Prosedur Pajak Masukan Dan Pajak Keluaran Di PT. INTI (Persero) Bandung

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Di era globalisasi sekarang ini, Indonesia sebagai Negara berkembang diharapkan mampu melakasanakan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan ekonomi tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat. Pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar apabila ada sumber daya ekonomi, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal yang produktif. Tanpa adanya dukungan yang cukup kuat dari sumber daya ekonomi yang produktif, pelaksanaan pembangunan ekonomi tidak akan berlangsung efektif.

Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi membutuhkan biaya, biaya tersebut diperoleh dari penerimaan sektor pajak. Pajak mempunyai fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi mengatur (reguler). Menurut Sony devano dan Siti kurnia rahayu dalam bukunya : “ Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu”, fungsi pajak dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

Fungsi anggaran (budgetair) yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukan uang dari sektor swasta ( rakyat ) ke dalam kas Negara atau anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Disamping usaha untuk memasukan uang untuk kegunaan kas Negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk


(2)

ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta.

Pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan dan tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi atau imbalan langsung, dan pajak ini dipungut oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

Dalam hal ini jenis-jenis pajak menurut waluyo dalam bukunya yang berjudul “ Perpajakan Indonesia”, mengungkapkan bahwa pajak dapat dikelompokan ke dalam tiga jenis yaitu: menurut golongan, sifat, dan pemungutannya.

Menurut golongan pajak terdiri dari dua golongan yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan, contohnya yaitu pajak penghasilan (PPh). Sedangkan pajak tidak langsung yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain, contohnya adalah pajak pertambahan nilai ( PPN).

Menurut sifatnya pajak terdiri dari dua kelompok yaitu pajak subjektif dan pajak objektif. pajak subyektif adalah adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak, contohnya yaitu pajak penghasilan (PPh). dan pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memerhatikan keadaaan diri wajib pajak, Contohnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.


(3)

Menurut pemungutannya pajak terdiri dari dua kelompok yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, contohnya PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan bea materai. Sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, contohnya pajak reklame dan pajak hiburan.

Dalam penggolongan pajak menurut Waluyo di atas terdapat macam-macam pajak, diantaranya yaitu pajak pertambahan nilai ( PPN). PPN termasuk ke dalam pajak tidak langsung, pajak objektif dan juga merupakan pajak pusat.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pengganti dari pajak penjualan, alasan penggantian ini karena pajak penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas pemakaian konsumsi barang atau jasa di dalam daerah pabean Indonesia. Dalam hal ini, barang dan jasa yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN dan PPn BM disebut dengan istilah barang kena pajak ( BKP ) , dan jasa kena pajak ( JKP ). Pengenaan PPN dapat dilimpahkan kepada orang lain dan seperti yang kita ketahui bahwa hampir semua barang maupun jasa yang dikonsumsi di Indonesia merupakan barang kena pajak (BKP)atau jasa kena pajak (JKP). Pajak pertambahan nilai disebut pajak tidak langsung karena tidak langsung pada subyeknya, dan pembayar pajak dapat melimpahkan beban pajaknya kepada pihak lain serta pajak ini tidak


(4)

mempergunakan surat ketetapan pajak. Pajak Pertambahan Nilai juga termasuk ke dalam pajak pusat atau pajak negara yang wewenang pemungutannya atau dikelola oleh pemerintah pusat dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara dan pembangunan ( APBN ).

PT. Industri Telekomunikasi Indonesia atau lebih dikenal dengan PT INTI, yaitu Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) yang bergerak di bidang industri dan perakitan barang-barang elektronika serta pelayanan jasa instalasi telekomunikasi. PT. INTI merupakan pengusaha kena pajak yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tahun 2004 dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.001.672.3-051.000, yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan jasa kena pajak, atau perolehan barang kena pajak, yang wajib memugut PPN. Pada saat membeli atau memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP ( Pengusah kena pajak) yaitu pembayaran pajak dimuka dan disebut dengan pajak masukan, dan pada saat menyerahkan BKP/JKP kepada Pihak lain PKP wajib memungut PPN, yang disebut dengan Pajak Keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP Penjual wajib membuat faktur untuk dapat dilakukan pengkreditan terhadap Pajak Keluaran yang kemudian akan diproses penghitungan untuk dilakukannya pembayaran atau penyetoran pajak sesuai dengan pajak yang terutang. Begitupun juga pembeli ( yang dipungut PPN) harus meminta faktur pajak kepada PKP.

Apabila terjadi kesalahan dalam menentukan pajak masukan maupun pajak keluaran akan mengakibatkan kesalahan dalam menghitung pajak pertambahan nilai yang terutang, maka dalam pelaksanaanya harus sesuai prosedur yang telah


(5)

ditentukan. Dan berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul

“Prosedur Pajak Masukan Dan Pajak Keluaran Di PT. Inti ( Persero) Bandung”.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui bagaimana Prosedur Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang ada di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (persero).

2) Untuk mengetahui Prosedur Pembayaran atau Penyetoran PPN di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (persero).

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaan yang diharapkan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah : 1) Bagi Perusahaan

Dengan adanya pelaksanaan kerja praktek ini semoga dapat membantu pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan teknis yang berhubungan dengan Prosedur Pajak Masukan dan Pajak keluaran.


(6)

2) Bagi Penulis

Semoga dengan adanya kerja praktek ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta lebih mengetahui pelaksanaan dalam prosedur pajak masukan dan pajak keluaran.

3) Bagi Pihak Lain

Semoga hasil kerja praktek ini dapat memberikan manfaat pengetahuan yang berguna bagi semua pihak.

1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

1.4.1 Lokasi Pelaksanaan Kerja Praktek

Lokasi pelaksanaan kerja praktek yaitu di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri dan perakitan barang-barang elektronika serta pelayanan jasa instalasi telekomunikasi yang berada di kota bandung yang beralamat:

Nama perusahaan : PT. Industri Telekomunikasi ( Persero) Divisi/Bagian : Keuangan

Sub. Bagian : Pajak dan Asuransi

Alamat : Jl. Moch. Toha No. 77 Bandung 1.4.2 Waktu Pelaksanaan kerja Praktek

Adapun dalam melaksanakan kerja praktek dimulai dari bulan Agustus sampai dengan September 2010.


(7)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT. INTI

PT. Industri Telekomunikasi Indonesia resmi berdiri melalui peraturan pemerintah no.34 tahun 1974. Sejak tanggal 28 Desember 1974 dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia no.34 Kep. 171/MK/IV/12/1974 PT. INTI merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan status perseroan yang dibawahi oleh Departemen Keuangan sebagai pemilik saham. Dengan demikian PT INTI (Persero) setiap tahunnya diaudit oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Selain itu PT. INTI (Persero) memiliki auditor internal dibawah Satuan Pengawas Intern (SPI).

