Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SUMUR RESAPAN
DALAM PENGENDALIAN LIMPASAN
DI KELURAHAN PINANG RANTI DAN BENDUNGAN HILIR
JAKARTA

BAYU PRADANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas
Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang
Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Bayu Pradana
NIM E14080059

ABSTRAK
BAYU PRADANA. Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam
Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta.
Dibimbing oleh NANA M. ARIFJAYA.
Perkembangan kota Jakarta mengakibatkan turunnya kuantitas ruang terbuka
hijau. Hal ini berakibat pada menurunnya daya infiltrasi tanah dan meningkatnya
limpasan permukaan serta berpotensi terjadi banjir. Pembangunan sumur resapan
bertujuan untuk mengurangi potensi banjir dan meningkatkan cadangan air tanah
di Jakarta. Pendugaan limpasan menggunakan metode SCS-CN didapatkan nilai
sebesar 1.68 m3 dengan luas tangkapan air 77 m2 di Pinang Ranti dan 2.08 m3
dengan luasan tangkapan air 95 m2 di Bendungan Hilir. Laju infiltrasi rata-rata
41.34 cm jam-1 dan mampu menyerapkan air 3.33 m3 di Pinang Ranti. Laju infiltrasi
rata-rata 10.34 cm jam-1 dan mampu menyerapkan air 1.61 m3 di Bendungan Hilir.

Dengan laju infiltrasi tersebut dapat disimpulkan sumur resapan tidak akan penuh
dan meluap. Pembangunan sumur resapan dapat mengurangi limpasan dan
meningkatkan cadangan air tanah sehingga mampu memenuhi kebutuhan air
masyarakat terutama yang belum terjangkau layanan PDAM.
Kata kunci : infiltrasi, run-off, sumur resapan

ABSTRACT
BAYU PRADANA. The Effectiveness of the construction of Sumur Serapan in the
control of runoff in Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta.
Supervised By NANA M. ARIFJAYA.
Jakarta City development has caused in the decline of open green space
quantity. It impacts to decreasing soil infiltration capacity, increasing surface runoff
and flood potential. The construction of Sumur Resapan aims to reduce flood
potential and improve ground water reserves in Jakarta. RunOff estimation method
using SCS-CN obtained value of 1,68 m3 in 77m2 of water catchment area in
Pinang Ranti and 2,08m3 in 95m2 of water catchment area in Bendungan Hilir. The
average rate of infiltration are 41,34 cm/jam and capable to infiltrate water by 3,33
m3 in Pinang Ranti. The average rate of infiltration are 10,34 cm/jam and capable
to infiltrate water by 1,61 m3 in Bendungan Hilir. By the infiltration rate, it can be
concluded that Sumur Resapan will not be full or overflowing.The constructon of

sumur resapan can reduce runoff and increase soil water reserves so it is able to
meet water needs of society, particularly in society who doesn’t affordable yet by
PDAM.
Keyword: infiltration, runoff, recharging well

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SUMUR RESAPAN
DALAM PENGENDALIAN LIMPASAN
DI KELURAHAN PINANG RANTI DAN BENDUNGAN HILIR
JAKARTA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian
Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta
Nama
: Bayu Pradana
NIM
: E14080059

Disetujui oleh

Dr Ir Nana Mulyana Arifjaya, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam
Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan sejak Maret 2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nana Mulyana Arifjaya, MSi
selaku pembimbing. Disamping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu
Nunung, Bapak Rudi, Bapak Agus, Mas Yanto dan Bang Jali yang telah membantu
selama pengumpulan data, serta rekan-rekan MNH 45 atas semangat yang
diberikan. Ungkapan terima kasih juga tak lupa disampaikan kepada bapak
(Kasdiyana), ibu (Juminten), Dwi Nur Fitriyana atas doa dan kasih sayangnya, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan tulisan ini. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Bayu Pradana


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Bahan

2

Alat


2

Metode Pengumpulan Data

2

Pengolahan Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4

Desain Sumur Resapan


6

Curah Hujan

7

Laju Infiltrasi

9

Volume Infiltrasi

11

Pendugaan Limpasan

13

Karakteristik Responden


14

Korelasi antara Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengelolaan Sumur
Resapan
14
Nilai Kebutuhan Air dan Biaya Pembangunan Sumur Resapan
KESIMPULAN DAN SARAN

