1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga yang paling bertanggung jawab tehadap tumbuhnya kepribadian suatu generasi, selain jalur keluarga dan masyarakat.
Munculnya berbagai kasus kekerasan di lembaga pendidikan merupakan fenomena pendidikan yang hingga kini tetap aktual. Hal ini semata-mata dikaitkan
dengan kebijakan pendidikan yang seharusnya tidak semata-mata dikaitkan dengan kemampuan melakukan tindakan tertentu, tapi juga berkaitan dengan
komitmen etik dan sosial masyarakat. Pendidikan dengan demikian perlu menyiapkan generasi yang tidak sekedar cerdas terampil, tetapi juga beriman,
intelektual yang kental dan berakhlak yang mulia. Beriman, intelektualitas, dan akhlak yang mulia, kemampuan demikian
memerlukan banyak pengalaman dalam kehidupan yang sebenarnya. Kekayaan pengalaman akan menumbuhkan suatu kesadaran kritis terhadap realitas sosial
dimana seseorang terlibat kesadaran kritis merupakan kemamuan berpikir alternatif atau berpkir lateral sebagai bentuk paling aktual manusia modern.
Sehingga bekerjanya kesadaran kritis dan intelektual menjadi penting dalam dunia modern.
1
1 Isjoni, Belajar Demi Hidup, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 1
2
Bagi Freire, pendidikan haruslah berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pengenalan itu tidak cukup hanya bersifat objektif
atau subjektif, tetapi harus kedua-duanya. Kebutuhan objektif untuk merubah keadaan yang tidak manusiawi selalu memerlukan kemampuan subjektif untuk
mengenali terlebih dahulu keadaan hang tidak manusiawi, yang tejadi senyatanya.
2
Mudyaharjo menjelaskan arti luas pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup,
pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Ditambah dengan adamya UU Sisdiknas 2003: Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat
berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selain itu, ada juga tujuan pendidikan yang sifatnya umum, khusus, bahkan bersifat sementara. Pertama, tujuan umum merupakan tujuan yang
menjiwai pekerjaan pendidik dalam segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal. Kedua,
tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan umum di atas dasar beberapa hal diantaranya, perbedaan individual anak didik, perbedaaan lingkungan
2 Paulo Freire, Politik Pendidikan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2004, hlm 4
3
masyarakat, perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu
bangsa.
3
Pemahaman kecerdasan bakat, minat, dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya penggembangan
proses pendidikan individu bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
4
Tujuan konseling pada dasarnya ialah bertujuan untuk membantu siswa lebih matang dan lebih self actuated, membantu untuk menjadikan struktur diri
berubah kepada reorientasi positif terhadap kepribadian dan kehidupan yang baik. Selanjutnya terciptanya kesehatan mental yang positif, jika hal tersebut tercapai,
maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif dengan lainnya. Ia belajar menerima tanggung jawab, bediri sendiri, dan memperoleh
penyatuan perilaku. Terciptanya penyelesaian masalah, Krumbolz menyatakan bahwa
konseling di eksiskan ialah karena fakta bahwa orang-orang mempunyai masalah yang tidak dapat mereka pecahkan sendiri sehingga konseling merupakan bantuan
yang diharapkan dapat membantu memecahkan atau bahkan memecahkan masalah, sehingga klien lebih cepat bangkit dari permasalahan dan menemukan
lagi perilaku yang semestinya ada pada diri klien. Selanjutnya yang terakhir terciptanya keefektifan personal, erat kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan
mental yang baik dan perubahan tingkah laku adalah dengan meningkatkan keefektifan personal.
3 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Yogyakarta; Teras, 2009, hlm. 9-15 4 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta; Teras, 2012.hlm, 22
4
Memberi batasan pribadi efektif yaitu pribadi yang sanggup memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya, dan bersedia memikul resiko-resiko
ekonomis, psikologis dan fisik.
5
Individu memiliki kebutuhan. Sebagai individu klienkonseli memiliki berbagai ragam kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Pada
dasarnya tingkah laku dipandang sebagai usahanya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan psikis antara lain, kebutuhan memperoleh kasih sayang, kebutuhan
memperoleh rasa aman, kebutuhan memperoleh harga diri, kebtuhan untuk diterima dalam kelompok, kebutuhan untuk sukses, kebutuhan untuk mandiri
6
, dan kebutuhan untuk menjadi pribadi yang baik.
Adanya sebuah bimbingan konseling yang tepat akan dapat memupuk keberhasilan proses baik itu psikis maupun pendidikan peserta didik terlebih
bagaimana peserta didik bukan sekedar cerdas dan pintar akan tetapi juga memiliki kepribadian yang berakhlakul karimah. Dengan begitu akan melahirkan
manusia-manusia yang peduli, manusia yang berprilaku sesuai dengan ajaran agama, budaya maupun etika yang tercipta oleh kebiasaan hidup masyarakat.
