Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Dan Tingkat Modal Sosial Pengurus Dengan Peranan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).

1

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DAN
TINGKAT MODAL SOSIAL PENGURUS DENGAN PERANAN
BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

ROHMAH HIDAYATI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ix

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara

Tingkat Partisipasi dan Tingkat Modal Sosial Pengurus dengan Peranan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Rohmah Hidayati
NIM. I34120036

ix

1

ABSTRAK
ROHMAH HIDAYATI. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dan Tingkat

Modal Sosial Pengurus dengan Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Dibimbing oleh SOFYAN SJAF
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga ekonomi lokal yang
berperan untuk meningkatkan pendapatan desa, wadah pengelola potensi dan aset
desa. BUMDes dapat memaksimalkan perannya melalui adanya peran partisipasi
dan diperkuat oleh modal sosial pengurus. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejauhmana tingkat partisipasi pengurus unit BUMDes dan kekutan
modal sosialnya dalam meningkatkan peranan BUMDes. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan sensus yang didukung
dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan
tingkat partisipasi pengurus dapat digolongkan tinggi. Selain itu jika diuraikan
tingkat partisipasi tahap pelaksanaan tergolong tinggi dan tingkat partisipasi
paling rendah pada tahap menikmati hasil. Hasil uji korelasi menunjukkan
terdapat hubungan antara tingkat usia pengurus dengan tingkat partisipasinya.
Sementara itu pada aspek tingkat pelayanan sosial tergolong tinggi sedangkan
aspek manfaat ekonomi tergolong rendah. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat
hubungan antara tingkat partisipasi pengurus unit dengan tingkat pelayanan sosial.
Pada tingkat modal sosial pengurus unit tergolong tinggi. Hasil uji menunjukkan
tidak ada hubungan antara tingkat modal sosial dengan tingkat peranan BUMDes.
Kata kunci: partisipasi, modal sosial, BUMDes


ABSTRACT
ROHMAH HIDAYATI. The Relations of Participation and Social Capital Level
with Management of Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Supervised SOFYAN
SJAF
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) is a local economic institution whose role is
to increase rural incomes, the institution of the potential and assets of the village.
BUMDes can maximize its role through their participation and the role of social
capital is reinforced by the board. This study aims to identify the level of
participation and the caretaker unit BUMDes kekutan social capital in enhancing
the role BUMDes. This research uses quantitative methods with census approach
that is supported by qualitative data. The results showed that the overall level of
participation of the board can be ranked high. In addition, if described the
participation rate is high and the implementation phase of the lowest participation
rates in the stage to enjoy the results. Correlation test results showed an
association between age level administrators with the level of participation.
Meanwhile, in the aspect of relatively high levels of social services while aspects
of economic benefits is low. Correlation test results showed there is a relationship
between the level of board participation units to the level of social services. At the
level of social capital is high board unit. The test results showed no relationship

between the level of social capital at the level of the role BUMDes.
Keywords: participation, social capital, BUMDes

2

3

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DAN
TINGKAT MODAL SOSIAL PENGURUS DENGAN PERANAN
BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

ROHMAH HIDAYATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

4

5

Judul Skripsi

: Hubungan antara Tingkat Partisipasi dan Tingkat Modal
Sosial Pengurus dengan Peranan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)

Nama

: Rohmah Hidayati


NIM

: I34120036

Disetujui oleh

Dr. Sofyan Sjaf, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

6

7

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya karya
ilmiah dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 sampai bulan Mei 2016 ini ialah mengenai
BUMDes. Karya ilmiah ini berjudul “Hubungan antara Tingkat Partisipasi dan
Tingkat Modal Sosial Pengurus dengan Peranan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari dukungan dan kontribusi beberapa pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat,
sebagai berikut:
1. Bapak Dr. Sofyan Sjaf, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan inspirasi selama penulisan proposal
skripsi, penelitian hingga penulisan laporan skripsi.
2. Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi dan juga Ibu Dr. Ratri Virianita, S.Sos,
MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk
penulisan skripsi yang lebih baik.
3. Kepala Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno beserta staf dan jajaran
pengurus BUMDes Sumber Artha Makmur atas kesempatan yang diberikan
untuk melakukan penelitian mengenai BUMDes.
4. Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah memberikan beasiswa
perkuliahan dan juga pelatihan-pelatihan pengembangan diri selama 2 tahun

terakhir.
5. Orang tua, bapak Sumarjo dan ibu Latifah serta adik Siti Hanisah dan
Elfahmi, yang telah memberikan doa dan dukungan dalam proses
penyelesaian skripsi.
6. Teman-teman Departemen SKPM terkhusus untuk Ferisa Anis Danesvaran,
Aris Widianto, Muchlisah Harliani, Resti Saraswati, Nurmitha Atmia dan
Icha Pebriyanti. Tidak lupa sahabat se-bimbingan Nastuti Ekaningtias,
Rachmawati dan Ina Nur Jannah.
7. Teman-teman pengurus Paguyuban Beasiswa Karya Salemba Empat,
terkhusus untuk teman-teman Divisi Pengabdian Masyarakat KSE IPB,
Faisal, Dini, Firdha, Opal, Agnes, Desi, Deris, Nining.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga
bermanfaat bagi pembaca lain terkhusus sebagai sumbangsih terhadap khazanah
ilmu pengetahuan.
Bogor, September 2016

Rohmah Hidayati

8


9

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Kegunaan Penelitian

4

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

7
7

Tahap Partisipasi

7

Bentuk Partisipasi

8

Faktor-Faktor Partisipasi

9

Karakteristik Individu

9

Modal Sosial

11

Badan Usaha Milik Desa

13

Manajemen dan Prinsip Badan Usaha Milik Desa

13

Peran dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

14

Pendirian, Pengelolaan dan Struktur Organisasi BUMDes

16

Modal dan Klasifikasi Usaha BUMDes

18

Kerangka Pemikiran

21

Hipotesis Penelitian.

22

Definisi Operasional

22

PENDEKATAN LAPANGAN

27

Metode Penelitian

27

Lokasi dan Waktu

27

Teknik Penentuan Responden dan Informan.