15
15

Kesimpulan

15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA


17

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Curah hujan di lokasi pengambilan sampel
2 Laju infiltrasi rata-rata dan volume terinfiltrasi sumur resapan
di Pinang Ranti
3 Laju infiltrasi rata-rata dan volume terinfiltrasi sumur resapan
di Bendungan Hilir
4 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Pinang Ranti
5 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir
6 Karakteristik responden
7 Tingkat korelasi dan signifikasi antar variabel

8
9
10
11
12
14
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Pinang Ranti
Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Bendungan Hilir
Desain sumur resapan tipe C
Sketsa pembangunan sumur resapan
Curah hujan tahunan stasiun Halim tahun 1979 - 1998
Laju infiltrasi sumur resapan di Pinang Ranti
Laju infiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir
Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Pinang Ranti
Perubahan tinggi muka air sumur resapan di Pinang Ranti
Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir
Perubahan tinggi muka air sumur resapan di Bendungan Hilir

5
6
6
7
8
9
10
11
12
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Angka CN (curve number) untuk kondisi AMC (antecedent moisture
content) II (kondisi rata-rata)
18
2 Kelompok tanah SCS
18
3 Dokumentasi pengambilan data penelitian
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kota Jakarta sangat pesat, sehingga tidak terkendali dan
berimplikasi serius pada lingkungan dan ekonomi perkotaan. Pesatnya
perkembangan di berbagai sektor salah satunya perekonomian, menyebabkan
penduduk di luar kota Jakarta berpindah dan menetap di kota Jakarta. Hal ini dapat
dilihat dari pertumbuhan penduduk yang terjadi di Jakarta. Berdasarkan Badan
Pusat Statistik dalam Bank Dunia, populasi penduduk Jakarta Tahun 2000 ± 8.4
juta jiwa, sedangkan pada tahun 2010 populasi penduduk Jakarta mencapai ± 9.6
juta jiwa. Hal ini menyebabkan tingginya pembangunan fisik kota seperti
pemukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan kawasan terbangun
lainnya. Peningkatan kebutuhan pemukiman mengurangi kuantitas ruang publik,
terutama ruang terbuka hijau (RTH). Luasan RTH mengalami penurunan sangat
signifikan, berkurang dari 35% pada awal tahun 1970-an dan kini hanya tersisa 10%
(Siahaan 2010).
Alih fungsi RTH di Jakarta berdampak langsung maupun tak langsung
terhadap karakteristik permukaan tanah. Permasalahan yang muncul tidak hanya
saat datang musim hujan, tetapi juga saat musim kering. Menurunnya luasan RTH
berakibat pada menurunnya fungsi tanah dalam penyerapan air (infiltrasi), sehingga
pada periode musim kering sedikit ketersediaan air tanah. Pada periode musim
hujan, terbentuknya areal kedap air oleh pembangunan yang terjadi mengakibatkan
semakin meningkatnya limpasan permukaan (run-off).
Nilai limpasan permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan daya serap
tanah menimbulkan terjadinya genangan air sesaat setelah hujan terjadi. Genangan
air yang terus-menerus terjadi akibat ketidakmampuan tanah dalam menyerapkan
air hujan berakibat terjadinya banjir. Peningkatan limpasan permukaan aliran akan
mengakibatkan masalah genangan dan banjir ( Harisuseno et al. 2011).
Banjir tidak hanya mengganggu aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat,
tetapi juga menimbulkan kerugian materil dan non-materil. Kerugian materi akibat
banjir ini diperkirakan mencapai 20 triliun (Pusat Krisis Fakultas Psikologi 2013).
Banyak solusi yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan banjir yang ada di
Jakarta, salah satunya sumur resapan. Penelitian terkait pembangunan sumur
resapan telah banyak dilakukan namun evaluasi mengenai pembangunan sumur
resapan dalam pengendalian limpasan belum diketahui. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian ini untuk mengetahui keefektivan pembangunan sumur
resapan dalam pengendalian limpasan di wilayah Jakarta, khususnya Pinang Ranti
(Jakarta Timur) dan Bendungan Hilir (Jakarta Pusat).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ialah menganalisis efektivitas sumur resapan dalam
pengendalian limpasan dan mengukur laju infiltrasi dalam penerapan sumur
resapan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi informasi manfaat sumur resapan yang
ada di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir. Selain itu, penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan dalam pembangunan sumur resapan di wilayah Jakarta.

