Pendugaan Nilai Genetik Dan Seleksi Karakter Kualitatif Dan Kuantitatif Dua Populasi Cabai Hias

PENDUGAAN NILAI GENETIK DAN SELEKSI KARAKTER
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
DUA POPULASI CABAI HIAS

ULFA OKTAVIA RAFIANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Nilai
Genetik dan Seleksi Karakter Kualitatif dan Kuantitatif Dua Populasi Cabai Hias
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016

Ulfa Oktavia Rafiani
NIM A24110068

ABSTRAK
ULFA OKTAVIA RAFIANI. Pendugaan Nilai Genetik dan Seleksi Karakter
Kualitatif dan Kuantitatif Dua Populasi Cabai Hias. Dibimbing oleh SYARIFAH
IIS AISYAH dan MUHAMAD SYUKUR.
Penelitian bertujuan untuk menduga nilai heritabilitas populasi F2 cabai
hias, serta untuk mendapatkan individu F2 yang memiliki karakter kualitatif dan
kuantitatif unggul. Penelitian dilakukan di Indoflowers Nursery, Taman Kencana,
Bogor dari Bulan April sampai dengan Agustus 2015. Bahan tanam yang
digunakan yaitu galur 145, 92, 318, 20, F2 hasil persilangan 145 x 92 dan F2 hasil
persilangan 318 x 20. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan rumus
heritabilitas (h2bs) dalam arti luas, sedangkan data kualitatif dihitung dengan uji
Khi Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas populasi F2
hasil persilangan 145 x 92 bernilai tinggi pada karakter umur berbunga, umur

panen, diameter batang, diameter buah, dan jumlah buah per tanaman, sedangkan
untuk karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, panjang buah, ketebalan kulit
buah dan bobot buah memiliki nilai heritabilitas yang sedang. Nilai heritabilitas
populasi F2 hasil persilangan 318 x 20 tinggi untuk karakter umur berbunga, umur
panen, tinggi dikotomus, diameter batang, diameter buah, panjang buah,
ketebalan kulit buah, bobot buah dan jumlah buah per tanaman, sedangkan untuk
karakter tinggi tanaman memiliki nilai heritabilitas yang rendah. Terdapat 4
individu tanaman F2 hasil persilangan 145 x 92 dan 3 individu tanaman F2 hasil
persilangan 318 x 20 yang terpilih.
Kata kunci: heritabilitas, khi kuadrat, seroja, ungara

ABSTRACT
ULFA OKTAVIA RAFIANI. Prediction Of Genetic Value and Selection Of
Qualitative and Quantitative Characters Of Two Ornamental Chilli Populations.
Supervised by SYARIFAH IIS AISYAH and MUHAMAD SYUKUR.
The study aims to estimate the heritability of F2 ornamental chilli
population as well as obtaining F2 individuals which have superior quantitative
and qualitative character. The study was conducted in Indoflowers Nursery,
Taman Kencana, Bogor from April to August 2015. The planting materials used
are strains 145, 92, 318, 20, F2 population from 145 x 92 crossing and F2

population from 318 x 20 crossing. Quantitative data were processed using the
heritability formula (h2bs) in broad sense, whereas qualitative data were calculated
using Chi Square test. The results showed that the heritability value of F2
populations from 145 x 92 crossing is high on the character of the flowering age,
harvesting age, stem diameter, fruit diameter, and the number of fruit / plant,
while plant height, dichotomous height, fruit length, thickness of the rind and fruit
weight has a moderate heritability values. Heritability value of F2 population from
318 x 20 crossing is high for the characters of flowering age, harvesting age,
dichotomous height, stem diameter, fruit diameter, fruit length, thickness of the
rind, fruit weight and number of fruits / plant, while plant height has a low
heritability value. There are four F2 individuals from 145 x 92 crossing and three
F2 individuals from 318 x 20 crossing selected.
Keywords: chi square, heritability, seroja, ungara

PENDUGAAN NILAI GENETIK DAN SELEKSI KARAKTER
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
DUA POPULASI CABAI HIAS

ULFA OKTAVIA RAFIANI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul Skripsi : Pendugaan Nilai Genetik dan Seleksi Karakter Kualitatif dan
Kuantitatif Dua Populasi Cabai Hias
Nama
: Ulfa Oktavia Rafiani
NIM
: A24110068

Disetujui oleh


Dr Ir Syarifah Iis Aisyah, MSc Agr
Pembimbing I

Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Pendugaan
Nilai Genetik dan Seleksi Karakter Kualitatif dan Kuantitatif Dua Populasi Cabai
Hias” ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret sampai
Agustus 2015 di Indoflowers nursery, Bogor Life Science and Technology (BLST),

Taman Kencana, Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr Ir Syarifah Iis
Aisyah, MSc Agr selaku dosen pembimbing I, Prof Dr Muhamad Syukur, SP Msi
selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran
dalam penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga diucapkan kepada Ibu
Suhawiyah dan Bapak Rafi’ie, serta Mbak Melly tercinta yang selalu ikhlas
mendukung dan memberikan do’a. Tidak lupa terima kasih penulis sampaikan
kepada sahabat kontrakan, sahabat kamar 368, keluarga AGH 48 yang selalu
menemani dan membantu penulis dalam proses perkuliahan selama ini. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Meika Syahbana Rusli selaku
Direktur Utama dan semua staff PT Bogor Life Science and Technologi (BLST)
yang telah memberikan dana penelitian dan memberikan izin pelaksanaan
penelitian di Indoflower Nursery, PT Bogor Life Science and Technologi (BLST),
Taman Kencana, Bogor.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangsih dalam perkembangan pertanian Indonesia.

Bogor, Januari 2016

Ulfa Oktavia Rafiani


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Asal dan Botani Tanaman Cabai
Cabai Hias dan Manfaatnya
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Pemuliaan Tanaman Cabai
Heritabilitas
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Prosedur Percobaan

Pengamatan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Karakter Kualitatif
Karakter Kuantitatif
Seleksi Karakter Unggul F2
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2

2
2
2
3
3
3
4
4
4
4
5
5
8
9
9
10
14
18
21
21

21
22
25
28

DAFTAR TABEL
1 Uji Khi Kuadrat Karakter Kualitatif Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 145x 92
2 Uji Khi Kuadrat Karakter Kualitatif Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 318 x 20
3 Selang, Nilai Tengah dan Ragam Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 145 x 92
4 Selang, Nilai Tengah dan Ragam Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 318 x 20
5 Nilai Heritabilitas Cabai Hias Populasi F2 Hasil Persilangan 145 x 92
6 Nilai Heritabilitas Cabai Hias Populasi F2 Hasil Persilangan 318 x 20
7 Individu F2 Cabai Hias Hasil Persilangan 145 x 92
8 Individu F2 Cabai Hias Hasil Persilangan 318 x 20

11

11
12
13
14
14
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tipe pertumbuhan tanaman cabai
Posisi bunga cabai
Bentuk daun cabai
Bentuk pangkal buah cabai
Bentuk buah cabai
Bentuk lekukan buah cabai
Gejala serangan kutu aphid dan penyakit antraknosa
Individu Cabai Hias F2 Hasil Persilangan 145 x 92
Individu Cabai Hias F2 Hasil Persilangan 318 x 20

6
6
7
7
7
8
9
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi Cabai Hias Bara
2 Deskripsi Cabai Hias Seroja
3 Deskripsi Cabai Hias Ungara

