Homophily of Farmers and Extension Workers and Its Influence on Adoption of Innovations (A Case in the Field School of Rice Integrated Crop Management in Kumpeh Ulu Districts, Muarojambi Counties, Jambi Province)

HOMOFILI PETANI DAN PENYULUH SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP PENERAPAN INOVASI
(Kasus pada Program Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu Padi di Kecamatan Kumpeh Ulu,
Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi)

M. YUDA RAMDANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Homofili Petani dan Penyuluh
serta Pengaruhnya terhadap Penerapan Inovasi : Kasus pada Program Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi di Kecamatan Kumpeh Ulu,
Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi” adalah karya saya sendiri dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2012
M. Yuda Ramdani
NIM I351090061

ABSTRACT
M. YUDA RAMDANI. Homophily of Farmers and Extension Workers and Its
Influence on Adoption of Innovations (A Case in the Field School of Rice
Integrated Crop Management in Kumpeh Ulu Districts, Muarojambi Counties,
Jambi Province). Under the direction of DJUARA P. LUBIS and PANG S.
ASNGARI.
Communication process has a very important role in extension activities in
order to achieve behavior change. One of the most obvious and fundamental
principles of human communication is that the exchange of messages most
frequently occurs between a source and a receiver who are alike, similar and
homophily. Homophily is conceptualized at two levels, on the basis of
measurement: (1) subjective, the degree to which a source or receiver perceives
the dyad as similar in attributes; and (2) objective, the degree of observable
similarity between source and receiver. The purpose of this research was to assess

the influence of homophily level between farmers and extension worker of
adoption of innovation in rice integrated crop management program. This research
was a descriptive analytical survey. The primary data in this study were obtained
from interviews with 166 farmer beneficiaries and 7 extension workers. The data
obtained were analyzed using Kendall Tau-b correlation test (τ). Correlation of
test results conclude that: (1) the objective homophily level of farmers and
extension worker in general have a real relationship with the subjective homophily
level of farmer and extension worker; (2) the objective homophily level of farmers
and extension workers in general do not have a real relationship with the adoption
of innovation level of rice integrated crop management except experiences and
attitudes; and (3) the subjective homophily level of farmer and extension workers
in general have a strong relationship with the adoption of innovation level of rice
integrated crop management.
Keywords: agricultural extension, communication, homophily, adoption of
innovation

RINGKASAN
M. YUDA RAMDANI. Homofili Petani dan Penyuluh serta Pengaruhnya
terhadap Penerapan Inovasi (Kasus pada Program Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu Padi di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muarojambi,

Provinsi Jambi). Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan PANG S. ASNGARI.
Departemen Pertanian telah meluncurkan program Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi dalam upaya mensukseskan
program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2NB) yang bertujuan untuk
mencapai dan mempertahankan swasembada beras. SL-PTT padi sebagai suatu
bentuk kegiatan penyuluhan perlu memperhatikan proses komunikasi yang
berlangsung dalam pelaksanaan kegiatannya. Komunikasi merupakan elemen
utama dan terpenting dalam proses perubahan perilaku. Prinsip utama komunikasi
antar manusia adalah bahwa transfer ide yang paling sering terjadi adalah berada
di antara komunikator dan komunikan yang sama, mirip dan homophilous.
Homofili dan heterofili dikonseptualisasikan atas dasar pengukuran menjadi dua
tingkatan, yaitu: (1) subjektif, yaitu tingkatan kesamaan sumber dan penerima
dalam memandang suatu objek; dan (2) objektif, yaitu tingkat kesamaan diamati
dari karteristik sumber dan penerima. Keberhasilan kegiatan SL-PTT ini dapat
dipengaruhi oleh proses komunikasi antara penyuluh dengan petani. Tingkat
homofili petani dan penyuluh diduga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi
antara penyuluh dan petani sehingga mempengaruhi tingkat penerapan inovasi
dari petani. Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mengkaji tingkat homofili petani
dan penyuluh dalam kegiatan SL-PTT padi; (b) mengkaji tingkat penerapan
inovasi PTT padi oleh petani; (c) menganalisis hubungan tingkat homofili objektif

petani dan penyuluh dengan tingkat homofili subjektif petani dan penyuluh; dan
(d) menganalisis hubungan tingkat homofili petani dan penyuluh dengan tingkat
penerapan inovasi PTT padi.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten
Muarojambi, Provinsi Jambi. Unit analisis penelitian ini adalah pasangan petani
dan penyuluh. Data primer penelitian ini meliputi karakteristik petani dan
penyuluh, persepsi petani dan penyuluh, dan tingkat penerapan PTT padi petani.
Persepsi petani dan penyuluh diukur dengan skala Likert (skala satu sampai
dengan empat). Tingkat homofili petani dan penyuluh diukur dengan
membandingkan karakteristik dan persepsi petani dengan penyuluhnya.
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi dan
wawancara. Populasi penelitian ini merupakan populasi berkelompok yang secara
keseluruhan berjumlah 662 orang petani dan tujuh orang penyuluh. Penarikan
sampel petani dilakukan dengan metode proportional cluster sampling, yakni
setiap populasi dalam kelompok tani ditarik sampel 25 persen dari jumlah
populasinya, sehingga jumlah sampel penelitian adalah 166 orang petani. Populasi
penyuluh yang berjumlah tujuh orang keseluruhannya dijadikan sebagai
responden. Validitas instrumen penelitian diukur dengan menggunakan koefisensi
korelasi Product Moment Karl Person dan reliabilitas instrumen penelitian diuji
dengan menggunakan formula koefisien Cronbach Alpha (α). Pengumpulan data

dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2011. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis menggunakan Uji Korelasi Tau-b Kendall (τ) dengan bantuan
perangkat lunak SPSS 18.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat homofili objektif petani dan
penyuluh berada pada ketegori: (1) tinggi pada karakteristik umur, jenis kelamin,
status sosial, dan status ekonomi; (2) sedang pada karakteristik pendidikan formal,
kepercayaan, dan sikap; dan (3) rendah pada karakteristik pengalaman budidaya
dan etnis. Tingkat homofili subjektif petani dan penyuluh berada pada kategori :
(1) tinggi pada persepsi tentang inovasi varietas unggul, benih, bahan organik,
sistem pengairan berselang, pengendalian gulma terpadu, dan pengendalian hama
penyakit terpadu; (2) sedang pada persepsi tentang inovasi umur dan jumlah bibit,
sistem tanam, dan penanganan panen dan pascapanen; dan (3) tidak ada yang
termasuk dalam katagori rendah. Tingakt homofili subjektif petani dan penyuluh
secara keseluruhan berada pada kategori tinggi.
Tingkat penerapan inovasi PTT padi oleh petani terbagi menjadi tiga
kategori yaitu : (1) tinggi pada penerapan inovasi varietas unggul, benih bermutu,
penggunaan umur dan jumlah bibit, sistem tanam, dan bahan organik; (2) sedang
pada penerapan inovasi sistem pengairan berselang, pengendalian gulma terpadu,
pengendalian hama penyakit terpadu, dan penanganan panen dan pascapanen; dan

(3) tidak ada penerapan inovasi yang termasuk dalam kategori rendah. Tingkat
penerapan inovasi secara keseluruhan berada pada kategori sedang.
Hubungan antara homofili objektif dengan homofili subjektif adalah nyata
yaitu pada pada kesamaan karakteristik umur (0.27), jenis kelamin (0.14),
pendidikan (0.18), pengalaman (0.31), etnis (0.23), kepercayaan (0.35), dan sikap
(0.63) dengan kesamaan persepsi tentang PTT padi secara Keseluruhan.
Hubungan antara homofili objektif dengan tingkat penerapan PTT padi adalah
nyata pada hubungan kesamaan karakteristik pengalaman (0.25) dan sikap (0.22)
dengan tingkat penerapan PTT padi, sedangkan kesamaan karakteristik lainnya
tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat penerapan PTT padi. Hubungan
antara homofili subjektif dengan tingkat penerapan PTT padi adalah nyata pada
hubungan kesamaan persepsi tentang varietas unggul (0.65), penggunaan benih
bermutu (0.23), penggunaan umur dan jumlah bibit (0.58), sistem tanam (0.44),
penggunaan bahan organik (0.16), pengendalian gulma terpadu (0.39), dan
penangan panen dan pascapenen (0.19) dengan tingkat penerapan PTT padi.
Homofili petani dan penyuluh telah terbukti berpengaruh pada tingkat
penerapan inovasi PTT padi. Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka dalam
hal menempatkan penyuluh di lapangan, ada baiknya pemerintah memperhatikan
kesesuaian karakteristik umur, jenis kelamin, pengalaman, etnis, kepercayaan, dan
sikap dari penyuluh dengan karakteristik umur, jenis kelamin, pengalaman, etnis,

kepercayaan, dan sikap dari petani yang berada di lokasi penempatan penyuluh,
karena kesamaan karakteristik di antara keduanya memiliki hubungan dengan
tingkat kesamaan persepsi di antara keduanya. Penyuluh juga sebaiknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan karakteristik yang ada antara dirinya dengan
petani dan berusaha menyesuaikan diri untuk mengurangi adanya perbedaan
tersebut sehingga proses komunikasi yang dilakukan akan lebih efektif.
Kata kunci : penyuluhan pertanian, komunikasi, homofili, adopsi inovasi.

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

HOMOFILI PETANI DAN PENYULUH SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP PENERAPAN INOVASI

(Kasus pada Program Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu Padi di Kecamatan Kumpeh Ulu,
Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi)

M. YUDA RAMDANI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM

JudulPenelitian


NamaMahasiswa
NIM

: Homofili Petani dan Penyuluh serta Pengaruhnya terhadap
Penerapan Inovasi (Kasus pada Program Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi di Kecamatan
Kumpeh Ulu, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi)
: M. Yuda Ramdani
: I351090061

Disetujui
KomisiPembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Ketua

Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. SitiAmanah, M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian : 19 Desember 2011

Tanggal Lulus :

Kita tidak bisa mengajari orang apapun
Kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka
(Galileo Galilei)
Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang,
tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup
(Gloria Steinem)
Setiap peserta didik bisa belajar,

hanya saja tidak pada hari yang sama atau dengan cara yang sama
(George Evans)
Seorang pendidik, menggandeng tangan, membuka pikiran
menyentuh hati, membentuk masa depan
seorang pendidik berpengaruh selamanya
ia tidak pernah tahu kapan pengaruhnya berakhir
(Henry Adam)
Pendidik biasa memberitahukan
Pendidik baik menjelaskan
Pendidik ulung memeragakan
Pendidik hebat mengilhami
(William Arthur Ward)
Jika kau memberi tahu mereka
Mereka hanya akan melihat gerakan bibirmu
Jika kau menunjukan kepada mereka
Mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri
(Maria Montessori)
Jika kau harus berteriak, lakukanlah untuk membangkitkan semangat seseorang
Rahasia pendidikan adalah menghormati sang murid
(Ralph Waldo Emerson)

Ananda persembahkan tesis ini untuk Ibunda dan Ayahanda tercinta
yang dimuliakan Allah SWT