METODE
Pengambilan data dilakukan pada Maret – April 2013. Pengumpulan data
dikelompokkan menjadi dua bagian yakni data kondisi fisik sumur resapan dan data
kuisioner. Data kondisi fisik sumur resapan diambil dengan ground check langsung
ke lapangan. Jumlah sampel sumur resapan yang diamati sebanyak 2 titik sampel
dari 200 sampel di kediaman Ibu Yusnan (Pinang Ranti) luasan 104 m2 dan Kantor
RW 02 (Bendungan Hilir) luasan 125 m2. Pengumpulan data kuisioner dilakukan
pada 20 responden di masing-masing wilayah.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa 40 buah kuisioner yang
disebar di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir, satu unit sampel sumur
resapan berukuran 1m x 1m dengan kedalaman 2.7 m di Kelurahan Pinang Ranti
dan Kelurahan Bendungan Hilir, data curah hujan manual, data kapasitas infiltrasi
serta jenis tanah wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1 unit automatic water
level recorder (AWLR), meteran, penggaris, kuisioner, gelas ukur, corong diameter
8 cm, wadah penampungan dan seperangkat komputer dengan sistem operasi
Microsoft Windows7, Microsoft Office Word 2007, dan Microsoft Office Excel
2007, SPSS 16.0.
Metode Pengumpulan Data
Data Tinggi Muka Air
Pengumpulan data tinggi muka air dilakukan pada salah sumur resapan yang
terdapat di Kelurahan Pinang Ranti, Jakarta Timur dan di Kelurahan Bendungan
Hilir, Jakarta Pusat. Pengumpulan data tinggi muka air (TMA) menggunakan Water
Level 16 dan pipa PVC 4” yang diletakkan di dalam sumur resapan. Data yang
didapat merupakan data TMA setiap 15 menit.
Data Curah Hujan
Data curah hujan dikumpulkan dengan menggunakan wadah (botol) dan
corong yang diletakkan di daerah terbuka di sekitar sumur resapan. Pengukuran
curah hujan dilakukan di setiap ulangan hujan yang tercatat dan data yang

3
digunakan dalam perhitungan curah hujan adalah data pada saat hujan tertinggi.
Pengukuran curah hujan dilakukan minimal 3 kali pengulangan. Nilai curah hujan
didapat dari perhitungan curah hujan tertampung (mm3) dibagi luas penampang
corong (mm2), sehingga didapat curah hujan dalam satuan tinggi (mm). Selain itu,
digunakan data curah hujan sekunder stasiun Halim untuk mengetahui curah hujan
tertinggi yang pernah terjadi di Jakarta selama 25 tahun.
Data Kuisioner
Sumur resapan dibangun di Jakarta pada tahun 2008 dan tersebar sebanyak
400 titik di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat. Data kuisioner diambil 10%
dari 400 responden di populasi sumur resapan yang telah dibangun. Metode
wawancara dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu dilakukan
berdasarkan tujuan dari fungsi data kuisioner tersebut (Sugiyono 2008). Responden
terdiri dari masyarakat dengan sebaran tingkat pendidikan dan pendapatan yang
berbeda. Data yang diperoleh dari kuisioner berupa data karakteristik responden
dan pendapat responden terhadap pembangunan sumur resapan.
Pengolahan Data
Analisis Curah Hujan
Curah hujan yang dihasilkan dari pengukuran di lapangan dilakukan
pengolahan untuk mengetahui nilai intensitas hujan menggunakan persamaan
mononobe sebagai berikut:
2

�= 2
........................................................................................................(1)

Keterangan :
I
= Intensitas hujan (mm jam-1)
R
= Curah hujan dalam 24 jam (mm hari-1)
T
= Lama terjadi hujan (jam)
Analisis Laju Infiltrasi
Analisis laju infiltrasi dilakukan dengan mengolah data hasil pencatatan alat
water level berupa data tinggi muka air (TMA) pada saat kejadian hujan. Untuk laju
infiltrasi sumur resapan di dalam tanah dengan kondisi tak jenuh menggunakan
metode Darcy, sebagai berikut:
��

� = �. � . �.......................................................................................................(2)
Keterangan:
Q
= fluks aliran di sumur serapan (m3 jam-1)
K
= konduktivitas hidrolik
A
= luas penampang (m2)
∆ℎ
= unit tekanan muka air dalam sumur resapan