Berdasarkan PP nomor 59 tahun 1989, PT. INTI dimasukan kedalam kelompok BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis) bersama sembilan perusahaan lainnya, yaitu: PT. PINDAD, PT. PAL Indonesia, PT. DAHANA, PT. KRAKATAU STEEL, PT. IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara), PT. LEN (Lembaga Elektronika Nasional), PT. BOMA BISMA INDRA, PT. BARATA, PT. INKA (Industri Kereta Api).


(8)

Tahap-tahap perkembangan PT.INTI

Sebelum tahun 1945

Tahun 1926 didirikan Laboratorium PTT (Pos,Telepon,Telegram) di Tegalega (sekarang JL.Moch.Toha no.77). Kemudian pada tahun 1929, Laboratorium ini menjadi bagian penting bagi penelitian dan pengembangan pertelekomunikasian di Indonesia.

Tahun 1945-1960

Setelah perang dunia ke-2 selesai, Laboratorium tersebut ditingkatkan kedudukannya menjadi Labolatorium Telekomunikasi yang mencakup seluruh bidang Telepon, Telegrap dan Radio. Sedangkan bengkel pusat diubah menjadi Pusat Telekomunikasi.

Tahun 1960-1968

Perkembangan PT. INTI dimulai sejak terjalin kerjasama antara perusahaan negara telekomunikasi dengan Siemen AG pada tanggal 26 Mei 1966 dan pelaksanaannya dibebankan pada Lembaga Penelitian dan Pengembangan POS dan Telekomunikasi (LPP POSTEL). Dengan adanya unsur industri pada lembaga ini, maka selanjutnya LPP POSTEL diubah menjadi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Industri Pos dan Telekomunikasi (LPPI POSTEL). Pada tanggal 22 Juni 1968, Industri Telekomunikasi yang berpangkal pada bagian telepon diresmikan oleh Presiden RI yang diwakilkan


(9)

pada Menteri Ekuin yang pada waktu itu dijabat oleh Sultan Hamengkubuwono IX.

Tahun 1968-1974

Pada tanggal 1-3 Oktober 1970, diadakan Rapat Kerja Pos dan Telekomunikasi di Jakarta. Selanjutnya, berdasarkan surat keputusan Menteri Perhubungan RI nomor : KM.32/R/PHB/1973 ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Dalam tubuh LPP POSTEL, diresmikan bagian Industri Telekomunikasi oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 1968 di Bandung.

2. Untuk keperluan industri di atas, ditetapkan bentuk hukum sebaik-baiknya, sehingga cakup kualiatas di LPPI POSTEL telah diubah menjadi LPP POSTEL.

3. Sehubungan dengan itu, dianggap tepat apabila proyek tersebut ditetapkan sebagai proyek industri yang dipimpin oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telekomunikasi.

Kemudian dengan PP RI nomor 34 tahun 1974, proyek industri pada Departemen Perhubungan dijadikan sebagai suatu badan pelaksana kegiatan produksi alat-alat dan perangkat telekomunikasi dalam memenuhi sarana dan prasarana telekomunikasi.

Agar pelaksanaan kegiatan produksi tersebut dapat berjalan dan berkembang secara wajar berdasarkan kemampuan sendiri, maka dipandang perlu untuk


(10)

menentukan bentuk usaha yang sesuai dengan sifat bidangnya, yaitu perusahaan PERSEROAN. Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan RI nomor Kep.1711/MK/IV/12/1974 akta notaris Abdul Latief, Jakarta nomor 332, Proyek Industri Telekomunikasi diubah menjadi PT. INTI (Persero) sejak tanggal 30 Desember 1974

Tahun 1974-1979

Tahap ini merupakan percobaan menuju industri dengan tingkat perkembangan yang masih belum stabil. Hasil produksi yang penting adalah pesawat radio HF/SBB dan alat penunjang kelancaran pemilu berupa Sambungan Telepon Kendaraan Bermotor (STKB).

Tahun 1980-1990

Periode ini merupakan periode pemantapan struktur menuju lepas landas pelita IV. Perkembangan terutama didukung oleh keputusan pemerintah dengan sasaran program dan ditetapkan sistem telekomunikasi nasional sehingga melahirkan pabrik telekomunikasi digital pertama di Indonesia.

Tahun 1991- sekarang

PT. INTI (Persero) bersama dengan industri dalam negeri lainnya mampu merencanakan, harus mampu untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri. Hal ini karena usaha pencapaian teknologi merupakan dasar bagi pencapaian sasaran tersebut.


(11)

Perkembangan yang telah dicapai dengan didukung oleh proyeksi arah teknologi yang akan datang serta dengan peningkatan kualitas karyawan merupakan faktor yang mempercepat laju pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, dalam Keppres nomor 59, pemerintah menetapkan PT. INTI (Persero) sebagai salah satu dari 9 (sembilan) jajaran Strategis di Indonesia. • Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi Perusahaan

INTI bertujuan menjadi pilihan pertama bagi pelanggan dalam mentransformasikan "MIMPI” menjadi “REALITA”Dalam hal ini, "MIMPI" diartikan sebagai keinginan atau cita-cita bersama antara INTI dan pelanggannya, bahkan seluruh stakeholder perusahaan. (To be the Customer’s

first choice in transforming DREAMS into REALITY).

2. Misi Perusahaan

 Fokus bisnis tertuju pada kegiatan jasa engineering yang sesuai dengan spesifikasi dan permintaan konsumen.

 Memaksimalkan value (nilai) perusahaan serta mengupayakan growth (pertumbuhan) yang berkesinambungan.

 Berperan sebagai prime mover (penggerak utama) bangkitnya industri dalam negeri .


(12)

2.2 Struktur Organisasi PT. INTI

Struktur organisasi PT. INTI (Persero) Bandung pada divisi keuangan, dibentuk berdasarkan surat keputusan KN.001/2006. Struktur organisasi pada PT. INTI ( Persero) Bandung menggambarkan bentuk susunan yang memperlihathan hubungan antara setiap divisi. Bagian Organisasi perusahaan secara jelas dapat di lihat dibawah ini:

Struktur Organisasi pada Divisi Keuangan membawahi Sub. Bagian :

1. Departemen Perencanaan Pengembangan dan Sistem Akuntansi

a. Sub Departemen Adm. Perencanaan

b. Sub Departemen Pengembangan dan Sistem Akuntansi Keuangan

c. Sub Departemen Pokli Sistem Akuntansi Dan Sistem Akuntansi Keuangan 2. Departemen Akuntansi dan Anggaran

a. Sub Departemen Akuntansi b. Sub Departemen Lap. Manajemen

c. Sub Departemen Pengendalian Dan Anggaran Verifikasi 3. Departemen Pajak dan Asuransi

a. Sub Departemen pajak b. Sub Departemen Asuransi


(13)

4. Departemen Manajemen Asset

a. Sub Departemen Optimilisasi Asset b. Sub Departemen Portofolio Investasi 5. Departemen Pendanaan

a. Sub Departemen Bendahara b. Sub Departemen Pengelolaan Dana

c. Sub Departemen Perencanaan Pengendalian Keuangan

Bagan struktur organisasi PT. Inti pada divisi keuangan dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Divisi Keuangan PT. INTI DIVISI KEUANGAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM AK. KEUANGAN AKUNTANSI & ANGGARAN

PAJAK & ASURANSI MANAJEMEN ASSET PENDANAAN

ADM. PERENCANAA N PENGEMBANG AN SISTEM AK. KEUANGAN POKLI SISTEM AK. POKLI SISTEM INFORMASI KEUANGAN AKUNTANSI LAP. MANAJEMEN PENGENDALIAN ANGGRN & VERIFIKASI

POKLI AK. & ANGGARAN

ASURANSI

PAJAK OPTIMALISASI ASSET PORTOFOLIO INVESTASI POKLI MANAJEMN ASSET BENDAHARA PENGELOLAAN DANA PERENCNAAN PENGENDLIAN KEU.