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis yang berjudul Homofili Petani dan Penyuluh serta
Pengaruhnya terhadap Penerapan Inovasi (Kasus pada Program Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten
Muarojambi, Provinsi Jambi) dapat diselesaikan.
Penghargaan dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
(1) Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS dan bapak Prof. Dr. H. Pang S. Asngari
selaku pembimbing atas segala bimbingan dan arahannya.
(2) Bapak Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM selaku penguji luar komisi atas saran
dan kritiknya
(3) Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan atas saran dan kritiknya.
(4) Rektor IPB, Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, dan Ketua Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
mengikuti pendidikan Strata 2 di IPB.
(5) Bupati Kabupaten Muarojambi, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
Kabupaten Muarojambi, dan BP3K Kabupaten Muarojambi yang telah
memberikan izin penelitian.
(6) Kepala BPP Kecamatan Kumpeh Ulu atas penerimaan dan dampingannya
selama penulis dilapangan.
(7) Bapak dan Ibu Penyuluh di Kecamatan Kumpeh ulu atas dampingannya dan
partisipasinya selama pengumpulan data/informasi di lapangan
(8) Kepala Desa Muaro Kumpeh, Pudak, Kota Karang, Solok, Sumber Jaya,
Arang Arang, Sipin Teluk Duren, dan tarikan atas penerimaan dan
dampingannya selama penulis di lapangan
(9) Ketua Kelompok Tani Dano Tamiang, Sakintang Jayo, Sri Rejeki, Makmur
Sejahtera, Tunas Muda, Jaya Bersama, Suka Maju, Sido Makmur, Harapan,
Makmur, Kasih Embun, Usaha Tani, Usaha Bersama, dan Harapan Makmur
atas penerimaan, dampingan, dan partisipasinya dalam pengumpulan
data/informasi di lapangan.
(10) Petani Peserta SL-PTT padi yang telah membantu dan berpartisipasi selama
pengumpulan data/informasi di lapangan.
(11) Bapak/ibu staf pengajar dan teman-teman seperjuangan di Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor yang telah banyak
memberikan saran selama penyusunan proposal penelitian
(12) Ibunda, Ayahanda, adinda Nurzalia Ramdani, dan yang terkasih Rizki Ayu
Kartini atas segala dorongan semangat, do’a dan kasih sayangnya.
Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2012
M. Yuda Ramdani

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 31 Januari 1987 dari ayah Dani
Warman M dan ibu Ramlah Lubis. Penulis merupakan putra pertama dari dua
bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Jambi dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk Universitas Jambi melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) sekarang SNMPTN. Penulis memilih Program Studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi
kemahasiswaan yaitu berbagai kedudukan di berbagai kepanitian kegiatan
kemahasiswaan, Sekretaris Bidang Advokasi dan Humas Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi periode 2006-2007, Kepala Biro
Penelitian dan Pengembangan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Jambi periode 2007-2008, dan Sekretaris Umum Perhimpunan
Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia
(POPMASEPI) DPW I Sumatera periode 2006-2008. Penulis juga terlibat dalam
beberapa kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) beberapa
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan Pusat Studi Lingkungan
Hidup (PPLH) Universitas Jambi tahun 2007-2008 dan Kegiatan Evaluasi
Program Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan yang dilakukan oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sumatera Sustainable Support (SSS) tahun
2009. Penulis juga menjadi asisten dosen mata kuliah Aplikasi Komputer dan
Statistika Sosial Ekonomi tahun ajaran 2006-2007 serta mata kuliah Tata Niaga
dan Koperasi tahun ajaran 2007-2008. Penulis dipilih menjadi mahasiswa lulusan
terbaik Fakultas Pertanian Universitas Jambi pada wisuda periode ke II tahun
2008.
Tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti
program S2, penulis pernah terlibat dalam penelitian hibah kompetensi Kajian
Aksi Pengembangan Model Pemberdayaan Petani-Nelayan berbasis Kelembagaan
Sosial dan Keunikan Agroekosistem yang merupakan kerjasama Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) dengan Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2010 dan Penelitian Kajian Persepsi Masyarakat
terhadap Pola Pengembangan Hutan Adat/Desa yang di lakukan oleh International
Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) pada tahun 2011.

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...

v

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...

iv

PENDAHULUAN ………………………………………………………...
Latar Belakang ………………………………………………………..
Masalah Penelitian ……………………………………………………
Tujuan Penelitian ……………………………………………………..
Kegunaan Penelitian ………………………………………………….

1
1
4
5
5

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………..
Komunikasi Efektif dalam Menunjang Efektivitas Penyuluhan ……..
Homofili dan Heterofili dalam Komunikasi ………………………….
Homofili Objektif …………………………………………………….
Umur ……………………………………………………………..
Jenis Kelamin ……………………………………………………
Pendidikan ……………………………………………………….
Pengalaman ……………………………………………………...
Etnis/Suku ……………………………………………………….
Status Sosial dan Ekonomi ………..……………………………..
Kepercayaan ………………………………………………….….
Sikap …………..…………………………………………………
Homofili Subjektif ……………………………………………………
Persepsi ……………………………………………….………….
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ……………………………….
InovasiPendekatan PTT Padi ……………………………………..…..
Pengertian Inovasi ……………………………………………….
Karakteristik Inovasi …………………………………………….
Tahapan Adopsi Inovasi …………………………………………

6
6
8
11
11
12
12
13
13
14
15
15
16
16
19
24
24
25
26

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …………………………….
Kerangka Berpikir………………..…………………………………...
Hipotesis Penelitian ......…..…………………...……………………..

28
28
28

METODE PENELITIAN ………………………………………….……...
Rancangan Penelitian ……….………………………….…………….
Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………
Populasi dan Sampel ……………………………………….…………
Data dan Instrumentasi …………………………………….…………
Validitas dan Reliabilitas Instrumen …………………………………

30
30
30
32
33
34

i

ii

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……………………
Analisis Data ……......………………………….……….……………

35
39

HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….……..
Keadaan Umum Wilayah Penelitian …………………………………
Keadaan Umum Sistem Perrtanian Padi di Wilayah Peneltian ………
KeadaaanUmumPelaksanaan SL-PTT Padi di Wilayah Penelitian …
Karakteristik Petani Responden Peserta SL-PTT Padi ……………..
Karakteristik Responden Penyuluh SL-PTT Padi …….……………..
Persepsi Petani Responden terhadap PTT Padi ……………………...
Persepsi Responden Penyuluh rerhadap PTT Padi ………...…………
Homofili Objektif Petani dan Penyuluh ………………….…………
Homofili Subjektif Petani dan Penyuluh ……………………………
Penerapan Inovasi PTT Padi ………………………………………
Pengaruh Homofili Objektif terhadap Homofili Subjektif Petani dan
Penyuluh Peserta SL-PTT Padi………….……………………………
Pengaruh Homofili Objektif Petani dan Penyuluh Peserta SL-PTT
Padi dengan Penerapan Inovasi PTT Padi ...………………………….
Pengaruh Homofili Subjektif Petani dan Penyuluh Peserta SL-PTT
Padi dengan Penerapan Inovasi PTT Padi ………..………………….