4
Analisis Tinggi Muka Air
Pengolahan data tinggi muka air (TMA) dilakukan dengan menganalisis dan
melakukan perhitungan data hasil pencatatan alat water level. Data TMA tersebut
dicatat per 15 menit dan dilihat perubahan TMA di dalam sumur resapan.
Pendugaan Limpasan
Pendugaan volume limpasan dihitung menggunakan metode Soil
Conservation Service – Curve Number (SCS-CN). Persamaan yang digunakan
dalam menentukan debit aliran sebagai berikut:
�−0,2

Q=

�+0,8

..........................................................................................................(3)

Keterangan:
Q
= Limpasan permukaan (mm)
P
= Curah hujan (mm)
S
= Retensi potensial maksimum (mm)
Nilai S memiliki hubungan dengan Curve Number. Persamaan yang
digunakan dalam penentuan nilai S adalah sebagai berikut:
S=

2

00

��

− 254.....................................................................................................(4)

Keterangan:
S
= Retensi potensial mksimum (mm)
CN
= Bilangan kurva

Analisis Data Kuisioner
Analisis dan pengolahan data kuisioner dan wawancara dilakukan dengan
menggunakan software SPSS. 16. Pengolahan menggunakan pengolahan korelasi
Spearman dengan skala pengukuran ordinal. Pengolahan data kuisioner digunakan
untuk mengetahui korelasi hubungan pendapatan dengan pengelolaan dan tingkat
pendidikan dengan pengelolaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sampel sumur resapan wilayah Jakarta Timur terletak di
RT 01/004 No.42 Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar pada koordinat 6º
16’ 39,3” LS dan 106º 52’ 58,6” BT. Peta lokasi penelitian ditunjukkan oleh
Gambar 2. Lokasi penelitian terletak dalam DAS Sunter yang memiliki luasan ±10
166 Ha dari luas total wilayah Jakarta Timur. Lokasi penelitian yang berada di
Kecamatan Makasar termasuk dalam formasi endapan batuan berupa kipas aluvium
(Qav) seluas 1 771 Ha dan aluvium (Qa) seluas 368 Ha. Topografi lokasi penelitian
berupa daerah dataran dan memiliki elevasi 12 mdpl. Tutupan lahan wilayah Jakarta

5
Timur seluruhnya berupa pemukiman, gedung perkantoran, dan jalan yang
diperkeras. Penutupan lahan wilayah Jakarta Timur dikategorikan menjadi 5 kelas
presentase penutupan lahan, yaitu 0-20 %, 20-40 %, 40-60 %, 60-80 % dan 80-100
%. Jenis tanah di wilayah Jakarta Timur terdiri atas jenis tanah tropaquept dan
paleudult.

Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Pinang Ranti
Penelitian dilakukan di wilayah Kelurahan Bendungan Hilir dan Kelurahan
Pinang Ranti. Lokasi pengambilan sampel sumur resapan wilayah Jakarta Pusat
terletak di Kantor RW 02 Jalan Bendungan Jatiluhur Kelurahan Bendungan Hilir,
Kecamatan Tanah Abang koordinat 6° 12' 54" LS dan 106° 48' 39" BT. Peta lokasi
penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1. Lokasi penelitian yang berada di wilyah
Kelurahan Bendungan Hilir termasuk dalam DAS Krukut-Grogol dengan luasan
wilayah 195 Ha. Seluruh wilayah lokasi penelitian termasuk dalam formasi batuan
endapan yang berupa kipas aluvium (Qav) seluas 166.2 Ha dan aluvium (Qa) seluas
1 019.9 Ha. Topografi lokasi penelitian merupakan daerah dataran dengan elevasi
10.5 mdpl. Tutupan lahan wilayah Jakarta Pusat hampir seluruhnya berupa
pemukiman dan gedung perkantoran. Penutupan lahan di wilayah Jakarta Pusat
dikategorikan menjadi 3 kelas penutupan lahan, yaitu kelas penutupan lahan 40-60
%, 60-80 %, dan 80-100 %. Jenis tanah di wilayah Jakarta Pusat terdiri dari tanah
tropaquept dan paleudult dengan jenis tanah yang mendominasi adalah jenis tanah
tropaquept. Jenis tanah tersebut memiliki laju infiltrasi rendah. Jenis tanah
paluedult secara hidrologis lebih dekat ke dalam kelompok Soil Hydrology Group
(SHG) C, sedangkan tropaquept termasuk dalam SHG D.

