Dinamika ovarium pada kuda hasil persilangan pejantan thoroughbred dengan induk lokal Indonesia

DINAMIKA OVARIUM PADA KUDA HASIL PERSILANGAN
PEJANTAN THOROUGHBRED DENGAN INDUK LOKAL
INDONESIA

MUHAMMAD DANANG EKO YULIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Dinamika Ovarium
pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan Thoroughbred dengan Induk Lokal
Indonesia adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Februari 2011

Muhammad Danang Eko Yulianto
B352080051

ABSTRACT
MUHAMMAD DANANG EKO YULIANTO. Ovarian Dynamics in the
Thoroughbred-Indonesian Local Crossbred Mares. Under supervision of
BAMBANG PURWANTARA and AMROZI

The development of horse breeding industry in Indonesia was commenced
through horse racing events held all over the country. It were accelerated by the
development of Thoroughbred-Indonesian local Crossbred horses. There are many
broodmares injured during their racing time and retired from the racetracks. They
may still has a reproductive vigor to continue on producing offsprings. Very little
information has been reported on the monitoring the reproductive capacity of the
mares. The objective of this study was to explore ultrasonography imaging of the
ovarian dynamics, correlated with the estrus behavior of the ThoroughbredIndonesian local crossbred mares. Three Thoroughbred-Indonesian local
crossbred mares with 6.25-12.5% of local genetics aged 12-20 years old were
used in this study. Estrus and ovulation synchronized by 10 mg PGF2α i.m. at

luteal phase and 1500 IU hCG i.m. injection when the dominant follicle reach ≥30
mm in diameter. Ultrasonography examination was done every morning at
approximately at the same time. Estrus behavior was observed by using teaser
stallions following a standard method. Results of the experiment indicated that
onset of the estrus was reached 1.33 ± 0.58 days after the hCG injection, with the
average duration of 4.00 ± 1.00 days. The ovulations were done at 5.33 ± 1.15
days after PGF2α treatment and 66.67 ± 10.07 hours after hCG treatment.
Maximum follicle diameter was identified to reach 4.50 ± 0.52 cm at one day
before ovulation. The mares performed 25.4 ± 3.38 days length of estrous cycle
with 2-3 follicular waves. It had been identified that the estrus duration was 6.8 ±
1.92 days in mares with the age of 12-20 years. The average of maximum
diameter of the largest follicle before ovulation was 4.2 ± 1.24 cm. In conclusion,
to improve the efficiency of breeding, several information are needed i.e. the
optimal time of ovulation, relevan parameters related to follicular development.
Keynotes: estrous, cycle, ovarian dynamics, ultrasonography, mares

RINGKASAN
MUHAMMAD DANANG EKO YULIANTO. Dinamika Ovarium pada Kuda
Hasil Persilangan Pejantan Thoroughbred dengan Induk Lokal Indonesia.
Dibimbing oleh BAMBANG PURWANTARA dan AMROZI

Perkembangan ternak kuda di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini
cukup pesat seiring dengan berkembangnya olahraga pacuan kuda. Persilangan
kuda betina lokal Indonesia dengan pejantan Thoroughbred telah menghasilkan
kuda generasi ke-3 (G3), generasi ke-4 (G4), dan Kuda Pacu Indonesia (KPI)
yang memiliki 6.25-25 persen materi genetik kuda lokal. KPI berasal dari
perkawinan kuda G3 dengan G3, G3 dengan G4, maupun G4 dengan G4.
Sistem peternakan kuda di Indonesia masih mengacu pada sistem
manajemen tradisional. Salah satu subsistem dalam hal penentuan waktu
perkawinan kuda dengan mengacu pada tingkah laku estrus. Hal ini menyebabkan
hasil yang didapatkan belum optimal. Pemanfaatan teknik ultrasonografi pada
kuda sudah mulai dilakukan oleh beberapa praktisi peternakan kuda. Diharapkan
dengan teknik ini yang dikombinasikan dengan pengamatan tingkah laku estrus
dapat memberikan acuan yang lebih baik dalam penentuan waktu perkawinan
pada kuda, sehingga diharapkan dapat membantu peningkatan angka kebuntingan
pada kuda.
Penelitian dilakukan terhadap tiga ekor kuda hasil persilangan antara
pejantan Thoroughbred dengan induk lokal, dengan kandungan genetik lokal
antara 6.25% sampai dengan 25% dengan kisaran umur 12-20 tahun yang
dipelihara secara intensif di Unit Rehabilitasi Reproduksi Bagian Kebidanan dan
Kemajiran Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran

Hewan, Institut Pertanian Bogor. Kuda-kuda tersebut diberi pakan berupa rumput
segar dan konsentrat dengan kadar protein 12 %.
Penelitian dimulai dengan sinkronisasi estrus yang dilakukan dengan
penyuntikan hormon PGF2α (Noroprost 0.5% W/V, Norbrook Laboratories
Limited, Newry) dosis tunggal 10 mg i.m pada fase luteal, diikuti dengan
penyuntikan 1500 IU hCG (Chorulon, Intervet, Cambridge) pada saat folikel
dominan telah mencapai diameter ≥30 mm. Pemeriksaan dengan ultrasonografi
dilakukan setiap pagi hari pada waktu yang sama dimulai sesaat setelah
sinkronisasi estrus. Setelah penyuntikan dengan hCG, pemeriksaan dengan
ultrasonografi dilakukan setiap empat jam sekali sampai dengan ovulasi. Setelah
itu pemeriksaan dengan ultrasonografi dilakukan setiap hari sekali pada waktu
yang sama di pagi hari sampai dengan terjadinya ovulasi yang kedua untuk
mengamati dinamika ovarium yang terjadi. Pemeriksaan meliputi pengukuran
diameter korpus luteum (CL) dan jumlah serta ukuran folikel yang kemudian akan
diklasifikasikan menjadi folikel kelas I berdiameter 4 cm. Kondisi organ reproduksi yang meliputi
serviks, korpus dan kornua uteri juga diamati dengan ultrasonografi untuk
mengetahui keberadaan lendir estrusnya.
Hasil pengamatan terhadap sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi
didapatkan hasil bahwa Interval awal perlakuan PGF2α hingga onset estrus adalah
1.33 ± 0.58 hari, dengan lama estrus 4.00 ± 1.00 hari, interval mencapai ovulasi

dari awal perlakuan PGF2α adalah 5.33 ± 1.15 hari, sedangkan dari awal perlakuan
hCG adalah 66.67 ± 10.07 jam. Diamater maksimal folikel terbesar adalah 4.50 ±