25
26
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas unggulan petani di
Indonesia. Produksi cabai mencapai 1 378 727 ton pada tahun 2010, 1 328 864 ton
pada tahun 2011, 1 483 079 ton pada tahun 2012, 1 656 615 ton pada tahun 2013
dan 1 726 382 ton pada tahun 2014 (BPS 2014).
Cabai merupakan salah satu sayuran yang memiliki banyak. Cabai
mengandung vitamin A dan C yang cukup tinggi, vitamin E, P (bioflavonoid), B1
(thiamine), B2 (riboflavin) dan B3 (niacin) (Bosland dan Votava 2000).
Djarwaningsih (2005) menyatakan bahwa buah cabai yang masih muda dapat
digunakan sebagai penambah vitamin karena kaya akan vitamin A, C dan E,
sedangkan yang sudah masak dapat dipakai sebagai bumbu masak atau bahan
pembuatan saus.
Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal cabai sebagai bahan
masakan, sehingga sedikit sekali masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang
cabai hias. Cabai hias biasanya hanya ditanam sebagai penambah nilai estetika
walaupun dapat dimakan seperti cabai biasa (Bosland dan Votava 2000). Cabai
hias yang beredar di pasar biasanya memiliki warna buah ungu, merah terang dan
warna buah yang berwarna-warni. Minat masyarakat terhadap cabai hias di
Indonesia masih sedikit dibandingkan dengan cabai rawit. Hal ini dikarenakan
ketersediaan benih cabai hias masih impor, susah didapat dan harganya yang
cukup mahal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemuliaan tanaman cabai hias untuk
mendapatkan varietas unggul yang mampu bersaing dengan cabai hias impor
tersebut.
Pemuliaan tanaman cabai terus dilakukan untuk mendapatkan varietas
cabai hias unggul yang lebih menarik perhatian masyarakat dan dapat memenuhi
kebutuhan estetika dan konsumsi cabai skala rumah tangga. Salah satu kegiatan
pemuliaan tanaman cabai yaitu persilangan tanaman cabai. Persilangan tanaman
cabai bertujuan untuk merakit karakter unggul yang ada pada tetuanya. Akan
tetapi, karakter fenotipe yang muncul pada tanaman hasil pemuliaan terkadang
tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang juga berpengaruh dalam
membentuk keragaan fenotipe disamping pengaruh genetik tanaman itu sendiri.
Oleh sebab itu, Syukur et al. (2011) menyatakan bahwa perlu adanya pendugaan
heritabilitas untuk mengetahui pengaruh genetik dan lingkungan terhadap karakter
cabai yang akan diuji.
Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peran genetik dalam
memberikan keragaan akhir atau fenotipe suatu karakter (Allard 1960). Seleksi
terhadap populasi yang memiliki heritabilitas tinggi akan lebih efektif
dibandingkan dengan populasi yang memiliki nilai heritabilitas rendah. Hal ini
disebabkan pengaruh genetik lebih besar dibandingkan dengan pengaruh
lingkungan dalam ekspresi karakter tersebut.

2
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menduga nilai heritabilitas pada
karakter kuantitatif dan gen pengendali karakter kualitatif populasi F2 tanaman
cabai hias, serta untuk mendapatkan individu F2 yang memiliki karakter kualitatif
dan kuantitatif unggul.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan
karakter kualitatif dan kuantitatif cabai hias serta terdapat satu atau lebih karakter
yang memiliki nilai heritabilitas tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA
Asal dan Botani Tanaman Cabai
Tanaman cabai berasal dari bagian tropis dan subtropis Benua Amerika
khususnya Kolombia dan Amerika Selatan (Syukur et al. 2012). Djarwaningsih
(2005) mengatakan bahwa berdasarkan analisis data sejarah dan bukti-bukti
arkeologi yang berhasil ditemukan, Capsicum berasal dari Amerika Tengah dan
Selatan serta Meksiko. Bosland dan Votava (2000) mengatakan bahwa semua
Capsicum berasal dari belahan bumi bagian barat, kecuali Capsicum anomalum
yang berasal dari Asia.
Bosland dan Votava (2000) mengatakan bahwa spesies Capsicum
merupakan bagian dari famili Solanaceae yang hidup di daerah tropis dan satu
famili dengan tomat, kentang, tembakau dan petunia. Syukur et al. (2012)
menyatakan bahwa spesies Capsicum dapat hidup dengan cara dibudidayakan
ataupun secara liar. Jenis Capsicum yang digunakan sebagai tanaman hias yaitu C.
chinense, Habanero, Scotch Bonnet, Datil dan Charapita. Spesies Capsicum yang
dibudidayakan adalah C. annuum, C. frutescens, C. baccatum, C. pubescens dan C.
chinense. Spesies C. annuum merupakan salah satu spesies dari 20-30 spesies
dalam genus tersebut. C. annuum digolongkan dalam empat tipe, yaitu cabai besar,
cabai keriting, cabai rawit dan paprika.
Hernani dan Rahardjo (2006) menyatakan bahwa cabai merupakan
tanaman perdu setahun, tingginya berkisar 50 sampai 120 cm dan mempunyai
percabangan banyak. Batang cabai tumbuh tegak dan berbuku. Daun tunggal
terletak berseling. Syukur et al. (2012) mengemukakan bahwa bunga keluar dari
ketiak daun dan buah berwarna merah, ungu, hijau dan putih. Bosland dan Votava
(2000) mendeskripsikan bahwa daun muda berbentuk angular dan berubah
circular ketika daun dewasa. Beberapa kultivar cabai memiliki daun tunggal
sekitar 8 sampai 15 daun sebelum pembungaan yang pertama. Buah cabai terdiri
dari pedikel, kelopak, pangkal buah, benih, kelenjar kapsaisin, lokul, plasenta,
eksokarp, mesokarp, endokarp dan apeks.

3

Cabai Hias dan Manfaatnya
Buah cabai merupakan sumber vitamin dan nutrisi yang sangat bermanfaat
seperti senyawa kapsaisin, karotenoid, protein, selulosa, pentosa, unsur-unsur
mineral, alkaloid, atsiri dan resin (Hernani dan Rahardjo 2006). Cabai juga
mengandung karbohidrat, lemak dan asam amino (Bosland dan Votava 2000).
Tanaman cabai tidak hanya berguna sebagai bumbu masakan, namun juga
bisa dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang berfungsi sebagai penambah nilai
estetika suatu tempat. Meskipun dapat dimakan seperti cabai biasa, cabai hias
biasanya hanya ditanam sebagai penambah nilai estetika (Bosland dan Votava
2000).
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Cabai rawit dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi,
namun tanaman ini lebih cocok ditanam di ketinggian kurang dari 500 m dpl.
Produksi pada ketinggian lebih dari 500 m dpl tidak jauh berbeda dengan tanaman
cabai yang ditanam pada ketinggian kurang dari 500 m dpl, akan tetapi waktu
panen pada ketinggian lebih dari 500 m dpl akan lebih panjang. Tanaman cabai
menghendaki tanah gembur, kaya akan bahan organik dan pH netral (6 sampai 7)
(PUSLITBANGHORTI 2014). Cabai tumbuh lambat dan pembentukan buah
terhambat pada ketinggian 1 300 m dpl karena suhu harian yang rendah (kurang
dari 200C). Curah hujan yang baik berkisar antara 600 sampai 1 250 mm/tahun.
Pertumbuhan optimum cabai memerlukan iklim tropik yang hangat dan lembab
dengan suhu berkisar antara 18oC sampai 32oC (Bosland dan Votava 2000).
Media penanaman juga berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang,
waktu bunga pertama muncul, waktu buah pertama muncul, jumlah buah per
cabang, jumlah bunga total dan jumlah buah total (Cayanti 2006).
Pemuliaan Tanaman Cabai
Pemuliaan tanaman adalah perpaduan antara seni dan ilmu dalam merakit
keragaman genetik suatu populasi tanaman tertentu menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Tujuan dari pemuliaan tanaman yaitu mendapatkan tanaman berdaya
saing, tahan terhadap cekaman biotik maupun abiotik, mendapatkan kualitas
tanaman yang lebih baik dan bernilai estetika. Metode pemuliaan tanaman cabai
yaitu metode seleksi massa, galur murni, seleksi pedigree, silang balik dan SSD
(Single Seed Descent) (Syukur et al. 2012). Pemuliaan tanaman merupakan
kegiatan yang dinamis dan berkelanjutan. Proses kegiatan pemuliaan diawali
dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii)
identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui
persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi,
(v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas
(Carsono 2009). Menurut Syukur et al. (2012) proses persilangan dan
penyerbukan sendiri buatan untuk cabai meliputi (i) persiapan, (ii) kastrasi, (iii)
emaskulasi, (iv) pengumpulan polen, (v) penyerbukan, (vi) isolasi, (vii) pelabelan
dan (viii) penyerbukan sendiri.