6

Gambar 2 Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Bendungan Hilir
Desain Sumur Resapan
Desain sumur resapan yang dibangun di Jakarta tahun 2008 dibedakan
menjadi 4 tipe desain sumur resapan yang didasarkan pada aspek penggunaan lahan
di lokasi pembangunan sumur resapan. Pengambilan data tinggi muka air di sumur
resapan dilaksanakan pada jenis sumur resapan tipe C. Contoh desain sumur
resapan tipe C dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Desain sumur resapan tipe C (sumber: Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai 2008)

7
Tipe sumur resapan utuk tipe A, B, dan D memiliki perbedaan pada desain
sumur resapan dan lokasi dibangunnya sumur resapan tersebut. Sumur resapan
dengan tipe A merupakan sumur resapan yang memiliki saluran masukan air seperti
selokan. Tipe B merupakan sumur resapan yang dibangun pada trotoar dengan
saluran air berasal dari limpasan jalan dan tipe D merupakan sumur resapan yang
dibangun di lahan parkir.
Sumur resapan didesain untuk menampung, menyimpan dan menambah
cadangan air tanah serta mengurangi limpasan. Desain sumur resapan dibuat untuk
meminimalisasi air hujan yang jatuh dari atap agar tidak terjadi limpasan secara
langsung. Air hujan yang jatuh ke atap rumah dialirkan ke dalam sumur resapan
menggunakan pipa atau sumur resapan. Contoh sketsa pembangunan sumur resapan
dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Pergub No.68 tahun 2005 Provinsi DKI
Jakarta, air yang diperbolehkan masuk kedalam sumur resapan merupakan air hujan
yang berasal dari limpasan atap bangunan atau permukaan tanah yang tertutup oleh
bangunan atau air yg sudah melalui Instalasi Pengelolaan Air Limbah dan sudah
memenuhi standar Baku Mutu.

Gambar 4 Sketsa pembangunan sumur resapan (Indriatmoko dan Wahjono
1999)
Curah Hujan
Curah hujan (CH) selama penelitian tertinggi di wilayah Pinang Ranti terjadi
pada tanggal 23 Maret 2013 sebesar 43.79 mm hari-1, sedangkan CH terendah
terjadi pada tanggal 20 Maret 2013 sebesar 3.98 mm hari-1. Hujan terjadi 2 kali pada
tanggal 23 Maret 2013 dengan intensitas hujan masing – masing 5.40 mm jam-1 dan
0.78 mm jam-1

8
Di wilayah Bendungan Hilir, curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 17
April 2013 sebesar 43.79 mm hari-1 dengan nilai intensitas hujan sebesar 5.79 mm
jam-1. Curah hujan terendah di wilayah tersebut terjadi pada tanggal 16 April 2013
sebesar 3.98 mm hari-1 dengan intensitas hujan 2.19 mm jam-1. Data curah hujan
yang diukur di lokasi pengambilan sampel sumur resapan selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Curah hujan di lokasi pengambilan sampel
Curah Hujan Intensitas Hujan
(mm)
(mm jam-1)
Rumah Ibu Yusnan
20/Maret/2013
3.98
0.75
(Pinang Ranti)
22/Maret/2013
6.97
1.82
23/Maret/2013
43.79
8.37
Kantor RW 02
11/April/2013
5.97
2.51
(Bendungan Hilir)
14/April/2013
25.88
8.97
16/April/2013
3.98
2.19
17/April/2013
43.79
5.79
18/April/2013
39.81
4.43
Berdasarkan data curah hujan stasiun Halim tahun 1974 – 2005. Curah hujan
harian tertinggi yang pernah terjadi pada tahun 1981 sebesar 220 mm hari-1. Curah
hujan bulanan tertinggi pada bulan November tahun 1986 yang memiliki curah
hujan sebesar 470.6 mm dengan 15 hari hujan. Curah hujan rata-rata bulanan
tertinggi sebesar 15.69 mm. Siklus hujan yang terjadi pun dapat dilihat dari data
curah hujan dari tahun 1979 – 1998.
Lokasi Pengambilan Sampel