0.52 cm yang dicapai sehari sebelum terjadinya ovulasi. Secara umum dapat
dilihat bahwa rata-rata panjang siklus estrus kuda hasil persilangan pejantan
Thoroughbred dengan induk lokal Indonesia yang telah berumur 12-20 tahun
adalah 25.4 ± 3.38 hari dengan 2 sampai 3 gelombang folikel dan lama estrus 6.8
± 1.92 hari. Rata-rata diameter folikel terbesar maksimum sebelum ovulasi adalah
4.2 ± 1.24 cm dengan kisaran 3.0 sampai dengan 5.8 cm. Hasil pengamatan
terhadap tingkah laku estrus menunjukkan bahwa saat-saat menjelang ovulasi
akan ditandai dengan pencapaian skor maksimal, pada nilai 3, yang dicirikan
dengan lebih menunjukkan ketertarikan terhadap pejantan, mengangkat ekor, winked
vulva, squatting dan urinasi dan pada nilai 4 yang dicirikan dengan ketertarikan yang
kuat terhadap pejantan, menyodorkan pantat pada jantan, mengangkat ekor dan winked
vulva serta urinasi yang berkelanjutan. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dalam

upaya untuk peningkatan angka kebuntingan kuda, sebaiknya perkawinan
dilakukan pada saat skor estrus mencapai 3 atau 4.
Kata kunci: estrus, siklus, dinamika ovarium, ultrasonografi, kuda betina


© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

DINAMIKA OVARIUM PADA KUDA HASIL PERSILANGAN
PEJANTAN THOROUGHBRED DENGAN INDUK LOKAL
INDONESIA

MUHAMMAD DANANG EKO YULIANTO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biologi reproduksi


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. drh. Muhammad Agil, M.Sc Agr.

Judul Tesis

: Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
Thoroughbred dengan Induk Lokal Indonesia
: Muhammad Danang Eko Yulianto
: B352080051

Nama
NRP

Disetujui,
Komisi Pembimbing


Dr. drh. Bambang Purwantara, M.Sc.

Dr. drh. Amrozi

Ketua

Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Biologi Reproduksi

Prof. Dr. drh. Iman Supriatna

Tanggal Ujian : 22 Desember 2010


Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji Syukur Penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi Reproduksi Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Tema yang diangkat dalam penulisan tesis ini adalah
“Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan Thoroughbred dengan
Induk Lokal Indonesia”.
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan
kepada komisi pembimbing; Dr. drh. Bambang Purwantara, M.Sc. dan Dr. drh.
Amrozi yang telah meluangkan segenap waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan serta arahan dalam proses penyusunan tesis ini menjadi
sebuah karya ilmiah yang baik. Selanjutnya kepada penguji luar komisi, Dr. drh.
Muhammad Agil, M.Sc. Agr. dan ketua Mayor Biologi Reproduksi, Prof. Dr. drh.

Iman Supriatna yang telah memberikan saran dan kritik dalam upaya
penyempurnaan karya ilmiah ini pada saat ujian tesis yang telah dilangsungkan.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibunda Hj. Noorlaela
dan Ayahanda H. Darojatun Subandriyo yang telah memberikan motivasi moril,
materiil, dan spirituil kepada penulis. Selanjutnya ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan pada mayor BRP 2008 (Juli Melia,
Muhammad Riyadhi, Hasbi, Sri Gustina, Reni Novia, Gholib Assahad, serta
Lourina Wowor). Selanjutnya ucapan terimakasih dan penghargaan setinggitingginya kepada Ir.H.M. Munawir (Tombo Ati Stable) yang telah banyak
memberikan bantuan materi dan sarana penelitian, serta kepada semua pihak yang
telah membantu kelancaran selama menempuh pendidikan pada program
Pascasarjana instituut Pertanian Bogor. Tidak lupa, ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada drh. Eva Fatimah yang telah memberikan motivasi dan
kasih sayang kepada penulis.
Penulis beharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan
dan bagi masyarakat, khususnya bidang perkudaan di Indonesia.

Bogor, Februari 2011

Muhammad Danang Eko Yulianto


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 7 Juli 1984 dari
ayahanda H. Darojatun Subandriyo dan Ibunda H. Noorlaela. Penulis merupakan
putra tunggal dari keluarga ini.
Penulis menamatkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Djama’atul Ichwan
Surakarta pada tahun 1996, Sekolah Menengah Pertama Negeri I Surakarta pada
tahun 1999 dan Sekolah Menengah Umum Negeri IV Surakarta pada tahun 2002.
Tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada dan berhasil meraih gelar Sarjana
Peternakan pada tahun 2007. Kesempatan untuk menempuh pendidikan
Pascasarjana didapatkan pada tahun 2008 atas biaya sendiri dan sponsor dari
Tombo Ati Stable.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
Manfaat Penelitian............................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
Siklus Reproduksi Kuda ................................................................................... 3
Sinkronisasi Estrus dan Induksi Ovulasi ........................................................... 4
Dinamika Ovarium ........................................................................................... 5
Tingkah Laku Estrus ........................................................................................ 5
Kontrol Endokrin ............................................................................................. 6
Ultrasonografi .................................................................................................. 7
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 9
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 9
Materi Penelitian .............................................................................................. 9
Metode Penelitian........................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
Sinkronisasi Estrus dan Waktu Ovulasi Folikel............................................... 13
Dinamika Ovarium dan Tingkah laku Estrus .................................................. 14
Hasil Pengamatan Kondisi Uterus .................................................................. 29
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 31
Simpulan ........................................................................................................ 31
Saran .............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 33

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Sistem scoring pengamatan tingkah laku estrus pada kuda .............................. 11
2 Rincian Pengamatan ultrasonografi ................................................................. 12
3 Data hasil pengamatan sinkronisasi estrus dan waktu ovulasi folikel ............... 13
4 Data hasil pengamatan diameter uterus............................................................ 29