27

10

Teknik Pengumpulan Data

28

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

30

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

31

Kondisi Geografis, Sosial Ekonomi

31

Profil BUMDes Sumber Artha Makmur

34

Profil Karakteristik Pengurus

39

Ikhtisar

42

HUBUNGAN KARAKTERISTIK
TINGKAT PARTISIPASI

PENGURUS

UNIT

DENGAN 43

Tingkat Partisipasi Pengurus

43

Tahap Partisipasi Pengurus

45

Hubungan Tingkat Usia dengan Tingkat Partisipasi

50

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi

51

Hubungan Tingkat Jabatan dengan Tingkat Partisipasi

53

Hubungan Tingkat Motivasi dengan Tingkat Partisipasi

55

Hubungan Tingkat Pengalaman dengan Tingkat Partisipasi

56

Ikhtisar

58

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PENGURUS UNIT DENGAN 59
PERANAN BUMDES
Tingkat Peranan BUMDes

59

Tingkat Pelayanan Sosial

60

Tingkat Manfaat Ekonomi

61

Hubungan Tingkat Partisipasi Pengurus dengan Tingkat Peranan 61
BUMDes
Hubungan Tingkat Partisipasi Pengurus dengan Tingkat Pelayanan 63
Sosial
Hubungan Tingkat Partisipasi Pengurus dengan Tingkat Manfaat 65
Ekonomi
Ikhtisar

66

11

HUBUNGAN TINGKAT MODAL
DENGAN PERANAN BUMDES

SOSIAL

PENGURUS

UNIT 69

Tingkat Modal Sosial

69

Hubungan Modal Sosial Pengurus Unit dengan Peranan BUMDes

70

Hubungan Modal Sosial Pengurus Unit dengan Pelayanan Sosial

72

Hubungan Modal Sosial Pengurus Unit dengan Manfaat Ekonomi

73

Ikhtisar

75

SIMPULAN DAN SARAN

77

Simpulan

77

Saran

78

DAFTAR PUSTAKA

79

LAMPIRAN

83

RIWAYAT HIDUP

97

12

DAFTAR TABEL
1

Penentuan responden

28

2

Teknik pengumpulan data

29

3

Batas wilayah Desa Sumberejo

31

4

Pembagian luas wilayah Desa Sumberejo

31

5

Jumlah dan persentase penduduk Desa Sumberejo berdasarkan 32
jenis kelamin

6

Jumlah dan persentase pengurus unit BUMDes berdasarkan 39
tingkat umur

7

Jumlah dan presentase pengurus unit BUMDes berdasarkan 40
tingkat pendidikan formal

8

Jumlah dan persentase pengurus unit BUMDes berdasarkan 40
tingkat jabatan pengurus

9

Jumlah dan presentase pengurus unit BUMDes berdasarkan 41
tingkat motivasi keikutsertaan menjadi pengurus BUMDes

10

Jumlah dan presentase pengurus unit BUMDes berdasarkan 41
tingkat pengalaman menjadi pengurus

11

Jumlah dan presentase tingkat partisipasi pengurus unit 43
BUMDes

12

Jumlah dan presentase responden pada tahap perencanaan

46

13

Jumlah dan presentase responden pada tahap pelaksanaan

47

14

Jumlah dan persentase responden pada tahap evaluasi

48

15

Jumlah dan persentase responden pada tahap menikmati hasil

49

16

Hubungan tingkat usia pengurus dengan tingkat partisipasi

50

17

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat usia dengan tingkat 51
partisipasi

18

Hubungan tingkat pendidikan pengurus unit dengan tingkat 52
partisipasi

19

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pendidikan dengan 53
tingkat partisipasi

20

Hubungan tingkat jabatan pengurus unit dengan tingkat 54
partisipasi

13

21

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat jabatan dengan 54
tingkat partisipasi

22

Hubungan tingkat motivasi pengurus unit dengan partisipasi 55
pengurus

23

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat motivasi dengan 56
tingkat partisipasi

24

Hubungan tingkat pengalaman menjadi pengurus unit dengan 57
tingkat partisipasi

25

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pengalaman dengan 58
tingkat partisipasi

26

Jumlah dan persentase tingkat peranan BUMDes

59

27

Jumlah dan presentase tingkat pelayanan sosial

60

28

Jumlah dan presentase tingkat manfaat ekonomi

61

29

Hubungan tingkat partisipasi pengurus unit dengan peranan 62
BUMDes

30

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat partisipasi dengan 62
tingkat peranan BUMDes

31

Hubungan tingkat partisipasi pengurus unit dengan tingkat 64
pelayanan sosial BUMDes

32

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat partisipasi dengan 64
tingkat pelayanan sosial BUMDes

33

Hubungan tingkat partisipasi pengurus unit dengantingkat 65
manfaat ekonomi BUMDes

34

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat partisipasi dengan 66
tingkat manfaat ekonomi

35

Jumlah dan presentase tingkat modal sosial

36

Hubungan modal sosial pengurus unit dengan tingkat peranan 71
BUMDes

37

Uji korelasi Rangk Spearman antara tingkat modal sosial 71
dengan tingkat peranan BUMDes

38

Jumlah dan persentase tingkat modal sosial pengurus dengan 72
tingkat pelayanan sosial BUMD73

39

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat modal sosial dengan 73
tingkat pelayanan sosial BUMDes

69

14

40

Jumlah dan persentase tingkat modal sosial pengurus dengan 74
tingkat manfaat ekonomi BUMDes

41

Uji korelasi Rank Spearman antara tingkat modal sosial dengan 74
tingkat manfaat ekonomi