40
40
41
42
44
51
54
60
63
67
73

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ……………………………………………………….…..
Saran ……………………………………………….…………………

87
87
88

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….….

89

LAMPIRAN ...…………………………………………………………….

93

ii

79
82
84

iii

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Populasi , sampel, dan jumlah sampel petani dan penyuluh berdasarkan
desa dan kelompok tani di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten
Muarojambi Provinsi Jambi tahun 2011………………………………
2. Definisi operasional, indikator, dan pengukur peubah karakteristik
responden ……………..….…………………………………...…………
3. Definisi operasional, indikator, dan pengukur peubah tingkat homofili
objektif petani dan penyuluh ……………………………………………
4. Definisi operasional, indikator, dan pengukur peubah persepsi
responden………………………………………………………………...
5. Definisi operasional, indikator, dan pengukur peubah tingkat homofili
subjektif petani dan penyuluh …...………………………………………
6. Definisi operasional, indikator, dan pengukur peubah tingkat adopsi
inovasi PTT padi……………………………………………...………….
7. Kalender musim tanam padi di Kecamatan Kumpeh Ulu ……….………
8. Jumlah peserta, jumlah unit SL-PTT padi dan pelaksanaan SL-PTT padi
berdasarkan desa dan kelompok tani di Kecamatan Kumpeh Ulu
Kabupaten Muarojambi Provinsi Jambi tahun 2009 – 2011 …………….
9. Jumlah, dan persentase petani responden berdasarkan karakteristiknya
di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi Provinsi Jambi
tahun 2011 ………………………………………………
10. Jumlah,
dan
persentase
penyuluh
responden
berdasarkan
karakteristiknya di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi
Provinsi Jambi tahun 2011 ………………………………………………
11. Jumlah petani responden dan skor persepsi petani responden tentang
PTT padi di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi Provinsi
Jambi tahun 2011 ………………………………………………………..
12. Jumlah penyuluh dan skor persepsi penyuluh tentang PTT padi di
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupateb Muarojambi Provinsi Jambi tahun
2011 ……………………………………………………………………...
13. Jumlah dan persentase tingkat homofili objektif petani dan penyuluh
berdasarkan karakteristiknya di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten
Muarojambi Provinsi Jambi tahun 2011 ………………………………..
14. Jumlah dan persentase persepsi petani dan penyuluh berdasarkan tingkat
homofili subjektif di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi
Provinsi Jambi tahun 2011 ……………………………………………..
15. Kategori, jumlah dan persentase tingkat penerapan PTT padi responden
di Mecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi Provinsi Jambi
tahun 2011 ……………………………………………………………….
16. Hasil uji korelasi Kendall’s tau_b antara homofili objektif dengan
homofili subjektif petani dan penyuluh peserta SL-PTT padi di
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi Provinsi Jambi tahun
2011 ……………………………………………………………………...

iii

33
36
37
38
38
38
42

43

45

51

55

61

62

68

74

81

iv

17. Hasil uji korelasi Kendall’s tau_b antara homofili objektif petani dan
penyuluh perseta SL-PTT padi dengan penerapan PTT Padi di
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi Provinsi Jambi tahun
2011 ……………………………………………………………………..
18. Hasil uji korelasi Kendall’s tau_b antara homofili subjektif petani dan
penyuluh peserta SL-PTT padi dengan penerapan PTT Padi di
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi Provinsi Jambi tahun
2011 ……………………………….

iv

83

85

v

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Proses Pembentukan Persepsi …………………………………………….. 17
2. Kerangka Berpikir Penelitian …………………………………………......

v

29

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Instrumen penelitian …………………………………………………...

95

2. Uji validitas instrument ………………………………………………...

106

3. Perbandingan karakteristik petani dan penyuluh ………………………

107

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sumber penghidupan jutaan rakyat Indonesia
sebagai mata pencaharian pokok, sumber pendapatan, penyedia bahan makanan,
penyedia bahan baku industri, penyedia lapangan kerja, dan basis perekonomian
nasional. Posisi sektor pertanian dalam perekonomian nasional secara umum
mempunyai tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi ekonomi sebagai penyedia pangan,
kesempatan kerja, dan pendapatan; (2) fungsi sosial berkaitan dengan
pemeliharaan masyarakat pedesaan sebagai penyangga budaya bangsa; dan (3)
fungsi ekologi sebagai perlindungan lingkungan hidup, konservasi lahan dan
cadangan sumber air (Hafsah, 2009). Era baru pertanian ke depan menghendaki
orientasi kepada pencapaian nilai tambah, pendapatan serta kesejahteraan petani
sebagai acuan utama dalam pembangunan pertanian.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia pangan, pemerintah terus
berupaya untuk mempercepat upaya peningkatan produksi padi nasional untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Upaya pemerintah telah diimplementasikan
melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang dilaksanakan
semenjak awal tahun 2007.

Program ini ditargetkan mampu meningkatkan

produksi beras nasional sebanyak 5 persen setiap tahunnya (Deptan, 2008).
Peningkatan produktivitas padi dan kesejahteraan petani melalui penerapan
inovasi merupakan salah satu strategi yang diterapkan pemerintah dalam program
P2BN. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah
menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) padi yang telah terbukti melalui uji coba di 23 kabupaten pada tahun 2003
dan mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi produksi. Berdasarkan
hal tersebut, pemerintah melalui Departemen Pertanian meluncurkan program
Sekolah Lapang (SL) PTT padi (Deptan, 2008).
Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) pada
dasarnya merupakan suatu program yang dirancang oleh pemerintah dan
direncanakan bersama-sama oleh kelompok tani atau gabungan kelompok tani.
Program ini bertujuan untuk memberikan pelayanan informasi dan pelatihan

