Perencanaan Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Tangkuban Perahu Berbasis Mitigasi di Lembang Jawa Barat

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA
LETUSAN GUNUNG TANGKUBAN PERAHU BERBASIS
MITIGASI DI LEMBANG JAWA BARAT

BAGUSTIO ARDHITYA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Tata
Ruang Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Tangkuban Perahu Berbasis
Mitigasi di Lembang Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Bagustio Ardhitya
NIM A44090032

ABSTRAK
BAGUSTIO ARDHITYA. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana
Letusan Gunung Tangkuban Perahu Berbasis Mitigasi di Lembang Jawa Barat.
Dibimbing oleh AFRA DN MAKALEW.
Indonesia memiliki banyak gunung berapi di setiap pulau di Indonesia
sehingga dikenal sebagai daerah cincin api. Gunung Tangkuban Perahu
merupakan gunung api yang masih aktif yang terletak di Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat. Menurut sejarah erupsi Gunung Tangkuban Perahu,
bahaya dari potensi letusan mencapai 5 km melebar keseluruh kawasan
Kecamatan Lembang. Hal itu membuat Kota Lembang menjadi kawasan rawan
bencana sehingga dibutuhkan perencanaan tata ruang kota berbasis bencana.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi, klasifikasi, dan tata ruang
Kecamatan Lembang berbasis mitigasi. Perencanaan tata ruang dengan metode

analisis data spasial dengan meng overlay data spasial gunung api Tangkuban
Perahu dengan data spasial kondisi umum Kecamatan Lembang. Metode tersebut
menghasilkan data spasial berupa tingkat kerentanan suatu daerah. Lalu
menentukan blockplan dengan menggunakan metode permodelan spasial. Dengan
konsep dasar mitigasi, perencanaan tata ruang Kecamatan Lemb ang memiliki
prioritas utama untuk memperkecil tingkat resiko bencana. Hasil dari penelitian
ini adalah tiga model ruang evakuasi yaitu zona evakuasi mikro, meso, dan makro.
Kata kunci : Mitigasi bencana, letusan gunung api, Tangkuban Perahu, tata ruang
kota, Kota Lembang

ABSTRACT
BAGUSTIO ARDHITYA. An Arrangement Planning Of Urban Space In
Vulnerability Area of Tangkuban Perahu Vulcano’s Eruption Base of Mitigation
At Lembang, West Java . Supervised by AFRA DN MAKALEW.
Indonesia has many volcanoes in every island and known as the ring of fire
area. Tangkuban Perahu is still an active volcano located in the Lembang City,
Bandung Barat District. According to the eruption history of Tangkuban Perahu,
the eruption could reach 5 km widely to whole of Lembang City. It makes
Lembang city into a disaster-prone areas and that is why It needs an arrangement
of urban space-based disaster. The objective of this research is to identify, classify

and arrange Lembang districtbase of mitigation. The arrangement was done by
analysis of spatial data with spatial that will result a vulnerability level for each
areas. Then define a blockplan by modeling spatial.With mitigation as a base
concept, an arrangement planning of urban space has highly priority to to
minimize disaster risk. The result of this research is evacuation space model
which are micro evacuation space, meso evacuation space, and macro evacuation
space .
Keywords: Disaster mitigation, volcanic eruptions, Tangkuban Perahu, urban
spatial arrangement, the City Lembang

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA

LETUSAN GUNUNG TANGKUBAN PERAHU BERBASIS
MITIGASI DI LEMBANG JAWA BARAT

BAGUSTIO ARDHITYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi :Perencanaan Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana Letusan
Gunung Tangkuban Perahu Berbasis Mitigasi di
Lembang Jawa Barat

Nama
:Bagustio Ardhitya
NIM
:A44090032

Disetujui oleh

Dr Ir Afra DN Makalew, M.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara M.Agr
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat ilmu, rahmat,

dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian ini. Judul skripsi yang dipilih adalah Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Rawan Bencana Letusan Gunung Tangkuban Perahu Berbasis Mitigasi d i
Lembang Jawa Barat.
Terimakasih penulis haturkan kepada Dr Ir Afra DN Makalew, M.Sc selaku
pembimbing skripsi yang selalu senantiasa membimbing dalam penilitian ini.
Terimakasih pula kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan yang terbaik
kepada penulis sebagai anaknya. Terimakasih juga kepada teman teman
seperjuangan untuk segala motivasi yang sangat membangun dalam pengerjaan
skripsi ini.
Demikian skripsi penelitian ini dibuat, semoga karya ilmiah ini bermanfaat
bagi pihak Pemerintah Kota Bogor dan pihak lain yang memerlukan.

Bogor, September 2014
Bagustio Ardhitya

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

xi


DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

4

Bencana

4

Letusan Gunung Berapi

4


Bahaya Utama (Primer)

4

Bahaya Ikutan (Sekunder)

5

Sejarah Gunung Tangkuban Perahu
Kegiatan Gunung Tangkuban Perahu

5
5

Mitigasi Bencana

5

Perencanaan


6

METODOLOGI

8

Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Alat dan Bahan Penelitian

8

Batasan Penelitian

8

Metode dan Tahap Penelitian


9

Metode Pengumpulan Data

9

Metode Pengolahan Data

11

KONDISI UMUM

18

Aspek Biofisik

19

Topografi

19

Hidrogeologi

21

Iklim

22

Kawasan Hutan

24

Tata Guna Lahan

25

Sarana dan Prasarana

26

Aspek Sosial

30

Kepemerintahan

30

Kependudukan

31

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Tipologi Daerah Rawan Bencana Erupsi Gunung Berapi

34
34

Bahaya Primer

34

Bahaya Sekunder

34

Analisis Tingkat Kerentanan (vulnerability)Bencana

36

Analisis Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Tingkat Kepekaan Bahaya Longsor
36
Analisis Pengaruh Kemiringan Tapak Terhadap Tingkat Kepekaan Bahaya
Longsor
38
Analisis Pengaruh Curah Hujan Terhadap Tingkat Kerentanan Bahaya Banjir
Lahar Dingin
41
Analisis Pengaruh Ketinggian Tapak Terhadap Tingkat Kerentanan Bahaya
Banjir Lahar Dingin
41
Overlay

44

Sintesis

47

Konsep Perencanaan Tata Ruang

54

Konsep Dasar

54

Pengembangan Konsep

54

Perencanan Lanskap Berbasis Mitigasi

58

Rencana Ruang

58

Rencana Aktivitas

61

Rencana Sarana dan Prasarana

61

Rencana Sirkulasi

63

Rencana Vegetasi

64

Rencana Daya Dukung

64

SIMPULAN DAN SARAN

68

Simpulan

68

Saran

68

DAFTAR PUSTAKA

69

RIWAYAT HIDUP

70

DAFTAR TABEL
1. Sejarah kegiatan Gunung Berapi Tangkuban Perahu
2. Alat dan bahan penelitian
3. Tahap Penelitian
4. Metode pengumpulan data
5. Penentuan tipologi kawasan rawan bencana letusan gunung berapi
6. Tingkat kepekaan jenis tanah terhadap bahaya longsor
7. Kemiringan tapak
8. Data bentuk geografis berdasarkan desa di Kecamatan Lembang
9. Struktur penggunaan lahan menurut desa di Kecamatan Lembang
10. Struktur penggunaan lahan menurut desa di Kecamatan Lembang
11. Jarak antar desa di Kecamatan Lembang
12. Jenis sarana dan prasarana komunikasi yang digunakan menurut desa
di Kecamatan Lembang
13. Jumlah sarana kesehatan yang berada di desa/kelurahan di Kecamatan
Lembang
14. Jumlah tempat/lapangan kegiatan olahraga menurut desa/kelurahan di
15. Jumlah RT dan RW menurut Desa di Kecamatan Lembang
16. Jumlah penduduk Kecamatan Lembang
17. Jumlah Sekolah di Kecamatan Lembang
18. Penentuan skor pada setiap kriteria analisis
19. Skor tingkat kerentanan bencana pada zona zona peta komposit
20. Rencana aktivitas dan rencana sarana dan prasarana.
21. Kebutuhan Ruang Terbuka Sebagai Zona Evakuasi

