6 sel tubuh. Di samping itu rosela juga mengandung protein, kalsium, dan unsur lain
yang diperlukan oleh tubuh Mardiah et al., 2009.
A B C
Gambar 1. Tahapan Terbentuknya Kelopak Bunga Rosela. Terbentuknya kelopak bunga rosela dimulai dari kuncup bunga rosela A, kemudian
berkembang menjadi mahkota bunga rosela B, dan terbentuk kelopak bunga rosela C
d. Khasiat
Peneliti dari Jepang, De-Xing Hou menemukan senyawa antosianin
delphinidin 3-sambubioside dan cyanidin 3-sambubioside dalam rosela .
Senyawa tersebut mampu mengatasi kanker darah atau leukemia, sehingga banyak yang
menyebutnya sebagai senyawa antikanker Mardiah et al., 2009. Rosela juga dapat menurunkan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein LDL darah pada
wanita post menopause secara signifikan Maharani, 2010, mempunyai aktifitas menurunkan tekanan darah hipotensi Bako, 2009. Khasiat lain tanaman rosela
yang telah dikenal di antaranya sebagai antikejang antispasmodik, mengobati cacingan antelmintik, dan sebagai antibakteri Maryani dan Kristiana, 2008.
2. Metode Ekstrasi
Ekstraksi adalah penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah obat menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat yang diinginkan akan larut.
7 Pemilihan sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus berdasarkan
kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif dan seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan Ansel, 1989. Ada
beberapa metode dasar ekstraksi yang dipakai untuk penyarian diantaranya yaitu maserasi, perkolasi, dan sokhletasi. Penelititan terhadap metode tersebut
disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik Anonim, 1986.
Maserasi adalah suatu proses penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Penyari akan masuk ke dalam
sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah proses difusi.
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan Anonim, 1986.
3. Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas dan uniseluler. Sel berisi massa sitoplasma dan inti yang tidak memiliki membran inti Pelczar dan Chan, 2007.
Berdasarkan sifat pengecatannya bakteri dibedakan atas bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang pada pengecatan
Gram tahan terhadap alkohol, sehingga tetap mengikat warna cat pertama Gram
8 A dan tidak mengikat warna yang kedua sehingga bakteri akan berwarna ungu.
Contoh bakteri Gram positif adalah Staphylococcus, Streptococcus, dan Propionibacterium acne
. Sedangkan Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang
pada pengecatan Gram tidak tahan terhadap alkohol, sehingga warna cat pertama Gram A akan berwarna merah, contoh bakteri Gram negatif adalah Shigella,
Klebsiella, P. aeruginosa, dan Salmonella Gibson, 1996. a.
Pseudomonas aeruginosa Sistematika Pseudomonas aeruginosa adalah sebagai berikut :
Kingdom : Prokaryota
Division : Schizomycetae
Class :
Schizomycetae Ordo
: Pseudomonadales Familia
: Pseudomonadaceae Genus
: Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa Salle, 1961.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang berbentuk batang, bergerak, dan tumbuh baik pada suhu 37-42°C. Pseudomonas merupakan bakteri
Gram negatif yang banyak ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan. P. aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi
kehijauan Jawetz et al., 2005. Pseudomonas aeruginosa tidak bertindak sebagai penginvasi utama, tetapi
organisme ini menyebabkan infeksi dan penyakit gawat dalam keadaan: infeksi pada luka jika masuk melalui fungsi lumbar dan infeksi saluran kencing masuk
9 kateter,
menginfeksi ventilasi pernapasan, sepsis fatal pada penderita leukemia, dan resistensinya terhadap banyak antibiotik Volk dan Wheeler, 1990.
Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di lingkungan lembab di rumah sakit. P. aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka
dan luka bakar, menimbulkan nanah hijau kebiruan, meningitis, bila masuk bersama punksi lumbal dan infeksi saluran kemih. P. aeruginosa dapat menyerang
aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal, ini biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma Jawetz et al., 2005.
b. Shigella dysenteriae
Klasifikasi Shigella dysenteriae adalah sebagai berikut : Divisio :
Monomychota Subdivisio : Schizomycetea
Clasiss : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Tribe : Eschericeae
Genus : Shigella
Species : Shigella dysenteriae Anonim, 1993.
Kelompok bakteri Shigella adalah kuman patogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit shigellosis atau sering disebut disentri
basiler Supardi dan Sukamto, 1999. Disentri basilar merupakan penyakit yang
dikarenakan adanya bakteri Shigella dimana terjadi infeksi pada usus besar Volk dan Wheeler, 1990. Infeksi Shigella hampir selalu terbatas pada saluran
10 pencernaan, perpindahan ke aliran darah sangatlah jarang. Gejala yang
ditimbulkan diantaranya adalah mulas dan kejang perut, diare yang bercampur darah dan mukosa, demam sampai 40
o
C, malaise, dan kadang disertai muntah Supardi dan Sukamto, 1999. Disentri basilar adalah penyakit endemis di
Indonesia, hal ini disebabkan karena sanitasi lingkungan yang kurang memadai Anonim, 1994. Shigella dysenteriae memproduksi eksotoksin tidak tahan panas
dan mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan syaraf pusat. Eksotoksin merupakan enterotoksin yang dapat menimbulkan diare. Infeksi Shigella sangat
menular, untuk menimbulkan infeksi diperlukan dosis kurang dari 10
3
organisme sedangkan untuk salmonella dan vibrio adalah 10
5
-10
8
organisme Jawetz et al., 2005. S. dysenteriae berbentuk batang, pewarnaan Gram bersifat Gram negatif,
dan tidak berflagel. Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4-7,8, suhu pertumbuhan optimum 37
˚ C. Semua Shigella
meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragikan laktosa kecuali Shigella sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri–bakteri
Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini dapat juga dibagi menjadi
bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak Jawetz et al., 2005.
4. Antibakteri