secara terpadu mengenai inovasi dan teknologi padi kepada petani melalui
kegiatan penyuluhan agar petani mampu meningkatkan produktivitas padi dan
pendapatan dari budidaya padi, atau dengan kata lain bahwa program SL-PTT
padi bertujuan untuk mengubah perilaku petani agar petani lebih mandiri untuk
mencapai tujuannya melalui penerapan PTT padi.
SL-PTT

padi

sebagai

suatu

bentuk

kegiatan

penyuluhan

perlu

memperhatikan proses komunikasi yang berlangsung dalam pelaksanaan kegiatan
agar program tersebut dapat berjalan dengan baik. Beberapa kegiatan penyuluhan
sebelumnya dapat dinyatakan belum berhasil dikarenakan proses komunikasi yang
dilakukan tidak berjalan dengan baik. Roling dan Van de Fliert (1994)
menguraikan bahwa program BIMAS yang dahulu pernah berjalan hanya
menekankan pada peningkatkan produksi padi tidak disertai dengan peningkatan
kapasitas analisis petani dan penggunaan pupuk dan pestisida. Dampak dari
program mengakibatkan terjadinya penggunaan pupuk dan pestisida yang
berlebihan,

mengakibatkan

pencemaran

air,

lingkungan,

dan

perusakan

keseimbangan hara tanah. Benih padi unggul yang dianjurkan memiliki
kerentanan terhadap hama wereng coklat jika dibandingkan dengan beberapa
varietas lokal yang sudah ditanam oleh petani secara turun-temurun. Gencarnya
anjuran pelaksanaan BIMAS juga menyebabkan varietas-varietas lokal yang
seharusnya menjadi sumber plasma nutfah perlahan-lahan punah. Serangan
wereng mengakibatkan sebagian besar petani peserta program BIMAS gagal
panen dan petani menjadi tidak mampu membayar hutang kredit pupuk dan
pestisida yang terlanjur dibeli sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk menanam
benih varietas unggul.
World Bank (2002) melalui berbagai evaluasi pada proyek-proyek
penyuluhan mengindikasikan bahwa penyuluhan belum memenuhi orientasi dan
kepentingan client, kapasitas sumberdaya manusia lemah, dan tingkat komitmen
pemerintah masih lemah.

Beberapa pelajaran dan pengalaman dari berbagai

World Bank Extension Projects selama 1977-1991 yang dirangkum oleh Antholt
(Eicher dan Staatz, 1999) menyimpulkan beberapa hal antara lain: (1) 70 persen
dari berbagai proyek penyuluhan yang didukung World Bank memiliki tingkat
sustainability yang rendah; (2) banyak muncul masalah insufficiency teknologi

yang relevan, (3) keterkaitan dengan lembaga riset lemah; dan (4) banyak
kelemahan pada pendekatan Training and Visit.
Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan bahwa komunikasi merupakan
elemen utama dan terpenting dalam proses perubahan perilaku. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman masa lalu seperti yang telah dijelaskan sebelumnnya,
maka proses komunikasi dapat berpengaruh dalam kegiatan penyuluhan. Oleh
karena itu, agar kegiatan SL-PTT berjalan dengan efektif, proses komunikasi yang
dilakukan dalam kegiatan ini menjadi aspek penting yang harus diperhatikan.
Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa salah satu prinsip utama
dari komunikasi antar manusia adalah bahwa transfer ide yang paling sering
terjadi adalah berada di antara komunikator dan komunikan yang sama, mirip dan
homophilous. Kesamaan tersebut tidak hanya dilihat dari latar belakang dan
budaya yang sama akan tetapi yang paling terpenting adalah kesamaan maksud
dan tujuan dalam berkomunikasi. Mulyana dan Rakhmat (1998) menambahkan
bahwa persepsi merupakan inti dari komunikasi, karena jika persepsi seseorang
tidak akurat, maka manusia tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsi
menentukan seseorang memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.
Dalam proses komunikasi, baik sumber dan penerima berperilaku sesuai dengan
persepsi mereka terhadap reaksi yang diharapkan dari satu sama lain dan pesan
sedang dikirim. Efek dari sebuah pesan pada penerima perilaku akan tergantung
pada cara penerima merasakan situasi komunikasi, termasuk derajat dari homofili
atau heterofili.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa proses transfer
informasi mengenai inovasi dalam kegiatan SL-PTT padi yang dilakukan melalui
komunikasi antara petani dan penyuluh bisa saja mengalami hambatan dari tingkat
kehomofilian antara petani dan penyuluh. Hambatan-hambatan yang terjadi harus
ditelusuri lebih mendalam. Penelusuran tersebut diharapkan dapat menemukan
jawaban tentang cara meminimalisasi hambatan-hambatan yang terjadi sehingga
proses komunikasi pada kegiatan SL-PTT padi akan menjadi lebih efektif.
Komunikasi yang efektif di antara petani dan penyuluh sebagai perantara
pemerintah diharapkan akan mampu menciptakan iklim komunikasi yang baik
untuk mencapai kepentingan bersama antara petani dengan pemerintah.

Masalah Penelitian
Dalam upaya mempertahankan swasembada beras, pemerintah melalui
Dinas Pertanian terus berupaya menyusun program-program yang mampu
mendorong peningkatan produktivitas padi dan kesejahteraan petani. SL-PTT
padi merupakan salah satu program yang diluncurkan pemerintah saat ini.
Progam SL-PTT padi ini dilaksanakan di setiap daerah yang memiliki potensi
menghasilkan beras, baik yang sudah mampu berswasembada beras maupun yang
belum berswasembada beras.
Inovasi padi yang masuk ke desa dalam bentuk penyuluhan melalui kegiatan
SL-PTT padi sebenarnya bukan merupakan hal baru. Pengalaman masa lalu
menunjukkan