Tanggal

2500

mm

2000
1500
1000

500
0

Tahun

Gambar 5 Curah hujan tahunan stasiun Halim tahun 1979 - 1998
Curah hujan tahunan pada tahun 1979 merupakan curah hujan tertinggi
sebesar 2 017.2 mm. Pada tahun 1979, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari sebesar 345.4 mm dengan curah hujan harian tertinggi sebesar 59.9 mm/hari
Dengan luasan areal tangkapan air seluas 104 m2 dan seluas 125 m2 di masingmasing lokasi pengambilan sampel, maka volume air hujan yang tersedia sebanyak
209.79 m3 dan 252.15 m3 dalam 1 tahun. Dengan demikian volume sumur resapan
mencukupi kebutuhan air untuk kebutuhan domestik. Sumur resapan bertujuan
untuk mengurangi volume limpasan dan menyerapkan air sehingga menjadi
cadangan air tanah.

9
Laju Infiltrasi
Laju infiltrasi sampel sumur resapan wilayah Pinang Ranti dapat dilihat pada
Tabel 2. Laju infiltrasi rata-rata sebesar 41.34 cm jam-1, maka volume air yang
mampu diinfiltrasikan oleh sumur resapan tersebut sebesar 3.33 m 3. Dari data dapat
dilihat bahwa semakin tinggi laju infiltrasi semakin banyak pula air yang mampu
diinfiltrasikan. Laju infiltrasi dan volume rata-rata air yang diserapkan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Laju infiltrasi rata-rata dan volume air terinfiltrasi sumur resapan di
Pinang Ranti
Lokasi Pengambilan
Sampel
Rumah Ibu Yusnan

Tanggal
20/Maret/2013
22/Maret/2013
23/Maret/2013

Rata-rata

Laju infiltrasi
rata-rata
(cm jam-1)
2.99
57.55
63.47
41.34

Akumulasi
infiltrasi
(m3)
0.73
2.30
6.96
3.33

Laju infiltrasi sampel sumur resapan wilayah Pinang Ranti dapat dilihat pada
Gambar 6. Laju infiltrasi diambil dari curah hujan tertinggi yang terjadi pada
tanggal 23 Maret 2013 yaitu sebesar 43.79 mm. Laju infiltrasi tertinggi sebesar
92.66 cm jam-1.

100

cm jam-1

80
60
40
20
0

Waktu

Gambar 6 Laju infiltrsai sumur resapan di Pinang Ranti
Laju infiltrasi rata-rata sampel sumur resapan di Bendungan Hilir sebesar
10.34 cm jam-1 selama 5 kali ulangan hujan. Laju infiltrasi rata-rata sumur resapan
wilayah tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

10
Tabel 3 Laju infiltrasi rata-rata dan volume air yang terinfiltrasi sumur resapan di
Bendungan Hilir
Lokasi Pengambilan
Sampel
Kantor RW 02

Rata-rata

Tanggal
11/April/2013
14/April/2013
16/April/2013
17/April/2013
18/April/2013

Laju infiltrasi
rata-rata (cm jam-1)
4.09
21.23
0.61
20.44
5.35
10.34

Akumulasi
infiltrasi (m3)
1.00
3.70
0.18
2.31
0.84
1.61

Laju infiltrasi dalam sampel sumur resapan di Bendungan Hilir dianalisis dari
curah hujan tertinggi yang terjadi pada tanggal 17 April 2013. Laju infiltrasi
tertinggi sebesar 48.77 cm jam-1. Laju infiltrasi sampel sumur resapan di Jakarta
Pusat konstan pada saat nilai lajunya sebesar 2 cm jam-1.

40
35

cm jam-1

30
25
20
15

10
5
0

Waktu

Gambar 7 Laju infiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir
Laju infiltrasi tanah pada saat permulaan hujan adalah terbesar, kemudian
berkurang dengan semakin lama hujan terjadi, sehingga mencapai nilai minimum
yang konstan (Arsyad 2010). Laju infiltrasi sampel sumur resapan di Bendungan
Hilir dapat dilihat pada Gambar 7. Laju infiltrasi yang terjadi pada Gambar 7
sebesar 30.48 cm jam-1. Volume air rata-rata yang mampu diinfiltrasikan sebesar
1.61 m3 dengan laju infiltrasi rata-rata sebesar 10.34 cm jam-1.
Laju infiltrasi rata-rata masing-masing wilayah sebesar 41.34 cm jam-1 untuk
Pinang Ranti dan 10.34 cm jam-1 untuk Bendungan Hilir, dengan sumur resapan
luasan 1 m2 dan kedalaman 2.7 m. Sumur resapan mampu meresapkan air sebesar
0.41 m3 jam-1 (Pinang Ranti) dan 0.10 m3 jam-1 (Bandungan Hilir). Pada data curah
tahun 1981, curah hujan harian tertinggi terjadi di bulan Desember sebesar 220 mm
hari-1. Dengan menggunakan persamaan (3 dan 4), maka volume limpasan yang
dihasilkan masing-masing lokasi penelitian sebesar 0.61 m3 jam-1 untuk Pinang
Ranti dan 0.74 m3 jam-1 untuk Bendungan Hilir. Sumur resapan tidak akan meluap
karena daya resap sumur resapan lebih besar dari air masukan.