6
9
9
10
12
13
13
19
20
26
27
28
29
30
31
32
33
44
46
62
64

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir
2. Peta orientasi Kecamatan Lembang
3. Alur pengolahan data
4. Ilustrasi tehnik weighted overlay dan scoring
5. Proses permodelan spasial
6. Peta administrasi Kecamatan Lembang
7. Peta kemiringan Kecamatan Lembang
8. Peta geologi Kecamatan Lembang
9. Peta jenis tanah Kecamatan Lembang
10. Peta sumber air Kecamatan Lembang
11. Kelembaban rata–rata dari Tahun 2002–2011
12. Suhu rata–rata dari Tahun 2002–2011
13. Curah hujan rata–rata dari Tahun 2002–2011
14. Peta Kawasan Hutan Kecamatan Lembang
15. Peta sirkulasi Kecamatan Lembang
16. Peta Tipologi daerah rawan bencana erupsi gunung
17. Peta analisis pengaruh jenis tanah terhadap tingkat kepekaan bahaya
longsor
18. Peta analisis pengaruh kemiringan tapak terhadap tingkat kepekaan
bahaya longsor
19. Peta analisis pengaruh curah hujan terhadap tingkat kere ntanan
bahaya banjir lahar dingin
20. Peta analisis pengaruh ketinggian tapak terhadap tingkat kerentanan
bahaya banjir lahar dingin
21. Peta Komposit
22. Zonasi mitigasi Kecamatan Lembang
23. Peta rencana struktur bangunan
24. Rencana blok (block plan) Desa Lembang
25. Peta existing zona aman mikro
26. Peta existing zona aman meso
27. Peta existing zona aman makro
28. Alur konsep
29. Diagram konsep ruang
30. Konsep sirkulasi
31. Diagram konsep vegetasi
32. Rencana ruang zona aman mikro
33. Rencana ruang zona aman meso
34. Rencana ruang zona aman makro
35. Contoh rambu evakuasi
36. Rencana sirkulasi Desa Lembang
37. Rencana tapak zona aman mikro
38. Rencana tapak zona aman meso
39. Rencana tapak zona aman makro

3
8
11
14
16
18
20
21
22
23
23
24
24
25
27
35
39
40
42
43
1
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
62
63
65
66
67

18

KONDISI UMUM
Menurut Statistika Daerah Kecamatan Lembang (2013), Kecamatan
Lembang berada pada Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Secara
geografis Kecamatan Lembang terletak diantara 107o 1.10’ BT — 107o 4.40’ BT
dan 6o 3.73’ LS — 7o 1.031’ LS dengan luas wilayah 95.58 Km2 . Wilayah
Kecamatan Lembang merupakan salah satu kawasan yang berdekatan dengan
potensi hazard Gunung Tangkuban Perahu yang memiliki batas wilayah sebagai
berikut:
a) Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kabupaten Subang.
b) Sebelah Timur
: berbatasan dengan Kabupaten Subang dan Kabupaten
Bandung.
c) Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kecamatan Parompong
d) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kota Bandung
Kondisi umum Kecamatan Lembang dibagi menjadi dua yaitu aspek
biofisik dan aspek sosial. Aspek bio fisik memaparkan tentang kondisi fisik yang
berkaitan dengan ruang lingkup pengembangan kawasan Kecamatan Lembang
serta menjelaskan tentang kondisi alami secara spasial yang berkaitan dengan
fungsi hutan dalam upaya mitigasi. Aspek sosial memaparkan tentang kondisi
sosial yang mempengaruhi tentang perkembangan masyarakat pada Kecamatan
Lembang. Secara khusus kondisi umum di Kecamatan Lembang menjelaskan
keadaan kawasan yang berpengaruh kepada segi kebencanaan. Peta administrasi
Kecamatan Lembang disajikan pada Gambar 6.

Sumber: Albu m Peta RTRW BAPPEDA Bandung Barat. (2009).

Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang

19
Aspek Biofisik
Topografi
Kecamatan Lembang adalah wilayah administrasi yang berada dalam
kawasan kaki Gunung Tangkuban Perahu. Keberadaan Gunung Tangkuban
Perahu sangat mempengaruhi bentuk topografi kecamatan lembang. Bentukan
geografis Kecamatan Lembang terdiri dari dua bentukan yaitu lereng atau
punggung bukit dan dataran. Bentukan geografis tersebut disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Data bentuk geografis berdasarkan desa di Kecamatan Lembang
Bukan pesisir
Pesisir/Tepi
Lereng/
No
Desa
Lembah/Daerah
laut
Punggung Dataran
aliran sungai
bukit
1
Gudang Kahuripan √
2
Wangunsari

3
Pagerwangi

4
Mekarwangi

5
Langensari

6
Kayuambon

7
Lembang

8
Cikahuripan

9
Sukajaya

10 Jayagiri

11 Cibogo

12 Cikole

13 Cikidang

14 Wangunharja

15 Cibodas

16 Suntenjaya

Jumlah
11
5
Sumber : Kecamatan Lembang Dalam Angka. (2013).

Bentukan geografis tersebut secara detil dijelaskan dalam topografi
Kecamatan Lembang. Topografi merupakan komponen dasar analisis tapak
dengan tujuan untuk mendefinisikan kesesuaian lahan terhadap aktifitas manusia.
Komponen topografi yang mendasar adalah kemiringan dan ketinggian lahan yang
mengandung potensi bahaya. Potensi bahaya tersebut ditentukan dengan nilai nilai
pada setiap tingkatan kemiringan dan ketinggian. Secara spasial wilayah
Kecamatan Lembang memiliki kemiringan lahan yang berbeda sebagai berikut,
persentase kemiringan lebih dari 40%, persentase kemiringan 15–25 dan
persentase kemiringan 0–8%. Persentase kemiringan lebih dari 40% memiliki
kawasan yang paling luas sehingga menempatkan wilayah lembang sebagai
daerah rawan bencana. Keadaan kemiringan Kecamatan Lembang disajikan dalam
Gambar 7. Dengan berbagai macam topografi yang ada pada bentukan kawasan di
Kecamatan Lembang maka bermacam—macam pula penggunaan lahannya.
Penggunaan lahan berdasarkan desa di Kecamatan Lembang disajikan pada Tabel
9.

20

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat. (2009).

Gambar 7 Peta kemiringan Kecamatan Lembang
Tabel 9 Struktur penggunaan lahan menurut desa di Kecamatan Lembang
No

Desa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Gudang Kahuripan
Wangunsari
Pagerwangi
Mekarwangi
Langensari
Kayuambon
Lembang
Cikahuripan
Sukajaya
Jayagiri
Cibogo
Ciko le
Cikidang
Wangunharja
Cibodas
Suntenjaya
Jumlah

Lahan pertanian sawah (ha)
Lahan
Lahan
pertanian
Luas
Lahan
Non
Lahan
Lahan
bukan
Desa
tidak
pertanian
berpengai pertanian
sawah
(Ha)
berpeng
(Ha)
ran teknis nonteknis
(Ha)
airan
241.5
213.2
454.7
257.98
121.3
379.3
257
158.5
415.5
240.2
83.6
323.8
210
259.1
469.1
31.3
148.9
180.2
35.8
284.8
320.6
687.8
61.4
749.2
463.3
94.6
557.9
937.9
36.1
974
234.2
180.6
423.8
147
195.9
342.9
280.8
207.6
35.4
523.8
421.5
60.9
482.4
890.8
21.6
912.4
467.8
108.7
6.5
280.8 40.68
64.6
86.08

Sumber :Kecamatan Lembang Dalam Angka. (2013).