bahwa

program-program

penyuluhan

sebelumnya

pada

kenyataannya hanya bertujuan meningkatkan produktivitas, parsial, tidak
memberikan pelayanan terpadu, belum partisipatif atau cenderung top down,
hanya semata-mata sebagai bentuk alih pengetahuan dan bukan menghasilkan
pengetahuan. Kelahiran dari program SL-PTT padi diharapkan mampu untuk
menggugurkan masalah-masalah yang dihadapi oleh penyuluh sehingga
peningkatan kesejahteraan petani dan produktivitas padi dapat dicapai.
Proses komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
kegiatan penyuluhan. Prinsip utama dalam komunikasi antar manusia adalah
tingkat kesamaan antara manusia yang berkomunikasi. Rogers dan Shoemaker
(1971) menjelaskan tingkat kesamaan tersebut sebagai tingkat kehomofilian
dalam komunikasi. Rogers dan Bhowmik (1971) mengkonseptualisasikan
homofili atas dasar pengukuran menjadi dua tingkatan, yaitu: (1) subyektif, yaitu
tingkatan kesamaan antara sumber atau penerima dalam memandang suatu obyek;
dan (2) obyektif, yaitu tingkat kesamaan diamati dari karteristik antara sumber
dan penerima.
Keberhasilan kegiatan SL-PTT ini dapat ditentukan oleh proses komunikasi
di antara penyuluh dan petani. Tingkat homofili petani dan penyuluh diduga
dapat mempengaruhi terciptanya komunikasi yang efektif antara penyuluh dan
petani sehingga akan mempengaruhi tingkat penerapan inovasi dari petani.
Berdasarkan

latar

belakang

dan

identifikasi

masalah

yang

telah

dikemukakan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

(a) Bagaimana tingkat homofili petani dan penyuluh dalam kegiatan SL-PTT
padi?
(b) Bagaimana tingkat penerapan PTT padi petani dalam kegiatan SL-PTT padi?
(c) Bagaimana pengaruh tingkat homofili obyektif petani dan penyuluh dengan
tingkat homofili subyektif petani dan penyuluh dalam kegiatan SL-PTT padi?
(d) Bagaimana pengaruh antara tingkat homofili obyektif dan homofili subyektif
petani dan penyuluh dengan penerapan inovasi PTT padi?
Tujuan Penelitian
(a) Mengkaji tingkat homofili petani dan penyuluh dalam kegiatan SL-PTT padi
(b) Mengkaji tingkat penerapan PTT padi oleh petani dalam kegiatan SL-PTT
padi
(c) Menganalisis pengaruh tingkat homofili obyektif petani dan penyuluh dengan
tingkat homofili subyektif petani dan penyuluh dalam kegiatan SL-PTT padi
(d) Menganalisis pengaruh tingkat homofili obyektif dan subyektif petani dan
penyuluh dengan penerapan inovasi PTT padi

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi bagi
peneliti lain yang berminat dalam penelitian sejenis dan sebagai informasi dan
masukan bagi pihak terkait dalam hal ini para penyuluh, para aktivis
pemberdayaan masyarakat, dan para pengambil kebijakan.

TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Efektif dalam Menunjang
Efektivitas Penyuluhan
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian dari komunikasi.
Hovland (1953) menjelaskan bahwa komunikasi sebagai suatu proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku
orang lain. Pakar komunikasi Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan
komunikasi sebagai proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau
banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Verderber (1990) mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional dalam
membentuk arti atau makna. DeVito (1997) menjelaskan bahwa komunikasi itu
mengacu kepada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), yang terjadi dalam suatu
konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik. Tubbs dan Moss (2001) mengartikan komunikasi sebagai
proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.
Komunikiasi merupakan sebuah proses. Lubis et al. (2010) menjelaskan
bahwa komunikasi merupakan proses yang memiliki empat atribut, yaitu: (1)
dinamis, artinya komunikasi selalu berubah, dan tidak dapat ditentukan kapan
dimulai dan kapan berakhir; (2) sistemik, artinya sebagai sistem, komunikasi
terdiri dari beberapa unsur yang berinteraksi dan saling mempengaruhi sistem
yang lebih luas; (3) interaksi simbolik, di mana bahasa merupakan simbol yang
digunakan orang untuk berinteraksi dengan sesamanya cara seseorang memilih
dan mengatur simbol akan mempengaruhi orang lain menginterpretasi-kan
pesannya; dan (4) makna dibentuk secara pribadi, yakni setiap orang menafsirkan
sesuatu dengan caranya sendiri, sesuai dengan persepsi dan latar belakangnya.
Karena itu dikatakan makna ada pada manusia, bukan pada kata-kata.
Hewitt (Lubis at al.,2010), menjabarkan tujuan penggunaan proses
komunikasi secara spesifik yaitu; (1) mempelajari atau mengajarkan sesuatu; (2)
mempengaruhi perilaku seseorang; (3) mengungkapkan perasaan; (4) menjelaskan
perilaku sendiri atau perilaku orang lain; (5) berpengaruh dengan orang lain;

menyelesaikan sebuah masalah; (6) mencapai sebuah tujuan; (7) menurunkan
ketegangan dan menyelesaikan konflik; (8) menstimulasi minat pada diri sendiri
atau orang lain.
Penyuluhan menggunakan komunikasi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Proses yang dialami oleh mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami,
mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah
suatu proses komunikasi. Penjelasan tersebut menunjukkan pentingnya memenuhi
persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang
efektif. Leeuwis (2004) mendefinisikan penyuluhan sebagai serangkaian
intervensi komunikasi yang ditanamkan, yang diartikan antara lain untuk
membangun

dan/atau

mendorong

inovasi

yang

seharusnya

membantu

menyelesaikan situasi problematis. Komunikasi penyuluhan adalah suatu
pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan semua bidang
kehidupan baik secara perorangan maupun kelompok yang sifatnya umum dengan
menggunakan lambang-lambang tertentu dalam usaha meningkatkan nilai tambah
dan pendapatan, sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi dalam penyuluhan
bukan saja dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku komunikan
akan tetapi juga mampu mendorong petani untuk mandiri dan mampu
menyelesaikan situasi problematis yang dialaminya.
Komunikasi dalam penyuluhan bukan hanya proses penyampaian pesan dari
penyuluh kepada petani dan terhenti. Komunikasi dalam penyuluhan harus efektif
dan mampu memenuhi tujuan dan kebutuhan semua pihak yang berkomunikasi
dalam suatu kegiatan penyuluhan. Rogers dan Bhowmik (1971) menjelaskan
bahwa komunikasi adalah efektif bila pengalihan ide dari sumber ke penerima
menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap, atau perilaku terang-terangan pada
diri penerima. Ketika sumber dan penerima berbagi makna, sikap, dan keyakinan
yang sama, maka komunikasi antara mereka akan lebih efektif. Rogers dan
Bhowmik (1971) juga menjelaskan bahwa kebanyakan individu menikmati
kenyamanan dari berinteraksi dengan orang lain yang serupa dalam status sosial,
pendidikan, keyakinan, dan lainnya. Perbedaan di antara sumber dan penerima
yang disebut dengan heterofili akan menyebabkan distorsi pesan, tertundanya
transmisi, pembatasan saluran komunikasi, menyebabkan disonansi kognitif,