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 10
2 Dinamika ovarium pada kuda A-Siklus I ....................................................... 15
3 Kelas folikel pada kuda A-Siklus I ................................................................ 15
4 Dinamika ovarium pada kuda A-Siklus II...................................................... 17
5 Kelas folikel pada kuda A-Siklus II ............................................................... 17
6 Dinamika ovarium pada kuda A-Siklus III .................................................... 19
7 Kelas folikel pada kuda A-Siklus III.............................................................. 19
8 Dinamika ovarium pada kuda B .................................................................... 21
9 Kelas folikel pada kuda B ............................................................................. 21
10 Dinamika ovarium pada kuda C .................................................................... 23
11 Kelas folikel pada kuda C ............................................................................. 23
12 Visualisasi scoring tingkah laku estrus pada kuda ......................................... 25
13 Gambaran ultrasonografi CL secara serial sejak hari ke-3 setelah ovulasi
(H3) sampai dengan hari ke-17 (H17) .......................................................... 26
14 Gambaran serial ultrasonografi dominan folikel gelombang pertama dan
kedua selama 1 siklus estrus ......................................................................... 27
15 Gambaran serial ultrasonografi dominan folikel gelombang ketiga
dalam 1 siklus estrus...................................................................................... 28
16 Hasil pengamatan ultrasonografi terhadap uterus ........................................... 30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan kuda sebagai salah satu komoditas ternak sangat strategis karena
fungsinya sebagai hewan untuk sarana olahraga dan hewan kesayangan. Di
Indonesia, industri ternak kuda mulai berkembang dengan munculnya kuda
persilangan antara kuda Thoroughbred dengan kuda lokal Indonesia. Umumnya
kuda dimanfaatkan sebagai kuda pacu sampai umur 5 tahun. Dengan masa aktif
yang pendek tersebut kuda pacu ini harus terus diternakkan untuk memenuhi
kebutuhan kuda-kuda pacu dalam kelas pacuan yang berbeda pada tahun-tahun
selanjutnya.
Saat ini persilangan antara kuda lokal Indonesia dengan kuda pejantan
Thoroughbred dibatasi sampai terbentuknya keturunan ketiga (G3) dan keempat
(G4), setelah itu dilakukan perkawinan antar sesamanya, yaitu antara G3 dengan
G3, G3 dengan G4, dan G4 dengan G4 yang akan menghasilkan Kuda Pacu
Indonesia (KPI) (Soehardjono 1990).
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa dalam prakteknya, ditemukan
masalah-masalah yang terkait dengan reproduksi kuda betina, diantaranya adalah:
siklus estrus yang tidak teratur, estrus tidak jelas, sulit bunting, tidak pernah
estrus, bahkan bersifat seperti kuda jantan. Selama ini, tata laksana peternakan
kuda masih dilakukan secara sederhana, dengan pengamatan tingkah laku estrus,
sehingga terkadang penentuan waktu perkawinan kurang optimal, sehingga
pencapaian angka kebuntingan belum optimal.
Penelitian tentang dinamika ovarium kuda telah banyak dilakukan oleh para
ilmuwan di Eropa dan Amerika. Penelitian dilakukan di negara-negara dengan 4
musim, sehingga kuda-kuda yang ada bersifat poliestrus bermusim (seasonal
polyestrus). Di Indonesia yang memiliki 2 musim, dimana kuda-kuda akan
mengalami estrus sepanjang tahun, penelitian tentang dinamika ovarium tersebut
belum banyak dilakukan.
Di Indonesia, pemanfaatan teknik ultrasonografi dalam pemeriksaan
reproduksi kuda sudah banyak digunakan oleh para praktisi pada beberapa tahun

2

terakhir. Namun demikian, pengamatan dinamika ovarium yang dilakukan secara
kontinyu dalam satu siklus estrus belum dilaporkan.
Penelitian ini akan difokuskan pada pengamatan dinamika ovarium, yang
meliputi perkembangan folikel dan korpus luteum (CL). Penelitian kemudian
dikaitkan dengan tingkah laku estrus yang ditunjukkan oleh kuda baik terjadi
secara alami maupun diawali dengan sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi.
Kerangka Pemikiran
Pemanfaatan induk hasil persilangan pejantan Thoroughbred dengan induk
lokal Indonesia yang afkir sebagai kuda pacu memerlukan kajian efisiensi dan
potensi reproduksinya. Salah satunya adalah pemanfaatan ultrasonografi untuk
mengamati dinamika ovarium. Hasil pengamatan dinamika ovarium yang
didukung dengan pengamatan tingkah laku estrus merupakan parameter yang
dapat digunakan para praktisi dan peternak di lapangan dalam menentukan waktu
optimal untuk dilakukan perkawinan. Dengan demikian diharapkan dapat
membantu meningkatkan efisiensi reproduksi kuda di Indonesia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ultrasonografi
dinamika ovarium, terkait dengan tingkah laku estrus dalam satu siklus estrus
kuda induk hasil persilangan antara pejantan Thoroughbred dengan induk lokal
Indonesia.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan petunjuk untuk penentuan
waktu perkawinan yang optimal berdasarkan gambaran ultrasonografi dinamika
ovarium dan tingkah laku estrus kuda induk hasil persilangan pejantan
Thoroughbred dengan induk lokal Indonesia.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Reproduksi Kuda
Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan
kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah
beranak, dan penuaan atau umur. Faktor yang mengatur hal tersebut di atas adalah
lingkungan, genetik, fisiologi, hormonal, tingkah laku dan faktor-faktor
psikososial. Fertilitas akan meningkat setelah tercapainya pubertas untuk
kemudian menurun seiring dengan penuaan. Ketika tercapai pubertas, sekresi
gonadotropin juga akan mengalami peningkatan (Hafez 2000). Sementara itu,
Johnson dan Everitt (1995) menyatakan bahwa lamanya siklus ovarium yang di
dalamnya terdapat fase folikuler dan luteal akan berbeda pada masing-masing
spesies. Berdasarkan pengamatan tingkah laku estrus, panjang siklus estrus pada
kuda betina adalah 20-24 hari (Hafez 2000). Pengamatan dengan menggunakan
ultrasonografi menunjukkan bahwa siklus estrus kuda berlangsung 20-22 hari
dengan panjang fase folikuler 5-6 hari, dan fase luteal 15-16 hari (Johnson &
Everitt 1995). Shirazi et al. (2004) melaporkan bahwa kuda bangsa Caspian
memiliki interval interovulatory 22.1 ± 0.40 hari, lama estrus 8.3 ± 0.86 hari, dan
diestrus sepanjang 13.8 ± 0.59 hari.
Lama estrus bervariasi dan terkait dengan waktu berlangsungnya ovulasi.
Kisaran terjadinya ovulasi adalah 4-6 hari setelah mulainya estrus atau 1-2 hari
sebelum akhir estrus. Panjang siklus estrus dan waktu ovulasi bervariasi dalam
hubungannya dengan faktor-faktor eksternal maupun internal. Pada tingkat
ovarium, periode estrus ditandai dengan sekresi estrogen yang tinggi dari folikel
preovulatorik. Estrogen merangsang pertumbuhan uterus melalui mekanisme yang
meyebabkan interaksi antara hormon dengan reseptornya dan meningkatnya
berbagai proses sintesis yang terjadi di dalam sel. Estrogen juga merangsang
produksi prostaglandin oleh uterus. Pada akhir estrus, terjadi ovulasi yang diikuti
dengan pembentukan korpus luteum (CL) yang akan menghasilkan hormon
progesteron (Hafez 2000).