21
Hidrogeologi
Keadaan geologi di Kecamatan Lembang merupakan material batuan yang
berasal dari Gunung Tangkuban Perahu dan gunung–gunung kecil di sekitarnya.
Profil geologi tersebut meliputi tuf campuran yang berasal dari Gunung
Tangkuban Perahu dan Gunung Dano, tuf yang berasal dari Gunung Tangkuban
Perahu, endapan gunung berapi, dan batuan yang berasal dari aliran lava. Tuf atau
tufa adalah batuan yang dihasilkan oleh endapan gas pyroclastic atau awan panas
yang terfragmentasi selama erupsi gunung berlangsung dan memiliki struktur
berupa abu. Endapan gunung berapi yang tak dapat diuraikan adalah batuan
batuan hasil dari aktivitas pendinginan magma gunung berapi dan waktu
pendinginan magma yang bervariasi juga mempengaruhi variasi jenis batuan
tersebut. Batuan yang berasal dari lava terbentuk oleh aktivitas pendinginan
magma yang mengalir di sepanjang jalurnya. Keadaan geologi Kecamatan
Lembang disajikan pada Gambar 8.

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat. (2009).

Gambar 8 Peta geologi Kecamatan Lembang
Tanah di Kecamatan Lembang sangat dipengaruhi pada keadaan kawasan
yang merupakan kawasan vulkanis. Jenis tanah pada Kecamatan Lembang
sebagian besar adalah andosol coklat, regosol coklat, latosol coklat, regosol
kelabu, dan litosol. Persebaran jenis tanah pada Kecamatan Lembang dapat
disajikan pada Gambar 9.

22

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat. (2009).

Gambar 9 Peta jenis tanah Kecamatan Lembang
Secara kasat mata spasial keadaan hidrologi Kecamatan Lembang tidak
memiliki badan air yang besar dan terpusat melainkan banyak sungai kecil beserta
alirannya. Pemenuhan kebutuhan air bersih rumahtangga merupakan komponen
kesejahteraan rumahtangga. Menurut Statistika Daerah Kecamatan Lembang
(2013), rumahtangga yang menggunakan sumber air minum yang berasal dari air
kemasan dan ledeng merupakan jumlah terbesar yaitu mencapai 15 308
rumahtangga, diikuti oleh sumur terlindung dan air tidak bersih masing—masing
sebesar 12 016 rumah tangga dan 7 228 rumahtangga, mata air terlindung sebersar
6.424 rumahtangga dan Pompa air sebesar 5 271 rumahtangga. Sedangkan
menurut Data Statistika Kecamatan Lembang Tahun (2012), sumber air minum
rumah tangga terbesar ada pada mata air terlindung sebesar 24 674.
Sumber air penduduk di Kecamatan Lembang bertopang pada aliran air
tanah yang di pengaruhi oleh kualitas kemampuan penyerapan air hujan oleh
Gunung Tangkuban Perahu. Zona sumber air yang memancar yang disajikan
dalam Gambar 10.
Iklim
Kecamatan Lembang mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu rata–rata
20.04°C, persentase kelembaban rata–rata 84.63% dan curah hujan 160.58 mm
selama sepuluh tahun terakhir. Keseluruhan data iklim disajikan dalam Gambar 11,
Gambar 12, dan Gambar 13.

23

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat. (2009).

Gambar 10 Peta sumber air Kecamatan Lembang
88.00

Kelembaban Rata Rata (%)

87.00
86.00
85.00

84.00
83.00

82.00
81.00

80.00
2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Tahun
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung Barat. (2010).

Gambar 11 Kelembaban rata–rata dari Tahun 2002–2011

2011

24

Suhu Rata–Rata (ºC)

20.40

20.20
20.00
19.80
19.60

19.40
19.20
19.00
2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Tahun
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung Barat. (2010).

Gambar 12 Suhu rata–rata dari Tahun 2002–2011

300.00

Curah Hujan (mm)

250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
2002

2003

2004

2005

2006 2007
Tahun

2008

2009

2010

2011

Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung Barat. (2010).

Gambar 13 Curah hujan rata–rata dari Tahun 2002–2011
Kawasan Hutan
Kecamatan Lembang memiliki beberapa kawasan hutan yaitu hutan lindung,
hutan rakyat, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Masing–masing fungsi
jenis kawasan hutan adalah untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, sebagai
habitat fauna, sebagai tempat koleksi flora dan pepohonan, sebagai tempat
rekreasi masyarakat, dan lain–lain. Dalam pendekatan mitigasi, hutan bisa
menjadi buffer bencana dan juga sumber bencana sekunder, tergantung dari letak
lokasi hutan pada saat erupsi gunung berapi terjadi. Kawasan hutan Kecamatan
Lembang dapat di jelaskan pada Gambar 14.

25

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat. (2009).

Gambar 14 Peta Kawasan Hutan Kecamatan Lembang
Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang didominasi dengan penggunaan
lahan sebagai lahan pertanian. Sektor pertanian merupakan sector potensi untuk
perekonomian Kecamatan Lembang. Namun bukan sub sector tanaman pangan
yang menjadi unggulan, melainkan budidaya tanaman hortikultura khususnya
tanaman sayuran yang menjadi unggulan di Kecamatan Lembang. Lembang
memberikan kontribusi terhadap produksi sayur mayur yang merupakan andalan
dibidang hortikultura di Kabupaten Bandung Barat.
Kecamatan Lembang juga terkenanl dengan obyek wisata agro tanaman hias.
Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang yang paling banyak adalah lahan
pertanian bukan sawah lalu diikuti dengan penggunaan lahan non pertanian dan
lahan pertanian non sawah. Lahanpertanian sawah walaupun ada namun
penggunaannya sudah beralih fungsi menjadi kefungsi lain karena kurangnya
sumber air. Tabel penggunaan lahan di Kecamatan Lembang disajikan dalam
Tabel10.
Alih fungsi lahan adalah masalah yang dikhawatirkan. Pengalihan fungsi
lahan tanpa mengindahkan peraturan yang ada maka pengalihan fungsi laha n
tersebut ilegal. Dalam hal ini, Kecamatan Lembang merupakan kawasan rawan
bencana yang telah diatur dalam peraturan peraturan sehingga pengalihan fungsi
lahan tanpa mengikuti aturan akan menambah tingkat resiko bencana di
Kecamatan Lembang.

