Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan Thoroughbred dengan Induk Lokal Indonesia | Yulianto | Buletin Peternakan 10743 30216 1 PB
Buletin Peternakan Vol. 40 (3): 157-164, Oktober 2016
ISSN-0126-4400
E-ISSN-2407-876X
DINAMIKA OVARIUM PADA KUDA HASIL PERSILANGAN PEJANTAN THOROUGHBRED
DENGAN INDUK LOKAL INDONESIA
OVARIAN DYNAMICS IN THE THOROUGHBRED-INDONESIAN LOCAL CROSSBRED
MARES
Muhammad Danang Eko Yulianto1*, Bambang Purwantara2, dan Amrozi2
1Departemen
2Departemen
Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 55281
Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, 16680
Submitted: 28 April 2016, Accepted: 23 September 2016
INTISARI
Penelitian dilakukan terhadap tiga ekor kuda hasil persilangan antara pejantan Thoroughbred
dengan induk lokal, dengan kandungan genetik lokal antara 6,25% sampai dengan 12,5% dengan kisaran
umur 12-20 tahun. Penelitian dimulai dengan sinkronisasi estrus yang dilakukan dengan penyuntikan
hormon PGF2α dosis tunggal 10 mg i.m pada fase luteal, diikuti dengan penyuntikan 1.500 IU hCG pada
saat folikel dominan telah mencapai diameter ≥30 mm. Pemeriksaan dengan ultrasonografi dilakukan
secara rutin pada waktu yang sama. Dari pengamatan terhadap sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi
didapatkan hasil bahwa interval awal perlakuan PGF2α hingga onset estrus adalah 1,33±0,58 hari,
dengan lama estrus 4,00±1,00 hari, interval mencapai ovulasi dari awal perlakuan PGF2α adalah
5,33±1,15 hari, sedangkan dari awal perlakuan hCG adalah 66,67±10,07 jam. Diamater maksimal folikel
terbesar adalah 4,50±0,52 cm yang dicapai sehari sebelum terjadinya ovulasi. Secara umum dapat dilihat
bahwa rerata panjang siklus estrus kuda hasil persilangan pejantan Thoroughbred dengan induk lokal
Indonesia yang telah berumur 12-20 tahun adalah 25,4±3,38 hari dengan 2 sampai 3 gelombang folikel
dan lama estrus 6,8±1,92 hari. Rerata diameter folikel terbesar maksimum sebelum ovulasi adalah
4,2±1,24 cm dengan kisaran 3,0 sampai dengan 5,8 cm. Hasil pengamatan terhadap tingkah laku estrus
menunjukkan bahwa saat-saat menjelang ovulasi akan ditandai dengan pencapaian skor maksimal pada
nilai 3, yang dicirikan dengan lebih menunjukkan ketertarikan terhadap pejantan, mengangkat ekor,
winked vulva, squatting dan urinasi dan pada nilai 4 yang dicirikan dengan ketertarikan yang kuat
terhadap pejantan, menyodorkan pantat pada jantan, mengangkat ekor dan winked vulva serta urinasi
yang berkelanjutan.
(Kata kunci: Dinamika ovarium, Estrus, Kuda betina, Siklus, Ultrasonografi)
ABSTRACT
The development of horse breeding industry in Indonesia was commenced through horse racing
events held all over the country. It were accelerated by the development of Thoroughbred-Indonesian
local Crossbred horses. There are many broodmares injured during their racing time and retired from the
racetracks. They may still has a reproductive vigor to continue on producing offsprings. Very little
information has been reported on the monitoring the reproductive capacity of the mares. The objective of
this study was to explore ultrasonography imaging of the ovarian dynamics, correlated with the estrus
behavior of the Thoroughbred-Indonesian local crossbred mares. Three Thoroughbred-Indonesian local
crossbred mares with 6.25-12.5% of local genetics aged 12-20 years old were used in this study. Estrus
and ovulation were synchronized by 10 mg PGF2α i.m. at luteal phase and 1,500 IU hCG i.m. injection
when the dominant follicle reach ≥30 mm in diameter. Ultrasonography examination was done every
morning at approximately at the same time. Estrus behavior was observed by using teaser stallions
following a standard method. Results of the experiment indicated that onset of the estrus was reached
1.33±0.58 days after the hCG injection, with the average duration of 4.00±1.00 days. The ovulations were
done at 5.33±1.15 days after PGF2α treatment and 66.67±10.07 hours after hCG treatment. Maximum
follicle diameter was identified to reach 4.50±0.52 cm at one day before ovulation. The mares performed
25.4±3.38 days length of estrus cycle with 2-3 follicular waves. It had been identified that the estrus
duration was 6.8±1.92 days in mares with the age of 12-20 years. The average of maximum diameter of
_________________________________
* Korespondensi (corresponding author):
Telp. +62 815 673 3547
E-mail: [email protected]
157
Muhammad Danang Eko Yulianto et al.
Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
the largest follicle before ovulation was 4.2±1.24 cm. In conclusion, to improve the efficiency of breeding,
several information are needed i.e. the optimal time of ovulation, relevan parameters related to follicular
development.
(Key word: Cycle, Estrus, Mares, Ovarian dynamics, Ultrasonography)
Pendahuluan
Di Indonesia, industri ternak kuda
sudah mulai berkembang dengan munculnya
kuda persilangan Thoroughbred dengan
lokal Indonesia, yang digunakan sebagai
kuda pacu. Sementara itu, masa pakainya
sebagai
kuda pacu terbatas, sehingga
banyak kuda betina yang dijadikan induk
setelah pensiun dari arena pacuan kuda.
Saat ini persilangan antara kuda lokal
Indonesia
dengan
kuda
pejantan
Thoroughbred dibatasi sampai terbentuknya
keturunan ke-tiga (G3) dan ke-empat (G4),
setelah itu dilakukan perkawinan antar
sesama, yaitu antara G3 dengan G3, G3
dengan G4, dan G4 dengan G4 yang akan
menghasilkan Kuda Pacu Indonesia (KPI)
(PP. PORDASI, 2000 cit. Berliana, 2007).
Siklus reproduksi terkait dengan berbagai
fenomena; pubertas dan kematangan
seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas
seksual setelah beranak, dan penuaan atau
umur (Hafez 2000), sementara itu Donadeu
dan Ginther (2002) melaporkan bahwa
gelombang folikel berkembang pada waktu
pertengahan siklus estrus, dan pada
umumnya satu folikel akan diovulasikan pada
akhir estrus. Interval interovulatory pada
kuda terdiri atas berbagai kombinasi
gelombang folikel minor, di mana folikel
terbesar tidak menjadi dominan, serta
gelombang mayor, folikel yang terbesar
menjadi dominan. Interval interovulatory
dimulai pada saat ovulasi yang diawali estrus
dan diakhiri pada saat ovulasi estrus
berikutnya.
Rerata
panjang
interval
interovulatory adalah 21 atau 22 hari pada
kuda, dan 24 hari pada pony (Ginther, 1992).
Setelah kemunculan gelombang folikuler
yang akan disertai ovulasi, folikel akan
tumbuh dengan laju pertumbuhan yang
normal, sampai dengan awal deviasi, dimana
pada saat deviasi, pertumbuhan folikel
dominan
berlanjut,
sedangkan
folikel
subordinat akan terregresi. Deviasi dimulai
pada saat calon folikel dominan mencapai
ukuran 22,5 mm (Ginther et al., 2004).
Di Indonesia, pemanfaatan teknik
ultrasonografi (USG) dalam pemeriksaan
reproduksi kuda sudah mulai banyak
158
digunakan oleh para peternak pada
beberapa tahun terakhir ini yang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi reproduksi
serta mendapatkan hasil yang optimal.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui
gambaran
ultrasonografi
dinamika ovari, terkait dengan tingkah laku
estrus dalam satu siklus estrus kuda hasil
persilangan pejantan Thoroughbred dengan
induk lokal Indonesia. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan petunjuk
untuk penentuan waktu perkawinan yang
optimal
berdasarkan
gambaran
ultrasonografi dinamika ovari dan tingkah
laku estrusnya.