11
Volume Infiltrasi
Akumulasi volume air rata-rata terinfiltrasi yang masuk ke sampel sumur
resapan wilayah Pinang Ranti dapat dilihat pada Tabel 4. Akumulasi volume air
rata-rata masuk ke dalam sumur resapan sebanyak 1.15 m3 dan memiliki rasio
dengan curah hujan sebesar 0.77%.
Tabel 4 Volume air yang terlimpas sumur resapan di Pinang Ranti
Lokasi Pengambilan
Sampel
Rumah Ibu Yusnan

Rata-rata

Tanggal
20\Maret\2013
22\Maret\2013
23\Maret\2013

Akumulasi
infiltrasi (m3)
0.16
0.51
2.77
1.15

Curah
Hujan (m3)
0.31
0.54
3.37

Rasio (%)
0.53
0.95
0.82
0.77

Hal ini dapat diartikan bahwa volume limpasan yang masuk kedalam sumur
resapan sebanyak 0.77% dari curah hujan yang terjadi. Akumulasi volume air yang
masuk ke dalam sumur resapan sebesar 2.77 m3 Gambar 8. Saat terjadi hujan
tertinggi tanggal 23 Maret 2013.
3,0
2,5



2,0
1,5
1,0
0,5
0,0

Waktu

Gambar 8 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Pinang Ranti
Pada saat terjadi hujan pada tanggal 24 Maret 2013, tinggi muka air yang
paling tinggi di sumur resapan sebesar 138,68 cm. Perubahan tinggi muka air pada
sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 9. Dari gambar tersebut, dapat dilihat
menurunnya tinggi muka air dalam sumur resapan, sehingga dapat dihitung laju
infiltrasi dalam sumur resapan tersebut. Tinggi muka air terendah sebesar 23,16 cm.
Tinggi muka air meningkat setelah terjadinya hujan. Air hujan yang jatuh ke atap
rumah langsung masuk ke dalam sumur resapan.

12
160
140
120
cm

100
80
60
40
20
0

Waktu

Gambar 9 Perubahan tinggi muka air sumur resapan di Pinang Ranti
Volume air yang masuk ke sumur resapan di setiap terjadi hujan di
Bendungan Hilir dapat dilihat pada Tabel 5. Akumulasi volume air yang terinfiltrasi
maksimum terjadi pada tanggal 14 April 2013. Akumulasi volume air rata-rata yang
masuk ke dalam sumur resapan sebesar 0.67 m3.
Tabel 5 Volume air yang terlimpas sumur resapan di Bendungan Hilir
Lokasi Pengambilan
Akumulasi
Curah
Rasio
Tanggal
3
3
Sampel
infiltrasi (m ) Hujan (m )
(%)
Kantor RW 02
11\April\2013
0.35
0.57
0.61
14\April\2013
1.30
2.46
0.53
16\April\2013
0.02
0.38
0.05
17\April\2013
1.07
4.16
0.26
18\April\2013
0.59
3.78
0.16
Rata-rata
0.67
0.32
Volume infiltrasi merupakan banyaknya air yang masuk kedalam tanah.
Volume air sampel di Bendungan Hilir dapat dilihat pada Gambar 10. Saat terjadi
hujan tertinggi tanggal 17 April 2013. Volume air yang terlimpas sebesar 1.07 m3.
1,2
1,0

m3

0,8
0,6
0,4
0,2
0,0

Waktu

Gambar 10 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir

13

cm

Akumulasi volume infiltrasi yang rata-rata masuk ke dalam sumur resapan
sebesar 0.67 dan memiliki nilai rasio dengan curah hujan sebesar 0.32%. Tinggi
muka air menunjukan bahwa volume air hujan yang masuk ke dalam sumur resapan.
Tinggi muka air tertinggi sebesar 134.11 cm pada kejadian hujan 17 April 2013.
Perubahan tinggi muka air dalam sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 11.