26

Tabel 10 Struktur penggunaan lahan menurut desa di Kecamatan Lembang

No

Desa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Gudang Kahuripan
Wangunsari
Pagerwangi
Mekarwangi
Langensari
Kayuambon
Lembang
Cikahuripan
Sukajaya
Jayagiri
Cibogo
Ciko le
Cikidang
Wangunharja
Cibodas
Suntenjaya
Jumlah

Lahan pertanian sawah (ha)
Lahan
Lahan
Lahan
pertani
berpenga
tidak
an
iran
berpeng
nontek
teknis
airan
nis
280.8
280.8

Lahan
Lahan
pertanian
Non
bukan
pertanian
sawah
(Ha)
(Ha)
241.5
257.98
257
240.2
210
31.3
35.8
687.8
463.3
937.9
234.2
147
207.6
421.5
890.8
467.8
5740.68

Luas
Desa
(Ha)

213.2
454.7
121.3
379.3
158.5
415.5
83.6
323.8
259.1
469.1
148.9
180.2
284.8
320.6
61.4
749.2
94.6
557.9
36.1
974
180.6
423.8
195.9
342.9
35.4
523.8
60.9
482.4
21.6
912.4
108.7
576.5
2064.6 8086.08

Sumber :Kecamatan Lembang Dalam Angka 2013

Sarana dan Prasarana
Kecamatan Lembang memiliki jalur sirkulasi berupa jalan lokal dan jalan
kolektor serta tiga terminal jenis C. Jalur sirkulasi memiliki peran sebagai jalur
evakuasi warga untuk menjauh dari bahaya. Jalur evakuasi tersebut diperoleh dari
analisis daerah bahaya. Jalur sirkulasi Kecamatan Lembang disajikan dalam
Gambar 15. Jalur sirkulasi Kecamatan lembang memiliki fungsi untuk mobilitas
distribusi antar desa dengan berbagai kepentingan.. Jarak antar desa di Kecamatan
Lembang disajikan dalam Tabel 11.
Masyarakat Kecamatan Lembang menggunakan sarana jenis transportasi
darat. Menurut Kecamatan Lembang dalam angka (2013), Masyarakat Kecamatan
Lembang lebih banyak menggunakan kendaraan motor roda dua yaitu sebanyak
18 252 kepala keluarga. Sedangkan, masyarakat Kecamatan Lembang yang
menggunakan kendaraan bermotor roda empat hanya mencapai 2 711 kepala
keluarga. Sarana infrastruktur jalan terluas pada Kecamatan Lembang sudah
menggunakan lapisan aspal dan beton.
Sarana komunikasi sangat penting dalam hal mitigasi. Hal penting tersebut
menyangkut dengan distribusi pesan informasi yang berhubungan dengan
peringatan dini bahaya bencana dan distribusi barang berupa bantuan ligistik dan
semacamnya untuk menunjang kegiatan evakuasi. Kegiatan koordinasi antar
masyarakat tersebut sangatlah penting dalam upaya mitigasi.

27

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat. (2009).

Gambar 15 Peta sirkulasi Kecamatan Lembang

5.1
8.3
11.3
7.8
5.9
3.5
5.3
5.9
3.4
6.8
9.0
10.6
11.7
12.3
13.1

Wangunharja

Cikahuripan

Kayuambon

Mekarwangi

7.2
5.3
4.4
4.7
7.9
8.6
4.9
5.9
8.2
10.3
10.8
11.4
12.2

3.3
4.0
0.4
3.4
5.1
8.2
8.4
8.7
9.5

7.3
7.9
10.9
7.6
5.7
3.3
0.7
3.2
6.6
8.8
11
12.5
12.6
13.4

Sumber :Kecamatan Lembang Dalam Angka. (2013).

3.9
7.3
9.5
11.7
12.6
12.7
13.5

4.7
4.9
7.9
4.4
2.5
0.4
3.2
3.9
3.1
5.3
7.3
8.2
8.2
9.0

7.8
5.9
8.9
5.4
3.5
3.4
6.6
7.3
3.1
2.2
4.9
5.3
8.6
9.5

9.8
8.2
10.3
7.6
5.5
5.1
8.8
9.5
5.3
2.2
2.7
3.1
5.3
6.1

12
10.3
9.7
5.6
7.8
8.2
11
11.7
7.3
4.9
2.7
1.2
4.2
4.8

13.5
10.8
7.4
3.9
5.6
8.4
12.5
12.6
8.2
5.3
3.1
1.2
3.3
3.9

13.6
11.4
7.6
4.4
6.3
8.7
12.6
12.7
8.2
8.6
5.3
4.2
3.3
1.2

Suntenjaya

Cibodas

8.1
8.6
11.6
8.3
6.4
4.0
0.7

4.4
4.7
7.8
4.3
2.4

Cikidang

10.2 8.8 6.9
7.2 5.3 4.4
3.5 5.4
3.5
1.9
5.4 1.9
7.8 4.3 2.4
10.9 7.6 5.7
11.6 8.3 6.4
7.9 4.4 2.5
8.9 5.4 3.5
10.3 7.6 5.5
9.7 5.6 7.8
7.4 3.9 5.6
7.6 4.4 6.3
8.4 5.2 7.1

Cikole

8.8
8.8
10.2
8.8
6.9
4.4
7.3
8.1
4.7
7.8
9.8
12
13.5
13.6
14.4

Cibogo

5.9 3.4 6.8 9.0 10.6 11.7 12.3 13.1

Jayagiri

11.3 7.8 5.9 3.5 5.3

Sukajaya

8.3

Lembang

5.1

Langensari

Pagerwangi

Gudang
Kahuripan
Wangunsari
Pagerwangi
Mekarwangi
Langensari
Kayuambon
Lembang
Cikahuripan
Sukajaya
Jayagiri
Cibogo
Ciko le
Cikidang
Wangunharja
Cibodas
Suntenjaya

Wangunsari

Jarak Antar
Desa (Km)

Gudang
Kahuripan

Tabel 11 Jarak antar desa di Kecamatan Lembang

14.4
12.2
8.4
5.2
7.1
9.5
13.4
13.5
9.0
9.5
6.1
4.8
3.9
1.2

28
Masyarakat Kecamatan Lembang menggunakan telepon kabel sebagai
sarana komunikasi karena tidak adanya telepon umum. Namun, penggunaan
telepon kabel pun tidak merata. Menurut Kecamatan Lembang dalam Angka
(2013),. Dengan melesatnya tingkat kacanggihan teknologi, kegiatanan distribusi
penyampaian pesan dan dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi berupa
telepon genggam ataupun telepon kabel. Namun, dalam hal distribusi berupa
barang ataupun dokumen penting masih menggunakan jasa pengiriman PT. Pos
Indonesia (perseroan).Menurut Kecamatan Lembang dalam angka (2013), Jumlah
kantor pos,pos keliling, dan jarak ke kantor pos yang digunakan menurut
desa/kelurahan di Kecamatan Lembang disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12 Jenis sarana dan prasarana komunikasi yang digunakan menurut
desa/kelurahan di Kecamatan Lembang
No

Desa/
Kelurahan

Ruta
telepon
kabel

Telepon
umu m

kiospon

Wartel/

Warnet

Kantor
pos

Jarak ke
Kantor
pos

Pos
keliling

1

Gudang
Kahuripan

556

-

-

2

1

3

-

2

Wangunsari

263

-

-

6

-

6

1

3

Pagerwangi

202

-

4

2

-

3

-

4

Mekarwangi

153

-

2

1

-

4

-

5

Langensari

156

-

1

-

-

3

-

6

Kayuambon

827

-

2

8

-

2

-

7

Lembang

280

-

6

25

-

-

-

8

Cikahuripan

112

-

-

2

-

3

-

9

Sukajaya

302

-

1

-

-

4

-

10

Jayagiri

1 070

1

7

11

1

-

-

11

Cibogo

172

-

3

8

-

2

-

12

Ciko le

312

-

-

8

-

6

-

13

Cikidang

6

-

1

1

-

8

-

14

Wangunharja

10

-

3

2

-

9

1

15

Cibodas

80

-

1

1

-

9

-

16

Suntenjaya

311

-

1

1

-

13

-

Jumlah

4 812

1

32

78

2

75

2

Sumber :Kecamatan Lembang Dalam Angka. (2013).