(14)

2.3 Deskripsi Jabatan PT. INTI

Adapun job description atau uraian tugas pada divisi keuangan adalah sebagai berikut:

1. Divisi Keuangan

Bertanggung jawab kepada Dewan Direksi Membawahi :

- Departemen Perencanaan Pengembangan dan Sistem Akuntansi - Departemen Akuntansi dan Anggaran

- Departemen Pajak dan Asuransi - Departemen Manajemen Asset - Departemen Pendanaan

Tugas dan Wewenang

a. Memimpin dan mengelola Divisi Keuangan.

b. Menyusun strategis bisnis dan memberikan arah kebijakan strategis sebagai pedoman kegiatan bisnis perusahaan.

c. Melakukan penyusunan rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek.

d. Melakukan koordinasi kegiatan pelaporan dengan bekerjasama dengan para kepala divisi dan unit lainnya.

e. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kompetensi karyawan unitnya.


(15)

f. Menyampaikan laporan secara berkala, sekurang-kurangnya sebulan sekali kepada direksi.

2. Departemen Perencanaan Pengembangan dan Sistem Akuntansi Bertanggung jawab kepada divisi keuangan

Membawahi :

- Sub Departemen Adm. Perencanaan

- Sub Departemen Pengembangan dan Sistem Akuntansi Keuangan - Sub Departemen Pokli Sistem Akuntansi Dan Sistem Akuntansi

Keuangan

Tugas dan wewenang :

a. Menyusun dan mengusulkan rencana kegiatan, program kerja, anggran biaya dan investasi sebagai pedoman kegiatan bagian perencanaan dan pengendalian sistem akuntansi keuangan.

b. Menganalisa mengusulkan dan membuat operating model (actionplan) pengembangan sistem keuangan.

c. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada dalam pengelolaan kegiatan perencanaan dan pengendalian sistem akuntansi keuangan kepada atasan.

d. Menginventarisir permasalahan kebijakan manajemen mengenai SDM yang kurang jelas di unitnya dan menyampaikannya ke unit


(16)

fungsi SDM korporasi baik langsung maupun melalui forum komunikasi pengelola SDM.

e. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara periodic disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada dalam pengelolaan kegiatan perencanaan dan pengendalian sistem akuntansi keuangan kepada atasan.

3. Departemen Akuntansi dan Anggaran

Bertanggung jawab kepada divisi keuangan Membawahi :

- Sub Departemen Akuntansi

- Sub Departemen Lap. Manajemen

- Sub Departemen Pengendalian Dan Anggaran Verifikasi Tugas dan Wewenang :

a. Menyusun rencana kerja dan melaksanakan kegiatan urusan akuntansi.

b. Mengarahkan dan mengevaluasi kegiatan urusan akuntansi sebagai pedoman kegiatan urusan akuntansi.

c. Pengelolaan data base akuntansi dan keuangan.

d. Mengumpulkan data yang dibutuhkan, menganalisa laporan keuangan dari unit-unit kerja.


(17)

f. Penyusunan laporan keuangan corporate, inhouse dan konsolidasi perusahaan.

g. Pencatatan transaksi keuangan perusahaan.

h. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada dalam pengelolaan kegiatan akuntansi kepada atasan.

i. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM. 4. Departemen Pajak dan Asuransi

Bertanggung jawab kepada divisi keuangan Membawahi :

- Sub Departemen pajak - Sub Departemen asuransi

Tugas dan Wewenang :

a. Menyusun Rencana Kerja dan melaksanakan kegiatan Urusan Pajak. b. Mengarahkan dan mengevaluasi kegiatan Urusan Pajak sebagai

pedoman Kegiatan Urusan Pajak.

c. Menerima & Verifikasi Pajak Voucher penjualan

d. Verifikasi Pajak Faktur Penjualan (sebelum ditagihkan) dari Divisi/SBU/Unit.

e. Membuat Rekapitulasi Setoran Pajak (ke Bank/Kantor Pos). f. Membuat Laporan SPT Masa ke kantor KPP BUMN.


(18)

g. Membuat Laporan SPT Tahunan ke kantor KPP BUMN.

h. Melaksanakan penyelesaian Penarikan Retur Pajak (Rampung) dari Kas Negara.

i. Membuat Laporan Pembelian ke Kanwil DJP. j. Melayani permintaan Bukti Potongan PPh Rekanan. k. Rekonsiliasi pajak ke Akuntansi.

l. Menyusun program kerja dan anggaran biaya & investasi unitnya. m. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara

periodikdisertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada dalam pengelolaan kegiatan pajak kepada atasan.

n. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM. 5. Departemen Manajemen Asset

Bertanggung jawab kepada divisi keuangan Membawahi :

- Sub Departemen optimalisasi asset - Sub Departemen portofolio investasi

Tugas dan Wewenang :

a. Menyusun dan mengusulkan rencana kegiatan, program kerja, anggaran biaya dan investasi sebagai pedoman kegiatan bagian manajemen asset.


(19)

b. Merencanakan, mengorganisasikan dan mengendalikan kegiatan manajemen asset.

c. Membantu perencanaan urusan manajemen asset.

d. Melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan urusan manajemen asset sebagai pedoman kegiatan urusan manajemen asset.

e. Menyusun program kerja dan anggaran biaya dan investasi unitnya.

f. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada dalam pengelolaan kegiatan administrasi perencanaan pengendalian asset kepada atasan.

6. Departemen Pendanaan

Bertanggung jawab kepada divisi keuangan Membawahi :

- Sub Departemen Bendahara - Sub Departemen Pengelolaan dana

- Sub Departemen perencanaan Pengendalian Keuangan Tugas dan Wewenang :

a. Merencanakan, mengorganisasikan, dan mengendalikan bagian pendanaan.


(20)

b. Menyusun dan mengusulkan rencana kegiatan, program kerja, anggran biaya dan investasi sebagai pedoman kegiatan bagian pendanaan.

c. Mengendalikan kegiatan fungsi bendahara (penyimpanan dan penerimaan) dan perencanaan pengendalian, pengelolaan dana (pengalokasian dana).

d. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada dalam pengelolaan kegiatan pendanaan kepada atasan.

e. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM di bawahnya.

f. Mengupayakan sumber pendanaan dari eksternal perusahaan guna keberlangsungan dan pertumbahan perusahaan.