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pemikiran

22

2

Persebaran usia penduduk Desa Sumberejo berdasarkan jenis
kelamin

33

3

Persebaran tingkat pendidikan penduduk Desa Sumberejo

33

4

Persebaran mata pencaharian penduduk Desa Sumberejo

34

5

Pembagian unit usaha BUMDes berdasarkan bidang

35

6

Struktur organisasi BUMDes Sumber Artha Makmur

37

7

Persentase tingkat partisipasi pengurus unit pada tahapan
partisipasi

46

DAFTAR LAMPIRAN
1

Jadwal pelaksanaan penelitian

84

2

Kerangka sampling

85

3

Hasil uji korelasi Rank Spearman

88

4

Dokumentasi

91

5

Tulisan tematik

92

6

Peta lokasi penelitian

96

Da

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu pendekatan
untuk memajukan kedaulatan ekonomi di perdesaan yang berorientasi
meningkatkan stabilitas ekonomi desa didukung dengan adanya UU No.6/2014
tentang desa, yang mana desa mendapat peluang lebih besar untuk meningkatkan
perannya dalam pengembangan ekonomi melalui adanya penyertaan langsung
dana APBN. BUMDes dengan adanya penyertaan dana APBN secara langsung
berorientasi pada peningkatan pendapatan desa dan juga sebagai lembaga yang
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat agar mampu meningkatkan
ekonomi. Berdasarkan UU No.6/2014, BUMDes merupakan suatu badan usaha
yang ada di desa yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat desa. Secara teknis BUMDes yang ada
mengacu kepada Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) No.39/2010
tentang Badan Usaha Milik Desa dan UU No 6/2014 serta peraturan Pemerintah
(Perpem) No 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.6/2014 tentang desa.
Sementara itu Peraturan Menteri Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(Permendes) No.4/2015 mengatur regulasi teknis pelaksanaan Pasal 142 Perpem
No.43/2014 mengenai Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran
Badan Usaha Milik Desa.
Keberadaan BUMDes menjadi instrumen yang dioptimalkan perannya
sebagai lembaga untuk memajukan kedaulatan ekonomi desa melalui adanya
hubungan yang sinergis antara pemerintah desa dengan masyarakat desa, dengan
demikian peran dan partisipasi masyarakat terutama pengurus BUMDes sangat
dibutuhkan agar keberadaan BUMDes tepat guna dan tepat sasaran. Melihat
urgensi peranan BUMDes sebagai lembaga untuk memajukan kedaulatan
ekonomi desa, maka keberadaan BUMDes dapat diadopsi oleh seluruh desa di
Indonesia mengingat desa-desa di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam
tinggi. Tingginya potensi sumberdaya alam di desa dimaksimalkan pengelolaanya
melalui pendekatan BUMDes yang didasarkan pada potensi masing-masing desa
di Indonesia. Menurut Permendagri No.5/2015 jumlah desa di Indonesia sendiri
mencapai 74.754 desa. Jumlah desa yang cukup tinggi tersebut jika diikuti oleh
pembangunan ekonomi desa melalui pendekatan BUMDes akan mendukung
stabilitas pembangunan ekonomi nasional, serta dengan adanya dukungan melalui
sistem otonomi yang memberikan kebebasan setiap daerah untuk mengelola
daerahnya termasuk mengelola ekonomi desa.
Melihat pentingnya peran masyarakat khususnya peran pengurus dalam
pengelolaan BUMDes, maka partisipasi pengurus hendaknya dilibatkan.
Partisipasi tersebut dimaksudkan sebagai keterlibatan individu atau pengurus
dalam pendekatan BUMDes agar mampu meningkatkan kedaulatan ekonomi desa
sehingga dapat berpengaruh terhadap pembangunan nasional. Sumodingrat (1998)
menyebutkan bahwa partisipasi sebagai salah satu elemen pembangunan.

2

Partisipasi mempunyai posisi yang penting dalam pembangunan, dimana untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan dibutuhkan keikutsertaan anggota
masyarakat dalam setiap tahap pembangunan. Conyers (1991) memberikan tiga
alasan utama pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1)
partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal, (2) masyarakat
mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk proyek dan
merasa memiliki proyek tersebut, (3) partisipasi merupakan hak demokrasi
masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan.
Urgensi lain pentingnya partisipasi dalam pembangunan ekonomi desa
termasuk pembangunan BUMDes dapat dilihat dari penelitian terdahulu bahwa
sejauh ini program pembangunan yang ada belum melibatkan peran partisipasi
masyarakat sepenuhnya, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Hasil
penelitian Latif (2014) menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam setiap
pembangunan di desa masih kurang maksimal, terutama dalam tahap pelaksanaan
pembangunan. Kurang aktifnya masyarakat dalam tahapan pembangunan desa ini
disebabkan masih kurang pahamnya masyarakat akan pentingnya partisipasi.
Potoboda (2011) menjelaskan bahwa dalam perencanaan program pembangunan,
peran partisipasi masyarakat juga belum secara maksimal dilibatkan.
Hal lain yang mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan termasuk
pembangunan ekonomi desa adalah aspek modal sosial, yang mana urgensi modal
sosial dapat menjadi tolok ukur interaksi antar manusia dalam program
pembangunan sehingga mampu mengukur seberapa besar keberhasilan proses
pembangunan itu sendiri termasuk dalam pembangunan BUMDes. Fukuyama
dalam Cahyono dan Adhiatma (2012) menyebutkan bahwa modal sosial memiliki
peran penting dalam keberhasilan pembangunan (sosial, budaya, ekonomi, dan
politik), tidak terkecuali pembangunan desa. Modal sosial yang lemah akan
meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan
pengangguran, kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk.
Berdasarkan hal di atas, partisipasi dan modal sosial masyarakat
khususnya pengurus BUMDes yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama dan
kepercayaan antar stakeholder terkait dalam pembangunan BUMDes menjadi
penting. Urgensi pembentukan BUMDes sebagai suatu bentuk usaha yang
dikelola oleh pemerintah desa dan masyarakat diperlukan oleh desa-desa di
Indonesia sebagai sumber ekonomi untuk meningkatkan pendapatan desa serta
masyarakat desa. Partisipasi pengurus dibutuhkan baik dalam pembentukan,
pelaksanaan maupun pengelolaan BUMDes tersebut, agar hasil usaha dari
BUMDes dapat dirasakan tidak hanya oleh pemerintah desa melainkan juga
pengurus sekaligus anggota BUMDes yang merupakan masyarakat desa. Hal lain
modal sosial juga penting dalam pembangunan BUMDes agar pelaksanaan
program BUMDes dapat terlaksana dengan adanya kerjasama yang baik dan
kepercayaan antar stakeholder.
BUMDes Sumber Arta Makmur, Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno,
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu BUMDes yang bergerak di bidang