4

Sinkronisasi Estrus dan Induksi Ovulasi
Prostaglandin termasuk dalam hormon reproduksi primer yaitu hormon
reproduksi yang secara langsung terlibat di dalam berbagai aspek reproduksi
(Toelihere 1981). Prostaglandin F2α dihasilkan oleh endometrium uterus dan
kelenjar vesikular (Senger 2003). Pemberian prostaglandin menyebabkan regresi
CL dan pengurangan konsentrasi progesteron plasma (Turner dan Bagnara 1971;
Hafez 2000). Pada kuda yang bersiklus normal, estrus dapat diinduksi dengan
menghentikan fase luteal dengan injeksi prostaglandin. Estrada et al. (2003)
melaporkan bahwa dengan penggunaan 7.5 mg PGF 2α yang dilakukan paling awal
pada hari ke-5 setelah ovulasi akan menyebabkan onset estrus dalam jangka waktu
3-4 hari dan ovulasi dalam jangka waktu 8-10 hari. Menurut Samper (2008)
kisaran antara pemberian PGF2α sampai dengan onset estrus dan tercapainya
ovulasi dapat berkisar berturut-turut pada 48 jam dan 12 hari, tergantung dari
diameter folikel yang akan mengalami ovulasi. Jika pada ovarium terdapat folikel
besar pada saat penyuntikan, ovulasi akan terjadi dalam kurun waktu 72 jam tanpa
menunjukkan gejala estrus yang jelas. Namun demikian menurut Samper et al.
(1993) jika folikel telah mencapai diameter maksimal selama fase luteal yang
didominasi oleh progesteron, maka folikel ini akan mengalami regresi, dan akan
terjadi perekrutan folikel-folikel baru, sehingga estrus dan ovulasi akan
mengalami penundaan.
hCG merupkan hormon peptide yang dihasilkan pada plasenta, yang
merangsang fungsi luteal (Mc.Donald 1988 dalam Davies-Morel & Newcombe
2008. hCG telah digunakan secara luas untuk menginduksi ovulasi pada kuda
dengan tujuan untuk mengoptimalkan waktu perkawinan (Harrison et al. 1991).
Penelitian tentang penggunaan hCG terus dilakukan untuk mengetahui efektivitas
penggunan hCG dari tingkat dosis yang berbeda maupun kontraindikasinya pada
praktek komersial di peternakan kuda. Kontraindikasi tersebut meliputi kejadian
ovulasi ganda dan kebuntingan kembar (Davies-Morel & Newcombe 2008).
Gastal et al. (2006) melaporkan bahwa dosis 1500 IU hCG yang disuntikkan pada
saat diameter folikel terbesar mencapai ≥35 mm akan menyebabkan ovulasi pada
44.0 ± 1.0 jam setelah penyuntikan.

5

Dinamika Ovarium
Diameter folikel dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk
memperkirakan waktu ovulasi pada kuda. Walaupun demikian, variasi diameter
folikel preovulatorik pada 24 jam sebelum ovulasi, dapat berkisar 34-70 mm
(Ginther 1995), 22-65 mm (Cuervo-Arango 2008). Selanjutnya menurut CuervoArango (2008) diameter folikel preovulatorik pada 1 ekor induk akan relatif sama.
Selain itu, pola oedema uterus juga dapat digunakan sebagai parameter untuk
memperkirakan waktu optimal perkawinan. Ovarium mempunyai fungsi pada
siklus produksi ovum yang dapat dibuahi, sedangkan folikel adalah kompartemen
dari ovarium yang memungkinkan ovarium untuk memenuhi fungsi gandanya
dalam gametogenesis dan steroidogenesis (Hafez 2000).
Pada kuda, gelombang pertumbuhan folikel yang menghasilkan ovulasi
berkembang pada pertengahan kedua siklus estrus. Pada umumnya hanya 1
folikel yang akan mengalami ovulasi. Ketika folikel yang paling besar mencapai
diameter 21-23 mm, 2 folikel terbesar akan bertindak sebagi folikel dominan dan
subordinat, proses ini dinamakan deviasi folikel. Folikel dominan akan terus
berkembang, sedangkan folikel subordinat akan berkembang lebih lambat hingga
akhirnya akan mengalami regresi (Donadeu & Ginther 2002).
Tingkah Laku Estrus
Estrus pertama pada kuda ditandai dengan permintaan dan penerimaan
terhadap pejantan yang terjadi kisaran umur 8-24 bulan sebagai pertanda bahwa
pubertas telah tercapai (Waring 2003). Ginther (1979) melaporkan bahwa pada
umumnya kuda mencapai pubertas pada umur 12 bulan. Kuda yang diberi makan
lebih baik akan dapat lebih cepat dikawinkan.
Tingkah laku selama estrus bervariasi di antara individu kuda, tetapi
cenderung tetap pada individu yang sama. Tanda-tanda estrus yang dapat diamati
diantaranya penerimaan terhadap pejantan, ekor terangkat, sering urinasi, vulva
mengalami kontraksi ritmik (winking) dan cara berdiri semi jongkok (squatting)
(Coleman & Powell 2004). Menurut Waring (2003) pada saat estrus, kuda akan
menjadi relatif lebih jinak dengan kehadiran pejantan dan akan membiarkan
pejantan untuk mengendus, menyundul dan menggigit, serta kadang-kadang

6

meringkik. Hafez (2000) menambahkan bahwa selama periode estrus, vulva akan
sedikit membengkak, bagian bibirnya akan mengendur dan akan mudah dibuka
ketika diperiksa. Vulva berwarna kemerah-merahan, basah, mengkilap dan
kadang-kadang diselapisi lendir yang bening.
Tingkah laku kuda betina pada kondisi diestrus dicirikan dengan penolakan
terhadap pejantan. Ketika pejantan mendekat, telinga akan diarahkan ke belakang
sebagai tanda marah, menunjukkan sikap gelisah. Kuda betina kadang-kadang
menunjukkan respons dengan mengibaskan ekor. Kuda betina akan menghindari
pejantan dengan bergerak menjauh, meringkik, menggigit, bahkan menendang
pejantan (Waring 2003).
Kontrol Endokrin
Meskipun pada kuda konsentrasi progesteron intrafolikular pada folikel
dominan akan meningkat 2 hari menjelang ovulasi (Belin et al. 2000 dalam Nagy
et al. 2004), namun konsentrasi progesteron plasma mencapai titik rendah selama
fase folikuler. Peningkatan konsentrasi progesteron plasma secara signifikan
terjadi pada 10-12 jam setelah ovulasi, meskipun variasinya dapat lebih luas yakni
dalam kisaran 6-60 jam (Nagy et al. 2004). Dengan pengambilan darah sekali
dalam sehari, peningkatan progesteron plasma terdeteksi 24-48 jam setelah
ovulasi (Nagy et al. 2004). Dengan adanya variasi individu dalam peningkatan
konsentrasi progesteron tersebut, penentuan waktu ovulasi secara akurat menjadi
sulit dilakukan. Selama fase luteal, konsentrasi progesteron plasma mencapai
maksimal meskipun bervariasi diantara individu kuda (Nagy et al. 2004).
Pada kuda yang tidak bunting, PGF2α disekresikan oleh endometrium antara
hari ke-13 dan 16 setelah ovulasi untuk menginduksi regresi CL (Cuervo-Arango
& Newcombe 2008). Pelepasan PGF2α akan mengawali terjadinya penurunan
konsentrasi progesteron plasma dalam waktu 3 hingga 4 jam (Stabendfelt et al.
1981). Sharp dan Black (1973) melaporkan bahwa kadar progesteron plasma pada
fase folikuler adalah 0.58 ± 0.2 ng/ml, sedangkan pada puncak fase luteal
mencapai 10.9±1.4 ng/ml. Perubahan konsentrasi progesteron plasma selama
siklus estrus terkait dengan aktivitas estrus. Tingkah laku estrus tidak terlihat