Materi dan Metode
Tempat dan hewan penelitian
Penelitian
dilaksanakan
di
Unit
Rehabilitasi Reproduksi Bagian Kebidanan
dan
Kemajiran
Departemen
Klinik,
Reproduksi,
dan
Patologi,
Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan terhadap tiga ekor kuda
hasil
persilangan
antara
pejantan
Thoroughbred dengan induk lokal, dengan
kandungan genetik lokal antara 6,25%
sampai dengan 12,5% dengan kisaran umur
12-20 tahun yang dipelihara secara intensif.
Kuda-kuda tersebut diberi pakan berupa
hijauan rumput segar dan konsentrat dengan
kadar protein 12%.
Alat dan bahan
Alat yang akan digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas; USG (ALOKA SSD500, Aloka Co.Ltd, Japan), linear probe 5
MHz (ALOKA UST-588U-5, Aloka Co. Ltd.
Japan), printer (SONY, UP-895 MD, Video
Graphic Printer, Japan), syringe (One Med,
PT. Jaya Mas Medica Industri), dan plastic
gloves (Europlex®, Divasa Farmativa, S.A.).
Bahan yang akan digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas; Gel lubrikasi, PGF2α
(Dinoprost, Noroprost 0,5% W/V, Norbrook
Laboratories
Limited,
Newry),
hCG
(Chorulon, Intervet, Cambridge), alkohol
70%, dan kapas.
Buletin Peternakan Vol. 40 (3): 157-164, Oktober 2016
Prosedur pelaksanaan penelitian
Sinkronisasi estrus dan ovulasi.
Penelitian dimulai dengan sinkronisasi estrus
yang dilakukan dengan penyuntikan hormon
PGF2α (Dinoprost, Noroprost 0,5% W/V,
Norbrook Laboratories Limited, Newry)
single-dose pada fase luteal, diikuti dengan
penyuntikan hCG (Chorulon, Intervet,
Cambridge) single-dose 1.500 IU pada saat
folikel dominan mencapai diameter 30 mm.
Tingkah laku estrus. Pengamatan
tingkah laku estrus dilakukan dua kali, yang
pertama dilakukan mulai dari satu hari
setelah pemberian PGF2α sampai dengan
ovulasi I. Pengamatan yang kedua dilakukan
mulai hari ke-17 sampai dengan ovulasi II
dengan teknik teasing, yaitu dengan
memancing kuda betina pada kuda jantan
teaser. Pengamatan dilakukan dengan
sistem scoring menurut Coleman dan Powell
(2004) seperti pada Tabel 1.
Ultrasonografi
Pemeriksaan dengan USG dilakukan
setiap hari pada waktu yang sama, dimulai
sesaat setelah sinkronisasi estrus, dan setiap
empat jam sekali sesaat setelah dilakukan
penyuntikan hCG sampai dengan terjadinya
ovulasi untuk mengamati dinamika ovari
yang terjadi, meliputi diameter Corpus
Luteum (CL) dan jumlah beserta ukuran
folikel yang kemudian akan diklasifikasikan
menjadi folikel kelas I berdiameter < 2cm,
kelas II berdiameter 2-4 cm, serta kelas III
berdiameter > 4cm. Diameter masing-masing
folikel preovulasi diukur dengan nilai rerata
dimensi tersempit dan terlebarnya (Shirazi,
2004). Kondisi organ reproduksi yang
meliputi cervix, corpus dan cornua uteri juga
diamati
dengan
teknik
USG
untuk
mengetahui diameter serta keberadaan
lendir birahinya.
Teknik USG yang dilakukan adalah
secara per rektal. Linear probe dimasukkan
ISSN-0126-4400
E-ISSN-2407-876X
ke dalam rectum untuk mengeksplorasi
organ reproduksi, dimulai dari cervix, corpus,
dan cornua uteri, sampai dengan ovarium
kanan dan kiri dilakukan dengan seksama
dan teliti. Caliper pada monitor USG
digunakan untuk mengukur diameter folikel
dan CL. Hasil USG dicetak dengan printer
untuk
menghasilkan
sonogram,
serta
dilakukan pemetaan posisi folikel dan CL
pada ovarium.
Analisa data
Data yang terkumpul akan disajikan
secara
deskriptif
kuantitatif
dengan
perhitungan rerata dan standar deviasi.
Analisa akan menggunakan software MS
Office Excel 2007 (Steel dan Torrie, 1999).
Hasil dan Pembahasan
Sinkronisasi estrus dan ovulasi
Berdasarkan hasil penelitian, untuk
sinkronisasi estrus dan ovulasi yang
dilakukan dengan pemberian PGF2α 2 ml i.m
dan hCG 1.500 IU i.m didapatkan hasil
seperti tertera pada Tabel 2. Rerata diameter
folikel terbesar pada saat awal treatmen
PGF2α adalah sebesar 2,63±0,06 cm dan
pada awal treatmen hCG adalah sebesar
3,27±0,12 cm. Untuk rerata diameter folikel
terbesar maksimal dicapai pada satu hari
sebelum ovulasi, yaitu sebesar 4,50±0,52
cm. Bergfelt et al. (2007) melaporkan bahwa
dalam penelitian yang telah dilakukannya,
rerata diameter folikel terbesar pada saat
awal treatmen PGF2α sebesar 2,27±0,19 cm
dengan kisaran 1 sampai 4 cm, sedangkan
pada awal treatmen hCG sebesar 3,15±0,15
cm dengan kisaran 1,9 sampai 4,5 cm.
Rerata diameter folikel terbesar maksimal
yang dicapai satu hari sebelum ovulasi
sebesar 3,65±0,1 cm dengan kisaran 2,8
sampai 4,5 cm.
Tabel 1. Sistem scoring pengamatan tingkah laku estrus pada kuda
(estrus behavior scoring system in mares)
Skor (score)
0
1
2
3
4
Tanda-tanda yang dapat diamati pada kuda betina (heat symptom in mares)
Tidak menunjukkan tanda-tanda menerima jantan, bahkan agresif – menyerang,
menendang, meringkik (agresive to the stallion, even attacking or kicking)
Tidak menolak terhadap pejantan (stay when the stallion is approaching)
Sedikit ada ketertarikan, kadang mendekati pejantan, menunjukkan winked vulva, dan
mengangkat ekor (begin to approach the stallion, winked vulva, tail raising)
Lebih menunjukkan ketertarikan, mengangkat ekor, squatting, dan urinasi (more attracted
to stallion, tail raising, squatting, urinating)
Ketertarikan yang kuat, menyodorkan pantat pada jantan, dan winked vulva, serta urinasi
yang berkelanjutan (strongly attracted to stallion, winked vulva, and continuous urinating)
Sumber: Coleman dan Powell (2004).
159
Muhammad Danang Eko Yulianto et al.
Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
Tabel 2. Data hasil pengamatan sinkronisasi estrus dan ovulasi
(data of estrus syncronization and ovulation)
Parameter
Rerata ± SD (mean ± SD)
Diamater folikel terbesar (cm) (largest follicle diameter (cm))
Awal treatmen PGF2α (early PGF2α treatment)
Awal treatmen hCG (early hCG treatment)
Maksimal (maximum)
Hari sebelum ovulasi (day before ovulation)
Diameter CL (cm) (CL diameter (cm))
Awal treatmen PGF2α (early PGF2α treatment)
Awal treatmen hCG (early hCG treatment)
Hari sebelum ovulasi (day before ovulation)
Estrus (hari) (estrus (days))
Interval awal treatmen PGF2α hingga onset estrus (early
PGF2α treatment to estrus onset interval)
Durasi estrus (estrus duration)
Interval mencapai ovulasi (interval to ovulation occured)
Awal treatmen PGF2α (hari) (early PGF2α treatment (days))
Awal treatmen hCG (jam) (early hCG treatment (hours))
Rerata diameter CL pada saat awal
didapatkan
sebesar
treatmen
PGF2α
2,17±0,15 cm, sedangkan pada saat awal
tretamen hCG sebesar 1,77±0,45 cm, dan
satu hari sebelum ovulasi sebesar 0,83±0,32
cm. Rerata Interval awal treatmen PGF2α
hingga onset estrus sepanjang 1,33±0,58
hari, sedangkan rerata durasi estrus
sepanjang 4,00±1,00 hari. Interval mencapai
ovulasi dari awal treatmen PGF2α selama
5,33±1,15 hari, sedangkan dari awal
treatmen hCG 6,67±10,07 jam. Penelitian
tersebut kurang sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Samper
(2008), yang telah dilaporkan bahwa dalam
rerata, onset estrus dan ovulasi akan terjadi
dalam kurun waktu 3-4 hari dan 8-10 hari
setelah treatmen PGF2α. Namun demikian,
selanjutnya Samper (2008) menambahkan
bahwa kisaran antara awal treatmen PGF2α
sampai dengan onset estrus dan tercapainya
ovulasi dapat berkisar antara 48 jam sampai
dengan 12 hari, tergantung dari diameter
folikel yang akan ovulasi. Gastal et al. (2006)
juga melaporkan bahwa dengan treatmen
1.500 IU hCG akan didapatkan interval
mencapai ovulasi sepanjang 44,0±1,0 jam.
Jika pada saat treatmen PGF2α
terdapat folikel yang tumbuh dan berukuran
besar, kemungkinan akan terjadi ovulasi
dalam 72 jam setelah treatmen, tanpa
adanya tanda estrus yang nampak jelas.
Sebaliknya, jika folikel telah mencapai
diameter maksimalnya selama luteal fase
yang didominasi oleh progesteron, maka
folikel ini akan regresi, dan akan terjadi
perekrutan folikel-folikel yang baru, maka
160
2,63±0,06
3,27±0,12
4,50±0,52
4,50±0,52
2,17±0,15
1,77±0,45
0,83±0,32
1,33±0,58
4,00±1,00
5,33±1,15
66,67±10,07
estrus dan ovulasi akan tertunda (Samper et
al., 1993).
Dinamika perkembangan folikel dan
corpus luteum
Berdasarkan hasil pengamatan pada
saat penelitian, ditunjukkan bahwa pada
kuda A didapatkan tiga siklus estrus dengan
masing-masing panjang siklus 28, 19, dan 25
hari, sehingga didapatkan rerata panjang
siklus untuk kuda A sepanjang 24±4,58 hari.
Dinamika perkembangan folikel pada siklus I
sepanjang 28 hari, diawali dengan diameter
folikel terbesar (1st DF) sebesar 2,1 cm,
sedangkan 1st SF sebesar 1,5, dan CL
sebesar 3,3 cm. 1st DF dan 1st SF mengalami
regresi pada hari ke-8 dengan diameter
masing-masing diameter 1,6 dan 1,2 cm,
dilanjutkan dengan pertumbuhan 2nd DF dan
2nd SF dengan diameter masing-masing 2,0
dan 1,3 cm sampai dengan regresi pada hari
ke-19 dengan diameter masing-masing 1,9
dan 1,4 cm, kemudian muncul gelombang
folikel
ke-3
yang
ditandai
dengan
pertumbuhan 3rd DF dan 3rd SF berdiameter
masing-masing 2,6 dan 1,8 cm dan berlanjut
hingga terjadi ovulasi pada hari ke-28
dengan diameter folikel dominan maksimal
sebesar 3,2 cm. Regresi CL terlihat drastis
pada hari ke-25, dengan diameter 1,6 cm,
setelah hari ke-24 sebesar 2,0 cm, hingga
mencapai ukuran 1,4 cm pada saat
terjadinya ovulasi.
Sementara itu, pada siklus ke-II dari
kuda A, didapatkan hasil pengamatan bahwa
panjang siklus adalah 19 hari, diawali
dengan diameter folikel terbesar (1st DF)
sebesar 2,0 cm, sedangkan 1st SF sebesar
Buletin Peternakan Vol. 40 (3): 157-164, Oktober 2016
1,8 cm, dan CL sebesar 2,4 cm. 1st DF
dan1st SF mengalami regresi pada hari ke-4
dengan diameter masing-masing 2,0 dan 1,8
cm, dilanjutkan dengan pertumbuhan 2nd DF
dan 2nd SF dengan diameter masing-masing
1,5 cm sampai dengan regresi pada hari ke12 dengan diameter masing-masing 2,4 dan
1,4 cm. gelombang folikel ke-3 muncul pada
hari ke-12, bersamaan dengan pertumbuhan
3rd DF dan 3rd SF berdiamater masingmasing 2,4 dan 1,5 cm dan berlanjut sampai
dengan terjadi ovulasi pada hari ke-19
dengan diameter folikel dominan maksimal
sebesar 5,2 cm. diameter CL pada saat
terjadinya ovulasi sebesar 0,7 cm.
Siklus ke-III dari kuda A sepanjang 25
hari dengan tiga gelombang folikel. Diawali
dengan pertumbuhan 1st DF dan 1st SF yang
berdiameter masing-masing sebesar 1,6 dan
1,2 cm, serta CL berdiameter 3,4 cm. 1st DF
dan 1st SF mengalami regresi pada hari ke-6
dengan diameter masing-masing 1,9 dan 1,7
cm, dilanjutkan dengan pertumbuhan 2nd DF
dan 2nd SF dengan diameter masing-masing
ISSN-0126-4400
E-ISSN-2407-876X
1,4 dan 1,3 cm sampai dengan regresi pada
hari ke-15 dengan diameter masing-masing
1,6 dan 0,9 cm. Gelombang folikel ke-3
muncul pada hari ke-16, bersamaan dengan
pertumbuhan 3rd DF dan 3rd SF berdiamater
masing-masing 2,8 dan 1,4 cm dan berlanjut
sampai dengan terjadi ovulasi pada hari ke25 dengan diameter folikel dominan
maksimal sebesar 3,0 cm. Diameter CL pada
saat terjadinya ovulasi sebesar 0,8 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan pada
saat penelitian menunjukkan bahwa pada
kuda B didapatkan satu siklus estrus dengan
panjang siklus 28 hari dengan dua
gelombang folikel. Dinamika perkembangan
folikel pada kuda B diawali dengan
pertumbuhan folikel terbesar (1st DF)
berdiameter 1,9 cm, sedangkan 1st SF
sebesar 1,5 cm, dan CL sebesar 3,5 cm. 1st
DF dan 1st SF mengalami regresi pada hari
ke-5 dengan diameter masing-masing
diameter 1,0 dan 0,9 cm, dilanjutkan dengan
pertumbuhan 2nd DF dan 2nd SF dengan
diameter masing-masing 1,5 cm dan
Gambar 1. Grafik dinamika ovari pada kuda A
(graphic of ovari dynamics on mares A).
161
Muhammad Danang Eko Yulianto et al.
Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
berlanjut hingga terjadi ovulasi pada hari ke28 dengan diameter folikel dominan
maksimal sebesar 3,8 cm. Diameter CL pada
saat terjadinya ovulasi sebesar 1,0 cm.
Kuda C mempunyai siklus sepanjang
27 hari dengan dua gelombang folikel.
