menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubung dengan adanya energi berlebih yang harus disalurkan keluar. Permainan-permainan itu
berperan untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan selanjutnya menciut karena disia-siakan. Dalam pengertian yang lebih
mendalam kesenian mencakup aktivitas psikis dan phisik, teknik pengungkapan yang khas, dan berkaitan erat dengan pengalaman hidup manuisa secara utuh.
Pada awal peradaban, kesenian pada prinsipnya memiliki dua fungsi pokok yaitu fungsi 1 magis yang berkaitan erat dengan nilai dan semangat untuk
berkomunikasi dengan alam lingkungan, penguasa alam, maupun daya imanen di luar kekuatan manusia. Pemikiran konseptualnya berakar dari gagasan mistis
tentang alam, 2 tontonan yang pada awalnya berupa permainan, pameran kekuatan, maupun pameran ketrampilan tertentu Sachs, 1963: 49-236.
Sementara itu Firth Santosa, 1992 mengungkapkan bahwa kesenian pada dasarnya memiliki delapan fungsi sosial. Yaitu, 1 sarana kepuasan batin, 2
sarana santai dan hiburan, 3 ungkapan jati diri, 4 sarana integratif, 5 sarana penyembuhan, 6 pendidikan, 7 integrasi pada masa kacau, 8 lambang
yang penuh makna dan kekuatan. Melihat klasifikasi fungsi seni seperti di atas, bisa dikatakan bahwa
seni yang telah dikenal sejak zaman kelahiran manusia, tanpa terasa dibutuhkan manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Seni yang pada
hakikatnya berbicara tentang keindahan ataupun pengalaman estetis ini, seperti halnya pengalaman religius dimiliki oleh setiap orang di seluruh
dunia. Adanya pengalaman estetis pada setiap jiwa individu, membuat seseorang perlu mengatur penampilan dirinya, menata ruang di dalam
rumahnya, mengatur halaman, dan sebagainya.
B. Fungsi Seni Sebagai Penyembuhan
Terapi therapy adalah sejenis penyembuhan untuk membantu individu memiliki kemampuan mendorong dirinya sendiri untuk mengatasi
masalah di dalam kehidupannya serta membantu individu untuk bereaksi dan berintegrasi dengan Iingkungan sosialnya Hadi, 2005: 82. Seni dalam
fungsi terapinya tidak ditonjolkan sebagai seni pertunjukan yang dapat dinikmati atau ditonton secara artisitik, tetapi lebih mementingkan arti terapi
atau usaha untuk membantu penyembuhan. Oleh karena itu, seni sebagai terapi tidak berorientasi pada tujuan seninya the meaning art, tetapi lebih kepada hasil
atau manfaatnya utility. Di lingkungan masyarakat yang sedang mengalami berbagai gangguan mental karena tekanan tekanan dalam kehidupannya seperti
misalnya: ketergantungan pada obat terlarang, kegagalan perkawinan, ekonomi lemah, yang menyebabkan mentalnya menjadi rapuh, pemanfaatan seni sebagai
pendidikan terapi ini bisa diterapkan. Memanfaatkan seni sebagai media penyembuhan adalah langkah yang
tepat. Dikatakan oleh Arswendo 2005 bahwa seni termasuk di dalamnya seni pertunjukan adalah salah satu ciri utama manusia yang membedakannya dengan
mahluk lain. Manusia bisa berkesenian, antara lain sebagai tanda memiliki kebebasan atas nasib, atas keterbatasan, atas kekuasaan mutlak yang menguasai,
atas kenyataan yang tak terelakkan. Misalnya kematian, perkawinan yang gagal, dan sebagainya. Dalam berkesenian manusia memiliki kebebasan besar,
menciptakan realitasnya sendiri, mengubah nasib yang sedang dialami, berkuasa menentukan peran. Kesemua ini adalah pertanda kebebasan utama dan terutama.
Berangkat dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dunia seni menyediakan kebebasan mutlak. Bebas untuk memilih media ungkap, bebas
menentukan ingin jadi apa misalnya saja dalam pertunjukan wayang orang ketoprakteater orang bebas memilih untuk jadi raja, prajurit, pedagang, atau
peran-peran yang lain; hal ini dapat membantu seseorang untuk mengungkapkan keinginan keinginan tertentu yang tidak pernah bisa diraih, bebas ingin berkata
apa, dan bebas untuk menciptakan realita. Dengan kebebasan yang ada masing masing individu dapat memenuhi segala yang diinginkan, guna memperoleh
kepuasan batin, ataupun menciptakan realita baru.
C. Pengalaman sebagai Fasilitator Trauma healing