Sarana dan prasana kesehatan memiliki nilai sangat penting baik dalam
kebutuhan biasa maupun dalam kebutuhan yang sangat mendadak. Dalam hal
yang berhubungan dengan mitigasi bencana, sarana dan prasarana kesehatan
dibutuhkan dalam keadaan mendadak untuk menampung para korban bencana
letusan gunung api. Sarana dan prasarana kesehatan menyediakan bahan dan alat
medis yang mendukung minimal memiliki alat paket pertolongan pertama (First
Aid Kit). Sarana dan prasarana kesehatan dalam tingkat regional kecamatan dapat
berupa rumah sakit, rumah bersalin, poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu,

29
tempat praktek dokter, tempat praktek bidan, posyandu, poliklinik desa (Polindes),
apotek, dan toko obat. Jumlah sarana kesehatan yang berada di desa/kelurahan di
Kecamatan Lembang disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13 Jumlah sarana kesehatan yang berada di desa/kelurahan di Kecamatan
Lembang.
Desa/
Kelurahan

Rumah
sakit

Rumah
ber
salin

Poli
kli
nik

Pus
kes
mas

Pus
kesmas
pem
bantu

Tempat
praktek
dokter

Tempat
praktek
bidan

Pos
yan
du

Po
lin
des

Apo
tek

To
ko
ob
att

Gudang
Kahuripan

1

-

-

-

1

2

4

14

-

-

3

Wangunsari

-

-

-

-

-

2

2

15

1

-

-

Pagerwangi

-

-

1

-

-

1

1

14

1

-

--

M ekarwangi

-

-

-

-

1

-

1

9

1

-

-

Langensari

-

-

-

-

1

2

4

16

-

1

-

Kayuambon

-

2

1

-

-

3

4

11

-

-

-

Lembang

-

2

-

1

-

4

-

14

-

4

-

Cikahuripan

-

4

-

-

-

1

5

10

-

-

-

Sukajaya

-

-

2

-

1

-

2

16

1

-

3

Jayagiri

-

1

3

1

1

4

3

19

-

2

1

Cibogo

-

-

1

-

-

-

4

13

-

-

-

Cikole

-

-

-

1

-

1

3

16

-

1

2

Cikidang

-

-

1

-

-

-

2

11

1

-

-

Wangunharja

-

1

-

-

1

-

2

9

1

-

-

Cibodas

-

-

-

1

-

-

2

17

1

-

-

Suntenjaya

-

-

1

-

-

-

3

17

-

-

-

Jumlah

1

10

10

4

6

20

42

221

7

8

10

Sumber :Kecamatan Lembang Dalam Angka. (2013).

Dalam ruang lingkup permukiman tedapat sarana dan prasarana umum yang
dapat digunakan sebagai tempat evakuasi karena memiliki kemampuan untuk
menampung massa korban bencana yang banyak. Dengan luasan tertentu, sarana
dan prasara umum dapat menjadi ruang evakuasi. Sarana dan prasarana tersebut
berupa tempat olah raga yang memiliki luasan wilayah yang memadai dan
merupakan ruang terbuka yang terbebas dari gedung gedung tinggi yang
berbahaya pada saat terjadinya bencana. Sarana dan prasarana tersebut nantinya
akan menjadi tempat didirikannya tenda tenda pengungsian yang dapat menjadi
tempat sementara bagi pengungsi atau menjadi tempat berlindung sementara dari
guncangan gempa saat erupsi. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa
lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan tenis, lapangan bola voli dan
lapangan bulu tangkis. Jumlah tempat/lapangan kegiatan olahraga menurut
desa/kelurahan di Kecamatan Lembang disajikan dalam Tabel 14.

30

Tabel 14 Jumlah tempat/lapangan kegiatan olahraga menurut desa/kelurahan di
Kecamatan Lembang
Desa/
No Kelurahan

Sepakbola

Bolavoli

Bulu tangkis

1

Gudang
Kahuripan

1

6

4

-

1

2

Wangunsari

-

2

2

-

-

3

Pagerwangi

1

8

1

-

1

4

Mekarwangi

-

5

4

-

-

5

Langensari

1

-

3

-

-

6

Kayuambon

3

3

3

3

3

7

Lembang

3

6

4

3

2

8

Cikahuripan

1

5

2

1

-

9

Sukajaya

1

2

2

-

-

10

Jayagiri

1

8

6

3

3

11

Cibogo

1

7

-

-

-

12

Cikole

2

10

3

-

2

13

Cikidang

-

1

2

-

-

14

Wangunharja

1

1

1

1

-

15

Cibodas

1

8

4

-

-

16

Suntenjaya

-

1

5

-

-

Jumlah

17

82

46

11

12

Bola
basket

Tenis
lapangan

Sumber :Kecamatan Lembang Dalam Angka. (2013).

Menurut Baseline Kegunung Apian Indonesia BNPB (2012), Gunung
Tangkuban Perahu memiliki daya resiko terhadap Kawasan Rawan Bencana
(KRB). KRB Gunung Tangkuban Perahu memiliki radius tertentu maka dari itu
KRB meliputi beberapa wilayah administrasi dalam radius KRB Gunung
Tangkuban Perahu. Penduduk yang terpapar akibat awan panas, lava, dan hujan
abu 3 525 jiwa dan bangunan yang berpotensi terpapar pada KRB Gunung
Tangkuban Perahu sebanyak 2 253 unit bangunan. Dalam hal sarana dan
prasarana Kecamatan Lembang, rumah masyarakat yang berpotensi terpapar
bencana letusan Gunung Tangkuban perahu sebanyak 400 unit, sarana dan
prasaran pendidikan yang berpotensi terpapar sebanyak 3 unit begitu juga dengan
sarana kesehatan di Kecamatan Lembang.
Aspek Sosial
Kepemerintahan
Menurut pandangan sosiologi, struktur sosial atau kepemerintahan sangat
berpengaruh terhadap kepekaan penduduk terhadap bencana. Str uktur sosial yang

31
kokoh akan membentuk suatu solidaritas sosial yang kokoh pula. Hal ini akan
membangun koordinasi per individu sehingga kepekaan akan terjadinya bencana
sangat tinggi (pre disaster). Selain itu pula, terbentuknya struktur sosial yang
solid akan membangun mempercepat tingkat penanggulangan bencana ( post
disaster ) (maarif,2010).
Menurut Stastitik Daerah Kecamatan Lembang (2013), bentuk
kepemerintahan yang dimiliki oleh Kecamatan Lembang yaitu 887 Rumah
Tangga, 220 Rukun Warga, 56 Dusun, dan 16 Desa. Data statistik jumlah satuan
lingkungan Rukun Tetangga dan Rukun Warga tersebut mengalami peningkatan
jumlah dari tahun 2012 ke 2013 yaitu sebesar 1.85 persen dan 1.30 persen hal ini
di karenakan terjadi pemekaran wilayah satuan lingkungan setempat. Dalam hal
ini Desa Jayagiri menempati Desa teratas dengan jumlah satuan lingkungan
terbanyak yaitu 19 Rukun Warga dan 96 Rukun Tetangga. Sedangkan, Desa
Kayuambon memiliki satuan lingkungan Rukun Tetangga paling sedikit yaitu 35
RT serta Desa Mekarwangi dan Wangunharja merupakan desa yang memiliki
jumlah satuan lingkungan Rukun Warga paling sed ikit dengan jumlah 9 RW.
Dalam hal mitigasi, dinamika kepemerintahan ini sangat penting dalam hal
koordinasi dan komunikasi kesiapan menghadapi bencana yang tepat dan terarah.
Jumlah RT dan RW menurut Desa di Kecamatan Lembang disajikan dalam
Tabel 15.
Tabel 15 Jumlah RT dan RW menurut Desa di Kecamatan Lembang
Desa
Dusun
Rukun Warga
Rukun Tetangga
Gudang Kahuripan
5
14
58
Wangunsari
4
15
56
Pagerwangi
4
14
69
Mekarwangi
2
9
40
Langensari
3
16
54
Kayuambon
2
11
35
Lembang
4
14
57
Cikahuripan
3
10
58
Sukajaya
4
16
52
Jayagiri
4
19
96
Cibogo
4
13
46
Cikole
4
15
67
Cikidang
5
11
48
Wangunharja
3
9
38
Cibodas
3
17
66
Suntenjaya
2
17
47
Jumlah
56
220
887
Sumber: Statistika Daerah Kecamatan Lembang. (2013).