7

hingga kadar progesteron plasma menurun mencapai titik terendah yakni ≤1
ng/ml.
Ultrasonografi
Berbagai jenis peralatan ultrasonografi telah tersedia dan memungkinkan
untuk dapat dioperasikan dengan mudah. Namun demikian, memerlukan
pemahaman yang baik terhadap cara kerja alat dan interaksinya dengan jaringan
agar diperoleh citra (gambar) yang optimal. Kualitas gambar yang dihasilkan juga
akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan operatornya. Medium terbaik untuk
penghantaran ultrasound adalah cairan dan dihantarkan melalui kompresi atau
penghalusan gelombang-gelombang (Goddard 1995). Beberapa inovasi mutakhir
dalam teknik ultrasonografi telah meningkatkan pengetahuan dalam mempelajari
dinamika folikuler pada kuda (Ginther 2004).
Menurut Barr (1988), terdapat 3 jenis echo yang digunakan sebagai prinsip
dasar dalam mendeskripsikan gambar pada sonogram, yaitu;
1.

Hyperechoic; echogenic artinya echogenitas terang, menampakkan warna
putih pada sonogram atau memperlihatkan echogenitas yang lebih tinggi
dibandingkan sekelilingnya, contohnya tulang, udara, kolagen dan lemak.

2.

Hypoechoic; echopoor menampilkan warna abu-abu gelap pada sonogram
atau memperlihatkan area dengan echogenitas lebih rendah dari pada
sekelilingnya, contohnya jaringan lunak.

3.

Anechoic yang menunjukkan tidak adanya echo, menampilkan warna hitam
pada sonogram dan memperlihatkan transmisi penuh dari gelombang,
contohnya cairan.

8

9

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2010 di Unit
Rehabilitasi Reproduksi Bagian Kebidanan dan Kemajiran Departemen Klinik,
Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Materi Penelitian
Kuda
Penelitian dilakukan terhadap 3 ekor kuda G3 dan G4 dengan kisaran umur
12-20 tahun yang dipelihara secara intensif di Unit Rehabilitasi Reproduksi
Bagian Kebidanan dan Kemajiran Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Untuk kepentingan
pengamatan tingkah laku estrus digunakan 1 ekor kuda jantan pengusik (teaser).
Kuda-kuda tersebut diberi pakan berupa hijauan rumput segar dan konsentrat
dengan kadar protein 12 %.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1 set peralatan
ultrasonografi (ALOKA SSD-500, Aloka Co.Ltd, Japan), berupa console berikut
linear probe 5 MHz (ALOKA UST-588U-5, Aloka Co. Ltd. Japan), printer
(SONY, UP-895 MD, Video Graphic Printer, Japan), syringe (One Med, PT. Jaya
Mas Medica Industri), dan plastic gloves (Europlex®, Divasa Farmativa, S.A.).
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas; PGF2α (Noroprost,
yang mengandung bahan aktif Dinoprost 5 mg dengan 0.25%w/v phenol per ml,
Norbrook Laboratories Limited, Newry), hCG (Chorulon, Intervet, Cambridge),
alkohol 70%, gel lubrikasi dan kapas.

10

Metode Penelitian
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dimulai dengan sinkronisasi estrus yang dilakukan dengan
penyuntikan hormon PGF2α dosis tunggal pada fase luteal, diikuti dengan
penyuntikan hCG dosis tunggal 1500 IU (gambar 1) pada saat folikel dominan
mencapai

diameter

≥30

mm.

Pengamatan

dinamika

ovarium

dengan

ultrasonografi dilakukan sampai dengan tercapainya ovulasi yang kedua pada
siklus estrus yang berikutnya. Sementara itu pengamatan tanda-tanda estrus
dilakukan dengan teknik teasing atau mendekatkan kuda betina pada kuda jantan
pengusik (teaser) untuk mengetahui tingkat estrusnya.

ultrasonografi

Gambar 1 Prosedur pelaksanaan penelitian
Sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi
Sinkronisasi estrus dilakukan dengan cara melisiskan CL, sehingga akan
tercapai estrus yang disertai dengan ovulasi dalam waktu yang relatif seragam.
Metode sinkronisasi estrus dilakukan dengan memberikan suntikan PGF2α
sebanyak 10 mg i.m pada saat fase luteal. Induksi ovulasi dilakukan dengan
penyuntikan hCG 1500 IU i.m ketika folikel dominan telah mencapai diameter
≥30 mm.

11

Tingkah Laku Estrus
Pengamatan tingkah laku estrus dilakukan 2 kali, yang pertama dilakukan
mulai dari 1 hari setelah pemberian PGF2α sampai dengan ovulasi I. Pengamatan
yang kedua dilakukan mulai hari ke-17 sampai dengan ovulasi II dengan teknik
teasing, yaitu dengan mendekatkan kuda betina pada kuda jantan pengusik.
Pengamatan dilakukan dengan sistem scoring menurut Coleman dan Powell
(2004) seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Sistem scoring pengamatan tingkah laku estrus pada kuda
Skor
0

Tanda-tanda yang dapat diamati pada kuda betina
Tidak menunjukkan tanda-tanda menerima jantan, bahkan agresif –
menyerang, menendang, meringkik

1

Tidak menolak terhadap pejantan

2

Sedikit ada ketertarikan terhadap pejantan, kadang mendekati pejantan,
menunjukkan winked vulva dan mengangkat ekor

3

Lebih menunjukkan ketertarikan terhadap pejantan, mengangkat ekor,
winked vulva, squatting dan urinasi
Ketertarikan yang kuat terhadap pejantan, menyodorkan pantat pada jantan,
mengangkat ekor dan winked vulva serta urinasi yang berkelanjutan

4

Sumber: Coleman dan Powell (2004)