2.4 Aspek Kegiatan PT. INTI

Kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh PT. INTI dalam kegiatan usahanya berikut kerjasama yang dilakukannya.

Fasilitas produksi yang dimiliki oleh PT. INTI antara lain adalah : Pabrik perakitan telepon

Pabrik perakitan transmisi


(21)

Pabrik konstruksi & mekanik

Kerjasama Teknologi yang pernah dilakukan pada era ini antara lain dengan Siemens, BTM, PRX, JRC, dan NEC. Pada era tersebut produk Pesawat Telepon Umum Koin (PTUK) INTI menjadi standar Perumtel (sekarang Telkom).

Fasilitas produksi terbaru yang dimiliki INTI pada masa ini, disamping fasilitas-fasilitas yang sudah ada sebelumnya, antara lain adalah Pabrik Sentral Telepon Digital Indonesia (STDI) pertama di Indonesia dengan teknologi produksi Trough Hole Technology (THT) dan Surface Mounting Technology (SMT).

Kerjasama teknologi yang pernah dilakukan pada era ini antara lain adalah : Bidang sentral (switching), dengan Siemens

Bidang transmisi dengan Siemens, NEC, dan JRC

Bidang CPE dengan Siemens, BTM, Tamura, Shapura, dan TatungTEL

Pada era ini, INTI memiliki reputasi dan prestasi yang signifikan, yaitu: Menjadi pionir dalam proses digitalisasi sistem dan jaringan telekomunikasi di Indonesia.

Bersama Telkom telah berhasil dalam proyek otomatisasi telepon di hampir seluruh ibu kota kabupaten dan ibu kota kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.


(22)

Selama 20 tahun sejak berdiri, kegiatan utama INTI adalah murni manufaktur. Namun dengan adanya perubahan dan perkembangan kebutuhan teknologi, regulasi dan pasar, INTI mulai melakukan transisi ke bidang jasa engineering.

Pada masa ini aktivitas manufaktur di bidang switching, transmisi, CPE dan mekanik-plastik masih dilakukan. Namun situasi pasar yang berubah, kompetisi yang makin ketat dan regulasi telekomunikasi yang makin terbuka menjadikan posisi INTI di pasar bergeser sehingga tidak lagi sebagai market leader. Kondisi ini mengharuskan INTI memiliki kemampuan sales force dan networking yang lebih baik. Kerjasama teknologi masih berlangsung dengan Siemens secara single-source.

Pada era ini kerjasama teknologi tidak lagi bersifat single source, tetapi dilakukan secara multi source dengan beberapa perusahaan multinasional dari Eropa dan Asia. Aktivitas manufaktur tidak lagi ditangani sendiri oleh INTI, tetapi secara spin-off dengan mendirikan anak-anak perusahaan dan usaha patungan, seperti:

Bidang CPE, dibentuk anak perusahaan bernama PT. INTI PISMA International yang bekerja sama dengan JITech International, bertempat di Cileungsi Bogor.

Bidang mekanik dan plastik, dibentuk usaha patungan dengan PT PINDAD bernama PT. IPMS, berkedudukan di Bandung.

Bidang-bidang switching, akses dan transmisi, dirintis kerja sama dengan beberapa perusahaan multinasional yang memiliki kapabilitas memadai dan


(23)

adaptif terhadap kebutuhan pasar. Beberapa perusahan multinasional yang telah melakukan kerjasama pada era ini, antara lain:

SAGEM, di bidang transmisi dan selular MOTOROLA, di bidang CDMA

ALCATEL, di bidang fixed & optical access network Ericsson, di bidang akses

Hua Wei, di bidang switching & akses

Dari serangkaian tahapan restrukturisasi yang telah dilakukan, INTI kini memantapkan langkah transformasi mendasar dari kompetensi berbasis manufaktur ke engineering solution. Hal ini akan membentuk INTI menjadi semakin adaptif terhadap kemajuan teknologi dan karakteristik serta perilaku pasar.

Dari pengalaman panjang INTI sebagai pendukung utama penyediaan infrastruktur telekomunikasi nasional dan dengan kompetensi sumberdaya manusia yang terus diarahkan sesuai proses transformasi tersebut, saat ini INTI bertekad untuk menjadi mitra terpercaya di bidang penyediaan jasa profesional dan solusi total yang fokus pada Infocom System & Technology Integration(ISTI).


(24)

BAB III

PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Bidang pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan oleh penulis yaitu di bagian keuangan divisi pajak dan asuransi, kemudian penulis ditempatkan dibagian pajak. selama melaksanakan kerja praktek penulis dibimbing oleh ketua urusan pajaknya sendiri.

3.1.1 Pengertian Prosedur

Adapun Pengertian Prosedur menurut Mulyadi dalam Buku Sistem Akuntansi (2008,5) bahwa:

Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

3.1.2 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodihardjo, SH yang dikutip oleh Waluyo dalam buku perpajakan (2006,2) bahwa :

“ Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan- peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum


(25)

berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”

3.1.3 Pengelompokan Pajak

Menurut Waluyo Pajak dapat dikelompokan kedalam kelompok : 1. Menurut Golongan

a. Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut Sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaaan dan pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip:

a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak.

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memerhatikan keadaaan diri wajib pajak

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.


(26)

3. Menurut Pemungut dan Pengelolaannya

a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. ( Waluyo, 12, 2006 ).

3.1.4 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 3.1.4.1Pengertian PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke

konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau

Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. (www.wikipedia.com)

Pengertian Pajak Pertambahan nilai menurut Tugiman bin Sarjono, S,E. M.M dkk (2008,207) dalam Buku Grey Area Perpajakan disebutkan bahwa :

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak atas pemakaian atau konsumsi barang dan atau jasa didalam daerah pabean Indonesia.”


(27)

3.1.4.2Dasar Hukum PPN

Undang-undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) adalah Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009. ( modul brevet:3)

3.1.4.3Obyek dan Subyek PPN

Menurut UU PPN pasal 4 tahun 2009 Obyek PPN dikenakan atas :

1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-Syaratnya adalah :

Barang berwujud yang diserahkan berupa BKP;

Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud;

Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;

Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

2. Impor BKP

3. Penyerahan JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah:

Jasa yang diserahkan merupakan JKP;

Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;

Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.


(28)

4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean;

5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean; 6. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak;

7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

8. penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak unutk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehaannya dapat dikreditkan. (Mardiasmo, 260, 2006).