Kependudukan
Menurut Maarif (2010), Kerentanan penduduk merupakan satu konstruksi
yang kompleks yang meliputi faktor faktor seperti tempat tinggal di daerah rawan
bencana, sumber daya materi, usia, gender, pengetahuan tentang langkah
penyelamatan, modal sosial, kemampuan untuk mengakses dengan lembaga-

32
lembaga masyarakat utama. Kerentanan penduduk merupakan salah satu faktor
terjadinya bencana.
Jumlah penduduk di Kecamatan Lembang mencapai 180 526 jiwa.Penduduk
laki laki sebanyka 92 300 jiwa sedangkan pend uduk perempuan sebanyak 88 226
jiwa. Perkembangan jumlah penduduk laki laki dan penduduk relatif seimbang
sehingga pencapaian suatu pembangunan daerah dalam peranan gender sangatlah
tidak membedakan gender. Dengan luas wilayah sekitar 95.56 km2 maka
kepadatan penduduk Kecamatan Lembang mencapai 1 889 jiwa/km2 lebih tinggi
di bandingkan kepadatan penduduk di Kabupaten Bandung Barat itu sendiri yaitu
1 193 jiwa/km2 .
Menurut Satistika Daerah Kecamatan Lembang (2013), berdasarkan jumlah
penduduk, Desa Jayagiri merupakan desa dengan jumlah penduduk terbanyak di
Kecamatan Lembang yaitu mencapai sebanyak 11 persen dari jumlah penduduk
Kecamatan Lembang atau sebanyak 19 356 jiwa dan diikuti secara berurutan
dengan Desa Lembang sebanyak 10 persen, Desa Gudang Kahuripan sebanyak 8
persen. Sedangkan, Desa yang memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu Desa
Mekarwangi sebanyak 3 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Lembang.
Dalam upaya pengurangan resiko bencana, penduduk di tempatkan pada
posisi korban bencana yang harus jamin keselamatan dan keamanannya agar
mengurangi adanya resiko korban jiwa.Persebaran jumlah penduduk Kecamatan
Lembang berdasarkan desa disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16 Jumlah penduduk Kecamatan Lembang
Nama Desa
Jumlah Penduduk
Gudang Kahuripan
13 829 jiwa
Wangunsari
10 110 jiwa
Pagerwangi
9 164 jiwa
Mekarwangi
5 640 jiwa
Langensari
12 308 jiwa
Kayuambon
8 197 jiwa
Lembang
16 797 jiwa
Cikahuripan
10 576 jiwa
Sukajaya
11 831 jiwa
Jayagiri
18 587 jiwa
Cibogo
10 879 jiwa
Cikole
13 047 jiwa
Cikidang
7 501 jiwa
Wangunharja
7 412 jiwa
Cibodas
10 113 jiwa
Suntenjaya
7 359 jiwa
Jumlah
180 526 jiwa
Sumber: Statistika Daerah Kecamatan Lembang. (2013).

Pemahaman konsep mitigasi pada setiap individu juga sa ngat penting dalam
upaya penanggulangan bencana. Keadaan pendidikan sangat mencerminkan
dalam pemahaman konsep mitigasi. Jumlah Sekolah di Kecamatan Lembang
disajikan dalam Tabel 17.

33
Dalam upaya penanggulangan bencana sebagai upaya proaktif di butuhkan
tahap penyebar luasan informasi tentang upaya upaya pencegahan bencana. Cara
terbaik dalam mengantisipasi bencana melalui pendidikan oleh lembaga lembaga
pendidikan. Kecamatan Lembang memiliki jumlah sekolah terdiri 71 TK, 63 SDN,
3 SD Swasta, 5 SLTPN, 15 SLTP Swasta, 1 SMUN, 7 SMU Swasta, 1 SMKN dan
4SMK swasta.
Tabel 17 Jumlah Sekolah di Kecamatan Lembang
Jenis Sekolah
Status
Jumlah
Negeri
TK
Swasta
71
Negeri
63
SD
Swasta
3
Negeri
5
SLTP
Swasta
15
Negeri
1
SMU
Swasta
7
Negeri
4
SMK
Swasta
Negeri
AKADEMI
Swasta
Negeri
Perguruan Tinggi
Swasta
Negeri
Ponpes / Diniyah
Swasta
49
Sumber: Statistika Daerah Kecamatan Lembang. (2013).

34

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Tipologi Daerah Rawan Bencana Erupsi Gunung Berapi
Identifikasi tipologi daerah rawan bencana erupsi gunung berapi merupakan
penentuan zona rawan bencana erupsi gunung berapi berdasarkan dengan
pencapaian suatu spasial bahaya bencana tersebut terhadap sua tu daerah. Menurut
Hadisantono et al (2005), bahaya gunung berapi itu dapat terjadi apabila suatu
daerah pemukiman atau tata guna lahan lainnya terancam produk erupsi gunung
berapi, seperti awan panas, lava, lontaran batu pijar, hujan abu, gas beracun, lahar
dan lain lain.
Bahaya gunung berapi dibagi menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya
sekunder. Bahaya primer adalah bahaya sebagai akibat langsung dari pusat erupsi
gunung berapi meliputi, material freatik, lontaran batu pijar, hujan abu, hujan
lumpur, gas beracun, awan panas, dan aliran lava. Bahaya sekunder adalah bahaya
ikutan atau yang terjadi setelah terjadinya erupsi bahaya tersebut berupa banjir
lahar dingin. Menurut Hadisantono (2005) dalam Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunung berapi Tangkuban Perahu, Kecamatan Lembang berpotensi bahaya
primer gunung berapi berupa lontaran batu pijar dan hujan abu lebat. Sedangkan
bahaya sekundernya adalah banjir lahar dingin.
Bahaya Primer
Menurut Hadisantono et al (2005) Bahaya primer berupa lontaran batu pijar
dan hujan abu lebat yang akan terjadi yaitu seluas radius ± 5 km dari pusat erupsi.
Data ini diperoleh dari pengamatan geologi yang juga mengungkapkan umur
aktivitas magmatis Gunung Tangkuban Perahu yang berkisar antara 17 700
hingga 8 700 tahun yang lalu. Pernyataan itu juga menyimpulkan bahwa Gunung
Tangkuban Perahu adalah Gunung yang aktivitas magmatisnya termuda. Dalam
hal ini wilayah lembang yang terkena dampak bahaya primer gunung berapi
adalah daerah cikole pada lereng tenggara gunung tangkuban perahu.
Bahaya Sekunder
Kawasan yang berpotensi dilanda banjir lahar dingin adalah sepanjang
sungai dengan tebing rendah terutama pada tikungan sungai. Aliran lahar ini
membawa material hasil erupsi dari puncak gunung setelah terjadinya hujan lebat.
Daerah yang terkena banjir lahar dingin ini di wilayah lembang yaitu sepanjang
sungai Cikole, Cibogo, Cicalung, Cikapundung, dan Cihideung serta daerah yang
terkena bahaya sekunder secara keseluruhan adalah daerah Cikahuripan, Gudang
Kahuripan, Jayagiri, Cikole, Cibogo, Langensari,Mekarwangi, dan Lembang.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21/PRT/2007 yang
disajikan dalam Tabel 5 sebelumnya, tipologi kawasan rawan bencana letusan
gunung berapi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe yang masing masing
penentuannya dipengaruhi dengan terjadi atau tidaknya suatu bahaya bencana
erupsi gunung berapi terjadi pada suatu desa. Dalam hal ini penentuan tipologi
daerah rawan bencana erupsi gunung berapi didasarkan menurut desa di
Kecamatan Lembang disajikan dalam Gambar 16.