Diawali dengan pertumbuhan 1st DF dan 1st
SF
yang
berdiameter
masing-masing
sebesar 2,8 dan 2,1 cm, serta CL
berdiameter 2,5 cm. 1st DF dan 1st SF
mengalami deviasi pada hari ke-10 dengan
diameter masing-masing 1,9 dan 1,2 cm,
dilanjutkan dengan pertumbuhan 2nd DF dan
2nd SF dengan diameter masing-masing 2,8
dan 1,8 cm dan berlanjut sampai dengan
terjadi ovulasi pada hari ke-27 dengan
diameter folikel dominan maksimal sebesar
5,8 cm. Diameter CL pada saat terjadinya
ovulasi sebesar 0,5 cm.
Berdasarkan data-data tersebut, dapat
dilihat bahwa rerata panjang siklus estrus
adalah 25,4±3,38 hari dengan dua sampai
tiga gelombang folikel. Rerata diameter
folikel terbesar maksimum sebelum ovulasi
adalah 4,2±1,24 cm dengan kisaran 3,0
sampai dengan 5,8 cm. Donadeu dan
Ginther
(2002)
melaporkan
bahwa
gelombang folikel berkembang pada waktu
pertengahan siklus estrus, dan pada
umumnya satu folikel akan diovulasikan pada
akhir estrus. Interval interovulatory pada
kuda terdiri atas berbagai kombinasi
gelombang folikel minor, di mana folikel
terbesar tidak menjadi dominan, serta
gelombang mayor, di mana folikel yang
terbesar
menjadi
dominan.
Interval
interovulatory dimulai pada saat ovulasi yang
diawali estrus dan diakhiri pada saat ovulasi
estrus berikutnya. Rerata panjang interval
interovulatory adalah 21 atau 22 hari pada
kuda, dan 24 hari pada pony (Ginther, 1992).
Tingkah laku estrus
Hasil pengamatan terhadap tingkah
laku
estrus
pada
saat
penelitian
menunjukkan bahwa pada seiring dengan
waktu terjadinya estrus, maka skor tingkah
laku estrus juga semakin meningkat, dan
bersamaan dengan tercapainya ovulasi, skor
juga akan mencapai maksimal pada nilai 3,
yang dicirikan dengan lebih menunjukkan
ketertarikan, mengangkat ekor, squatting,
serta urinasi, dan pada nilai 4 yang dicirikan
dengan ketertarikan yang kuat, menyodorkan
pantat pada jantan, dan winked vulva, serta
urinasi yang berkelanjutan.
Tingkah laku individu selama estrus
bervariasi antar individu kuda, tetapi
cenderung sama antar siklus. Tanda-tanda
estrus yang dapat dilihat, di antaranya
adalah penerimaan terhadap pejantan, ekor
terangkat, sering urinasi, vulva mengedip
(winking), dan cara berdiri cenderung
jongkok (squatting) (Coleman dan Powell,
2004). Sementara itu Waring (2003)
menyatakan bahwa pada saat estrus, kuda
Gambar 2. Grafik dinamika ovari pada kuda B
(graphic of ovari dynamics on mares B).
Gambar 3. Grafik dinamika ovari pada kuda C
(graphic of ovari dynamics on mares C).
162
Buletin Peternakan Vol. 40 (3): 157-164, Oktober 2016
ISSN-0126-4400
E-ISSN-2407-876X
Gambar 4. Grafik hasil skoring tingkah laku estrus
(estrus behavior scoring).
betina akan menjadi relatif lebih jinak dengan
kehadiran pejantan, dan akan membiarkan
pejantan untuk mengendus, menyundul, dan
menggigitnya, terkadang kuda betina akan
meringkik. Hafez (2000) menambahkan
bahwa selama dalam periode estrus, vulva
akan membengkak, bagian bibirnya akan
mengendur, dan akan mudah dibuka ketika
akan diperiksa. Vulva berwarna merah tua,
basah, mengkilap, dan diselaputi lendir yang
bening.
Kesimpulan
Hasil
pengamatan
terhadap
sinkronisasi estrus dan ovulasi didapatkan
hasil bahwa interval awal treatmen PGF2α
hingga onset estrus adalah 1,33±0,58 hari,
dengan durasi estrus 4,00±1,00 hari, interval
mencapai ovulasi dari awal treatmen PGF2α
adalah 5,33±1,15 hari, sedangkan dari awal
treatmen hCG adalah 66,67±10,07 jam.
Diamater maksimal folikel terbesar adalah
4,50±0,52 cm yang dicapai sehari sebelum
terjadinya ovulasi. Secara umum dapat
dilihat bahwa rerata panjang siklus estrus
kuda
hasil
persilangan
pejantan
Thoroughbred dengan induk lokal Indonesia
yang telah berumur ≥12 tahun adalah
25,4±3,38 hari dengan dua sampai tiga
gelombang folikel. Rerata diameter folikel
terbesar maksimum sebelum ovulasi adalah
4,2±1,24 cm dengan kisaran 3,0 sampai
dengan 5,8 cm. Tingkah laku estrus pada
saat menjelang ovulasi ditandai dengan
pencapaian skor maksimal pada nilai 3, yang
dicirikan
dengan
lebih
menunjukkan
ketertarikan, mengangkat ekor, squatting,
serta urinasi, dan pada nilai 4 yang dicirikan
dengan ketertarikan yang kuat, menyodorkan
pantat pada jantan, dan winked vulva, serta
urinasi yang berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Bergfelt, D. R., C. Meira, J. J. Fleury, P. D.
Fleury, J. A. Dell'Aqua, G. P. Adams.
2007.
Ovulation
synchronization
following commercial application of
ultrasound-guided
follicle
ablation
during the estrous cycle in mares.
Theriogenology 68: 1183-1191.
Berliana, D. 2007. Analisis dan evaluasi
genetik kuda pacu Indonesia. Tesis
Sarjana
Institut
Sekolah
Pasca
Pertanian Bogor, Bogor.
Coleman, R. J. and D. Powell. 2004.
Teasing Mares. Cooperative Extention
Service. University of KentuckyCollege of Agriculture.
Donadeu, F. X. and O. J. Ginther. 2002.
Changes in concentrations of follicular
fluid factors during follicle selection in
mares. J. Biol. Reprod. 66: 11111118.
Gastal, E. L., L. A Silva, M. O. Gastal and M.
J. Evans. 2006. Effect of different
doses of hCG on diameter of the
preovulatory follicle and interval to
ovulation in mares. Anim. Reprod. Sci.
94: 186-190.
Ginther, O. J. 1992. Reproductive Biology of
The Mare: Basic and Applied Aspects.
WI: Equiservices Publishing, Cross
Plains.
Ginther, O. J., E. L. Gastal, M. O. Gastal, D.
R. Bergfelt, A. R. Baerwald and R. A.
Pierson. 2004. Comparative study of
163
Muhammad Danang Eko Yulianto et al.
Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
the dynamics of follicular waves in
mares and women. Biol. Reprod. 71:
1195-1201.
Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction in Farm
Animals. 7th edn. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Samper, J. C., H. Geertsema and P. Hearn.
1993.
Rate
of
luteolysis,
folliculogenesis
and
interval
to
ovulation of mares treated with a
prostaglandin analogue on d6 or 10 of
the estrous cycle. Proc. Am. Assoc.
Equine Pract: 169-71.
Samper, J. C. 2008. Induction of estrus and
ovulation: Why some mares respond
164
and others do not. Theriogenology 70:
445-447.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie 1999. Prinsip
dan Prosedur statistika. Edisi ke-2.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Waring, G. H. 2003. Horse Behavior. 2nd edn.
Noyes Publication William Andrew
Publishing, New York.
Shirazi, A., F. Gharagozloo and H.
Ghasemzadeh-Nava. 2004. Ultrasonic
characteristics of preovulatory follicle
and ovulation in caspian mares. J.