Ultrasonografi
Pemeriksaan dengan ultrasonografi dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama, dimulai sesaat setelah sinkronisasi estrus dan setiap 4 jam sekali sesaat
setelah dilakukan penyuntikan hCG sampai dengan terjadinya ovulasi untuk
mengamati dinamika ovarium yang terjadi. Parameter yang diamati meliputi
diameter CL dan jumlah serta ukuran folikel yang kemudian akan diklasifikasikan
menjadi folikel kelas I berdiameter < 2cm, kelas II berdiameter 2-4 cm serta kelas
III berdiameter > 4cm. Diameter masing-masing folikel besar diukur dengan
menggunakan caliper pada sumbu terpanjang dari diameter folikel (Shirazi 2004),
kondisi organ reproduksi yang meliputi serviks, korpus dan kornua uteri juga
diamati dengan teknik ultrasonografi untuk mengetahui diameter serta keberadaan
lendir estrusnya.
Teknik ultrasonografi yang dilakukan adalah secara per rektal. Linear probe
dimasukkan ke dalam rektum untuk mengeksplorasi organ reproduksi, dimulai

12

dari serviks, korpus dan kornua uteri sampai dengan ovarium kanan dan kiri
dilakukan dengan seksama dan teliti. Electric built in caliper pada monitor
ultrasonografi digunakan untuk mengukur diameter folikel dan CL (Tabel 2).
Hasil pengamatan berupa citra dicetak dengan printer untuk menghasilkan
sonogram, serta dilakukan pemetaan posisi folikel dan CL pada ovarium.
Tabel 2 Rincian Parameter Pengamatan Ultrasonografi
ORGAN
REPRODUKSI
Ovarium

Uterus

BAGIAN YANG
DIAMATI
folikel

PARAMETER
YANG DIAMATI
diameter

KETERANGAN

korpus luteum

diameter

-

kornua uteri

diameter
Keberadaan lendir
estrus

-

corpus uteri

diameter
Keberadaan lendir
estrus

-

Kelas I : < 2cm
Kelas II : 2-4 cm
Kelas III : > 4 cm

Analisa data
Data yang terkumpul disajikan secara kuantitatif dengan perhitungan ratarata dan standar deviasi, sedangkan data kualitatif disajikan secara deskriptif.
Analisa akan menggunakan software MS Office Excel 2007 (Steel & Torrie 1999).

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sinkronisasi Estrus dan Waktu Ovulasi Folikel
Untuk sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi dilakukan pemberian PGF2α
sebanyak 2 ml i.m dan hCG 1500 IU. Hasil seperti tertera pada tabel 3. Beberapa
parameter yang diukur meliputi diameter CL, diameter folikel, onset dan lamanya
estrus serta interval ovulasi.
Tabel 3 Data hasil pengamatan sinkronisasi estrus dan waktu ovulasi folikel
Parameter
Diameter CL (cm)
Awal perlakuan PGF2α
Awal perlakuan hCG
Hari sebelum ovulasi

Rata-rata ± SD
2.17 ± 0.15
1.77 ± 0.45
0.83 ± 0.32

Diamater folikel ovulasi (cm)
Awal perlakuan PGF2α
Awal perlakuan hCG
Maksimal
Hari sebelum ovulasi

2.63 ± 0.06
3.27 ± 0.12
4.50 ± 0.52
4.50 ± 0.52

Estrus (hari)
Interval awal perlakuan PGF2α hingga onset estrus
Lama estrus

1.33 ± 0.58
4.00 ± 1.00

Interval mencapai ovulasi
Awal perlakuan PGF2α (hari)
Awal perlakuan hCG (jam)

5.33 ± 1.15
66.67 ± 10.07

Diameter CL pada saat awal perlakuan PGF2α adalah 2.17 ± 0.15 cm,
sedangkan pada saat awal perlakuan hCG adalah 1.77 ± 0.45 cm. 1 hari sebelum
ovulasi diameter CL mencapai 0.83 ± 0.32 cm. Diameter folikel terbesar (DF)
pada saat awal perlakuan PGF2α adalah 2.63 ± 0.06 cm, sedangkan pada awal
perlakuan hCG adalah 3.27 ± 0.12 cm. Diameter folikel terbesar dicapai 1 hari
sebelum ovulasi mencapai rata-rata 4.50 ± 0.52 cm. Hal ini sedikit berbeda
dengan penelitian Bergfelt et al. (2007) yang melaporkan bahwa rata-rata
diameter folikel terbesar pada saat awal perlakuan PGF2α adalah 2.27 ± 0.19 cm,
sedangkan pada awal perlakuan hCG adalah 3.15 ± 0.15 cm dan diameter folikel
sebelum ovulasi adalah 3.65 ± 0.1 cm.

14

Rata-rata interval awal perlakuan PGF2α hingga onset estrus adalah 1.33 ±
0.58 hari, dengan rata-rata lama estrus 4.00 ± 1.00 hari. Interval mencapai ovulasi
dari awal perlakuan PGF2α adalah 5.33 ± 1.15 hari, sedangkan dari awal perlakuan
hCG adalah 66.67 ± 10.07 jam. Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Samper (2008), yang telah melaporkan bahwa
onset estrus dan ovulasi akan terjadi dalam kurun waktu 3-4 hari dan 8-10 hari
setelah perlakuan PGF2α. Namun demikian, Samper (2008) melaporkan bahwa
kisaran antara awal penyuntikan PGF2α sampai dengan onset estrus dan
tercapainya ovulasi dapat berkisar antara 48 jam sampai dengan 12 hari,
tergantung dari diameter folikel yang akan ovulasi pada saat penyuntikan
dilakukan. Samper et al. (1993) juga menjelaskan bahwa perbedaan onset estrus
akan terjadi jika pada saat

PGF2α terdapat folikel yang tumbuh dan berukuran

besar, kemungkinan akan terjadi ovulasi dalam 72 jam setelah perlakuan, tanpa
adanya tanda estrus yang nampak jelas. Sebaliknya, jika folikel telah mencapai
diameter maksimalnya selama fase luteal, maka folikel ini akan mengalami
regresi. Selanjutnya akan terjadi perekrutan folikel-folikel yang baru sehingga
estrus dan ovulasi akan tertunda.
Gastal et al. (2006) melaporkan bahwa penyuntikan 1500 IU hCG pada saat
diameter folikel terbesar mencapai ≥35 mm akan menyebabkan ovulasi folikel
44.0 ± 1.0 jam setelah perlakuan. Pengamatannya menunjukkan bahwa ovulasi
berlangsung lebih cepat dibandingkan penelitian ini. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh diameter folikel pada saat awal perlakuan hCG yang berbeda.
Dinamika Ovarium dan Tingkah Laku Estrus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan
ultrasonografi setiap hari pada waktu yang sama pada 3 ekor kuda, maka
didapatkan dinamika ovarium yang meliputi perkembangan dan regresi folikel dan
CL yang terdiri atas gelombang-gelombang folikel, serta kaitannya dengan
scoring tingkah laku estrus yang terjadi selama 1 siklus estrus. Untuk lebih jelas
dan rinci dapat dilihat pada grafik-grafik berikut:

15

Gambar 2 Dinamika ovarium dan skor estrus pada kuda A-Siklus I. Siklus estrus
berlangsung 28 hari dengan tiga gelombang folikel. Skor estrus mencapai 3
saat menjelang ovulasi.