Adapun untuk lebih jelasnya perbedaan dalam subjek dan objek PPN terdapat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.1

Subjek dan objek PPN

No Objek PPN

Pihak-pihak yang paling dekat dengan objek PPN

Subjek Pajak Keterangan

1 Penyerahan BKP Penjual & pembeli Penjual (PKP)

Pilihan UU PPN Pasal 1 angka 15 2 Penyerahan JKP Penjual & Pembeli Penjual

(PKP) 3 Penyerahan aktiva

bekas (Ps. 16D UU PPN)

Penjual &Pembeli Penjual (PKP) 4 Ekspor BKP Eksportir &

pembeli di LN

Eksportir (PKP)

Penjual ada di LN, di luar yurisdiksi perpajakn


(29)

Indonesia

5 Impor BKP Importir dan

penjual di LN

Eksportir (PKP/Non PKP) 6 Pemanfaatan BKP

tidak berwujud dari luar aerah pabean

Pihak yang

memanfaatkan di DN dan Penjual

BKP tidak

berwujud di LN

Pihak yang memanfaatka n di DN (PKP/Nn PKP) 7 Pemanfaatan JKP

dari luar daerah pabean

Pihak yang

memanfaatkan di DN dan penjual JKP di LN

Pihak yang memanfaatka n di DN (PKP/Non PKP) 8 Kegiatan

membangun sendiri

oleh orang

pribadi/badan tidak dalam kegiatan usaha/pekerjaannya

Pihak yang

membangun sendiri baik orang pribadi atau badan

Pihak yang membangun sendiri baik orang pribadi atau badan (PKP/Non PKP)

Satu-satunya pihak yang paling dekat dengan objek

Dari tabel diatas, tampak jelas bahwa Subjek Pajak atas objek PPN atas penyerahan BKP/JKP, penyerahan aktiva bekas, dan ekspor BKP adalah PKP. Hal ini diuraikan dengan jelas pada Pasal 1 angka 14, 15 serta Pasal 3A ayat (1) dan ayat (2) UU PPN dan PPn BM.

Sehingga tidak beralasan tidak apabila ada pembeli yang membeli BKP/JKP dari penjual yang tidak memungut PPN, kemudian pembeli tersebut ditagih PPN nya. Karena pembeli bukan subjek pajak PPN sehingga tidak terutang PPN. Subjek pajaknya adalah penjual BKP/JKP tersebut, sehingga PKP penjual yang harus bertanggungjawab atas mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN yang terutang.


(30)

Demikian juga tidak beralasan apabila PKP pembeli yang telah mengkreditkan PPN Masukan atas pembelian BKP/JKP dan memiliki faktur pajak yang sah serta bukti pembayaran PPN-nya, ternyata dikoreksi pajak masukannya karena alasan PKP penjual tidak menyetorkan dan melaporkan atau dikonfirmasi tidak ada. Karena peristiwa tersebut adalah tanggung jawab PKP penjual di luar kendala PKP pembeli.

Subyek PPN terdiri dari: 1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Yaitu orang pribadi atau pengusaha sebagaimana yang melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN, tidak termasuk pengusaha kecil (PK) yang batasannya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan, kecuali PK yang memilih dikukuhkan menjadi PKP.

2. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. ataupun pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan Barang kena pajak dan atau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp. 600.000.000,00. Adapun batasan pengusaha kecil sebelumnya adalah peredaran bruto Rp. 360.000.000,00 dalam setahun yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan jasa kena pajak tetapi penyerahan barang kena pajaknya lebih dari 50% dari total peredaran bruto dan penerimaan bruto. Dan peredaran bruto Rp. 180.000.000,00 dalam setahun untuk pengusaha yang melakukan penyerahan


(31)

barang kena pajak dan jasa kena pajak, tetapi dalam penyerahan jasa kena pajaknya lebih dari 50% dari total peredaran bruto dan penerimaan bruto. 3. Orang Pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak(BKP) tidak

berwujud atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak(JKP) dari luar daerah pabean didalam daerah pabean. ( Diana Sari, 2007, 35)

3.1.4.4Barang kena pajak (BKP) dan Jasa kena Pajak (JKP)

Barang Kena Pajak menurut pasal 1 huruf c dan huruf b lama UU PPN 1984 sebelum 1 januari 1995, pengertian Barang Kena Pajak dirumuskan sebagai berikut:

Barang kena pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak sebagai hasil proses pengolahan barang (pabrikasi) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini.

Sedangkan dalam pasal 1 angka 3 dan angka 2UU PPN tahun 1984, Barang kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak maupun barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini. ( Untung Sukardji, 66, 2006).

Dan Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang


(32)

dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN dan PPnBM. ( Waluyo, 342, 2006)

3.1.4.5Barang Dan Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN

Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak, sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tidak dikenakan PPN, yaitu:

A. Jenis Barang Yang Tidak Dikenakan PPN

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, meliputi :

a) Minyak mentah b) Gas bumi c) Panas bumi d) Pasir dan Kerikil

e) Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara dan

f) Biji timah, biji besi, biji tembaga, biji nikel, biji perak, seta biji bauksit.


(33)

g) Barang hasil pertambangan dan pengeboran lainnya yang diambil langsung dari sumbernya.

2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu:

a. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras ketan hitam atau beras ketan putih dalam bentuk:

Beras berkulit ( padi atau gabah ) selain untuk benih. Digiling

Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun tidak.

Beras Pecah

Menir ( Groats) dari beras.

b. Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kemerahan atau popcorn ( jagung brondong), dalam bentuk :

agung yang telah dikupas maupun belum atau jagung tongkol dan biji jagung atau jagung pipilan.

Munir (groats) atau bneras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran.

c. Sagu, dalam bentuk : Empulur Sagu


(34)

d. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kunin g atau kedelai hitam dalam bentuk pecah dan utuh.

e. Garam baik yang beriodium maupun tidak beriodium termasuk Garam meja.

Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kg atau lebih, dengan kadar Na CL 94,7% (dry Basis).

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi ditempat maupun tidak. Dan tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha katering atau usaha jasa boga.

4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

B. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN

1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik meliputi:

a. Jasa dokter umum, jasa dokter spesialis, jasa dokter gigi. b. Jasa dokter hewan.

c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gizi, fisioterapi, ahli gigi.

d. Jasa kebidanan, dan dukun bayi. e. jasa paramedis, dan perawat dan


(35)

f. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium.

2. Jasa dibidang Pelayanan sosial, meliputi:

a. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.

b. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial. c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.

d. Jasa lembaga rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial. e. Jasa pemakaman termasuk krematorium.

f. Jasa dibidang olahraga kecuali yang bersifat komersial. g. Jasa pelayanan sosial lainnya kecuali yang bersifat komersial. 3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan

oleh PT. Pos Indonesia (Persero).

4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi, meliputi :

a. Jasa perbankan, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan surat kontrak ( perjanjian ), serta anjak piutang.

b. Jasa asuransi, tidak temasuk broker asuransi, dan c. Jasa sewa guna usaha dengan hak opsi.

5. Jasa di bidang keagamaan, meliputi : a. Jasa pelayanan rumah ibadah.


(36)

b. Jasa Pemberian khotbah atau dakwah, dan c. Jasa lainnya di bidang keagamaan.

6. Jasa di bidang pendidikan, meliputi :

a. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional. b. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus 7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak

tontonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial. Seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.

8. Jasa di bidang penyiaran yang bersifat iklan seperti jasa penyiaran radio atau televisi baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.