4

Heritabilitas
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penampakan gen tanaman,
karena penampakan fenotipe tanaman merupakan akibat dari genotipe tanaman itu
sendiri dan pengaruh lingkungan. Penampakan suatu karakter pada tanaman yang
tidak diwariskan dan disebabkan oleh pengaruh lingkungan disebut fenokopi
(Crowder 1986).
Heritabilitas (h2) adalah perbandingan antara besaran ragam genotipe
dengan besaran total fenotipe dari suatu karakter (Syukur et al. 2012).
Heritabilitas ada dua yaitu heritabilitas dalam arti luas (h2bs) dan heritabilitas
dalam arti sempit (h2ns). Heritabilitas arti luas adalah rasio dari ragam total genetik
terhadap ragam fenotipenya, sedangkan heritabilitas arti sempit adalah rasio
ragam aditif terhadap ragam fenotipenya (Poehlman 1979). Aksi gen aditif
berperan dalam pengendalian ekspresi seluruh komponen hasil, sedangkan aksi
gen dominan lebih berperan dalam karakter pertumbuhan (Daryanto 2009).
Pendugaan heritabilitas suatu karakter dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu
karakteristik populasi yang diuji, jumlah genotipe yang dievaluasi, metode
estimasi yang digunakan, keefektifan penilaian, adanya ketidakseimbangan
linkage dan rancangan penelitian yang digunakan di lapangan (Fehr 1987).
Heritabilitas tinggi menandakan bahwa fenotipik tersebut sangat baik dalam
memberikan kemajuan genetik yang besar dalam seleksi sehingga efektif untuk
dijadikan kriteria seleksi (Kasno et al. 1987). Nilai heritabilitas dikatakan tinggi
apabila memiliki nilaii lebih dari 50%, dikatakan sedang apabila 20% sampai 50%
dan rendah apabila kurang dari 20%, akan tetapi nilai tersebut bergantung pada
metode dan populasi yang digunakan (Syukur et al. 2012).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai bulan Agustus 2015.
Penelitian dilakukan di Indoflowers Nursery, Bogor Life Science and Technology
(BLST), Taman Kencana, Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu nampan semai, polybag diameter 35 cm,
sprayer dan alat budidaya pertanian yang lainnya. Selain itu, alat yang digunakan
untuk pengamatan adalah timbangan digital, jangka sorong digital, mini Royal
Horticulture Society Color Chart (RHSCC), kamera dan alat tulis kantor.
Bahan yang digunakan yaitu Benih cabai yang digunakan yaitu cabai
varietas Bara (145), Seroja (92), Eksplosive (318) dan Ungara (20) masingmasing sebanyak 20 tanaman, serta F2 hasil persilangan 145 x 92 dan 318 x 20
masing-masing sebanyak 50 tanaman. Pupuk yang digunakan untuk persiapan
bahan tanam adalah NPK 16 : 16 : 16, pupuk kandang, pupuk daun gandasil D,

5
gandasil B, media tanam, karbofuran dan pestisida untuk pengendalian hama
aphid.
Prosedur Percobaan
Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan untuk penanaman adalah media tanam
khusus dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Pupuk NPK
16 : 16 : 16 ditambahkan ke dalam media sebanyak 5 g per polybag. Campuran
tersebut dibiarkan selama 1 minggu sebelum digunakan.
Media dimasukkan ke dalam polybag sampai 5 cm di bawah permukaan
polybag. Media tersebut ditempatkan di ruang terbuka agar mendapat cahaya
matahari. Kegiatan ini dilakukan 3 hari sebelum penanaman.
Penyemaian dan penanaman
Benih cabai direndam di dalam air hangat selama 24 jam untuk menaikkan
imbibisi benih cabai. Penyemaian benih cabai lakukan pada nampan semai yang
memiliki 105 lubang tanam. Media yang digunakan adalah campuran media
tanam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
Penanaman dilakukan pada sore hari untuk menghindari stress. Bibit yang
ditanam yaitu bibit yang sehat, normal dan vigor yang telah berumur 5 sampai 6
Minggu Setelah Tanam (MST) atau bibit yang telah memiliki 6 helai daun. Bibit
diambil dari nampan semai secara hati-hati agar bibit keluar bersama akarnya.
Bibit ditanam pada media yang telah disediakan 3 hari sebelumnya. Lubang yang
telah ditanami bibit disiram larutan fungisida dengan konsentrasi 1 g L-1. Larutan
pupuk daun gandasil D dengan dosis 2 g L-1 disemprot pada tanaman sebanyak
250 ml per tanaman. Polybag diletakkan dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm.
Pemeliharaan dan Pemanenan
Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dilakukan setiap
minggu selama penelitian berlangsung. Pemupukan susulan menggunakan NPK
16 : 16 : 16 dengan dosis 10 g L-1 yang disiram pada tanaman sebanyak 250 ml
per tanaman yang dilakukan setiap minggu. Pemupukan menggunakan pupuk
pelengkap cair (gandasil D untuk fase vegetatif dan gandasil B untuk fase
generatif) juga dilakukan setiap minggu dengan dosis 2 g L-1 dengan cara
disemprot pada tanaman menggunakan sprayer.
Pemanenan dilakukan ketika minimal 1 buah dari tanaman telah memasuki
fase masak. Panen dilakukan setiap minggu selama empat minggu.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan berdasarkan deskriptor tanaman Capsicum sp. yang
dikeluarkan oleh IPGRI (1995) dan PPVT (2006). Pengamatan terdiri dari
pengamatan karakter kuantitatif dan kualitatif.
Pengamatan Karakter Kuantitatif
1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman
pada panen kedua

6
2. Tinggi dikotomus (cm) diukur dari permukaan tanah sampai percabangan
pertama pada panen kedua
3. Diameter batang (cm) diukur 5 cm dari permukaan tanah pada panen
kedua
4. Umur berbunga (hari) jumlah hari dihitung dari transplanting ke pot
hingga terdapat minimal satu bunga sudah membuka sempurna
5. Umur panen (hari) jumlah hari dihitung dari transplanting sampai minimal
terdapat satu buah masak dalam satu tanaman
6. Panjang buah (cm) diukur dari pangkal buah sampai ujung buah panen
kedua sebanyak 3 buah tanaman-1
7. Diameter buah (mm) diukur pada panen kedua sebanyak 3 buah tanaman-1
8. Jumlah buah tanaman-1 (biji) dihitung mulai panen pertama sampai panen
keempat
9. Ketebalan kulit buah (mm) diukur pada panen kedua sebanyak 3 buah
tanaman-1
Pengamatan Kualitatif
1. Warna batang bibit diamati sebelum transplanting ke pot dengan
menggunakan mini RHSCC
2. Warna buku diamati ketika tanaman dewasa dengan menggunakan mini
RHSCC
3. Tipe pertumbuhan tanaman cabai