3

jasa, simpan pinjam dan pariwisata. Unit usaha yang dinaungi oleh BUMDes ini
diantaranya pasar desa, Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (BPPSPAM), gedung badminton, Lembaga Keuangan Mikro (LKM),
wisata rawa dan Usaha Peningkatan Pemberdayaan Keluarga (UP2K). BUMDes
Sumber Arta Makmur sudah beroperasi sejak Maret tahun 2012, dan pada
November 2015 BUMDes ditetapkan sebagai salah satu BUMDes percontohan
yang ada di Kabupaten Wonogiri karena mampu melakukan pengelolaan aset desa
untuk pembangunan desa. Keberhasilan pengelolaan BUMDes tersebut tidak
terlepas dari peran serta pengurus baik pengurus unit maupun pengurus BUMDes
serta kepercayaan dan kerjasama yang baik antar stakeholder terkait seperti kepala
desa, direktur BUMDes dan juga pengurus unit dalam melakuklan pengelolaan
BUMDes. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengetahui hubungan
antara tingkat partisipasi dan tingkat modal sosial pengurus unit dengan
peranan BUMDes.

Rumusan Masalah
Partisipasi pengurus BUMDes merupakan keterlibatan dan suatu proses
aktif dari pengurus baik pengurus unit maupun pengurus BUMDes dalam
pembangunan BUMDes yang mana partisipasi tersebut terwujud karena
dipengaruhi oleh karakteristik individu-individu yang terlibat dalam pengelolaan
BUMDes. Sejauh ini keterlibatan partisipasi masyarakat dalam program
pembangunan desa termasuk program BUMDes cenderung masih rendah
termasuk dalam pembangunan BUMDes. Beberapa studi menyebutkan bahwa
program pembangunan yang ada sejauh ini belum melibatkan peran partisipasi
masyarakat sepenuhnya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
evaluasinya. Pada lembaga BUMDes, keterlibatan pengurus BUMDes dalam
pengelolaan BUMDes tidak terlepas dari karakteristik yang dimilikinya.
Karakteristik pengurus merupakan suatu aspek yang melekat pada diri individu
pengurus BUMDes yang menjadikannya pembeda dengan individu lainnya.
Karakteristik individu dapat dijadikan penentu anggota masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam melakukan program BUMDes. Karakteristik pengurus unit
BUMDes dalam penelitian ini dibagi kedalam lima indikator yaitu tingkat usia,
tingkat pendidikan, tingkat jabatan, tingkat motivasi dan tingkat pengalaman
menjadi pengurus. Berdasarkan hal tersebut penting bagi penulis untuk
menganalisis bagaimana hubungan antara tingkat karakteristik pengurus
unit dengan tingkat partisipasinya terhadap peranan BUMDes?
Peranan BUMDes yang dapat dilihat dari tingkat pelayanan sosial dan
tingkat manfaat ekonominya dapat terwujud karena pengaruh dari keterlibatan
aktif pengurus melalui proses partisipasi dalam pengelolaan BUMDes. BUMDes
merupakan suatu lembaga usaha lokal yang didirikan oleh pemerintah desa
bersama dengan masyarakat desa. Seperti halnya lembaga usaha lainnya,
BUMDes memiliki struktur organisasi yang akan mengurus dan mengatur
lembaga BUMDes tersebut. Pengurus dan anggota BUMDes merupakan warga
masyarakat setempat, sehingga manfaat pendirian BUMDes dapat dirasakan
secara langsung oleh masyarakat desa. Peran serta masyarakat yang tergabung
dalam anggota maupun pengurus BUMDes diharapkan mampu memberikan

4

dampak positif terhadap peranan BUMDes sebagai lembaga ekonomi lokal desa.
BUMDes sebagai lembaga usaha desa memiliki peranan memberikan pelayanan
sosial bagi masyarakat desa serta sebagai pemberi manfaat ekonomi masyarakat.
Pelayanan sosial BUMDes terhadap masyarakat desa dapat dilihat dari
sejauhmana kemudahan unit usaha BUMDes dapat diakses oleh anggota maupun
pengurus, sementara itu untuk melihat tingkat manfaat ekonomi BUMDes dapat
dilihat dari seberapa besar manfaat materi ataupun ekonomi baik dalam bentuk
pemberian modal usaha maupun keuntungan yang dapat dinikmati oleh anggota
maupun pengurus BUMDes. Berdasarkan hal tersebut penting untuk dianalisis
bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi pengurus unit dengan
peranan BUMDes yang dapat dilihat dari tingkat pelayanan sosial dan
tingkat manfaat ekonominya?
Modal sosial yang diwujudkan dalam suatu keterikatan kepercayaan dan
kerjasama antar stakeholder dalam pengelolaan BUMDes dapat menimbulkan
tercapainya keberhasilan peranan BUMDes. Modal sosial yang merupakan suatu
nilai dan norma yang diakui bersama oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga
terbentuk suatu jaringan sosial yang mana akan memudahkan interaksi dan
kerjasama diantara pengurus. Cox dalam Cahyono dan Adhiatma (2012)
mendefinisikan modal sosial sebagai suatu rangkaian proses hubungan antar
manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang
memungkinkan efisiensi dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk
keuntungan dan kebajikan bersama. Modal sosial diikat melalui hubungan sikap
saling percaya yang diatur melalui norma-norma informal sehingga membentuk
suatu jaringan sosial. Jaringan sosial diantara individu-individu yang terlibat
memiliki wewenang dalam pengelolaan BUMDes. Berdasarkan hal tersebut,
penting untuk diketahui bagaimana hubungan tingkat modal sosial pengurus
unit dengan peranan BUMDes yang dapat dilihat dari tingkat pelayanan
sosial dan tingkat manfaat ekonominya?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa tujuan
penelitian, yaitu:
1. Menganalisis hubungan antara tingkat karakteristik pengurus unit
BUMDes, yang terdiri dari tingkat usia, tingkat pendidikan, tingkat
jabatan, tingkat motivasi dan tingkat pengalaman dengan tingkat
partisipasinya.
2. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi pengurus unit dengan
peranan BUMDes yang dapat dilihat dari tingkat pelayanan sosial dan
tingkat manfaat ekonominya.
3. Menganalisis hubungan antara tingkat kekuatan modal sosial pengurus unit
BUMDes dengan peranan BUMDes yang dapat dilihat dari tingkat
pelayanan sosial dan tingkat manfaat ekonominya.