9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air, meliputi jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau maupun di sungai yang dilakukan oleh Pemerintah maupun oleh swasta.


(37)

10.Jasa di bidang tenaga kerja meliputi: a. Jasa tenaga Kerja.

b. Jasa Penyediaan tenaga kerja sepanjang pegusaha penyedia bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut, dan

c. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja. 11.Jasa Di bidang perhotelan, meliputi :

a. Jasa Persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hotel.

b. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah Izin Mendirikan Bangunan, pemberian ijin usaha perdagangan, pembdrian Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP). (www.pajak.go.id)

3.1.5 Pajak Masukan

3.1.5.1Pengertian Pajak Masukan

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena perolehan Barang Kena Pajak atau Penerimaan jasa kena pajak dan atau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau Pemanfaatan


(38)

Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean dan atau impor Barang Kena Pajak. (Undang-Undang pajak, 248, 2009)

3.1.5.2Pajak Masukan Yang Tidak Dapat dikreditkan

Pajak Masukan pada dasarnya dapat dikreditkan terhadap pajak keluaran. Akan tetapi tidak semua Pajak Masukan dapat dikreditkan. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk:

1) Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.

2) Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha.

3) Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van dan kombi, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.

4) Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.

5) Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutan pajaknya berupa Faktur Pajak Sederhana.

6) Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (5) UU PPN, yang biasanya disebut Faktur Pajak Cacat.


(39)

7) Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

8) Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak.

9) Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.

10)Berkenaan dengan:

Penyerahan kendaraan bermotor bekas.

Penyerahan jasa yang dilakukan oleh pengusaha biro perjalanan atau biro pariwisata.

Jasa pengiriman paket. Jasa anjak piutang.

Kegiatan membangun sendiri. ( Undang-undang Pajak tahun 2009, 252, 2009).


(40)

3.1.6 Pajak Keluaran

3.1.6.1Pengertian Pajak Keluaran

Menurut pasal 1 angka 25 Undang-undang nomor. 18 tahun 2000

“Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak”.

3.1.6.2Skema Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

Pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP harus memungut pajak keluaran atas penyerahan barang atau jasa tersebut sesuai dengan ketentuan yang ada dalan undang-undang PPN No. 42 tahun 2009 dan menyetorkan dan juga melaporkan SPT Massa.

Gambar 3.1 Skema Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Keluaran

Pengusaha Kena Pajak

Penjualan BKP Dalam Negeri

Diperhitungkan sebagai Pajak Keluaran sesuai dengan UU PPN No.42

Tahun 2009

Memungut

Menyetor


(41)

3.1.7 Saat Dan Tempat Pajak Terhutang 3.1.7.1Saat Pajak Terutang

Pajak terutang pada saat:

1) Penyerahan Barang kena pajak atau jasa kena pajak 2) Impor Barang kena pajak atau jasa kena pajak

3) Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean

4) Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.

5) Ekspor barang kena pajak

6) Pembayaran dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan barang kena pajak atau sebelum jasa kena pajak dari luar daerah pabean didalam daerah pabean. (Undang-Undang Pajak tahun 2009, 253, 2009).

3.1.7.2Tempat Terutangnya Pajak

1. Untuk penyerahan BKP atau JKP : a) Tempat tinggal.

b) Tempat Kedudukan. c) Tempat Kegiatan Usaha


(42)

3. Untuk pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah pabean, di tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar sebagai wajib pajak.

4. Untuk kegiatan membangun sendiri oleh PKP yang dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya atau oleh bukan PKP, ditempat bangunan tersebut didirikan.

5. Tempat lain yang ditetapkan dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak.

3.2Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama melakukan praktek kerja lapangan di PT. INTI yaitu dengan cara dibimbing, diarahkan, dan dinilai oleh pembimbing dari perusahaan. Kegiatan yang dilakukan penulis diantaranya: 1. Menyesuaikan faktur pajak pembelian ( Pajak masukan ) maupun faktur pajak

penjualan ( Pajak Keluaran) dengan data yang sudah diinput guna meneliti agar data yang diinput tidak salah.

2. Menginput data dari faktur pajak ke dalam SPT PPN dll.

3.3Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Pajak Masukan dan Pajak Keluaran di PT. Inti Bandung Prosedur Pajak Masukan dan Pajak Keluaran ini merupakan urutan kegiatan sehubungan dengan timbulnya transaksi pemungutan pajak dalam negeri dan penyerahan barang kena pajak yang menyebabkan adanya pajak yang wajib


(43)

dipungut yang berupa pajak masukan dan pajak keluaran, beserta pengurusan Pemprosesan dokumen dan dokumen apa saja yang digunakan dalam prosedur ini. Dan adapun prosedur ini di awali dengan adanya pembagian dua fungsi ataupun dua departemen didalamnya. Yaitu terdapat fungsi Penagihan dan fungsi Pajak Corporate.

Fungsi penagihan menerbitkan faktur pajak rangkap 3 ( tiga) dengan meminta nomor seri dari fungsi keuangan guna penagihan ke pembeli dan kemudian menyerahkan faktur pajak masukan dan pajak keluaran tersebut ke fungsi keuangan unutuk ditandatangani dan membuat bukti penerimaan keuangan. Dan setelah itu melakukan entry data faktur pada aplikasi e-SPT masa, menyiapkan seluruh Faktur Pajak asli dalam suatu masa pajak dan menyerahkannya kepada fungsi pajak paling lambat setiap bulan beserta rekapitulasi yang telah dicetak, kemudian dicopy dan dilakukan arsip dokumen pajak.

Fungsi Pajak corporate menerima faktur pajak lembar ke-2 (kedua) da ke-3 (tiga) dari fungsi penagihan dan dilanjutkan dengan memisahkan faktur pajak lembar ke-2 untuk KPP dan lembar ke-3 untuk diarsip, melakukan pencetakan rekap faktur pajak masukan dan pajak keluaran dan melakukan pengecekan dengan faktur pajak lembar ke-2 dan lembar ke-3. setelah itu melakukan konsolidasi atau penggabungan antara pajak masukan dan pajak keluaran, baik dengan faktur pajak masukan atau pajak keluaran untuk melihat hasil pajak masukan yang telah dikreditkan terhadap pajak keluaran, dan apabila hasil dari


(44)

pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan maka kekurangan SPT masa PPN Masa kurang bayar akan disetorkan ke Bank Persepsi atau Pos dan Giro, dan apabila Pajak keluaran lebih kecil daripada pajak masukan maka untuk SPT Masa PPN maka lebih bayar tersebut akan dikompensasikan ke masa pajak berikutnya ataupun dilakukan restitusi, disumbangkan ke negara. Adapun bagan alir dari prosedur diatas adalah sebagai berikut:


(45)

PROSEDUR PAJAK PPN PEMBELIAN DALAM NEGERI

VENDOR FUNGSI ADUM FUNGSI PAJAK KETERANGAN

FP PEMB

1

FP PEMB

2

FP PEMB

N

FP PEMB

= 3

RFP

N

FP PEMB= FAKTUR PAJAK PEMBELIAN

RFP= REKAP FAKTUR PAJAK MULAI/AKHIR

DOKUMEN

PROSES PENYELESAIAN DOKUMEN/ADM

PROSES ENTRY DATA ARAH ARUS

PROSES

ARSIP

Gambar 3.2 Prosedur Pajak PPN Pembelian

3.3.1.1Dokumen Yang Digunakan

Adapun dokumen yang digunakan atau di perlukan dalam hal prosedur Pajak PPN Pembelian dan dalam hal ini berupa pajak masukan karena melakukan pembelian dalam negeri yaitu terdiri dari :


(46)

1. Faktur Pajak

Faktur Pajak dalam hal ini yaitu merupakan suatu adanya bukti pungutan PPN karena adanya transaksi pembelian ataupun perolehan BKP atau JKP dan atas Penyerahan BKP atau JKP didalam daerah pabean.