35

Gambar 16 Peta Tipologi daerah rawan bencana erupsi gunung

36
Berdasarkan penyajian Gambar 16 sebelumnya, Kecamatan Lembang tidak
memiliki daerah yang paling rawan bencana erupsi gunung berapi yaitu tipologi C.
Namun, daerah tipologi B berada di Desa Cikahuripan, Desa Jayagiri, Desa
Cikole dan Desa Cibogo karena merupakan daerah jangkauan hujan abu yang
paling lebat dan kemungkinan terkena batu pijar. Selain itu, desa desa tersebut
berpotensi terkena banjir lahar dingin karena sungai Cikole, Cibogo, Cicalung,
Cikapundung, dan Cihideung yang mengalirkan lava. Desa yang termasuk
tipologi A adalah Desa Sukajaya dan Desa Cikidang karena hanya memiliki
kemungkinan terjadi hujan abu dan batu pijar sedangkan Desa Lembang, Desa
Gudang Kahuripan, Desa Mekarwangi, dan Desa Langensari hanya memiliki
kerawanan terhadap aliran banjir lahar dingin dikarenakan lokasi administrasi
desa berdekatan dengan sungai Cicalung, Cikapundung, dan Cihideung.
Sedangkan Desa Wangunharja, Desa Cibodass, Desa Suntenjaya, Desa Kayu
Ambon, Desa Wangunsari, dan Desa Pagerwangi tidak termasuk kedalam tipologi
daerah rawan bencana erupsi gunung berapa namun tidak menutup kemungkinan
bahwa keadaan lingkungan pada setiap desa tersebut memiliki resiko bencana.
Analisis Tingkat Kerentanan (vulnerability)Bencana
Bencana alam adalah suatu interaksi dari bahaya lingkungan/alam dengan
kerentanan bencana (Awotona,1997). Kerentanan (vulnerability) merupakan suatu
keadaan yang ditentukan oleh faktor faktor atau proses proses fisik, sosial,
ekonomi dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat
dalam menghadapi bahaya (hazard). Namun dalam penelitian ini, hanya aspek
spasial yang menjadi bahan analisis. Hal itu dikarenakan untuk mendukung
konsep mitigasi yang tujuannya lebih di arahkan pada identifikas i daerah daerah
rawan bencana, mengenali pola pola yang dapat menimbulkan kerawanan dan
melakukan mitigasi secara struktural dan non struktural. Tingkat kerentanan yang
akan ditinjau adalah kerentanan alam.
Dasar dari analisis ini ditinjau dari bahaya gunung berapi yaitu bahaya
primer (utama) dan bahaya sekunder (ikutan). Potensi kerentanan yang dianalisis
adalah bahaya sekunder (ikutan) seperti banjir lahar yang tingkat resikonya
dipengaruhi dengan banyaknya material abu vulkanik dan bekas aliran lava yang
tersapu oleh hujan lebat, longsor tanah yang disebabkan oleh gempa vulkanik
terhadap kepekaan jenis tanah di suatu kemiringan tana h tertentu atau longsor
yang disebabkan oleh menumpuknya abu vulkanik yang bersifat lengang dan
gempang tergerus air dalam curah hujan tertentu dan pada kemiringan tertentu
pula. Berdasarkan pernyataan diatas, terdapat variabel yang menentukan tingkat
kerawanan bencana meliputi tingkat curah hujan, persentase kemiringan lahan,
tingkat ketinggian daratan dan jenis tanah. Sela njutnya variabel tersebut akan
dianalisis secara deskriptif spasial.
Analisis Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Tingkat Kepekaan Bahaya
Longsor
Menurut Bappeda Kabupaten Bandung Barat (2009) pada penyajian
Gambar 9 sebelumnya menjelaskan bahwa Kecamatan Lembang memiliki empat
kategori daerah berdasarkan jenis tanah, yaitu 1) daerah yang memiliki jenis tanah
Andosol berwarna coklat dan Regosol coklat, 2) daerah yang memiliki jenis tanah

37
Andosol berwarna coklat, 3) daerah yang memiliki jenis tanah Regosol kelabu dan
Litosol, dan 4) daerah yang memiliki jenis tanah Latosol coklat.
Menurut Sarwono (2007), tanah Andosol merupakan tanah yang pada
umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horizon
kambik, bulk density (kerapatan limbak) kurang dari 0.85 g/cm3 , banyak
mengandung bahan amorf atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik dan bahan
pyroclastic. Jenis tanah andosol yang ada di Kecamatan Lembang berwarna coklat
sehingga jenis tanah ini berada pada epipedon mollik atau umbrik yang berada
pada lapisan atas yaitu horizon A yang mengandung bahan organik lebih dari 1%
(0.6% C–Organik), tebal 18 cm atau lebih, memiliki struktur tanah gra nul atau
remah, kejenuhan basa lebih dari 50% dan memiliki warna lembab dengan value
kurang dari 3. Menurut Munsell Soil Color Chart dalam Arsyad (1979), warna
yang memiliki value kurang dari 3 adalah warna yang gelap dan dalam klasifikasi
karakteristik lahan, lapisan permukaan tanah yang berwarna coklat memiliki
drainase tanah yang sangat buruk.
Menurut Sarwono (2007), tanah Latosol adalah tanah yang memiliki
struktur liat dengan tekstur gembur, gumpal, dan remah. Memiliki kejenuhan
kurang dari 50% sehingga ketersediaan unsur hara sedang. Dengan tektur tanah
yang liat dan warna actual tanah di Kecamatan Lembang adalah coklat, maka
pengaruh tanah latosol terhadap kepekaan longsor adalah pada drainase yang
kurang baik.
Menurut Sarwono (2007), tanah Regosol adalah tanah yang memiliki
tekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%, horison pencirinya adalah
epipedon ochrik, epipedon histik dan sulfurik. Epipedon ochirk adalah horison
berwarna terang value lebih dari 3, bahan organik kurang dari 1% atau keras.
Epipedon histik adalah horison permukaan dengan tebal 20–40 cm yang
mengandung bahan organik tinggi, sedangkan horison bawah penciri sulfurik
adalah horison yang banyak mengandung sulfat masam (cat clay) dengan ph
kurang dari 3.5 dan terdapat banyak karatan jarosit. Jenis tanah regosol yang
terdapat pada Kecamatan Lembang yaitu regosol yang berwarna coklat dan kelabu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa regosol yang berwarna
kelabu dapat di klasifikasikan kedalam horison epipedon ochirk sedangkan
regosol yang berwarna coklat dapat d klasifikasikan kedalam horison epipedo n
histik dan bersifat horizon sulfurik karena daerah jenis tanah ini berdekatan pada
pusat erupsi yang menghasilkan zat sulfur. Tanah Litosol adalah jenis tanah yang
berada pada lapisan bawah yang merupakan endapan tua didominasi dengan
bahan mineral yang rendah akan unsur hara dan hanya memilki kedalaman kurang
dari 20 cm. Di bawah lapisan ini merupakan batuan padu .
Berdasarkan analisis diatas, jenis tanah sangat berpotensi terhadap resiko
bencana longsor. Hal itu dapat diketahui dari drainase tanah yang dipengaruhi
dengan kemampuan daya serap air dan kerapatan partikel masing–masing jenis
tanah. Jenis tanah pada Kecamatan Lembang terbentuk dari proses pengendapan
bahan bahan vulkanik dan terdapat pada horizon lapisan atas. Bahan vulkanik
yang mengendap tersebut memiliki banyak kandungan bahan organik sehingga
rata–rata tekstur tanah dan strukturnya sangat peka terhadap bahaya longsor.
Keberadaan jenis tanah tersebut pada horizon lapisan atas mengakibatkan
banyaknya jumlah perpindahan tanah atau longsoran tanah. Hal tersebut semakin
menambah tingkat kerawanan bencana pada Kecamatan Lembang.