Gambar 1 Tipe pertumbuhan cabai yaitu (3) rendah, (5) sedang dan (7)
tegak
4. Pemendekan ruas yaitu ada atau tidak ada
5. Posisi bunga diamati setelah antesis

Gambar 2 Posisi bunga cabai yaitu (3) menjuntai, (5) sedang dan (7) tegak

7
6. Warna daun diamati pada tanaman dewasa dengan menggunakan mini
RHSCC
7. Warna mahkota diamati ketika bunga pertama sudah membuka sempurna
dengan menggunakan mini RHSCC
8. Warna anther diamati setelah bunga mengembang sebelum antesis dengan
menggunakan mini RHSCC
9. Bentuk daun diamati pada panen kedua

Gambar 3 Bentuk daun cabai (1) deltoid, (2) ovate dan (3) lanceolate
10. Bentuk pangkal buah cabai

Gambar 4 Bentuk pangkal buah (1) acute, (2) obtuse, (3) truncate, (4)
cordate dan (5) lobate
11. Bentuk buah cabai

Gambar 5 Bentuk buah cabai (1) elongate, (2) almost round, (3) triangular,
(4) campanulate, (5) blocky dan (6) other

8
12. Lekukan buah cabai diamati dengan memotong buah secara melintang

Gambar 6 Lekukan buah cabai (3) sedikit berombak, (5) sedang dan (7)
berombak
13. Perubahan pola warna buah cabai diamati dari buah muda sampai buah tua
dengan menggunakan mini RHSCC
Analisis Data
Data kuantitatif diolah dengan nilai duga heritabilitas (h2bs) yang dihitung
menggunakan rumus heritabilitas dalam arti luas. Nilai heritabilitas dikatakan
tinggi apabila lebih dari 50%, dikatakan sedang apabila 20% sampai 50% dan
rendah apabila kurang dari 20% (Syukur et al 2012):
∑ fi .xi
Rataan hitung (�̅ )
=
∑ fi
2
Ragam (σ )
= 1/(n-1) ∑ fi (xi – x)2
2
Ragam lingkungan (σ e) =( σ2P1 + σ2P2 )/ 2
= σ2F2
Ragam fenotipe (σ2p)
2
= σ2p– σ2e
Ragam genetik (σ g)
2
= (σ2g/σ2p) 100%
Heritabilitas (h bs)
Data kualitatif diuji dengan menggunakan uji Khi Kuadrat menurut Gomez
dan Gomez (1995) dengan rumus:
��−�� 2
2 ∑�
X = �=1
��
Keterangan:
Oi = jumlah pengamatan dalam percobaan dalam kelompok ke-i
Ei = jumlah harapan dalam kelompok ke-i
n = jumlah satuan yang diamati
Nilai hitung X2 dibandingkan dengan nilai X2 tabel dengan derajat
kebebasan (n-1) dimana n merupakan banyaknya kelas yang diamati pada setiap
karakter. Apabila nilai X2hitung < X2tabel, artinya karakter yang dianalisis sesuai
dengan harapan, sebaliknya apabila X2hitung > X2tabel maka karakter yang dianalisis
tidak sesuai dengan harapan.
.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan pada Bulan April sampai dengan Agustus 2015.
Media yang digunakan yaitu campuran media tanam dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1. Komposisi media tanam yang digunakan yaitu 22.97% C
organik, 18.98 C N-1 rasio, 1.21% N, 1.69% P2O, 1.50% K2O, Fe, Mn, Zn, serta
memiliki pH 7.57. Pengamatan Daya Berkecambah (DB) cabai dilakukan pada 2
MST. Daya berkecambah cabai galur 145, 92, 318, 20, F2 hasil persilangan 145 x
92 dan F2 hasil persilangan 318 x 20 masing-masing yaitu 95%, 52%, 40%, 60%,
68% dan 72%. Penyulaman dilakukan dengan menanam 2 benih setiap satu
lubang tanam untuk mengantisipasi benih yang tidak tumbuh.
Penanaman bibit ke polybag atau transplanting dilakukan dua kali karena
adanya penyulaman pada saat persemaian. Tanaman cabai ditanam pada lahan
terbuka. Pertumbuhan galur 318 dan populasi F2 hasil persilangan 318 x 20
sangat lambat. Hal ini bisa disebabkan oleh media arang sekam yang digunakan
selain dari pengaruh genetik itu sendiri. Media dengan campuran arang sekam
menyebabkan pertumbuhan cabai hias lebih rendah dari cabai hias yang
menggunakan media campuran kokopit (Cayanti 2006). Galur cabai 318
mengalami kekeringan di lapangan yang ditunjukkan oleh kekeringan yang terjadi
pada bagian pinggir daun dan meluas menjadi seluruh daun. Akan tetapi, tanaman
cabai hias ini dapat bertunas kembali seminggu kemudian. Hal ini merupakan
gejala tanaman yang terbakar pupuk.
Hama yang menyerang tanaman cabai hias di lapangan adalah kutu daun
atau aphid. Hama ini mulai muncul pada umur 2 minggu sejak transplanting.
Kutu daun menyerang daun dan berdiam di permukaan bagian bawah daun (Roziq
et al. 2013). Kutu daun lebih banyak menyerang bagian atas tanaman, sehingga
dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Penyakit yang menyerang cabai yaitu
busuk buah. Busuk buah atau yang biasa disebut penyakit antraknosa ini
menyebabkan buah busuk sebelum mengalami kematangan secara fisiologis.
Galur yang banyak terserang penyakit ini adalah galur 20 dan F2 hasil persilangan
318 x 20 . Penyakit antraknosa menyerang semua galur cabai yang ditanam. Hal
ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Syukur et al. (2009) yang
menyatakan bahwa serangan penyakit antraknosa tidak berkorelasi terhadap
kandungan kapsaicin. Gejala serangan yang timbul bisa dilihat pada Gambar 7 di
bawah ini.