Anim. Reprod. Sci. 80: 261-266.
ISSN-0126-4400
E-ISSN-2407-876X
DINAMIKA OVARIUM PADA KUDA HASIL PERSILANGAN PEJANTAN THOROUGHBRED
DENGAN INDUK LOKAL INDONESIA
OVARIAN DYNAMICS IN THE THOROUGHBRED-INDONESIAN LOCAL CROSSBRED
MARES
Muhammad Danang Eko Yulianto1*, Bambang Purwantara2, dan Amrozi2
1Departemen
2Departemen
Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 55281
Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, 16680
Submitted: 28 April 2016, Accepted: 23 September 2016
INTISARI
Penelitian dilakukan terhadap tiga ekor kuda hasil persilangan antara pejantan Thoroughbred
dengan induk lokal, dengan kandungan genetik lokal antara 6,25% sampai dengan 12,5% dengan kisaran
umur 12-20 tahun. Penelitian dimulai dengan sinkronisasi estrus yang dilakukan dengan penyuntikan
hormon PGF2α dosis tunggal 10 mg i.m pada fase luteal, diikuti dengan penyuntikan 1.500 IU hCG pada
saat folikel dominan telah mencapai diameter ≥30 mm. Pemeriksaan dengan ultrasonografi dilakukan
secara rutin pada waktu yang sama. Dari pengamatan terhadap sinkronisasi estrus dan induksi ovulasi
didapatkan hasil bahwa interval awal perlakuan PGF2α hingga onset estrus adalah 1,33±0,58 hari,
dengan lama estrus 4,00±1,00 hari, interval mencapai ovulasi dari awal perlakuan PGF2α adalah
5,33±1,15 hari, sedangkan dari awal perlakuan hCG adalah 66,67±10,07 jam. Diamater maksimal folikel
terbesar adalah 4,50±0,52 cm yang dicapai sehari sebelum terjadinya ovulasi. Secara umum dapat dilihat
bahwa rerata panjang siklus estrus kuda hasil persilangan pejantan Thoroughbred dengan induk lokal
Indonesia yang telah berumur 12-20 tahun adalah 25,4±3,38 hari dengan 2 sampai 3 gelombang folikel
dan lama estrus 6,8±1,92 hari. Rerata diameter folikel terbesar maksimum sebelum ovulasi adalah
4,2±1,24 cm dengan kisaran 3,0 sampai dengan 5,8 cm. Hasil pengamatan terhadap tingkah laku estrus
menunjukkan bahwa saat-saat menjelang ovulasi akan ditandai dengan pencapaian skor maksimal pada
nilai 3, yang dicirikan dengan lebih menunjukkan ketertarikan terhadap pejantan, mengangkat ekor,
winked vulva, squatting dan urinasi dan pada nilai 4 yang dicirikan dengan ketertarikan yang kuat
terhadap pejantan, menyodorkan pantat pada jantan, mengangkat ekor dan winked vulva serta urinasi
yang berkelanjutan.
(Kata kunci: Dinamika ovarium, Estrus, Kuda betina, Siklus, Ultrasonografi)
ABSTRACT
The development of horse breeding industry in Indonesia was commenced through horse racing
events held all over the country. It were accelerated by the development of Thoroughbred-Indonesian
local Crossbred horses. There are many broodmares injured during their racing time and retired from the
racetracks. They may still has a reproductive vigor to continue on producing offsprings. Very little
information has been reported on the monitoring the reproductive capacity of the mares. The objective of
this study was to explore ultrasonography imaging of the ovarian dynamics, correlated with the estrus
behavior of the Thoroughbred-Indonesian local crossbred mares. Three Thoroughbred-Indonesian local
crossbred mares with 6.25-12.5% of local genetics aged 12-20 years old were used in this study. Estrus
and ovulation were synchronized by 10 mg PGF2α i.m. at luteal phase and 1,500 IU hCG i.m. injection
when the dominant follicle reach ≥30 mm in diameter. Ultrasonography examination was done every
morning at approximately at the same time. Estrus behavior was observed by using teaser stallions
following a standard method. Results of the experiment indicated that onset of the estrus was reached
1.33±0.58 days after the hCG injection, with the average duration of 4.00±1.00 days. The ovulations were
done at 5.33±1.15 days after PGF2α treatment and 66.67±10.07 hours after hCG treatment. Maximum
follicle diameter was identified to reach 4.50±0.52 cm at one day before ovulation. The mares performed
25.4±3.38 days length of estrus cycle with 2-3 follicular waves. It had been identified that the estrus
duration was 6.8±1.92 days in mares with the age of 12-20 years. The average of maximum diameter of
_________________________________
* Korespondensi (corresponding author):
Telp. +62 815 673 3547
E-mail: [email protected]
157
Muhammad Danang Eko Yulianto et al.
Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
the largest follicle before ovulation was 4.2±1.24 cm. In conclusion, to improve the efficiency of breeding,
several information are needed i.e. the optimal time of ovulation, relevan parameters related to follicular
development.
(Key word: Cycle, Estrus, Mares, Ovarian dynamics, Ultrasonography)
Pendahuluan
Di Indonesia, industri ternak kuda
sudah mulai berkembang dengan munculnya
kuda persilangan Thoroughbred dengan
lokal Indonesia, yang digunakan sebagai
kuda pacu. Sementara itu, masa pakainya
sebagai
kuda pacu terbatas, sehingga
banyak kuda betina yang dijadikan induk
setelah pensiun dari arena pacuan kuda.
Saat ini persilangan antara kuda lokal
Indonesia
dengan
kuda
pejantan
Thoroughbred dibatasi sampai terbentuknya
keturunan ke-tiga (G3) dan ke-empat (G4),
setelah itu dilakukan perkawinan antar
sesama, yaitu antara G3 dengan G3, G3
dengan G4, dan G4 dengan G4 yang akan
menghasilkan Kuda Pacu Indonesia (KPI)
(PP. PORDASI, 2000 cit. Berliana, 2007).
Siklus reproduksi terkait dengan berbagai
fenomena; pubertas dan kematangan
seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas
seksual setelah beranak, dan penuaan atau
umur (Hafez 2000), sementara itu Donadeu
dan Ginther (2002) melaporkan bahwa
gelombang folikel berkembang pada waktu
pertengahan siklus estrus, dan pada
umumnya satu folikel akan diovulasikan pada
akhir estrus. Interval interovulatory pada
kuda terdiri atas berbagai kombinasi
gelombang folikel minor, di mana folikel
terbesar tidak menjadi dominan, serta
gelombang mayor, folikel yang terbesar
menjadi dominan. Interval interovulatory
dimulai pada saat ovulasi yang diawali estrus
dan diakhiri pada saat ovulasi estrus
berikutnya.
Rerata
panjang
interval
interovulatory adalah 21 atau 22 hari pada
kuda, dan 24 hari pada pony (Ginther, 1992).
Setelah kemunculan gelombang folikuler
yang akan disertai ovulasi, folikel akan
tumbuh dengan laju pertumbuhan yang
normal, sampai dengan awal deviasi, dimana
pada saat deviasi, pertumbuhan folikel
dominan
berlanjut,
sedangkan
folikel
subordinat akan terregresi. Deviasi dimulai
pada saat calon folikel dominan mencapai
ukuran 22,5 mm (Ginther et al., 2004).
Di Indonesia, pemanfaatan teknik
ultrasonografi (USG) dalam pemeriksaan
reproduksi kuda sudah mulai banyak
158
digunakan oleh para peternak pada
beberapa tahun terakhir ini yang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi reproduksi
serta mendapatkan hasil yang optimal.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui
gambaran
ultrasonografi
dinamika ovari, terkait dengan tingkah laku
estrus dalam satu siklus estrus kuda hasil
persilangan pejantan Thoroughbred dengan
induk lokal Indonesia. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan petunjuk
untuk penentuan waktu perkawinan yang
optimal
berdasarkan
gambaran
ultrasonografi dinamika ovari dan tingkah
laku estrusnya.