2. Rekapitulasi Faktur Pajak

Rekapitulasi faktur pajak ini merupakan bentuk dari seluruh penggabungan laporan dari beberapa faktur pajak baik yang dapat dikreditkan ataupun yang tidak dapat dikreditkan yang berisi tentang besarnya pajak yang harus dibayar, yang tertuang dan disajikan menjadi sebuah laporan atau informasi untuk diproses lebih lanjut untuk dilakukan pengecekan.

3.3.2 Prosedur Pembayaran atau Penyetoran PPN di PT. Inti Bandung

Prosedur Pembayaran Pajak PPN Pembelian Dalam Negeri ini merupakan serangkaian kegiatan yang rutin dilaksanakan sehubungan dengan kewajiban menghitung dan menyetorkannya, dengan prosedur sebagai berikut:

Prosedur ini didalamnya terdapat beberapa fungsi ataupun divisi yang sangat berkaitan erat dengan Prosedur Pembayaran PPN ini dan beberapa fungsi itu terbagi atas 2 fungsi yaitu fungsi pembayaran dan fungsi pajak corporate.

Pengajuan untuk pembayaran PPN yang harus dibayarkan ataupun disetorkan terlebih dahulu di Fungsi Pajak Corporate dengan menerbitkan atau membuat daftar pajak masukan 1107 B dan daftar pajak keluaran 1107 A untuk mengetahui


(47)

jumlah keseluruhan pajak masukan dan pajak keluaran yang telah ditandatangani oleh manager pajak dan kemudian jumlah pajak masukan dan pajak keluaran tersebut dimasukan kedalam induk SPT Masa PPN dan surat setoran pajak ( SSP). Dan juga menerbitkan bukti pengeluaran keuangan ( Voucher ), sesuai jumlah yang tertera pada jumlah pada induk SPT masa PPN dan Surat setoran Pajak (SSP) dan rekap rencana pembayaran yang kemudian ditanda tangani oleh Pihak pihak tertentu yang kemudian diserahkan kepada fungsi pembayaran untuk proses penerbitan giro.

Fungsi pembayaran corporate menerima bukti pengeluaran keuangan dan dokumen pajak asli dari fungsi Pajak corporate, kemudian menerbitkan giro dan menyetorkannya pada Bank Persepsi atau Pos dan Giro, Bank memberi cap lunas pada giro tersebut.

Fungsi pajak corporate menerima Giro atau surat transfer dari fungsi pembayaran corporate kemudian fungsi pajak melakukan pengisian SSP ( Surat Setoran Pajak ) rangkap dan menyerahkan kepada Bank Persepsi atau Pos dan Giro beserta Copy Giro paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya sebagai Pembayaran Pajak. Surat setoran pajak ( SSP ) yang telah ditanda tangani oleh dan cap Bank Persepsi atau Pos dan Giro dan didistribusikan kepada :

a. Lembar ke-1 ( ke-satu) untuik arsip Wajib Pajak. b. Lembar ke-2 ( ke-dua) untuk KPP melalui KPKN. c. Lembar ke-3 (ke-tiga) untuk KPP


(48)

e. Lembar ke-5 (ke-lima) untuk Wajib Pajak atau Pihak Lain.

Kemudian melakukan entry data atau edit data PPN masukan dan PPN keluaran dan PPN yang tidak dapat dikreditkan, dan menerima bukti penerimaan surat dan Bukti SSP yang kemudian di arsip seluruh dokumen di fungsi pajak. Dan untuk lebih jelasnya adapun bagan alir dari prosedur diatas adalah sebagai berikut :


(49)

PROSEDUR PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK PPN

Fungsi Pajak Fungsi Pembayaran Keterangan

RP BPK SSP SPT PPN MASA

1

RP BPK SSP SPT PPN MASA

2 RP SSP SPT GIRO ASLI

SETOR KE BANK PERSEPSI RP BPK SSP SPT PPN MASA RP BPK SSP SPT PPN MASA

KE POS GIRO

DARI POS GIRO

RP BPK SSP SPT PPN MASA 3 N N

SPT PPN= PEMBERITAHUAN SURAT PPN MASA

SSP = SURAT SETORAN PAJAK

BKP =

BUKTI PENGELUARAN

KEUANGAN

RP = GIRO = RENCANA PEMBAYARAN DOKUMEN BANK MULAI/AKHIR DOKUMEN PROSES PENYELESAIAN DOKUMEN/ADM PROSES ENTRY DATA ARAH ARUS PROSES ARSIP


(50)

3.3.2.1Dokumen Yang digunakan

Adapun dokumen yang digunakan dalam prosedur diatas adalah sebagai berikut:

1. Surat Pemberitahuan ( SPT ) masa PPN 1107 B merupakan laporan bulanan yang dapat disampaikan oleh pengusaha kena pajak yang digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak PPN.

2. Surat Setoran Pajak ( SSP ) digunakan sebagai sarana untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak PPN yang terutang.

3. Bukti Pengeluaran Keuangan merupakan sarana yang dilakukan oleh pihak tertentu dan dalam hal ini bagian pajak meminta agar dari fungsi pembayaran dapat menyediakan dana untuk melakukan pembayaran Pajak PPN.

4. Rencana Pembayaran atau Rekapitulasi PPN merupakan laporan akhir mengenai jumlah rencana pembayaran PPN yang akan dibayarkan.

5. Giro yaitu merupakan surat perintah bayar yang diterbitkan oleh fungsi pembayaran untuk menyetorkan pajak PPN ke Bank persepsi. dan bukti giro ini untuk diperlihatkan kepada kantor pos atau bank persepsi sebagai bukti bahawa telah melakukan pembayaran atau penyetoran pajak PPN.

6. Bukti Penerimaan surat ini merupakan bukti bahwa pihak perusahaan telah menerima surat yang didalamnya berisi telah menyetokan PPN ke KPP setempat.


(51)

7. Daftar Pajak masukan 1107 B dan pajak keluaran 1107 A yaitu merupakan seluruh penggabungan transaksi pembelian ataupun penyerahan barang yang di input dengan fasilitas e-SPT PPN Masa.