5

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi pelaksanaan
program BUMDes, dari segi proses dan hasil pelaksanaan program, sehingga
dapat dijadikan bahan perbaikan dalam pelaksanaan program di masa depan.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan bukti bahwa peran masyarakat
terutama pengurus BUMDes sangat penting bagi pembangunan, khususnya
pengembangan ekonomi lokal yang diwujudkan dalam program BUMDes.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan wadah pembelajaran
pengembangan ekonomi lokal melalui kegiatan BUMDes dan peranan
partisipasi masyarakat khususnya pengurus unit BUMDes di dalam
pengelolaan BUMDes.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Partisipasi
Partisipasi merupakan peran serta warga desa baik dalam merencanakan,
melaksanakan, mempertanggungjawabkan maupun dalam menerima hasil-hasil
pembangunan (Latif 2014). Selain itu Damanik dan Tahitu (2007) juga
mengungkapkan bahwa partisipasi masyarakat dimaksudkan sebagai keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan yang dinilai berdasarkan empat tahap kegiatan,
yaitu: (1) tahap perencanaan pembangunan, (2) tahap pelaksanaan pembangunan,
(3) tahap pemanfaatan hasil pembangunan, dan (4) tahap evaluasi. Nasdian (2006)
mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga
komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan,
bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang
sadar. Dengan demikian, partisipasi dimaksudkan sebagai peran serta warga
masyarakat dalam proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga evaluasi.
Partisipasi
masyarakat
mempunyai
peranan
penting
dalam
penyelenggaraan pembangunan desa dalam rangka mewujudkan kepentingan atau
kebutuhan masyarakat desa. Kebijaksanaan pembangunan desa perlu terus
ditingkatkan terutama melalui pengembangan kemampuan sumber daya manusia
termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya
masyarakat pedesaan untuk berproduksi, serta mengolah dan memasarkan hasil
produksinya, sekaligus menciptakan lapangan kerja (Beratha dalam Latif 2014).
Sehingga dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan, partisipasi masyarakat
perlu dilibatkan.
Tahap Partisipasi
Beberapa ahli mengelompokkan partisipasi kedalam beberapa tahapan.
Menurut Cohen dan Uphoff (1979) dalam Nasdian (2006) membagi partisipasi ke
beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud
disini yaitu keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat perencanaan dan
pelaksanaan suatu program.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai
anggota proyek.

8

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu,
dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin
besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai
sasaran.
Hasil penelitian Kogoya et al (2015), peran partisipasi masyarakat
terhadap pembangunan infrastruktur jalan desa terbagi dalam 3 (tiga) tahap yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pemeliharaan. Pada tahap
perencanaan pembangunan dibutuhkan keikutsertaan masyarakat melalui
penggalian gagasan pada tingkat musyawarah desa (musdes) kegiatan
musyawarah pembangunan ini dilaksanakan untuk menyerap aspirasi masyarakat
desa tentang kegiatan yang akan dilakukan pada program tersebut. Bentuk
partisipasi masyarakat yang diberikan dalam tahap perencanaan adalah kehadiran
dalam rapat serta keaktifan dalam member saran atau usulan. Pada tahap
pelaksaan program, partisipasi masyarakat dapat dilihat dari bentuk-bentuk
partisipasinya, diantaranya sumbangan dana, material, tenaga, tanah dan tanam
tumbuh. Tingkat Partisipasi masyarakat pada tahap pemeliharaan terdiri atas
sumbangan tenaga dan uang.
Bentuk Partisipasi
Davis dalam Sastropoetro (1988) mengungkapkan jenis-jenis partisipasi
yang meliputi: (1) pikiran, (2) tenaga, (3) pikiran dan tenaga, (4) keahlian, (5)
barang), (6) money. Secara umum partisipasi masyarakat dapat dilihat dari
bentuk-bentuk partisipasi yang diberikannya baik yang nyata maupun yang
abstrak. Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga,
keterampilan. Sedangkan Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat
sebagai berikut (Huraerah dalam Laksana, 2013) yaitu: (a) Partisipasi buah
pikiran, yang diberikan partisipan dalam anjang sono, pertemuan atau rapat; (b)
partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk
perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan sebagainya;
(c) partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk
perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain yang biasanya
berupa uang, makanan dan sebagainya; (d) partisipasi ketrampilan dan kemahiran,
yang diberikan orang untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri;
(e) partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.
Dengan demikian bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam
pembangunan:
1. Tahap perencanaan program
Bentuk partisipasi tidak nyata (abstrak), berupa keaktifan dalam memberi
saran atau usulan, partisipasi buah pikiran dan pengambilan keputusan.
Partisipasi dalam memberikan usulan atau saran dapat dilihat dari
keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan musyawarah perencanaan
program, seberapa besar keterlibatan masyarakat dalam menyampaikan
argumen baik usulan maupun saran serta keterlibatan dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan rapat.