(b)
(a)
Gambar 7 Gejala serangan HPT (a) kutu aphid pada galur 318 dan (b)
antraknosa pada galur F2 hasil persilangan 318 x 20

10
Tanaman mulai berbunga pada 29 HST untuk bara (145), 18 HST untuk
seroja (92), 24 HST untuk F2 hasil persilangan 145 x 92, 22 HST untuk
eksplosive (318), 16 HST untuk ungara (20) dan 10 HST untuk F2 hasil
persilangan 318 x 20. Tanaman cabai mulai bisa dipanen pada 56 HST untuk bara
dan seroja, 57 HST untuk F2 hasil persilangan 145 x 92, 83 HST untuk 318, 73
HST untuk 20 dan 68 HST untuk F2 hasil persilangan 318 x 20.
Karakter Kualitatif
Karakter kualitatif diuji menggunakan Uji Khi Kuadrat untuk mengetahui
kesesuaian data yang dihasilkan dari penelitian dengan data yang diharapkan.
Karakter yang sesuai dengan harapan pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92
adalah bentuk pangkal buah cabai, bentuk buah cabai, pemendekan ruas dan tipe
pertumbuhan tanaman cabai, sedangkan karakter yang sesuai harapan pada
populasi F2 hasil persilangan 318 x 20 adalah bentuk pangkal buah cabai, bentuk
daun, bentuk buah cabai, pemendekan ruas, tipe pertumbuhan tanaman, warna
mahkota bunga, warna daun dan pola perubahan warna buah cabai.
Karakter kualitatif yang muncul pada tanaman F2 merupakan karakter dari
salah satu tetuanya ataupun gabungan dari kedua tetuanya. Karakter yang berbeda
antara tetua betina dan tetua jantan diuji dengan menggunakan analisis Khi
Kuadrat. Karakter-karakter kualitatif tetua dan nisbah perbandingan karakternya
bisa dilihat pada Tabel 1 untuk populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 dan Tabel 2
untuk populasi F2 hasil persilangan 318 x 20.
Tabel 1 Uji Khi Kuadrat Karakter Kualitatif Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 145 x 92
Gen
Karakter
Kelas Rasio O E (O-E)²/E X2hitung X2tabel
pengendali
Bentuk
2 gen
13 22 20.31
0.14
Obtuse
pangkal buah
0.75 3.84 (epistasis do3 3 4.69
0.61
Truncate
cabai
minan resesif)
3 17 18.75
0.16
Bentuk buah Elongate
0.65 3.84
1 gen
1 8 6.25
0.49
cabai
Triangular
1 6 6.25
0.01
Pemendekan Ada
0.01 3.84
1 gen
3
19
18.75
0.00
ruas
Tidak ada
Tipe
2 gen
9 15 14.06
0.06
tegak
pertumbuhan
0.14 3.84
(epistasis
7 10 10.94
0.08
tanaman
Sedang
resesif ganda)
Pola
2 gen
15 24 23.44
0.01
G-O-R
perubahan
0.22 3.84
(epistasis
1 1 1.56
0.21
warna cabai V-G-O-R
dominan ganda)
Keterangan : V = Violet; DV = Dark violet; G = Green; O = Orange; R = Red; α = 0.05

11
Tabel 2 Uji Khi Kuadrat Karakter Kualitatif Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 318 x 20
Karakter
Kelas Rasio O E (O-E)²/E X2hitung X2tabel Gen pengendali
Bentuk
Obtuse
1 2 2.75 0.20
pangkal
0.27 3.84
1 gen
Truncate
3
9
8.25
0.07
buah cabai
Lanceolate
1 3 2.75 0.02
Bentuk
0.03 3.84
1 gen
daun
Ovate
3 8 8.25 0.01
Almost
1 3 2.75 0.02
Bentuk
round
0.03 3.84
1 gen
buah cabai
Triangular
3 8 8.25 0.01
2 gen
Ada
1 1 0.69 0.14
Pemen(epistasis
0.15 3.84
dekan ruas tidak ada
15 10 10.31 0.01
dominan ganda)
Tipe
2 gen
Rendah
9 6 6.19 0.01
pertumbuh0.02 3.84 (epistasis resesif
Sedang
7 5 4.81 0.01
an tanaman
ganda)
Putih
3 1 2.06 0.55
Putih
Warna
2 gen
garis tepi
4 3 2.75 0.02
0.68 5.99
mahkota
(epistasis resesif)
violet
Dark
9 7 6.19 0.11
violet
Hijau
15 10 10.31 0.01
2 gen
keunguan
Warna daun
0.15 3.84
(epistasis
Hijau
1 1 0.69 0.14
dominan ganda)
terang
Pola
2 gen
DV-R
15 10 10.31 0.01
perubahan
0.15 3.84
(epistasis
G-O-R
1 1 0.69 0.14
warna buah
dominan ganda)
Keterangan: V = Violet; DV = Dark violet; G = Green; O = Orange; R = Red; α = 0.05
Nisbah perbandingan yang muncul diduga mengikuti nisbah Mendel atau
modifikasinya. Nisbah perbandingan karakter yang muncul pada populasi F2 hasil
persilangan 145 x 92 adalah 3 : 1 untuk karakter bentuk buah cabai dan
pemendekan ruas, 13 : 3 untuk karakter bentuk pangkal buah, 9 : 7 untuk tipe
pertumbuhan tanaman dan 15 : 1 untuk pola perubahan warna buah (Tabel 1).
Nisbah perbandingan yang muncul pada populasi F2 hasil persilangan 318 x 20
adalah 3 : 1 untuk karakter bentuk pangkal buah, bentuk daun dan bentuk buah, 15
: 1 untuk pemendekan ruas, warna daun dan pola perubahan warna buah, 9 : 7
untuk tipe pertumbuhan tanaman dan 9 : 3 : 4 untuk warna mahkota bunga (Tabel
2).
Karakter pemendekan ruas dan bentuk buah dikendalikan oleh satu gen
pengendali pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 dan karakter bentuk
pangkal buah, bentuk daun dan bentuk buah pada populasi F2 hasil persilangan
318 x 20. Karakter bentuk pangkal buah, tipe pertumbuhan tanaman dan pola
perubahan warna buah dikendalikan oleh dua pasang gen pada populasi F2 hasil
persilangan 145 x 92 dan karakter pemendekan ruas, tipe pertumbuhan tanaman,

12
warna mahkota, warna daun dan pola perubahan warna buah pada populasi F2
hasil persilangan 318 x 20. Syukur et al. (2012) menyatakan bahwa perbandingan
3 : 1 pada karakter dominan dengan karakter resesif pada populasi F2 merupakan
hasil penggabungan gamet secara acak, artinya setiap gamet jantan yang
dihasilkan F1 mempunyai kesempatan yang sama mengawini gamet betina dari
individu.
Contoh bagan persilangan yang memiliki satu gen pengendali yaitu
terdapat pada karakter bentuk buah cabai dengan nisbah perbandingan 3 elongate :
1 triangular pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 dibawah ini.

Tetua

F1

F2

P1 (145)
EE
Elongate

X

P2 (92)
ee
Triangular

Ee
Elongate

1 EE : 2 Ee : 1 ee
3 elongate : 1 triangular

Keterangan:
E = gen dominan yang membentuk buah elongate
e = gen resesif yang membentuk buah triangular
Bagan di atas menunjukkan bahwa tetua P1 (145) yang memiliki bentuk
buah elongate (EE) disilangkan dengan tetua P2 (92) yang memiliki bentuk buah
triangular (ee). Populasi F2 merupakan generasi kedua dari hasil persilangan yang
dilakukan. Jumlah populasi F2 pada hasil persilangan 145 x 92 yaitu 25 tanaman.
Karakter bentuk buah elongate sebanyak 17 tanaman dan triangular 8 tanaman.
Hasil perbandingan ini sama dengan nisbah mendel 3 : 1. Penelitian yang
dilakukan oleh Budiyanto (2008) menyatakan bahwa nisbah perbandingan 3 : 1
pada populasi F2 disebabkan oleh interaksi gen yang bersifat dominan resesif.
Karakter bentuk buah elongate bersifat dominan terhadap karakter bentuk buah
triangular yang bersifat resesif.
Contoh dua gen pengendali terdapat pada karakter pertumbuhan tanaman
dengan nisbah perbandingan 9 tegak : 7 sedang pada populasi F2 hasil persilangan
145 x 92. Tetua P1 (145) memiliki karakter tipe pertumbuhan tanaman tegak
(TTGG) sedangkan tetua P2 memiliki karakter pertumbuhan tanaman sedang
(ttgg). Bagan persilangan untuk karakter pertumbuhan tanaman F2 hasil
persilangan 145 x 92 dapat dilihat di bawah ini.