keadaan psikologis yang tidak nyaman, dan pesan yang disampaikan mungkin
tidak konsisten dengan kepercayaan dan sikap yang ada.
Rogers dan Bhowmik (1971) menguraikan bahwa homofili dan komunikasi
yang efektif berkembang satu sama lain, dan keduanya memiliki pengaruh saling
mempengaruhi. Sebuah sumber dan penerima yang homofili akan berinteraksi
lebih dan komunikasinya relatif lebih efektif karena menciptakan konsensus yang
lebih besar dan kesamaan di antara mereka akan mendorong keduanya
berinteraksi ke tingkat yang lebih tinggi. Dari penjelasan tersebut, dapat
diasumsikan bahwa, untuk mencapai tujuan dari kegiatan SL-PTT padi maka
penyuluh harus memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada antara dirinya
dengan petani dan berusaha menyesuaikan diri untuk mengurangi adanya
perbedaan tersebut sehingga proses komunikasi yang dilakukan akan lebih efektif.
Homofili dan Heterofili dalam Komunikasi
Rogers dan Bhowmik (1971) menjelaskan bahwa pertukaran pesan dalam
suatu proses komunikasi paling sering terjadi pada keadaan sumber dan penerima
pesan memiliki kesamaaan satu sama lain yang disebut dengan keadaan homofili.
Homofili mengacu pada tingkat pasangan individu yang berinteraksi memiliki
kesamaan yang sepengaruh dengan atribut tertentu, seperti beliefs, nilai-nilai,
pendidikan, status sosial, dan lain-lain. Heterofili adalah derajat pasangan
individu yang berinteraksi berbeda sepengaruh dengan atribut tertentu.
Rogers dan Bhowmik (1971) mengkonseptualisasikan homofili dan
heterofili atas dasar pengukuran menjadi dua tingkatan, yaitu: (1) subyektif, yaitu
tingkatan kesamaan antara sumber atau penerima dalam mempersepsikan suatu
obyek; dan (2) obyektif, yaitu tingkat kesamaan diamati dari karteristik antara
sumber dan penerima. Dalam proses komunikasi baik sumber dan penerima
berperilaku sesuai dengan persepsi mereka atas reaksi yang diharapkan dari satu
sama lain dan pesan yang disampaikan. Jelas bahwa efek dari sebuah pesan pada
perilaku penerima tergantung pada cara penerima merasakan situasi komunikasi
termasuk derajat dari homofili atau heterofili. Investigasi Rogers dan Bhowmik
(1971) sebelumnya menunjukkan bahwa pada umumnya: (1) derajat homofili
subyektif berkorelasi positif dengan tingkat homofili obyektif, meskipun tidak

dengan sempurna; (2) tingkat homofili subyektif dianggap lebih tinggi daripada
derajat homofili obyektif; dan (3) homofili subyektif lebih erat terkait dari
homofili obyektif dengan peubah lain seperti daya tarik interpersonal dan
frekuensi interaksi.
Rogers dan Bhowmik (1971) menyatakan bahwa komunikasi antara
individu akan lebih efektif ketika sumber dan penerimanya homophilous. Ketika
sumber dan penerima memiliki kesamaan makna, sikap, dan keyakinan, dan kode
bersama, komunikasi di antara keduanya adalah lebih efektif. Kebanyakan
individu menikmati kenyamanan dari berinteraksi dengan orang lain yang serupa
dalam status sosial, pendidikan, keyakinan, dan lainnya. Interaksi yang heterofili
menyebabkan distorsi pesan, tertundanya transmisi, pembatasan saluran
komunikasi, dapat menyebabkan disonansi kognitif, dan keadaan psikologis yang
tidak nyaman. Homofili dan komunikasi yang efektif berkembang satu sama lain,
dan keduanya memiliki pengaruh saling tergantung dalam peningkatan kecil di
salah satu pihak akan mengarahkan peningkatan kecil di sisi lain, dan lain-lain.
Sebuah pasangan sumber dan penerima yang homofili akan berinterkasi lebih
banyak. Ada berapa proporsi yang dapat terjadi dari pasangan sumber dan
penerima yang homofili, yaitu: (1) komunikasi yang terjadi relatif lebih efektif,
dan (2) akan menciptakan lebih besar konsensus dan kesamaan di antara
keduanya. Hal tersebut sangat bermanfaat sehingga akan menyebabkan keduanya
berinteraksi ke tingkat yang lebih tinggi.
Selain kondisi homofili subyektif dan homofili obyektif, Rogers dan
Bhowmik (1971) juga mengungkapkan bahwa rasa empati maupun simpati
mempengaruhi efektivitas komunikasi. Jika sumber dapat melihat dengan baik
perasaan dari penerima pesannya dan mereka berbagi perasaan, adalah mungkin
makna pesan yang disampaikan oleh sumber akan sama dengan makna yang
dipahami oleh penerima. Ketika sumber memiliki empati yang tinggi dengan
penerima walaupun keadaan keduanya adalah heterofili secara karakteristik, maka
mereka benar-benar homofili dalam arti sosial-psikologis.
Rakhmat (2003) menyatakan bahwa ketika komunikator ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan kesamaan antara
dirinya dengan penerima pesan. Usaha untuk menegaskan kesamaan antara diri