160
140
120
100
80
60
40
20
0

Waktu

Gambar 11 Perubahan tinggi muka air sumur resapan di Bendungan Hilir
Pendugaan Limpasan
Pendugaan limpasan digunakan untuk mengetahui nilai limpasan. Lokasi
penelitian termasuk dalam kelompok Soil Hydrology Group C (SHG-C). Nilai
curve number (CN) untuk kelompok hidrologi tanah C dan penggunaan sebagai
pemukiman dengan luasan kapling ≤500 m2 sebesar 90 (Arsyad 2010). Berdasarkan
curah hujan periode ulangan 25 tahun curah hujan tertinggi pada tahun 1981 sebesar
220 mm hari-1 nilai pendugaan limpasan sebesar 189.43 mm atau sebesar 37.86 m3.
Lokasi penelitian merupakan pemukiman dengan luasan 104 m 2 ( areal tangkapan
air hujan seluas 77 m2) di Pinang Ranti dan 125 m2 (areal tangkapan air hujan seluas
95 m2) di Bendungan Hilir. Hasil persamaan (3 dan 4) didapat limpasan sebesar
21.9 mm. Pendugaan limpasan sampel sumur resapan di Pinang Ranti sebesar 1.68
m3 atau sebesar 0.07 m3 jam-1 dengan areal tangkapan air hujan sebesar 77 m 2 dan
di Bendungan Hilir sebesar 2.08 m3 atau sebesar 0.086 m3 jam-1 dengan areal
tangkapan air hujan seluas 95 m2. Debit aliran di dalam sumur resapan saat jenuh
menggunakan persamaan (2) sebesar 6.3 m3 jam-1 di Pinang Ranti dan sebesar 0.63
m3 jam-1 di Bendungan Hilir.
Dari hasil analisis data yang didapat dari pengukuran di lapangan, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap air yang masuk kedalam sumur resapan mampu
diserapkan secara langsung, sehingga air dalam sumur resapan tidak meluap. Pada
saat periode ulangan curah hujan 25 tahun sumur resapan akan penuh karena
tingginya curah hujan yang terjadi. Dengan demikian, sumur resapan merupakan
salah satu cara efektif dalam penanggulangan banjir di Jakarta karena berfungsi
meningkatkan kapasitas infiltrasi lahan dan sekaligus dapat menambah cadangan
air tanah (Fetter 1994). Selain itu, sumur resapan juga berfungsi untuk mengurangi
volume dan kecepatan aliran permukaan (Fakhrudin 2010).

14
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diukur yaitu jenis kelamin, pendidikan, dan
pendapatan. Karakteristik responden masing-masing wilayah disajikan pada Tabel
6. Berdasarkan jenis kelamin di Pinang Ranti laki-laki sebesar 70% dan sisanya
30% jenis kelamin perempuan, sedangkan di Bendungan Hilir jenis kelamin lakilaki sebesar 70% dan perempuan sebesar 30%.
Tabel 6 Karakteristik responden
Variabel
Jenis KelaminLaki-laki
Perempuan
Pendidikan SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Akademi
Lain-lain
Pendapatan < Rp.1.000.000
Rp 1.000.000 Rp 3.000.000
> Rp 3.000.000

Pinang Ranti
Jumlah Persen(%)
14
70
6
30
3
15
2
10
9
45
3
15
3
15
0
0
4
20
13
65
3

15

Bendungan Hilir
Jumlah Persen(%)
14
70
6
30
3
15
2
10
11
55
1
5
3
15
0
0
7
35
11
55
2

10

Jenis pendidikan di Pinang Ranti sebagian besar berpendidikan SMA sebesar
45%, jenis pendidikan lain seperti SD, perguruan tinggi dan akademi sebesar 15%
dan SMP sebesar 10%, sedangkan di Bendungan Hilir sebagian besar SMA sebesar
55%, akademi dan SD sebesar 15%, SMP sebesar 10% dan perguruan tinggi
masing-masing 5%. Variabel pendapatan responden di Pinang Ranti berkisar antara
Rp 1 000 000 – Rp 3 000 000 sebesar 65%, pendapatan