9

2. Tahap pelaksanaan program
Bentuk partisipasi nyata yaitu partisipasi yang dapat dilihat dapat berupa
uang; harta benda; tenaga; keterampilan yang diberikan oleh masyarakat
dalam proses pembangunan. Uang, tenaga, keterampilan yang diberikan
masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan ini dapat berupa
inisiatif masyarakat maupun kesepakatan hasil musyawarah, sehingga
nominal uang maupun lama dan besarnya tenaga yang diberikan dapat
dipergunakan dalam kelancaran proses pelaksanaan program
pembangunan.
3. Tahap evaluasi program
Bentuk partisipasi yang dapat diberikan dapat berupa partisipasi abstrak
(tidak nyata). Partisipasi abstrak diantaranya berupa usulan, saran dan
kritikan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Usulan, saran
dan kritikan diberikan setelah maupun selama program pembangunan
berlangsung. Usulan, saran maupun kritikan dapat disampaikan dalam
rapat maupun musyawarah.
Faktor-Faktor Partisipasi
Partisipasi masyarakat tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan infastruktur desa dikelompokan dalam 2 (dua)
aspek: (1) aspek ekonomi, yaitu kaitannya dengan tingkat kesejahteraan penduduk
dan mayoritas pekerjaan penduduknya, tingkat kesejahteraan masyarakat secara
langsung akan mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam kontribusinya
menyumbang dana, tenaga, material bahkan tanah pekarangan; (2) aspek sosial
budaya, berhubungan dengan interaksi sosial yang lebih besar diantara para
anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas teritorialnya.
Karakteristik desa yang ditinjau dari aspek sosial budaya masyarakat desa
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap besarnya partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan desa (Kogowa et al 2015).
Karakteritik Individu
Pembangunan ekonomi desa yang dinaungi dalam BUMDes akan berjalan
lancar apabila diimbangi dengan partisipasi anggota BUMDes. Partisipasi anggota
ditentukan berdasarkan karakteristik yang melekat pada anggota. Menurut
Noermijanti (2011) berjalan atau tidaknya suatu tujuan organisasi tergantung dari
karakteristik individu penyusunnya. Situasi karakteristik individu yang berbeda
akan mempengaruhi sikap, kemampuan dan pergaulan serta akan mempengaruhi
kesuksesan dalam suatu pekerjaan. Karakteristik individu sangat spesifik,
sehingga satu orang dengan yang lainnya berbeda-beda. Sehingga karakteristik
anggota merupakan kecakapan dan kemampuan seorang individu berdasarkan
latar belakang dan demografi yang akan mempengaruhi sikapnya dalam bertindak
Ardana et al (2012) menjelaskan bahwa karakteristik individu dapat
dilihat dari beberapa aspek: (a) minat, (b) sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan,
dan situasi pekerjaan, (c) kebutuhan individual, (d) kemampuan dan kompentensi,
(e) pengetahuan tentang pekerjaan (f) emosi, suasana hati, perasaan keyakinan dan
nilai-nilai. Noermijanti (2011) menambahkan bahwa indikator dari karakteristik
individu meliputi: (a) karakteristik biografi, yang terdiri dari usia, jenis kelamin,

10

status kawin, banyaknya tanggungan, masa kerja, (b) kemampuan
intelektual/pendidikan, fisik, kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan;
(kepribadian meliputi keturuan, lingkungan, situasi, (c) pembelajaran, (d) sikap,
(e) pendapatan, (f) pengalaman. Selanjutnya menurut Peoni (2014) karakteristik
individu dapat dilihat dari (a) kemampuan, (b) karakteristik-karakteristik
biografis, (c) pembelajaran, (d) sikap, (e) kepribadian, (f) persepsi, dan (g) nilai.
Sementara itu, menurut Yuliana dan Winata (2012) karakteristik anggota dapat
diukur dengan beberapa aspek diantaranya (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c)
pengalaman, (d) kedudukan sosial, (e) motivasi.
Menurut penelitian Ainiya (2014), karakteristik anggota yang LKM
Posdaya yang memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi hanya kepemilikan
usaha, sementara karakteristik lain seperti umur, tingkat pendidikan dan tingkat
pendapatan tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Disisi lain
penelitian yang dilakukan Yuliana dan Winata (2012) pada anggota Pokmaswas
menjelaskan bahwa karakteristik angota yang secara signifikan dapat
mempengaruhi persepsi anggota adalah karakteristik tingkat pendidikan dan
pengalaman menjadi anggota Pokmaswas. Adapun karakteristik anggota dalam
penelitian ini adalah:
1. Umur
Umur merupakan lama hidup seseorang terhitung dari tahun dilahirkan
hingga tahun saat ini ia hidup. Umur diharapkan dapat mempengaruhi
partisipasi individu atau kelompok untuk menyampaikan pendapat atau idenya.
Umur juga menentukan seseorang untuk dapat mengambil keputusan. Usia tua
dinggap memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga mereka cenderung
memberi pendapat lebih besar.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diterima seseorang yang
memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman baik secara formal
maupun informal. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi partisipasi karena
pengetahuan yang luas yang dimiliki individu, cenderung memberikan
pendapat yang lebih banyak, sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi
seseorang untuk berpartisipasi.
3. Tingkat pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh individu setelah melakukan
kerja. Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena tingkat
penghasilan yang tinggi cenderung akan memberikan partisipasi berupa dana,
sementara individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung akan ikut
berpartisipasi dalam bentuk tenaga atau pikiran. Individu yang memiliki
pendapatan rendah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam
kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterkan dirinya.
4. Motivasi
Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak
kemauan bekerja seseorang, oleh sebab itu motivasi adalah suatu alasan
(reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya (Setiawan dan Bodroastuti 2012)
Menurut Sutrisno dalam Setiawan dan Bodroastuti (2012) Pada dasarnya
ada tiga karakteristik pokok motivasi, yaitu: (a) usaha, (b) kemauan yang kuat,
(c) arah atau tujuan.

