkembangan Kawasan Kota Pantai. Pusat Penelitian Geoteknologi Lipi.
Proceeding – Kerugian Pada Bangunan Dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka
Air Laut Pada Kota-Kota Pantai Di Indonesia.
Hermanto, B. dan A. Suwartana.1986. Perubahan garis pantai pulau Ambon dari
tahun 1892 - 1982. Oseanologi di Indonesia No. 21 : 21 — 36
Horikawa K, 1988. Nearshore Dynamics and Coastal Procesess
Komar P. D, 1983. Beach Proses And Erosion – An introduction. CRC Hanbook
ofCoastal Processes and Erosion. CRC Press, Inc. boca Raton, Florida. Chapter
I : 1-33
Pond, S. and G.L. Pickard. 1983. Intoduction Dynamical Oceanography.
Pergamon Press. Tokyo.
Prasetya G. S, D. C. Itiyanto dan R. H. Ishak, 1993. Sistem Informasi Pantai.
MakalahSeminar Teknik Pantai ’93 Tentang Masalah Pantai Di Indonesia Dan
Usaha-Usaha Penanganan Inter-Institusi Yang Pernah Dan Perlu Dilakukan.
Laboratorium Pengkajian Teknik Pantai Badan Pengkajian Dan Penerapan
Teknolohgi (LPTP-BPP) Teknologi, Yagyakarta, April 1994. Hal 91-100.
Romimohtarto, K. Dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Sasatroprawiro H. S, A. Sungkowo, H. Purnomo dan Supomo, 1992.
Geomorfologi.Diktat kuliah. Universitas Pembangunan Nasional ‘veteran”
Yogyakarta
Triastmodjo B, 1999. Teknik Pantai.Beta offset, Jogjakarta.

21
Lampiran 1 Analisis garis pantai yang tidak mengalami abrasi

Lampiran 2 . Peta Tutupan Lahan Kabupaten Tangerang

Sumber : Pemerintah Kabupaten Tangerang

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 Maret 1991 dari ayah Herman
Purwadinata dan Ibu Ate Sarah, SH. Penulis adalah anak bungsu dari 2
bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 7 Bogor dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor ( IPB ) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Gambar
Teknik pada tahun ajaran 2012. Selain di bidang akademik, penulis sudah aktif
mengikuti kegiatan karate sejak duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar ( SD )
hingga saat ini, beberapa penghargaan dari tingkat kota hingga Se- Jawa Bali
pernah diraih oleh penulis
Penulis juga aktif mengikuti lomba desain rumah ramah lingkungan tingkat
Nasional dan Penulis aktif dalam mengikuti seminar nasional dalam bidang
infrastruktur dan Lingkungan.