Gambar 3 Kelas folikel pada kuda A-Siklus I. Pertumbuhan folikel kelas I teramati pada
H1 sampai dengan H9. Pertumbuhan folikel kelas II teramati pada H15 sampai
dengan H25. Tidak ada folikel yang mencapai kelas III.

Kuda A pada siklus I, panjang siklus estrus adalah 28 hari dengan dengan
lama estrus 4 hari dan 3 gelombang folikel. Siklus ini berlangsung lebih lama
dibandingkan pengamatan Ginther (2002) bahwa panjang siklus maksimal
berlangsung 24 hari. Pertumbuhan gelombang folikel pertama teramati mulai hari

16

ke-2 setelah ovulasi. Gelombang folikel ditandai dengan adanya folikel
berdiameter 1.5 cm berjumlah 7 folikel, Jumlah folikel kelas I terus meningkat
sampai 13 folikel pada hari ke-9. Folikel dominan (DF) pada gelombang pertama
mencapai diameter maksimal pada hari ke-3 dengan diameter 2.3 cm. Diameter
folikel tersebut lebih kecil dibandingkan temuan Ginther (1993) yang melaporkan
bahwa diameter folikel terbesar pada saat gelombang pertama mencapai 2.8 cm.
Pertumbuhan CL tidak memiliki pola yang sama dimana diameter pasca ovulasi
adalah 3.3 cm dan terus menurun hingga mencapai 1.4 cm pada saat menjelang
ovulasi. Namun demikian gambaran ultrasonografi menunjukkan gradasi warna
dari hypoechoic menjadi hyperechoic hal ini menunjukkan terbentuknya sel luteal
tidak disertai peningkatan diameter CL. Gambaran tersebut bersesuaian dengan
hasil pengamatan Bergfelt dan Adams (2007) bahwa gradasi warna gambaran
ultrasonografi berkaitan dengan pembentukan jaringan luteal.
Gelombang folikel kedua teramati mulai hari ke-9 dengan DF mencapai
diameter 2.0 cm pada hari ke-12. Pada gelombang folikel kedua ini peningkatan
jumlah folikel kelas I tidak teramati. Namun demikian folikel kelas II mengalami
peningkatan jumlah mencapai 3 folikel pada hari ke-18. DF gelombang kedua
tidak berkembang dan cenderung statis. Hal ini terjadi karena CL tidak mengalami
lisis sampai hari ke-18 siklus estrus sehingga tidak terjadi LH surge sehingga
tidak terjadi ovulasi DF gelombang kedua (Noguiera 2004). Selanjutnya teramati
kemunculan gelombang folikel ketiga ditandai dengan peningkatan folikel kelas II
pada hari ke-19. DF tumbuh mencapai diameter maksimal menjelang ovulasi
adalah 3.2 cm dengan Folikel Subordinat (SF) mencapai 2.2 cm. Diameter DF
lebih kecil dibandingkan temuan Noguiera (2004) yang melaporkan bahwa
diameter DF mencapai 3.8 cm sebelum ovulasi. Pada saat DF mencapi 3.1 cm
estrus mulai terlihat dengan skor 1 dan mencapai skor 3 saat menjelang ovulasi.

17

Gambar 4 Dinamika ovarium dan skor estrus pada kuda A-Siklus II. Siklus estrus
berlangsung 19 hari dengan tiga gelombang folikel. Skor estrus mencapai 4
saat menjelang ovulasi.

Gambar 5 Kelas folikel pada kuda A-Siklus II. Pertumbuhan folikel kelas I teramati pada
hari pertama sampai dengan hari ke-4 dan pada H16 sampai dengan H19.
Pertumbuhan folikel kelas II teramati pada H10 sampai dengan H16. Hanya
ditemukan satu folikel kelas III pada H16 sampai dengan H19.

Sementara pada siklus II dari kuda A, panjang siklus estrus adalah 19 hari
dengan lama estrus 7 hari dan 3 gelombang folikel, siklus estrus lebih pendek
dengan lama estrus yang lebih panjang dari siklus I. Siklus ini berlangsung lebih
pendek dengan temuan Ginther (1992) bahwa siklus estrus pada kuda adalah 21
hari, sedangkan lama estrus lebih pendek dari pengamatan Shirazi et al. (2004)

18

pada kuda Caspian, yaitu 8 hari. Gelombang folikel pertama mulai teramati pada
hari pertama setelah ovulasi. Kemunculannya ditandai dengan ditemukannya 16
folikel berdiamater 1.5 cm dan terus meningkat hingga sejumlah 20 folikel pada
hari ke-4. DF gelombang pertama diawali dengan diameter folikel terbesar 2.0 cm
dan SF 1.8 cm.
Pertumbuhan gelombang kedua dimulai pada hari ke-5. DF

mencapai

diameter 1.5 cm. Folikel kelas I masih dalam kisaran jumlah 20 folikel, dan mulai
hari ke-10 teramati peningkatan jumlah folikel kelas II hingga mencapai 5 folikel
pada hari ke-12.

DF mencapai diameter maksimal 2.4 cm pada hari ke-12.

Selanjutnya gelombang folikel ketiga dimulai pada hari ke-13, bersamaan dengan
pertumbuhan DF berdiamater 3.0 cm dan berlanjut sampai dengan terjadi ovulasi
pada hari ke-19 dengan diameter maksimal DF 5.2 cm. Diameter DF lebih besar
dari temuan Cuervo-Arango dan Newcombe (2008) yang melaporkan bahwa pada
kuda-kuda sport, seperti Warmblood dan Thoroughbred di UK, diameter DF
sebelum ovulasi hanya mencapai 4.6 cm. Pertumbuhan folikel kelas II sejumlah 6
folikel teramati pada gelombang ini, sementara folikel kelas III teramati mulai
hari ke-16 sejumlah satu folikel, dan folikel kelas I juga teramati pada hari yang
sama sejumlah 10 folikel hingga mencapai 16 folikel pada hari ke-19. Estrus
dengan skor 1 mulai teramati pada hari ke-13 pada saat DF mencapai 3.0 cm dan
mencapai skor 4 pada saat menjelang ovulasi.
Pola pertumbuhan CL hampir sama dengan siklus I, dimana diameter CL
pada saat hari pertama setelah ovulasi maencapai 3.2 cm dan terus menurun
hingga 0.8 cm pada saat menjelang ovulasi.