Materi dan Metode
Tempat dan hewan penelitian
Penelitian
dilaksanakan
di
Unit
Rehabilitasi Reproduksi Bagian Kebidanan
dan
Kemajiran
Departemen
Klinik,
Reproduksi,
dan
Patologi,
Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan terhadap tiga ekor kuda
hasil
persilangan
antara
pejantan
Thoroughbred dengan induk lokal, dengan
kandungan genetik lokal antara 6,25%
sampai dengan 12,5% dengan kisaran umur
12-20 tahun yang dipelihara secara intensif.
Kuda-kuda tersebut diberi pakan berupa
hijauan rumput segar dan konsentrat dengan
kadar protein 12%.
Alat dan bahan
Alat yang akan digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas; USG (ALOKA SSD500, Aloka Co.Ltd, Japan), linear probe 5
MHz (ALOKA UST-588U-5, Aloka Co. Ltd.
Japan), printer (SONY, UP-895 MD, Video
Graphic Printer, Japan), syringe (One Med,
PT. Jaya Mas Medica Industri), dan plastic
gloves (Europlex®, Divasa Farmativa, S.A.).
Bahan yang akan digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas; Gel lubrikasi, PGF2α
(Dinoprost, Noroprost 0,5% W/V, Norbrook
Laboratories
Limited,
Newry),
hCG
(Chorulon, Intervet, Cambridge), alkohol
70%, dan kapas.
Buletin Peternakan Vol. 40 (3): 157-164, Oktober 2016
Prosedur pelaksanaan penelitian
Sinkronisasi estrus dan ovulasi.
Penelitian dimulai dengan sinkronisasi estrus
yang dilakukan dengan penyuntikan hormon
PGF2α (Dinoprost, Noroprost 0,5% W/V,
Norbrook Laboratories Limited, Newry)
single-dose pada fase luteal, diikuti dengan
penyuntikan hCG (Chorulon, Intervet,
Cambridge) single-dose 1.500 IU pada saat
folikel dominan mencapai diameter 30 mm.
Tingkah laku estrus. Pengamatan
tingkah laku estrus dilakukan dua kali, yang
pertama dilakukan mulai dari satu hari
setelah pemberian PGF2α sampai dengan
ovulasi I. Pengamatan yang kedua dilakukan
mulai hari ke-17 sampai dengan ovulasi II
dengan teknik teasing, yaitu dengan
memancing kuda betina pada kuda jantan
teaser. Pengamatan dilakukan dengan
sistem scoring menurut Coleman dan Powell
(2004) seperti pada Tabel 1.
Ultrasonografi
Pemeriksaan dengan USG dilakukan
setiap hari pada waktu yang sama, dimulai
sesaat setelah sinkronisasi estrus, dan setiap
empat jam sekali sesaat setelah dilakukan
penyuntikan hCG sampai dengan terjadinya
ovulasi untuk mengamati dinamika ovari
yang terjadi, meliputi diameter Corpus
Luteum (CL) dan jumlah beserta ukuran
folikel yang kemudian akan diklasifikasikan
menjadi folikel kelas I berdiameter < 2cm,
kelas II berdiameter 2-4 cm, serta kelas III
berdiameter > 4cm. Diameter masing-masing
folikel preovulasi diukur dengan nilai rerata
dimensi tersempit dan terlebarnya (Shirazi,
2004). Kondisi organ reproduksi yang
meliputi cervix, corpus dan cornua uteri juga
diamati
dengan
teknik
USG
untuk
mengetahui diameter serta keberadaan
lendir birahinya.
Teknik USG yang dilakukan adalah
secara per rektal. Linear probe dimasukkan
ISSN-0126-4400
E-ISSN-2407-876X
ke dalam rectum untuk mengeksplorasi
organ reproduksi, dimulai dari cervix, corpus,
dan cornua uteri, sampai dengan ovarium
kanan dan kiri dilakukan dengan seksama
dan teliti. Caliper pada monitor USG
digunakan untuk mengukur diameter folikel
dan CL. Hasil USG dicetak dengan printer
untuk
menghasilkan
sonogram,
serta
dilakukan pemetaan posisi folikel dan CL
pada ovarium.
Analisa data
Data yang terkumpul akan disajikan
secara
deskriptif
kuantitatif
dengan
perhitungan rerata dan standar deviasi.
Analisa akan menggunakan software MS
Office Excel 2007 (Steel dan Torrie, 1999).
Hasil dan Pembahasan
Sinkronisasi estrus dan ovulasi
Berdasarkan hasil penelitian, untuk
sinkronisasi estrus dan ovulasi yang
dilakukan dengan pemberian PGF2α 2 ml i.m
dan hCG 1.500 IU i.m didapatkan hasil
seperti tertera pada Tabel 2. Rerata diameter
folikel terbesar pada saat awal treatmen
PGF2α adalah sebesar 2,63±0,06 cm dan
pada awal treatmen hCG adalah sebesar
3,27±0,12 cm. Untuk rerata diameter folikel
terbesar maksimal dicapai pada satu hari
sebelum ovulasi, yaitu sebesar 4,50±0,52
cm. Bergfelt et al. (2007) melaporkan bahwa
dalam penelitian yang telah dilakukannya,
rerata diameter folikel terbesar pada saat
awal treatmen PGF2α sebesar 2,27±0,19 cm
dengan kisaran 1 sampai 4 cm, sedangkan
pada awal treatmen hCG sebesar 3,15±0,15
cm dengan kisaran 1,9 sampai 4,5 cm.
Rerata diameter folikel terbesar maksimal
yang dicapai satu hari sebelum ovulasi
sebesar 3,65±0,1 cm dengan kisaran 2,8
sampai 4,5 cm.
Tabel 1. Sistem scoring pengamatan tingkah laku estrus pada kuda
(estrus behavior scoring system in mares)
Skor (score)
0
1
2
3
4
Tanda-tanda yang dapat diamati pada kuda betina (heat symptom in mares)
Tidak menunjukkan tanda-tanda menerima jantan, bahkan agresif – menyerang,
menendang, meringkik (agresive to the stallion, even attacking or kicking)
Tidak menolak terhadap pejantan (stay when the stallion is approaching)
Sedikit ada ketertarikan, kadang mendekati pejantan, menunjukkan winked vulva, dan
mengangkat ekor (begin to approach the stallion, winked vulva, tail raising)
Lebih menunjukkan ketertarikan, mengangkat ekor, squatting, dan urinasi (more attracted
to stallion, tail raising, squatting, urinating)
Ketertarikan yang kuat, menyodorkan pantat pada jantan, dan winked vulva, serta urinasi
yang berkelanjutan (strongly attracted to stallion, winked vulva, and continuous urinating)
Sumber: Coleman dan Powell (2004).
159
Muhammad Danang Eko Yulianto et al.
Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
Tabel 2. Data hasil pengamatan sinkronisasi estrus dan ovulasi
(data of estrus syncronization and ovulation)
Parameter
Rerata ± SD (mean ± SD)
Diamater folikel terbesar (cm) (largest follicle diameter (cm))
Awal treatmen PGF2α (early PGF2α treatment)
Awal treatmen hCG (early hCG treatment)
Maksimal (maximum)
Hari sebelum ovulasi (day before ovulation)
Diameter CL (cm) (CL diameter (cm))
Awal treatmen PGF2α (early PGF2α treatment)
Awal treatmen hCG (early hCG treatment)
Hari sebelum ovulasi (day before ovulation)
Estrus (hari) (estrus (days))
Interval awal treatmen PGF2α hingga onset estrus (early
PGF2α treatment to estrus onset interval)
Durasi estrus (estrus duration)
Interval mencapai ovulasi (interval to ovulation occured)
Awal treatmen PGF2α (hari) (early PGF2α treatment (days))
Awal treatmen hCG (jam) (early hCG treatment (hours))
Rerata diameter CL pada saat awal
didapatkan
sebesar
treatmen
PGF2α
2,17±0,15 cm, sedangkan pada saat awal
tretamen hCG sebesar 1,77±0,45 cm, dan
satu hari sebelum ovulasi sebesar 0,83±0,32
cm. Rerata Interval awal treatmen PGF2α
hingga onset estrus sepanjang 1,33±0,58
hari, sedangkan rerata durasi estrus
sepanjang 4,00±1,00 hari. Interval mencapai
ovulasi dari awal treatmen PGF2α selama
5,33±1,15 hari, sedangkan dari awal
treatmen hCG 6,67±10,07 jam. Penelitian
tersebut kurang sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Samper
(2008), yang telah dilaporkan bahwa dalam
rerata, onset estrus dan ovulasi akan terjadi
dalam kurun waktu 3-4 hari dan 8-10 hari
setelah treatmen PGF2α. Namun demikian,
selanjutnya Samper (2008) menambahkan
bahwa kisaran antara awal treatmen PGF2α
sampai dengan onset estrus dan tercapainya
ovulasi dapat berkisar antara 48 jam sampai
dengan 12 hari, tergantung dari diameter
folikel yang akan ovulasi. Gastal et al. (2006)
juga melaporkan bahwa dengan treatmen
1.500 IU hCG akan didapatkan interval
mencapai ovulasi sepanjang 44,0±1,0 jam.
Jika pada saat treatmen PGF2α
terdapat folikel yang tumbuh dan berukuran
besar, kemungkinan akan terjadi ovulasi
dalam 72 jam setelah treatmen, tanpa
adanya tanda estrus yang nampak jelas.
Sebaliknya, jika folikel telah mencapai
diameter maksimalnya selama luteal fase
yang didominasi oleh progesteron, maka
folikel ini akan regresi, dan akan terjadi
perekrutan folikel-folikel yang baru, maka
160
2,63±0,06
3,27±0,12
4,50±0,52
4,50±0,52
2,17±0,15
1,77±0,45
0,83±0,32
1,33±0,58
4,00±1,00
5,33±1,15
66,67±10,07
estrus dan ovulasi akan tertunda (Samper et
al., 1993).
Dinamika perkembangan folikel dan
corpus luteum
Berdasarkan hasil pengamatan pada
saat penelitian, ditunjukkan bahwa pada
kuda A didapatkan tiga siklus estrus dengan
masing-masing panjang siklus 28, 19, dan 25
hari, sehingga didapatkan rerata panjang
siklus untuk kuda A sepanjang 24±4,58 hari.
Dinamika perkembangan folikel pada siklus I
sepanjang 28 hari, diawali dengan diameter
folikel terbesar (1st DF) sebesar 2,1 cm,
sedangkan 1st SF sebesar 1,5, dan CL
sebesar 3,3 cm. 1st DF dan 1st SF mengalami
regresi pada hari ke-8 dengan diameter
masing-masing diameter 1,6 dan 1,2 cm,
dilanjutkan dengan pertumbuhan 2nd DF dan
2nd SF dengan diameter masing-masing 2,0
dan 1,3 cm sampai dengan regresi pada hari
ke-19 dengan diameter masing-masing 1,9
dan 1,4 cm, kemudian muncul gelombang
folikel
ke-3
yang
ditandai
dengan
pertumbuhan 3rd DF dan 3rd SF berdiameter
masing-masing 2,6 dan 1,8 cm dan berlanjut
hingga terjadi ovulasi pada hari ke-28
dengan diameter folikel dominan maksimal
sebesar 3,2 cm. Regresi CL terlihat drastis
pada hari ke-25, dengan diameter 1,6 cm,
setelah hari ke-24 sebesar 2,0 cm, hingga
mencapai ukuran 1,4 cm pada saat
terjadinya ovulasi.
Sementara itu, pada siklus ke-II dari
kuda A, didapatkan hasil pengamatan bahwa
panjang siklus adalah 19 hari, diawali
dengan diameter folikel terbesar (1st DF)
sebesar 2,0 cm, sedangkan 1st SF sebesar
Buletin Peternakan Vol. 40 (3): 157-164, Oktober 2016
1,8 cm, dan CL sebesar 2,4 cm. 1st DF
dan1st SF mengalami regresi pada hari ke-4
dengan diameter masing-masing 2,0 dan 1,8
cm, dilanjutkan dengan pertumbuhan 2nd DF
dan 2nd SF dengan diameter masing-masing
1,5 cm sampai dengan regresi pada hari ke12 dengan diameter masing-masing 2,4 dan
1,4 cm. gelombang folikel ke-3 muncul pada
hari ke-12, bersamaan dengan pertumbuhan
3rd DF dan 3rd SF berdiamater masingmasing 2,4 dan 1,5 cm dan berlanjut sampai
dengan terjadi ovulasi pada hari ke-19
dengan diameter folikel dominan maksimal
sebesar 5,2 cm. diameter CL pada saat
terjadinya ovulasi sebesar 0,7 cm.
Siklus ke-III dari kuda A sepanjang 25
hari dengan tiga gelombang folikel. Diawali
dengan pertumbuhan 1st DF dan 1st SF yang
berdiameter masing-masing sebesar 1,6 dan
1,2 cm, serta CL berdiameter 3,4 cm. 1st DF
dan 1st SF mengalami regresi pada hari ke-6
dengan diameter masing-masing 1,9 dan 1,7
cm, dilanjutkan dengan pertumbuhan 2nd DF
dan 2nd SF dengan diameter masing-masing
ISSN-0126-4400
E-ISSN-2407-876X
1,4 dan 1,3 cm sampai dengan regresi pada
hari ke-15 dengan diameter masing-masing
1,6 dan 0,9 cm. Gelombang folikel ke-3
muncul pada hari ke-16, bersamaan dengan
pertumbuhan 3rd DF dan 3rd SF berdiamater
masing-masing 2,8 dan 1,4 cm dan berlanjut
sampai dengan terjadi ovulasi pada hari ke25 dengan diameter folikel dominan
maksimal sebesar 3,0 cm. Diameter CL pada
saat terjadinya ovulasi sebesar 0,8 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan pada
saat penelitian menunjukkan bahwa pada
kuda B didapatkan satu siklus estrus dengan
panjang siklus 28 hari dengan dua
gelombang folikel. Dinamika perkembangan
folikel pada kuda B diawali dengan
pertumbuhan folikel terbesar (1st DF)
berdiameter 1,9 cm, sedangkan 1st SF
sebesar 1,5 cm, dan CL sebesar 3,5 cm. 1st
DF dan 1st SF mengalami regresi pada hari
ke-5 dengan diameter masing-masing
diameter 1,0 dan 0,9 cm, dilanjutkan dengan
pertumbuhan 2nd DF dan 2nd SF dengan
diameter masing-masing 1,5 cm dan
Gambar 1. Grafik dinamika ovari pada kuda A
(graphic of ovari dynamics on mares A).
161
Muhammad Danang Eko Yulianto et al.
Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
berlanjut hingga terjadi ovulasi pada hari ke28 dengan diameter folikel dominan
maksimal sebesar 3,8 cm. Diameter CL pada
saat terjadinya ovulasi sebesar 1,0 cm.
Kuda C mempunyai siklus sepanjang
27 hari dengan dua gelombang folikel.