(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama melakukan kerja praktek serta analisa yang dilakukan terhadap pokok bahasan yang telah diuraikan dan dijelaskan pada Bab-Bab sebelumnya, maka penulis mencoba untuk menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Prosedur Pajak Masukan dan Pajak Keluaran di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia ( persero ), telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang telah ditentukan. Baik dalam pemrosesan maupun kelengkapan dokumen-dokumen yang mendukung untuk dilakukannya penghitungan dalam proses pembayaran PPN yang terutang. Dalam penggunaan faktur pajak standar yang dibuat untuk dilakukan pemungutan PPN telah dilaksanakan dengan benar. 2. Pelaksanaan Penyetoran ataupun Pembayaran PPN di PT. Industri

Telekomunikasi Indonesia ( persero), telah terlaksana dengan baik. Baik dalam penyetoran, menggunakan formulir Surat Setoran Pajak ( SSP ) sebanyak 5 lembar, dan dalam pengisiannya dilaksanakan secara baik dan benar. PT. Industri Telekomunikasi Indonesia ( persero) selalu tepat waktu dalam menyetorkan PPN yaitu sebelum tanggal 15 Masa pajak berikutnya,


(53)

dan apabila terjadi lebih bayar akan dilakukan kompensasi untuk masa pajak bulan berikutnya.

4.2 Saran

Saran di kemukakan dengan harapan dapat berguna dan dapat menunjang aktifitasnya terutama yang berhubungan dengan Prosedur pajak masukan dan pajak keluaran. Adapun saran- saran yang ingin disampaikan oleh penulis kepada perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Dalam melakukan penginputan faktur lebih baik dilakukan dengan lebih teliti supaya tidak salah dalam outputnya. Sehingga tidak kesulitan untuk menyesuaikannya berulang kali serta agar prosedur pajak masukan dan pajak keluaran dilaksanakan dengan baik.

2. Data yang diarsipkan lebih baik di cek setiap tahun agar lebih rapi dan lebih mudah dalam mengarsipkannya.


(54)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Dalam Menempuh Jenjang SI

Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : NURHAETI

NIM : 21107009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(55)

Tax center UNIKOM. 2010. Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu

Sukardji Untung. ( 2006 ). Edisi Revisi Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat

Devano, sony. S.E., M.Ak. dan siti kurnia rahayu, S.E., Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu.

Jakarta : Kencana, 2006

Mulyadi. ( 2008 ). Cetakan ke Empat Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Bin Sarjono, tugiman, S.E, MM, BKP DKK. ( 2008). Grey Area Perpajakan. Jakarta: Gemilang Gagasindo Handal PT.

Mardiasmo, 2006, Perpajakan Edisi Revisi. 2006, Yogyakarta, Andi.

Anonim. ( 2009 ). Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2009. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sari Diana. ( 2007 ). Perpajakan. Bandung.

http://www.pajak.go.id/


(56)

(57)

Nama Lengkap : Nurhaeti

Tempat Tanggal Lahir : Cianjur, 10 Mei 1989 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tongkeng No. 5 Bandung

No. Telp : 08997985431

Data Pendidikan

1. Tahun 2001 Lulus Sekolah dasar ( SD) Sukajaya Cianjur

2. Tahun 2004 Lulus Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) 2 Pagelaran Cianjur 3. Tahun 2007 Lulus Madrasah Aliyah ( MA ) Tanggeung Cianjur

4. Tahun 2007 Sampai Sekarang Tercatat Sebagai Mahasiswa Akuntansi Universitas Komputer Indonesia ( UNIKOM )


(1)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama melakukan

kerja praktek serta analisa yang dilakukan terhadap pokok bahasan yang telah

diuraikan dan dijelaskan pada Bab-Bab sebelumnya, maka penulis mencoba

untuk menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Prosedur Pajak Masukan dan Pajak Keluaran di PT. Industri

Telekomunikasi Indonesia ( persero ), telah terlaksana dengan baik dan

sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang telah ditentukan. Baik

dalam pemrosesan maupun kelengkapan dokumen-dokumen yang

mendukung untuk dilakukannya penghitungan dalam proses pembayaran

PPN yang terutang. Dalam penggunaan faktur pajak standar yang dibuat

untuk dilakukan pemungutan PPN telah dilaksanakan dengan benar.

2. Pelaksanaan Penyetoran ataupun Pembayaran PPN di PT. Industri

Telekomunikasi Indonesia ( persero), telah terlaksana dengan baik. Baik

dalam penyetoran, menggunakan formulir Surat Setoran Pajak ( SSP )

sebanyak 5 lembar, dan dalam pengisiannya dilaksanakan secara baik dan

benar. PT. Industri Telekomunikasi Indonesia ( persero) selalu tepat waktu


(2)

54

dan apabila terjadi lebih bayar akan dilakukan kompensasi untuk masa

pajak bulan berikutnya.

4.2 Saran

Saran di kemukakan dengan harapan dapat berguna dan dapat menunjang

aktifitasnya terutama yang berhubungan dengan Prosedur pajak masukan dan

pajak keluaran. Adapun saran- saran yang ingin disampaikan oleh penulis

kepada perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Dalam melakukan penginputan faktur lebih baik dilakukan dengan lebih

teliti supaya tidak salah dalam outputnya. Sehingga tidak kesulitan untuk

menyesuaikannya berulang kali serta agar prosedur pajak masukan dan

pajak keluaran dilaksanakan dengan baik.

2. Data yang diarsipkan lebih baik di cek setiap tahun agar lebih rapi dan


(3)

DI PT. INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA

Laporan Kerja Praktek

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Dalam Menempuh Jenjang SI

Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : NURHAETI

NIM : 21107009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(4)

55

DAFTAR PUSTAKA

Tax center UNIKOM. 2010. Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu

Sukardji Untung. ( 2006 ). Edisi Revisi Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat

Devano, sony. S.E., M.Ak. dan siti kurnia rahayu, S.E., Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu.

Jakarta : Kencana, 2006

Mulyadi. ( 2008 ). Cetakan ke Empat Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Bin Sarjono, tugiman, S.E, MM, BKP DKK. ( 2008). Grey Area Perpajakan. Jakarta: Gemilang Gagasindo Handal PT.

Mardiasmo, 2006, Perpajakan Edisi Revisi. 2006, Yogyakarta, Andi.

Anonim. ( 2009 ). Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2009. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sari Diana. ( 2007 ). Perpajakan. Bandung.

http://www.pajak.go.id/


(5)

(6)

71

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Nurhaeti

Tempat Tanggal Lahir : Cianjur, 10 Mei 1989

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tongkeng No. 5 Bandung

No. Telp : 08997985431

Data Pendidikan

1. Tahun 2001 Lulus Sekolah dasar ( SD) Sukajaya Cianjur

2. Tahun 2004 Lulus Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) 2 Pagelaran Cianjur

3. Tahun 2007 Lulus Madrasah Aliyah ( MA ) Tanggeung Cianjur

4. Tahun 2007 Sampai Sekarang Tercatat Sebagai Mahasiswa Akuntansi Universitas Komputer