38
Berdasarkan penyajian Tabel 6 sebelumnya mengenai tingkat kepekaan
jenis tanah terhadap bahaya longsor, setiap jenis tanah yang terdapat pada
Kecamatan Lembang memiliki tingkat kepekaan yang berbeda–beda. Pada
kategori daerah jenis tanah Andosol coklat dan Regosol coklat memiliki tingkat
kepekaan terhadap bahaya longsor yang sangat peka. Pada kategori daerah jenis
tanah Andosol coklat memiliki tingkat kepekaan terhadap bahaya longsor yang
peka. Pada kategori daerah jenis tanah Latosol coklat memiliki tingkat kepekaan
terhadap bahaya longsor yang agak peka. Kemudian pada kategori daerah jenis
tanah Regosol kelabu dan Litosol memiliki tingkat kepekaan terhadap bahaya
longsor yang sangat peka. Tingkat kepekaan jenis tanah terhadap bahaya longsor
tersebut mempersempit setiap kategori daerah jenis tanah menjadi tiga kategori
daerah tingkat kepekaan jenis tanah terhadap bahaya longsor. Hal itu juga dapat
disimpulkan bahwa pada kategori daerah jenis tanah Andosol coklat dan Regosol
coklat dan pada kategori daerah jenis tanah Regosol kelabu dan Litosol memiliki
tingkat kerentanan terhadap bencana yang tinggi. Pada kategori daerah jenis tanah
andosol coklat memiliki tingkat kerentanan terhadap bencana yang sedang, dan
pada kategori daerah jenis tanah Latosol coklat memiliki tingkat kerentanan
terhadap bencana yang rendah. Peta analisis pengaruh jenis tanah terhadap tingkat
kepekaan bahaya longsor disajikan dalam Gambar 17.
Analisis Pengaruh Ke miringan Tapak Terhadap Tingkat Kepekaan Bahaya
Longsor
Menurut Bappeda Kabupaten Bandung Barat (2009) pada penyajian
Gambar 5 sebelumnya bahwa Kecamatan Lembang memiliki tiga kategori
kemiringan tapak yaitu >40%, antara 15–25%, dan 0–8%. Daerah yang memiliki
kemiringan tapak >40% berada dari sebelah Barat Laut menyusuri tengah
Kecamatan Lembang hingga di sebelah tenggara Kecamatan Lembang meliputi
sebagian Desa Jayagiri, Desa Cikahuripan, Desa Cikole, Desa Cikidang, Desa
Cibogo, Desa Langensari, Desa Mekarwangi, Desa Cibodas, Desa Wangunharja
dan Desa Suntenjaya. Daerah yang memiliki kemiringan tapak antara 15–25%
berada di hampir seluruh Kecamatan Lembang baik meliputi sebagian luas desa
maupun seluruh luas desa. Daerah yang memiliki kemiringan tapak antara 0–8%
sebagian berada Desa Cibodas, Desa Wangunharja, Desa Lembang, Desa Gudang
Kahuripan, Desa Sukajaya, dan Cikahuripan.
Berdasarkan penyajian Tabel 7 sebelumnya mengenai kelas kemiringan
tapak, persentase kemiringan tapak mewakili berapa derajat kemiringan suatu
tapak dari puncak lereng hingga kaki lereng. Ketiga kategori kemiringan tapak
yang masing masing memiliki keterangan datar, agak curam, dan sangat curam.
Hal itu dapat menyimpulkan bahwa pada kategori kemiringan tapak >40%
memiliki tingkat kerentanan terhadap bencana yang tinggi, pada kategori
kemiringan tapak antara 15–25% memiliki tingkat tingkat kerentanan terhadap
bencana yang sedang, dan pada kategori kemiringan tapak antara 0–8% memiliki
tingkat tingkat kerentanan terhadap bencana yang rendah. Peta analisis pengaruh
kemiringnan tapak terhadap tingkat kepekaan bahaya longsor disajikan dalam
Gambar 18.

39

Gambar 17 Peta analisis pengaruh jenis tanah terhadap tingkat kepekaan bahaya longsor

40

Gambar 18 Peta analisis pengaruh kemiringan tapak terhadap tingkat kepekaan bahaya longsor

41
Analisis Pengaruh Curah Hujan Terhadap Tingkat Kerentanan Bahaya
Banjir Lahar Dingin
Menurut Bappeda Kabupaten Bandung Barat (2009), Kecamatan Lembang
menjadi tiga kategori curah hujan berdasarkan jumlahnya yaitu 1500–2000
mm/tahun, 2000–2500 mm/tahun, dan 2500–3000 mm/tahun. Curah hujan
sebanyak 1500–2000 mm/jam tersebar di sebelah Barat, Barat Daya, dan Selatan
Kecamatan Lembang meliputi Desa Gudang Kahuripan, Desa Wangunsari, Desa
Pagerwangi, dan Desa Mekarwangi. Curah hujan sebanyak 2000–2500 mm/jam
tersebar di sebelah Barat, Tengah, dan Tenggara Kecamatan Lembang meliputi
Desa Sukajaya, Desa Cikahirupan, Desa Lembang, Desa Jayagiri, Desa Cibogo,
Desa Kayuambon, Desa Langensari, dan Desa Mekarwangi. Curah hujan
sebanyak 2500–3000mm/jam tersebar di Utara, Timur Laut, dan Timur
Kecamatan Lembang meliputi Desa Jayagiri, Desa Cibogo, Desa Cikole, Desa
Cikidang, Desa Wangunharja, Desa Suntenjaya, Desa Cibodass, sebagian Desa
Cikahuripan dan Desa Sukajaya.
Menurut grafik curah hujan yang disajikan dalam Gambar 13 sebelumnya,
menjelaskan bahwa terjadinya peningkatan curah hujan pada tahun ke tahun,
mengingat bahwa isu global pemanasan suhu bumi yang menyebabkan perubahan
cuaca ekstrim sehingga tidak menutup kemungkinan curah hujan akan ada pada
tingkat ekstrim. Maka dari itu secara spasial daerah curah hujan yang memiliki
tingkat kerentanan terhadap bencana tinggi adalah daerah yang memiliki curah
hujan antara 2500–3000mm/tahun, tingkat kerentanan terhadap sedang adalah
daerah yang memiliki curah hujan antara 2000–2500mm/tahun dan daerah yang
tingkat kerentanan terhadap bencana rendah adalah daerah yang memiliki curah
hujan 1500–2000mm/tahun. Peta analisis pengaruh curah hujan terhadap tingkat
kerentanan bahaya banjir lahar dingin disajikan dalam Gambar 19.
Analisis Pengaruh Ketinggian Tapak Terhadap Tingkat Kerentanan Bahaya
Banjir Lahar Dingin
Menurut Bappeda Kabupaten Bandung Barat (2009), Kecamatan Lembang
dikelompokan menjadi tiga kategori ketinggian yaitu antara 1500–2000 m dpl,
antara 1000–1500 m