13

Tetua

P1 (145)
TTGG
tegak

P2 (92)
(ttgg)
sedang

X

TtGg
Tegak

F1

9 T_G_ : 3 T_gg : 3 ttG_ : 1 ttgg
F2
9 tegak

:

7 sedang

Keterangan:
T = gen dominan untuk merangsang tipe pertumbuhan tanaman tegak
t = gen resesif yang menghambat tipe pertumbuhan tegak
G = gen dominan pengendali tipe pertumbuhan tanaman
g = gen resesif yang tidak mengendalikan tipe pertumbuhan tanaman
Bagan di atas menunjukkan bahwa karakter tipe pertumbuhan tanaman
tegak dikendalikan oleh dua gen pengendali dengan nisbah perbandingan 9 tegak :
7 sedang. Nisbah perbandingan tersebut berasal dari nisbah 9 : 3 : 3 : 1 pada
populasi F2. Populasi F2 merupakan generasi kedua dari hasil persilangan yang
dilakukan pada tetua yang memili perbedaan karakter. Karakter tipe pertumbuhan
tanaman pada tetua P1 (145) adalah tegak, sedangkan karakter pada tetua P2 (92)
adalah sedang. Karakter tipe pertumbuhan tanaman pada populasi F2
menghasilkan 15 tanaman tegak dan 10 tanaman sedang. Karakter tersebut
menandakan bahwa interaksi gen yang terjadi bersifat epistasis resesif ganda.
Interaksi epistasis resesif ganda disebabkan oleh dua alel resesif yang secara
bersamaan menghalangi gen yang merangsang tipe pertumbuhan tanaman tegak
dan gen yang mengendalikan tipe pertumbuhan tanaman tegak. Artinya, gen tegak
hanya akan terbentuk jika dua gen dominan berinteraksi bersama (T_G_).
Sebaliknya, munculnya gen resesif ganda yang dapat menghambat tipe
pertumbuhan tanaman tegak (tt) atau gen resesif ganda yang tidak mengendalikan
tipe pertumbuhan tanaman (gg) akan menghalangi munculnya karakter
pertumbuhan tanaman tegak, sehingga akan muncul karakter pertumbuhan
tanaman yang sedang.

14
Karakter kuantitatif
Karakter kuantitatif adalah karakter yang dapat dihitung dan dinyatakan
dengan angka. Syukur et al. (2012) menyatakan bahwa karakter kuantitatif pada
tanaman dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing memberi pengaruh
kecil pada karakter kuantitatif tersebut. Selang, nilai tengah dan ragam untuk tetua
dan F2 dapat dilihat pada Tabel 3 pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 dan
Tabel 4 pada populasi F2 hasil persilangan 318 x 20.
Tabel 3 Selang, Nilai Tengah dan Ragam Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 145 x 92
Karakter
Umur Berbunga
Selang
Nilai tengah
Ragam
Umur Panen
Selang
Nilai tengah
Ragam
Tinggi Tanaman
Selang
Nilai tengah
Ragam
Tinggi Dikotomus
Selang
Nilai tengah
Ragam
Diameter Batang
Selang
Nilai tengah
Ragam
Diameter Buah
Selang
Nilai tengah
Ragam
Panjang Buah
Selang
Nilai tengah
Ragam
Ketebalan Kulit Buah
Selang
Nilai tengah
Ragam
Bobot Buah
Selang
Nilai tengah
Ragam
Jumlah Buah Tanaman-1
Selang
Nilai tengah
Ragam

P1 (145)

P2 (92)

F2 (145 x 92)

29.88-41.18
35.53
31.93

18.97-23.97
21.47
6.26

25.25-37.71
31.48
38.84

64.10-77.16
70.63
42.69

56.33-68.62
62.47
37.77

64.59-74.85
69.72
26.2933

39.72-51.48
45.60
34.60

17.86-25.29
21.58
13.84

25.41-36.81
31.11
32.48

20.84-26.32
23.58
7.51

9.68-13.13
11.40
2.98

13.01-19.27
16.14
9.81

6.27-9.26
7.76
2.23

4.25-5.46
4.85
0.37

4.55-6.17
5.36
0.66

6.29-7.38
6.84
0.29

9.21-11.57
10.39
1.39

7.49-10.24
8.87
1.88

29.13-34.73
31.93
7.82

23.22-29.17
26.19
8.84

26.29-33.70
29.99
13.75

0.66-0.83
0.75
0.01

0.91-1.31
1.11
0.04

0.75-1.15
0.95
0.04

0.70-1.01
0.85
0.02

1.27-1.74
1.50
0.06

0.78-1.30
1.04
0.07

34.09-55.28
44.68
112.23

5.45-24.67
15.06
92.31

18.82-47.82
33.32
210.31

15
Tabel 4 Selang, Nilai Tengah dan Ragam Cabai Hias Populasi F2 Hasil
Persilangan 318 x 20
Karakter
Umur Berbunga
Selang
Nilai tengah
Ragam
Umur Panen
Selang
Nilai tengah
Ragam
Tinggi Tanaman
Selang
Nilai tengah
Ragam
Tinggi Dikotomus
Selang
Nilai tengah
Ragam
Diameter Batang
Selang
Nilai tengah
Ragam
Diameter Buah
Selang
Nilai tengah
Ragam
Panjang Buah
Selang
Nilai tengah
Ragam
Ketebalan Kulit Buah
Selang
Nilai tengah
Ragam
Bobot Buah
Selang
Nilai tengah
Ragam
Jumlah Buah Tanaman-1
Selang
Nilai tengah
Ragam

P1 (145)

P2 (92)

F2 (145 x 92)

28.01-52.49
40.75
162.25

25.84-44.27
35.05
84.94

12.07-47.02
29.55
305.47

83.26-89.24
86.25
8.92

77.77-85.91
81.84
16.58

66.06-79.03
72.55
42.07

11.27-20.28
15.78
20.32

21.89-33.57
27.73
34.12

12. 90-23.67
18.28
29.00

6.38-10.58
8.48
4.41

14.98-17.69
16.34
1.83

5.82-15.19
10.51
21.95

2.50-3.75
3.12
0.40

3.96-6.82
5.39
2.04

2.24-5.95
4.09
3.44

7.72-7.96
7.84
0.01

12.23-14.05
13.14
0.82

10.62-13.51
12.06
2.09

11.99-14.91
13.45
2.12

20.88-24.88
22.88
3.99

11.82-22.61
17.22
29.11

1.18-1.26
1.22
0.01

1.22-1.44
1.33
0.01

0.96-1.49
1.23
0.07

0.75-1.03
0.89
0.02

1.57-1.97
1.77
0.04

0.81-1.40
1.11
0.09

2.75-13.75
8.25
30.25

1.63-14.58
8.11
41.88

5.11-34.71
19.91
219.09

Syukur et al. (2012) menyatakan bahwa nilai duga heritabilitas suatu
karakter penting diketahui untuk menduga faktor genetik dan lingkungan yang
mempengaruhi karakter tanaman yang muncul. Heritabilitas dikatakan tinggi
apabila lebih dari 50%, dikatakan sedang apabila 20% sampai 50% dan rendah
apabila kurang dari 20%, akan tetapi nilai tersebut bergantung pada metode dan
populasi yang digunakan. Nilai heritabilitas yang tinggi tersebut berperan dalam
meningkatkan efektifitas seleksi. Artinya, semakin tinggi nilai heritabilitas, maka