11

a. Usaha, yaitu karakteristik pertama dari motivasi, yakni usaha, menunjuk
kepada kekuatan perilaku kerja seseorang atau jumlah yang ditunjukan oleh
seseorang dalam pekerjaannya;
b. Kemauan keras, yaitu karakteristik pokok motivasi yang kedua menunjuk
kepada kemauan keras yang ditunjukkan oleh seseorang ketika menerapkan
usahanya kepada tugas-tugas pekerjaannya. Kemauan yang keras, segala
usaha akan dilakuka; dan
c. Arah atau tujuan, karakteristik motivasi yang ketiga berkaitan dengan arah
yang dituju oleh usaha dan kemauan keras yang dimiliki oleh seseorang.
5. Pengalaman
Pengalaman dalam hal ini merupakan periode waktu lama tidaknya seseorang
menjadi keanggotaan dalam BUMDes.
Modal Sosial
Modal sosial merupakan suatu aspek nilai dan norma yang diakui bersama
oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga terbentuk suatu jaringan sosial yang
mana akan memudahkan interaksi dan kerjasama diantara anggota. Modal sosial
sangat tinggi pegaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan berbagai sektor
ekonomi termasuk pembangunan perekonomian di pedesaan. Beberapa ahli
menyebutkan pengertian modal sosial dalam proses pembangunan. Fukuyama
dalam Cahyono 2012 menyebutkan bahwa modal sosial memiliki peran penting
dalam keberhasilan pembangunan (sosial, budaya, ekonomi, dan politik). Anam
(2013) menjelaskan bahwa masyarakat pedesaan dikenal memiliki modal sosial
yang tinggi, hal tersebut terlihat dari tingginya solidaritas antar warga dan juga
kuatnya rasa kekeluargaan, sehingga kepercayaan, norma dan jaringan
(persaudaraan) dikatakan masih tinggi, dalam hal ini akan menjadi modal yang
baik untuk dikembangkan menjadi keuntungan secara ekonomi.
Cox (1995) dalam Inayah (2012) menyebutkan modal sosial merupakan
suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan,
norma-norma dan kepercayaan social yang memungkinkan efisien dan efektifnya
koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama. Sementara
itu, Inayah (2012) menambahkan bahwa modal sosaial adalah sumberdaya yang
muncul dari hasil interaksi dalam suatu komunitas, baik antar individu maupun
institusi yang melahirkan ikatan emosional berupa kepercayaan, hubunganhubungan timbal balik, dan jaringan-jaringan sosial, nilai-nilai dan norma-norma
yang membentuk struktur masyarakat yang berguna untuk koordinasi dan
kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Menurut Cahyono dan Adhiatma (2012) modal sosial merupakan normanorma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust), dimana
trust merupakan dasar bagi sikap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif
yang muncul dari dalam sebuah komunitas masyarakat yang didasarkan pada
norma-norma yang dianut bersama oleh para anggotanya. Dengan demikian
modal sosial dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan antar manusia yang
melahirkan ikatan sosial yang berupa nilai dan norma sosial, kepercayaan,
kerjasama dan jaringan-jaringan sosial.
Konsep modal sosial menurut para ahli dibagi kedalam beberapa hal.
Putnam (1993) menjelaksan konsep modal sosial adalah karakteristik organisasi
sosial, seperti jejaring, norma-norma dan kepercayaan sosial, yang memudahkan

12

koordinasi dan kerjasama untuk manfaat bersama. Cahyono dan Adhiatma (2012)
menambahkan bahwa dimensi modal sosial menekankan pada aspek kepercayaan
menjadi komponen utama pembentuk modal sosial di pedesaan, sementara aspek
lainnya (kerjasama, jaringan kerja), tidak akan terbentuk dengan baik jika tidak
dilandasi oleh terbentuknya hubungan saling percaya (mutual-trust) antar anggota
masyarakat. Kekuatan kerjasama dan jaringan kerja yang terbentuk di masyarakat
adalah pengembangan operasional dan hubungan saling percaya antar anggota
masyarakat di bidang sosiobudaya, ekonomi dan pemerintahan.
Sementara itu Ridell, dalam Suharto (2007) menjelaksan tiga parameter
modal sosial:
(1) Kepercayaan (trust)
Harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat, yang ditunjukkan oleh
adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang
dianut bersama;
(2) Norma-norma (norms),
Norma terdiri pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan, dan
tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang;
(3) Jaringan-jaringan (networks),
Merupakan infrastruktur dinamis yang berwujud jaringan-jaringan kerjasama
antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan
interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan mem-perkuat
kerjasama.
Penelitian Cahyono dan Adhiatma (2012) menjelaksan bahwa modal sosial
yang ada di Kecamatan Kertek merupakan modal yang kuat bagi masyarakat
pedesaan sebagai bentuk kepercayaan diantara warga desa. Nilai-nilai
kepercayaan dan daya tanggap di antara anggota akan menimbulkan kerjasama
dan solidaritas. Nilai kepercayaan diantara anggota dan keuntungan bersama akan
menciptakan jaringan dan kebijakan.
Hasil penelitian Putri dan Fitrayati (2014) terdapat pengaruh yang
signifikan antara modal sosial yang meliputi: kepercayaan/trust, imbal
balik/resiprocity, partisipasi anggota, nilai sosial dan norma sosial secara simultan
terhadap perkembangan unit usaha KUD Adil Makmur Kecamatan Kertosono Nganjuk. Kepercayaan yang tinggi ini merupakan suatu modal dasar yang sangat
penting di dalam melakukan aktivitas kolektif yang berkenaan dengan
perkembangan unit usaha pada KUD.
Hasil penelitian Anam (2013) pada kelompok tani Ali Wafa menjelaskan
bahwa modal sosial dalam kelompok tani tebu adalah hasil akumulasi segala
bentuk modal sosial yang dibawa oleh individu anggota ke dalam kelompok tani
untuk kemudian dimanfaatkan secara kolektif dan memberikan benefit bagi
kelompok tani tersebut yang mana kondisi modal sosial yang ada dalam kelompok
tersebut cukup tinggi, tingkat kepercayaan, kerjasama, solidaritas, tindakan
kolektif dan partisipasi dalam kondisi baik.
Berdasarkan uraian di atas, aspek kepercayaan, jaringan dan norma
merupakan hal penting yang dapat dilihat sebagai aspek yang mempengaruhi
tingkat modal sosial dalam suatu struktur masyarakat tertentu.