19

Gambar 6 Dinamika ovarium dan skor estrus pada kuda A-Siklus III. Siklus estrus
berlangsung 25 hari dengan 3 gelombang folikel. Skor estrus mencapai3 saat
menjelang ovulasi.

Gambar 7 Kelas folikel pada kuda A-Siklus III. Pertumbuhan folikel kelas I teramati
pada H2 sampai dengan H9 dan pada H16. Pertumbuhan folikel kelas II
teramati pada H11 sampai dengan H25. Tidak ada folikel yang mencapai
kelas III.

Kuda A pada siklus III, panjang siklus estrus 25 hari dengan lama estrus 6
hari, dan 3 gelombang folikel. Siklus ini lebih pendek dari siklus I, namun lebih
panjang dari siklus II. Hal ini lebih panjang dari temuan Shirazi et al. (2004) pada
kuda Caspian, yaitu 22 hari. Gelombang folikel pertama diawali dengan
pertumbuhan DF berdiamater 1.6 cm dan mencapai diameter maksimal 1.9 cm

20

pada hari ke-6. Pertumbuhan folikel kelas I teramati mulai hari pertama sejumlah
16 folikel dan terus meningkat mencapai 20 folikel pada hari ke-9. Pertumbuhan
CL menunjukkan pola yang sama dengan siklus I dan II, dimana diameter setelah
ovulasi 3.5 cm dan terus menurun hingga 0.8 cm pada saat menjelang ovulasi.
Gelombang folikel kedua teramati mulai hari ke-7 dengan diameter DF 1.4
cm dan mencapai 1.6 pada hari ke-15. Pada gelombang kedua ini peningkatan
jumlah folikel kelas I tidak teramati. Namun demikian peningkatan jumlah folikel
kelas II mulai teramati pada hari ke-11 sejumlah 1 folikel dan mencapai 2 folikel
pada hari ke-15. DF gelombang kedua tidak berkembang dan cenderung statis.
Hal ini dikarenakan CL baru mengalami regresi pada hari ke-16 bersamaan
dengan munculnya gelombang ketiga. Gelombang ketiga ini muncul pada hari ke16. Ditandai dengan diameter DF mencapai 3 cm dan terlihat CL mulai
mengalami regresi. Pada gelombang ketiga ini juga teramati dua kali peningkatan
jumlah folikel kelas I hingga mencapai 12 folikel pada hari ke-17 dan 21. Jumlah
folikel kelas II juga meningkat hingga mencapai 4 folikel pada hari ke-21. DF
cenderung statis dengan diameter 3.0 cm hingga menjelang ovulasi. Diameter DF
lebih kecil dari temuan Gastal et al. (1997) bahwa diameter DF menjelang ovulasi
adalah 3.7 cm. Pada saat DF berdiamater 3.4 estrus mulai terlihat dengan skor 1
pada hari ke-20 hingga mencapai skor 3 saat menjelang ovulasi pada hari ke-25.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kuda A didapatkan 3 siklus estrus
dengan masing-masing panjang siklus 28, 19, dan 25 hari, dengan lama estrus
masing-masing 4, 7, dan 6 hari, sehingga didapatkan rata-rata panjang siklus
untuk kuda A adalah 24 ± 4.58 hari dengan lama estrus 5.67 ± 1.53 hari. Jika
dibandingkan dengan temuan Shirazi et al. (2002) pada kuda Caspian yang
dilaporkan memiliki panjang siklus estrus 22 hari dengan lama estrus 8 hari, maka
panjang siklus estrus kuda A lebih panjang, namun lama estrus lebih singkat.
Sementara itu gelombang folikel yang muncul pada masing-masing siklus
estus adalah 3 gelombang folikel. Diameter DF sebelum ovulasi pada masingmasing siklus adalah 3.8, 5.2, dan 3 cm, sehingga rata-rata diameter DF kuda A
adalah 4.0 ± 1.1 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bergfelt dan Adams (2007)
bahwa rata-rata diameter maksimum folikel ovulasi adalah 4 sampai dengan 4.5
cm pada beberapa kuda tipe tunggang, seperti Quarter, Arab, dan Thoroughbred,

21

namun demikian kisarannya cukup luas (3 sampai 7 cm). Selanjutnya Bergfelt dan
Ginther (1996) mengemukakan bahwa perbedaan bangsa dan tipe kuda
mengindikasikan adanya perbedaan rata-rata diameter folikel pada saat menjelang
ovulasi.

ovulasi

Gambar 8 Dinamika ovarium dan skor estrus pada kuda B. Siklus estrus berlangsung 28
hari dengan dua gelombang folikel. Skor estrus mencapai 4 saat menjelang
ovulasi.

Gambar 9 Kelas folikel pada kuda B. Pertumbuhan folikel kelas I teramati pada H4
sampai dengan H5 dan pada H19 sampai dengan H22. Pertumbuhan folikel
kelas II teramati pada H13. Tidak ada folikel yang mencapai kelas III.

22

Kuda B, panjang siklus estrus adalah 28 hari dengan lama estrus 8 hari dan
2 gelombang folikel. Siklus estrus ini berlangsung lebih lama dibandingkan
pengamatan Ginther (2002) bahwa panjang siklus estrus maksimal berlangsung 24
hari. Pertumbuhan gelombang folikel tidak teramati pada gelombang yang
pertama, karena jumlah folikel kelas I cenderung statis pada kisaran 6 folikel.
Diameter maksimal DF pada gelombang pertama adalah 2.0 cm yang dicapai pada
hari ke-1 dan ke-2, selanjutnya terus menurun sampai dengan 1.0 cm pada hari ke5. Diameter folikel tersebut lebih kecil dibandingkan temuan Ginther (1993) yang
melaporkan bahwa diameter folikel terbesar pada saat gelombang pertama
mencapai 2.8 cm. Pertumbuhan folikel kelas I baru teramati pada hari ke-5 seiring
dengan munculnya gelombang folikel yang ke-2, ditandai dengan adanya folikel
kelas I berjumlah 11 folikel. Keadaan ini berangsur-angsur berkurang hingga
hanya terdapat 6 folikel kelas I pada hari ke-19. Selanjutnya terjadi lagi
peningkatan jumlah folikel kelas I mulai hari ke-20 hingga mencapai maksimal
pada hari ke-24 sejumlah 11 folikel. Demikian halnya dengan folikel kelas II yang
juga mulai teramati kemunculannya pada hari ke-6. Jumlah folikel kelas II
cenderung statis pada kisaran 1 sampai 2 folikel saja hingga menjelang ovulasi.
Diameter maksimal DF gelombang ke-2 mencapai 4.0 cm pada hari ke-27 namun
menurun hingga 3.8 cm pada saat menjelan