16
seleksi juga akan semakin efektif karena pengaruh genetik lebih besar dari pada
pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas dalam arti luas pada populasi F2 hasil
persilangan 145 x 92 disajikan pada Tabel 5, sedangkan pada populasi F2 hasil
persilangan 318 x 20 disajikan pada Tabel 6.
Tabel 5 Nilai Heritabilitas Cabai Hias Populasi F2 Hasil Persilangan 145 x 92
Karakter
σ2P1
σ2P2
σ2e
σ2p
σ2g
h2bs (%)
31.93
6.26
19.10
38.84
19.75 50.84**
Umur berbunga
48.67 37.77
43.22
26.29
16.92 64.36**
Umur panen
34.60 13.84
24.22
32.48
8.26 25.43*
Tinggi tanaman
7.51
2.98
5.24
9.81
4.57 46.59*
Tinggi dikotomus
2.23
0.37
1.30
0.66
0.64 97.97**
Diameter batang
0.30
1.40
0.85
1.88
1.04 55.07**
Diameter buah
7.82
8.84
8.33
13.75
5.42 39.39*
Panjang buah
0.01
0.04
0.02
0.04
0.02 40.80*
Ketebalan kulit buah
0.02
0.06
0.04
0.07
0.03 42.02*
Bobot buah
Jumlah buah per tanaman 112.23 92.31 102.27 210.31 108.04 51.37**
Keterangan : * = heritabilitas sedang dan ** = heritabilitas tinggi

Tabel 6 Nilai Heritabilitas Cabai Hias Populasi F2 Hasil Persilangan 318 x 20
Karakter
σ2P1
σ2P2
σ2e
σ2p
σ2g
h2bs (%)
162.25 84.94 123.60 305.47 181.88 59.54**
Umur berbunga
8.92 16.58
12.75
42.07
29.32 69.69**
Umur panen
20.32 34.12
27.22
29.00
1.78
6.13
Tinggi tanaman
4.41
1.83
3.12
21.95
18.82 85.79**
Tinggi dikotomus
0.40
2.04
1.22
3.44
2.22 64.55**
Diameter batang
0.01
0.82
0.42
2.09
1.67 79.92**
Diameter buah
2.12
3.99
3.06
29.11
26.05 89.50**
Panjang buah
0.01
0.01
0.01
0.07
0.06 90.34**
Ketebalan kulit buah
0.0
0.04
0.03
0.09
0.06 65.19**
Bobot buah
30.25 41.89
36.07 219.09 183.02 83.54**
Jumlah buah per tanaman
Keterangan : * = heritabilitas sedang dan ** = heritabilitas tinggi

Umur berbunga dan umur panen
Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai heritabilitas tinggi pada
karakter umur berbunga yaitu 50.8352% pada populasi F2 hasil persilangan 145 x
92 dan 59.5395% pada populasi F2 hasil persilangan 318 x 20. Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2010) yang menyatakan bahwa nilai
heritabilitas tinggi pada F2 hasil persilangan IPB C5 x IPB C10 sedangkan pada
F2 hasil persilangan IPB C9 x IPB C10 memiliki nilai heritabilitas sedang.
Widyawati et al. (2014) menyatakan bahwa nilai heritabilitas sedang pada
karakter umur berbunga pada populasi prada dan tinggi pada populasi fantastic.
Penelitian lain juga menyatakan bahwa nilai heritabilitas tinggi pada karakter
umur berbunga (Syukur et al. 2010b; Syukur et al. 2011; Sari et al. 2014).
Penelitian Syukur et al. (2010a) menyatakan bahwa nilai heritabilitas rendah pada
karakter umur berbunga.

17
Karakter umur panen memiliki nilai heritabilitas yang tinggi yaitu
64.3601% pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 (Tabel 5) dan 69.6935%
pada populasi F2 hasil persilangan 318 x 20 (Tabel 6). Penelitian yang dilakukan
oleh Arif et al. (2010) mendapatkan nilai heritabilitas tinggi pada F2 hasil
persilangan IPB C9 x IPB C10 dan IPB C105 x IPB C5 pada karakter umur
panen. Penelitian lain juga mendapatkan nilai heritabilitas tinggi pada karakter
umur panen (Syukur et al. 2011; Widyawati et al 2014). Akan tetapi, penelitian
yang dilakukan oleh Syukur et al. (2010b) dan Qosim et al. (2013) menyatakan
nilai heritabilitas rendah pada karakter umur panen. Semakin tinggi nilai
heritabilitas, maka seleksi pada karakter umur panen akan semakin efektif.
Tinggi tanaman, tinggi dikotomus dan diameter batang
Nilai heritabilitas sedang pada karakter tinggi tanaman yaitu 25.4334%
pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 (Tabel 5) dan rendah pada populasi
F2 hasil persilangan 318 x 20 yaitu 6.1277% (Tabel 6). Syukur et al. (2010b)
menyatakan bahwa nilai heritabilitas rendah pada karakter tinggi tanaman
populasi F5 hasil persilangan IPB C2 x IPB C5. Namun, Syukur et al. (2010a)
menyatakan bahwa nilai heritabilitas tinggi pada karakter tinggi tanaman cabai F4.
Nilai heritabilitas sedang pada karakter tinggi dikotomus yaitu 46.5885%
pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 (Tabel 5) dan tinggi pada populasi F2
hasil persilangan 318 x 20 yaitu 85.7839% (Tabel 6). Penelitian yang dilakukan
oleh peneliti lain menunjukkan bahwa nilai heritabilitas tinggi pada cabai populasi
F2 (Budiyanto 2008; Syukur et al. 2010a). Akan tetapi, hal ini bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2010) yang menyatakan bahwa nilai
heritabilitas sedang pada karakter tinggi dikotomus.
Nilai heritabilitas tinggi pada karakter diameter batang pada kedua
populasi yaitu 97.9671% pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 (Tabel 5)
dan 64.5485% pada populasi F2 hasil persilangan 318 x 20 (Tabel 6). Ferdiansyah
(2010) juga mendapatkan nilai heritabilitas tinggi pada karakter diameter batang
populasi F2 hasil persilangan IPB C110 x IPB C5. Selain itu, penelitian lain juga
menyatakan bahwa nilai heritabilitas tinggi pada karakter diameter batang (Qosim
et al. 2013; Syukur et al. 2010a).
Diameter buah, panjang buah dan ketebalan kulit buah
Karakter diameter buah pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92
memiliki nilai heritabilitas tinggi yaitu 55.0665% sedangkan pada karakter
panjang buah dan ketebalan kulit buah memiliki nilai heritabilitas sedang yaitu
39.3928% dan 40.7960% (Tabel 5). Nilai heritabilitas tinggi pada populasi F2
hasil persilangan 318 x 20 untuk karakter diameter buah, panjang buah dan
ketebalan kulit buah yaitu 79.9195%, 89.4947%, 90.3385% (Tabel 6). Syukur et
al. (2011) menyatakan nilai heritabilitas pada karakter diameter buah, panjang
buah dan ketebalan kulit buah tinggi. Penelitian lain juga menyatakan bahwa nilai
heritabilitas tinggi pada karakter diameter buah, panjang buah dan ketebalan kulit
buah (Syukur et al. 2010a; Sari et al. 2014 dan Widyawati et al. 2014).

