9
3. Absorpsi obat lewat rektal
Absorpsi adalah proses yang lebih cepat dari pada proses difusi obat dari basis ke cairan rektum, difusi obat ke permukaan absorpsi mempunyai
kecepatan terbatas pada absorpsi rektal. Rektum merupakan bagian akhir dari saluran cerna yang terdiri atas
dua bagian yaitu bagian superior yang cembung dan bagian inferior yang cekung. Panjang total rektum pada manusia dewasa rata-rata adalah 15-19 cm,
12-14 cm bagian pelvinal dan 5-6 cm bagian perineal. Rektum memiliki dua peran mekanik, yaitu sebagai tempat penampungan feses dan mendorongnya
saat pengeluaran. Adanya mukosa memungkinkan terjadinya penyerapan yang tidak dapat diabaikan, hal ini menguntungkan pada pengobatan dengan
supositoria Aiache dan Devissaguet, 1993.
Gambar.1 Persediaan Darah di Daerah Rektal Tukker, 2002
10
Langkah-langkah absorpsi rektal melalui tiga tahap: a.
Pelelehan bentuk sediaan karena temperatur tubuh, b.
Difusi zat aktif dari basis yang meleleh dalam hal ini viskositas dan koefisien partisi sangat berpengaruh,
c. Penetrasi zat aktif yang larut lewat sel epitel mukosa membran. Hal ini
sangat tergantung dari sifat fisika-kimia zat aktif. Absorpsi obat melalui rektal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Faktor-faktor fisiologis
1. Kandungan kolon
Absorpsi obat yang berefek sistemik lebih besar dan lebih banyak terjadi pada rektum yang kosong dari pada rektum yang digelembungkan
oleh feses. Obat lebih mungkin berhubungan dengan permukaan rektum dan kolon yang mengabsorpsi saat tidak ada feses. Keadaan lain seperti
gangguan kolon akibat pertumbuhan tumor dan dehidrasi jaringan dapat mempengaruhi kadar dan tingkat absopsi dari rektum.
2. Jalur sirkulasi
Obat diabsorpsi melalui rektum tidak melalui sirkulasi portal, dengan demikian obat dimungkinkan untuk tidak dimetabolisme dalam
hati, untuk memperoleh efek sistemik. 3.
pH dan adanya kemampuan mendapar yang rendah cairan rektum Cairan rektum memiliki pH 7,2-7,4 dan kemampuan memadat
rendah, maka pH rektum mudah diubah dengan penambahan dapar yang sesuai dengan pH pembawa yang digunakan pada pembuatan supositoria,
11
sehingga dapat meningkatkan penyerapan sejumlah zat aktif Florence dan Attwood, 1981.
b. Faktor-faktor fisika kimia dari obat dan basis
1. Kelarutan lemak-air
Koefisien partisi lemak-air suatu obat merupakan pertimbangan yang penting pada pemilihan basis supositoria dan dalam antisipasi
pelepasan obat dari basis tersebut. 2.
Ukuran partikel Obat yang tidak larut dalam supositoria maka ukuran partikelnya
akan mempengaruhi jumlah obat yang dilepas dan melarut. Semakin kecil ukuran partikel, semakin mudah melarut dan lebih besar kemungkinannya
untuk diabsorpsi. 3.
Sifat basis Basis harus dapat mencair, melunak atau melarut supaya
melepaskan kandungan obatnya untuk diabsorpsi.
Gambar. 2 Skema Absorpsi Rektal Florence dan Attwood, 1981
4. Uji sifat fisik supositoria