komunikator dengan penerima pesan dikenal sebagai strategy of identification
atau establishing common grounds. Komunikator dapat mempersamakan dirinya
dengan penerima pesan dengan menegaskan persamaan dalam kepercayaan sikap,
maksud, dan nilai-nilai sepengaruh dengan suatu persoalan. Simons (Rakhmat,
2003) menerangkan bahwa ada empat hal yang menyebabkan komunikator yang
dipersepsi memiliki kesamaan dengan penerima pesan cenderung lebih efektif
dalam berkomunikasi, yaitu: (1) kesamaan mempermudah proses penyandibalikan (decoding), yakni proses menterjemahkan lambang-lambang yang diterima
menjadi gagasan-gagasan; (2) kesamaan membantu membangun premis yang
sama, premis yang sama mempermudah proses deduktif, dan bila kesamaan
relevan dengan topik persuasi, orang akan terpengaruh oleh komunikator; (3)
kesamaan menyebabkan penerima pesan tertarik pada komunikator; dan (4)
kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator.
Strong dan Israel (2009) pernah meneliti mengenai pengaruh kehomofilian
penyuluh dengan kliennya terhadap persepsi orang dewasa. Strong dan Israel
(2009) menguraikan bahwa penyuluhan harus memastikan kepuasan peserta
penyuluhan dengan pelayanan yang diberikan oleh media penyuluhan.
Dalam akuntabilitas lingkungan yang meningkat, hal ini menjadi penting bahwa
peserta penyuluhan merasa puas dengan pelayanan penyuluhan yang diberikan.
Mereka melihat bahwa kehomofilian antara agen dan klien mempengaruhi
kepuasan

pelayanan

penyuluhan.

Melalui

penelitiannya

terhadap

klien

penyuluhan di Florida, dan digabung dengan data survei dari klien penyuluhan
yang menyelesaikan survei kepuasan pelayanan penyuluhan dengan data tentang
karakteristik agen, maka temuan yang didapat menyatakan bahwa ketika klien dan
ras agen berbeda, terjadi penurunan kecil tetapi signifikan dari skor kepuasan
pelayanan dari pada klien dan agen yang memiliki ras sama. Demikian pula,
ketika perbedaan pendidikan meningkat, klien cenderung akan puas dengan
layanan penyuluhan yang disediakan. Temuan menunjukkan perlunya strategi
untuk mengatasi “masalah heterofili”. Salah satu strategi adalah meningkatkan
upaya merekrut agen minoritas. Strategi lain adalah untuk meningkatkan perhatian
dalam seminar pengembangan profesional untuk membangun ketrampilan dalam
mengajar klien yang berbeda dalam satu cara atau lebih.

Homofili Obyektif
Rogers dan Bhowmik (1971) menjelaskan bahwa tingkat homofili obyektif
adalah tingkat kesamaan dalam berkomunikasi diamati dari karteristik antara
individu yang berkomunikasi. Rogers dan Shoemaker (1971) membedakan
kondisi homofili dalam dua kondisi, yaitu: (1) sumber dan penerima merasakan
kesamaan dalam karakteristik status sosial, status ekonomi, pendidikan, sikap, dan
kepercayaan; (2) terdapat perbedaan dalam karakteristik status sosial, status
ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan. Komunikasi akan lebih efektif pada
kondisi homofili daripada kondisi heterofili. Dodd (1982) membuat klasifikasi
tentang dimensi-dimensi homofili ke dalam : (1) homofili dalam penampilan, (2)
homofili dalam latar belakang, (3) homofili dalam sikap, (4) homofili dalam nilai,
dan (5) homofili dalam kepribadian. Schirato dan Yell (2000) menyebutkan
bahwa ada dua belas aspek kesamaan dan perbedaan antara sumber dan penerima
yang mempengaruhi proses komunikasi yaitu: (1) gender, (2) preferensi seksual,
(3) umur, (4) agama, (5) pekerjaan, (6) kekayaan, (7) afiliasi politik, (8)
ketertarikan hiburan, (9) nilai sosial, (10) etnik atau suku, (11) kualifikasi
pendidikan, dan (12) pengalaman. Berdasarkan dari uraian-uraian tersebut, maka
tingkat kesamaan karakteristik antara penyuluh dengan petani yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kesamaan karakteristik: (1) umur, (2) jenis kelamin,
(3) pendidikan, (4) pengalaman, (5) suku/etnik, (6) status sosial ekonomi, (7)
kepercayaan, dan (8) sikap.
Umur. Perbedaan ataupun kesamaan umur antara sumber dan penerima
dalam sebuah komunikasi dapat mempengaruhi efektivitas komunikasinya.
Schirato dan Yell (2000) mencontohkan pengaruh perbedaan umur terhadap
efektivitas komunikasi. Seorang bos yang berumur lima puluh tahun dan
bawahannya yang berumur dua puluh tahun. Bos tersebut berpesan bahwa “kita
butuh seseorang untuk membersihkan toilet. Pergi dan lakukan sekarang, dan
selesaikan dalam waktu tiga puluh menit, dan jangan memutar musik yang berisik
karena itu akan menyebabkan konsetrasi orang lain yang sedang bekerja akan
terganggu.”Pesan yang disampaikan oleh bos kepada bawahan sangat jelas.
Bagaimanapun, ketika bawahan mendengarkan seluruh perintah yang
dikatakan oleh bosnya, hal-hal yang telah diperintahkan tidak berarti memiliki

makna yang sama bagi bos dan bawahannya. Bos yang memberi perintah
beranggapan bahwa perintah yang diberikan adil dan wajar. Bawahan yang
menerima perintah menganggap perintah tersebut adalah penghinaan dan ia tidak
menjalankan perintah tersebut. Bawahan yang masih muda dan belum bersikap
dewasa beranggapan bahwa membersihkan toilet itu sama dengan merendahkan
derajadnya, namun bos tidak mengerti bahwa pekerjaan membersihkan toilet
tersebut merupakan pekerjaan yang merendahkan. Bos yang memiliki umur jauh
lebih tua memiliki kedewasaan diri dan beranggapan bahwa me