18
Bobot buah dan jumlah buah per tanaman
Nilai heritabilitas sedang pada karakter bobot buah populasi F2 hasil
persilangan 145 x 92 yaitu 42.0236% (Tabel 5) dan tinggi pada populasi F2 hasil
persilangan 318 x 20 yaitu 65.1921% (Tabel 6). Penelitian lain menyatakan bahwa
nilai heritabilitas tinggi pada karakter bobot buah (Qosim et al. 2013; Widyawati
et al. 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Saputra et al. (2014) juga
mendapatkan nilai heritabilitas tinggi pada karakter bobot buah tomat. Penelitian
yang dilakukan oleh Arif et al. (2012) menyatakan bahwa nilai heritabilitas
sedang pada karakter bobot buah hasil persilangan cabai besar (IPB C5) x cabai
keriting (IPB 105). Akan tetapi, penelitian Syukur et al. (2010a) menyatakan
bahwa nilai heritabilitas rendah pada karakter bobot buah cabai.
Nilai heritabilitas karakter jumlah buah tanaman-1 tinggi pada kedua
populasi yaitu 51.3752% pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92 (Tabel 5)
dan 83.5372% pada populasi F2 hasil persilangan 318 x 20 (Tabel 6). Penelitian
lain juga menyatakan bahwa karakter jumlah buah tanaman-1 memiliki nilai
heritabilitas tinggi (Syukur et al. 2010a; Qosim et al. 2013; Saputra et al. dan Sari
et al. 2014). Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Ferdiansyah (2010) pada
populasi F2 hasil persilangan IPB C110 x IPB C5 menyatakan bahwa nilai
heritabilitas yang didapatkan adalah sedang.
Seleksi Karakter Unggul F2
Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa karakter fenotipe tanaman yang
muncul lebih banyak dipengaruhi oleh genetik dibandingkan dengan
lingkungannya. Seleksi yang dilakukan pada populasi F2 hasil persilangan 145 x
92 dan 318 x 20 dipilih berdasarkan karakter-karakter kualitatif dan kuantitatif
unggul dan unik yang dapat memikat hati konsumen tanaman cabai hias, sehingga
peminat cabai hias akan meningkat. Hal ini sama dengan kriteria seleksi yang
dilakukan oleh Syukur et al. (2010b) yaitu jumlah buah per tanaman, bobot buah,
diameter pangkal dan diameter tengah buah.
Sebanyak 4 individu terpilih pada populasi F2 hasil persilangan 145 x 92
dan 3 individu terpilih pada populasi F2 hasil persilangan 318 x 20. Selain
karakter kualitatif yang unik, konsumen cabai hias juga menginginkan buah cabai
yang dapat dikonsumsi sehari-hari. Salah satu kriteria kualitatif yang umum
diinginkan oleh konsumen cabai hias yaitu warna buah cabai. Saat ini, varietas
buah cabai hias yang paling banyak diinginkan oleh konsumen cabai hias yaitu
buah cabai yang berwarna-warni. Gen pengendali buah yang berwarna-warni ini
terdapat pada galur seroja (92). Selain itu, karakter kualitatif yang juga diinginkan
konsumen cabai hias yaitu warna buah yang unik, tipe pertumbuhan tanaman yang
kompak dan bentuk buah yang unik. Selain itu, konsumen juga menginginkan
cabai hias yang memiliki jumlah buah yang banyak. Karakter-karakter tersebut
berpotensi untuk dijadikan varietas cabai hias baru yang diminati oleh konsumen
dan mampu bersaing dengan varietas cabai hias dari luar negeri.
Individu-individu yang terpilih dapat dilihat pada Tabel 7 pada F2 hasil
persilangan 145 x 92 dan Tabel 8 pada F2 hasil persilangan 318 x 20. Gambar
individu terpilih bisa dilihat pada Gambar 8 untuk F2 hasil persilang 145 x 92 dan
Gambar 9 untuk F2 hasil persilangan 318 x 20.

19
Tabel 7 Individu Cabai Hias Terpilih Populasi F2 Hasil Persilangan 145 x 92
Karakter
No.
Tetua
Tanaman
Kualitatif
Kuantitatif
Terdapat
pemendekan Umur berbunga 26 HST,
ruas, warna daun hijau, umur panen 73 HST,
tipe
pertumbuhan tinggi tanaman 28.4 cm,
tanaman sedang, bentuk tinggi dikotomus 12 cm,
buah sama dengan 92 diameter batang 6 mm,
(triangular) namun pola diameter buah 8.73 mm,
1
145 x 92
perubahan warna yang panjang buah 31.6 mm,
terjadi seperti 145 yaitu ketebalan kulit buah 1
hijau – orange – merah
mm, bobot buah 0.8 g dan
jumlah buah per tanaman
sebanyak 57 buah pada 4
kali panen
Terdapat
pemendekan Umur berbunga 26 HST,
ruas, tipe pertumbuhan umur panen 66 HST,
sedang, bentuk buah tinggi tanaman 24.5 cm,
elongate
dan
pola tinggi dikotomus 18.5 cm,
perubahan warna buah diameter batang 6 mm,
4
145 x 92
yaitu violet – hijau – diameter buah7.46 mm,
orange – merah
panjang buah 29.37 mm,
ketebalan kulit buah 0.78
mm, bobot buah 0.89 g,
jumlah buah per tanaman
37 buah pada 4 kali panen
Terdapat
pemendekan Umur berbunga 38 HST,
ruas, tipe pertumbuhan umur panen 80 HST,
tanaman rendah, bentuk tinggi tanaman 19.5 cm,
buah elongate dan pola tinggi dikotomus 15.8 cm,
perubahan warna dari diameter batang 5 mm,
hijau orange – merah
diameter buah 6.22 mm,
6
145 x 92
panjang buah 26.21 mm,
ketebalan kulit buah 0.83
mm, bobot buah 0.57 g,
jumlah buah per tanaman
49 buah pada 4 kali panen
Buah
berbentuk Umur berbunga 39 HST,
triangular,
terdapat umur panen 68 HST,
pemendekan ruas, tipe tinggi tanaman 30.8 cm,
pertumbuhan
tanaman tinggi dikotomus 17 cm,
sedang
dan
pola diameter batang 4 mm,
20
145 x 92
perubahan warna buah diameter buah 10.94 mm,
dari hijau – orange – panjang buah 28.20 mm,
merah
ketebalan kulit buah 0.98
mm, bobot buah 1.22 g,
jumlah buah per tanaman
42 buah pada 4 kali panen

20

Gambar 8 Individu F2 Cabai Hias Hasil Persilangan 145 x 92 (dari kiri ke kanan
nomor 1, 4, 6 dan 20)
Tabel 8 Individu Cabai Hias Terpilih Populasi F2 Hasil Persilangan 318 x 20
Karakter
No.
Tetua
Tanaman
Kualitatif
Kuantitatf
1
318 x 20
Tipe
pertumbuhan Umur berbunga 10 HST,
tanaman rendah dan pola umur panen 62 HST,
perubahan warna buah tinggi tanaman 14.6 cm,
dark violet – merah
tinggi dikotomus 5.4 cm,
diameter batang 4 mm,
diameter buah 12.54 mm,
panjang buah 23.5 mm,
ketebalan kulit buah 0.92
g, bobot buah 1.21 mm,
jumlah buah per tanaman
34 buah pada 4 kali panen
4
318 x 20
Tipe
pertumbuhan Umur berbunga 32 HST,
tanaman rendah, pola umur panen 73 HST,
perubahan warna buah tinggi tanaman 16.3 mm,
dark violet – dark red tinggi dikotomus 6.9 mm,
dengan ujung berwarna diameter ba