Diawali dengan pertumbuhan 1st DF dan 1st
SF
yang
berdiameter
masing-masing
sebesar 2,8 dan 2,1 cm, serta CL
berdiameter 2,5 cm. 1st DF dan 1st SF
mengalami deviasi pada hari ke-10 dengan
diameter masing-masing 1,9 dan 1,2 cm,
dilanjutkan dengan pertumbuhan 2nd DF dan
2nd SF dengan diameter masing-masing 2,8
dan 1,8 cm dan berlanjut sampai dengan
terjadi ovulasi pada hari ke-27 dengan
diameter folikel dominan maksimal sebesar
5,8 cm. Diameter CL pada saat terjadinya
ovulasi sebesar 0,5 cm.
Berdasarkan data-data tersebut, dapat
dilihat bahwa rerata panjang siklus estrus
adalah 25,4±3,38 hari dengan dua sampai
tiga gelombang folikel. Rerata diameter
folikel terbesar maksimum sebelum ovulasi
adalah 4,2±1,24 cm dengan kisaran 3,0
sampai dengan 5,8 cm. Donadeu dan
Ginther
(2002)
melaporkan
bahwa
gelombang folikel berkembang pada waktu
pertengahan siklus estrus, dan pada
umumnya satu folikel akan diovulasikan pada
akhir estrus. Interval interovulatory pada
kuda terdiri atas berbagai kombinasi
gelombang folikel minor, di mana folikel
terbesar tidak menjadi dominan, serta
gelombang mayor, di mana folikel yang
terbesar
menjadi
dominan.
Interval
interovulatory dimulai pada saat ovulasi yang
diawali estrus dan diakhiri pada saat ovulasi
estrus berikutnya. Rerata panjang interval
interovulatory adalah 21 atau 22 hari pada
kuda, dan 24 hari pada pony (Ginther, 1992).
Tingkah laku estrus
Hasil pengamatan terhadap tingkah
laku
estrus
pada
saat
penelitian
menunjukkan bahwa pada seiring dengan
waktu terjadinya estrus, maka skor tingkah
laku estrus juga semakin meningkat, dan
bersamaan dengan tercapainya ovulasi, skor
juga akan mencapai maksimal pada nilai 3,
yang dicirikan dengan lebih menunjukkan
ketertarikan, mengangkat ekor, squatting,
serta urinasi, dan pada nilai 4 yang dicirikan
dengan ketertarikan yang kuat, menyodorkan
pantat pada jantan, dan winked vulva, serta
urinasi yang berkelanjutan.
Tingkah laku individu selama estrus
bervariasi antar individu kuda, tetapi
cenderung sama antar siklus. Tanda-tanda
estrus yang dapat dilihat, di antaranya
adalah penerimaan terhadap pejantan, ekor
terangkat, sering urinasi, vulva mengedip
(winking), dan cara berdiri cenderung
jongkok (squatting) (Coleman dan Powell,
2004). Sementara itu Waring (2003)
menyatakan bahwa pada saat estrus, kuda
Gambar 2. Grafik dinamika ovari pada kuda B
(graphic of ovari dynamics on mares B).
Gambar 3. Grafik dinamika ovari pada kuda C
(graphic of ovari dynamics on mares C).
162
Buletin Peternakan Vol. 40 (3): 157-164, Oktober 2016
ISSN-0126-4400
E-ISSN-2407-876X
Gambar 4. Grafik hasil skoring tingkah laku estrus
(estrus behavior scoring).
betina akan menjadi relatif lebih jinak dengan
kehadiran pejantan, dan akan membiarkan
pejantan untuk mengendus, menyundul, dan
menggigitnya, terkadang kuda betina akan
meringkik. Hafez (2000) menambahkan
bahwa selama dalam periode estrus, vulva
akan membengkak, bagian bibirnya akan
mengendur, dan akan mudah dibuka ketika
akan diperiksa. Vulva berwarna merah tua,
basah, mengkilap, dan diselaputi lendir yang
bening.
Kesimpulan
Hasil
pengamatan
terhadap
sinkronisasi estrus dan ovulasi didapatkan
hasil bahwa interval awal treatmen PGF2α
hingga onset estrus adalah 1,33±0,58 hari,
dengan durasi estrus 4,00±1,00 hari, interval
mencapai ovulasi dari awal treatmen PGF2α
adalah 5,33±1,15 hari, sedangkan dari awal
treatmen hCG adalah 66,67±10,07 jam.
Diamater maksimal folikel terbesar adalah
4,50±0,52 cm yang dicapai sehari sebelum
terjadinya ovulasi. Secara umum dapat
dilihat bahwa rerata panjang siklus estrus
kuda
hasil
persilangan
pejantan
Thoroughbred dengan induk lokal Indonesia
yang telah berumur ≥12 tahun adalah
25,4±3,38 hari dengan dua sampai tiga
gelombang folikel. Rerata diameter folikel
terbesar maksimum sebelum ovulasi adalah
4,2±1,24 cm dengan kisaran 3,0 sampai
dengan 5,8 cm. Tingkah laku estrus pada
saat menjelang ovulasi ditandai dengan
pencapaian skor maksimal pada nilai 3, yang
dicirikan
dengan
lebih
menunjukkan
ketertarikan, mengangkat ekor, squatting,
serta urinasi, dan pada nilai 4 yang dicirikan
dengan ketertarikan yang kuat, menyodorkan
pantat pada jantan, dan winked vulva, serta
urinasi yang berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Bergfelt, D. R., C. Meira, J. J. Fleury, P. D.
Fleury, J. A. Dell'Aqua, G. P. Adams.
2007.
Ovulation
synchronization
following commercial application of
ultrasound-guided
follicle
ablation
during the estrous cycle in mares.
Theriogenology 68: 1183-1191.
Berliana, D. 2007. Analisis dan evaluasi
genetik kuda pacu Indonesia. Tesis
Sarjana
Institut
Sekolah
Pasca
Pertanian Bogor, Bogor.
Coleman, R. J. and D. Powell. 2004.
Teasing Mares. Cooperative Extention
Service. University of KentuckyCollege of Agriculture.
Donadeu, F. X. and O. J. Ginther. 2002.
Changes in concentrations of follicular
fluid factors during follicle selection in
mares. J. Biol. Reprod. 66: 11111118.
Gastal, E. L., L. A Silva, M. O. Gastal and M.
J. Evans. 2006. Effect of different
doses of hCG on diameter of the
preovulatory follicle and interval to
ovulation in mares. Anim. Reprod. Sci.
94: 186-190.
Ginther, O. J. 1992. Reproductive Biology of
The Mare: Basic and Applied Aspects.
WI: Equiservices Publishing, Cross
Plains.
Ginther, O. J., E. L. Gastal, M. O. Gastal, D.
R. Bergfelt, A. R. Baerwald and R. A.
Pierson. 2004. Comparative study of
163
Muhammad Danang Eko Yulianto et al.
Dinamika Ovarium pada Kuda Hasil Persilangan Pejantan
the dynamics of follicular waves in
mares and women. Biol. Reprod. 71:
1195-1201.
Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction in Farm
Animals. 7th edn. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Samper, J. C., H. Geertsema and P. Hearn.
1993.
Rate
of
luteolysis,
folliculogenesis
and
interval
to
ovulation of mares treated with a
prostaglandin analogue on d6 or 10 of
the estrous cycle. Proc. Am. Assoc.
Equine Pract: 169-71.
Samper, J. C. 2008. Induction of estrus and
ovulation: Why some mares respond
164
and others do not. Theriogenology 70:
445-447.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie 1999. Prinsip
dan Prosedur statistika. Edisi ke-2.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Waring, G. H. 2003. Horse Behavior. 2nd edn.
Noyes Publication William Andrew
Publishing, New York.
Shirazi, A., F. Gharagozloo and H.
Ghasemzadeh-Nava. 2004. Ultrasonic
characteristics of preovulatory follicle
and ovulation in caspian mares. J.
Anim. Reprod. Sci. 80: 261-266.