13

Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan sebuah lembaga yang
dibentuk dan dirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan
pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat (Ramadana et al
2013). BUMDes merupakan pilar perekonomian desa yang berfungsi sebagai
lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution) yang
berpihak pada kepentingan masyarakat serta mencari keuntungan (Meirinawati
dan Dewi 2013). Selain itu Ibrahim (2013) mengungkapkan bahwa BUMDes
merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh suatu desa untuk
menghasilkan suatu produksi yang dapat meningkatkan keuangan desa.
Menurut UU No.6/2014, BUMDes mendorong desa sebagai subjek
pembangunan secara emansipatoris untuk pemenuhan pelayanan dasar kepada
warga, termasuk menggerakan aset-aset ekonomi lokal. Posisi BUMDes menjadi
lembaga yang memunculkan sentra-sentra ekonomi di desa dengan semangat
ekonomi kolektif. Hal tersebut terlihat dari tujuan BUMDes sebagai lembaga yang
meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. UU
No.6/2014 pasal 87 ayat 3 juga menyebutkan BUMDes dapat menjalankan usaha
di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Artinya, BUMDes dapat menjalankan berbagai usaha,
mulai dari pelayanan jasa, keuangan mikro, perdagangan, dan pengembangan
ekonomi lainnya.
Manajemen dan Prinsip BUMDes
Sebagai suatu lembaga ekonomi lokal, BUMDes memiliki aturan
pengelolaan dalam mengatur lembaga tersebut. Unsur Manajemen pada BUMDes
terdiri dari: (a) manusia yang memiliki potensi, energy, atau disebut sumberdaya
manusia, (b) money, mencakup uang yang dikelola, yaitu sumber dana yang
dikelola badan usaha, (c) material, bahan baku serta sarana dan prasarana untuk
produksi, (d) method, mencakup teknik dan prosedur yang harus ditempuh dalam
rangka menciptakan barang dan jasa, (e) market, pasar sebagai tempat penyaluran
produk dan jasa. Prinsip BUMDes meliputi kooperatif, partisipatif, demokrasi,
transparansi, emansipatif, akuntabel, dan sustainable (Gunawan 2011).
Strategi manajemen aset BUMDes terdiri dari: (a) mengamati lingkungan,
(b) penyusunan strategi, (c) pelaksanaan strategi, dan (d) evaluasi atau kontrol
dalam kaitannya dengan pengelolaan aset desa. Faktor penghambat dari strategi
manajemen aset yang dilakukan BUMDes yaitu: (a) kesulitan dalam melakukan
pengembangan usaha baru, (b) terbatasnya inovasi dalam mengembangakan
produk lokal, (c) kurangnya sarana pemasaran, (d) terbatasnya dana dan dukungan
dari pemerintah (Hayyuna dkk 2014). Kendala pelaksanaan BUMDes
diantaranya: (a) pengorganisasian sistem yang belum baik dalam pembentukan
dan pengelolaan BUMDes, selain itu (b) adanya kendala operasional seperti
kurangnya sumberdaya manusia yang memadai dan ketidakjelasan badan hukum
BUMDes (Ibrahim 2013).
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan tentang bagaimana
prinsip pengelolaan BUMDes. Hal ini penting diuraikan agar dipahami dan
dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta

14

modal), BPD, pemkab dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam
mengelola BUMDes:
1 Kooperatif, semua komponen yang terlibat dalam BUMDes harus mampu
melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan
hidup usaha.
2 Partisipatif, semua komponen yang terlibat dalam BUMDes harus bersedia
secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang
dapat mendorong kemajuan usaha.
3 Emansipatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes, harus
diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku dan agama.
4 Transparan, aktivitas yang mempengaruhi terhadap kepentingan masyarakat
umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan
mudah dan terbuka.
5 Akuntabel, seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis maupun administratif.
6 Sustainable, kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh
masyarakat dalam wadah BUMDes.
Sementara itu menurut Ramadhana et al (2013) ciri utama yang
membedakan BUMDes dengan lembaga komersial lainnya adalah :
1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama
2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui
penyertaan modal (saham atau andil)
3. Operasionalisasi menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya
lokal (local wisdom)
4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi
pasar
5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village
policy)
6. Difasilitasi oleh pemerintah provinsi, kabupaten, dan pemerintah desa
7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD,
anggota).
Peran dan Fungsi BUMDes
BUMDes sebagai lembaga ekonomi di tingkat desa memiliki peranan
terhadap kemajuan ekonomi perdesaan. Menurut Ramadhana et al (2013),
keberadaan BUMDes memiliki kontribusi untuk peningkatan pendapatan desa dan
memenuhi kebutuhan pokok desa. Peran BUMDes terlihat pada sumber dana
untuk peningkatan pendapatan serta kebutuhan masyarakat yang harus dirasakan
oleh masyarakat secara keseluruhan. pembangunan desa secara mandiri yang
diartikan sebagai keberhasilan masyarakat mampu mengatur rumah tangganya
sendiri dan tidak hanya bergantung pada anggaran dana bantuan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peran BUMDes terhadap
pembangunan perekonomian di desa sangatlah penting. Ramadhana et al (2013)
menjelaskan bahwa BUMDes memiliki peran-peran penting diantaranya: (a)
penguatan ekonomi lokal, (b) peningkatan pendapatan desa, (c) peningkatan
pendapatan masyarakat. Selain itu, Gunawan (2011) juga menambahkan peranan
BUMDes, diantaranya: (a) menekan laju urbanisasi, (b) mendorong

15

berkembangnya perekonomian masyarakat desa, (c) sebagai sumber pendapatan
asli desa, (d) pemberi pinjaman dengan suku bunga yang rendah. Peranan
BUMDes tidak hanya mampu meningkatkan pendapatan asli desa maupun
mengembangkan potensi perekonomian desa, penelitian yang dilakukan Tama dan
Yanuardi (2013) menjelaskan bahwa BUMDes juga mampu menciptakan
lapangan pekerjaan dan juga mampu mengentaskan kemiskinan.
Selain peran BUMDes dalam pembangunan desa, beberapa penelitian
menyebutkan tujuan dari pembentukan BUMDes. Menurut Ibrahim (2013), tujuan
pendirian BUMDes diantaranya: (a) mengelola sumberdaya desa, penyedia jasa
pembiayaan, (b) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (c) mengembangkan usaha
produktif di desa, (d) menciptakan lapangan pekerjaan dan juga sebagai sumber
pendapatan asli desa. Selain itu Hayyuna et al (2014) menambahkan bahwa tujuan
BUMDes yaitu memberikan pelayanan terha