Secara praktis sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses pembelajaran dengan tujuan mengembangkan pengetahuan siswa, kepribadian,
aspek sosial emosional, ketrampilan-ketrampilan juga bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan bantuan terhadap peserta didik yang bermasalah, baik
dalam belajar akhlak, maupun sosial sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Artinya tugas sekolah
5 Elvi Mu’awanah, Pribadi Sehat Melalui Konseling, Surabaya; eLKAF, 2005, hlm, 24-26 6 Saifu Akhyar, Konseling Islami Kiyai dan Pesantren, Yogyakarta; ElsaqPres, hlm, 53-54
5
adalah menyiapkan amunisi-amunisi baru bagi anak untuk kehidupan bermasyarakat melalui pembelajaran yang diarahkan untuk mengasah potensi
dimasa mendatang.
7
Akan tetapi pada perkembangannya siswa meskipun peran sekolah bertanggung jawab atas segala proses perkembangan siswa, tidak serta merta
siswa dapat diarahkan sesuai dengan kewajiaban sekolah itu sendiri, lantaran siswa banyak memeliki kendala baik itu dari dalam sekolah itu sendiri bahkan dari
luar sekolah. Bantuan berupa bimbingan konseling begitu urgen dalam membantu
membina akhlak siswa untuk berhasil menuju akhlak karimah, apabila bantuan atau pembentengan terhadap kepribadian siswa tidak didampingi atau bahkan
tidak ada strategi jitu yang berhasil dalam mendidik siswa maka akan terjadi ketidak seimbangan antara pengetahuan yang didapat dan akhlak yang dibentuk.
Mengacu pada seorang guru bimbingan konseling yang mempunyai keleluasaan di sekolah pada siswa untuk mengarahkan bahkan menertipkan
peraturan sekolah, siswa lebih segan dan lebih takut terhadap seorang guru bimbingan konseling. Sehingga hal ini menjadi kelebihan tersendiri dan dapat
dimanfaatkan, untuk bagaimana seorang guru bimbingan dan konseling dapat membentuk akhlak karimah siswa.
Seluruh aspek kehidupan masyarakat akan senantiasa bergerak dengan energi moralitas keislamannya, sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Ashr 1-
3 yang berbunyi: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
7 Sri Minarti, Manjemen Sekolah, Yogyakarta;Ar-Ruzzmedia, 2011,hlm.192
6
kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. Memahami, menafsiri dan mengkolaborasikan ayat-ayat ini seperti
mengisyaratkan tentang tiga bentuk karakter dalam pendidikan islam, pertama, keimanan, kedua, gemar dalam beramal soleh, ketiga, sikap saling membantu.
8
Mana kala siswa diluar wilayah sekolah tentu saja sekolah akan sulit mengawasi atau bahkan memberikan kekangan ketika berada didalam lingkungan
sekolah, oleh karenanya pendidikan bukan sekedar momentual ketika ada aturan saja, tetapi harus berhasil menembus sendi-sendi kepribadian siswa dan harus
berhasil menjadi watak yang karimah pada diri siswa, oleh karena itu peran besar disini juga merupakan bagian yang harus diambil secara konsisten atau kontinu
pada guru bimbingan konseling untuk menemukan formula yang tepat dalam melakukan pendekatan maupun strategi yang bisa menjadi senjata ampuh untuk
membentuk akhlak karimah. Pembimbing atau konselor boleh saja melakukan atau memberikan
penjelasan mengenai nilai-nilai agama semisal hal dosa, atau perihal ke-Tuhanan.
9
Dengan begitu siswa juga akan lebih sadar bahwa kehidupan juga bukan sekedar keduniawian saja tetapi juga ada tanggung jawab berupa kehidupan setelah
kematian, maka dari itu menjadi pribadi yang kental dengan akhlakul karimah tentu saja akan membantu untuk mendapatkan reward berupa pahala yang
menjadi salah satu keuntungan dari pada memiliki akhlak karimah.
8 Muwahid Shulhan, Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta ; teras, 2013, hlm.23-24 9 Elvi Mu’awanah, Pribadi Sehat Melalui Konseling, Yogyakarta; teras, 2005, hlm. 14
7
Di SMPN 2 Sumbergempol walaupun sebenarnya jika ditelisik lebih dalam sudah banyak sebenarnya iklim religius ataupun berbagai kegiatan
keagaaman akan tetapi perlu untuk ditingkatkan lagi. Sehingga siswa sebagaimana kewajibannya yaitu belajar dan mencari ilmu sesuai dengan ketentuan Islam.
Sehingga pendidikan umum harus memiliki porsi yang berimbang dengan pembentukan kemudian pembinaan terhadap akhlak yang mana juga harus
tangguh dalam menghadapi tuntutan jaman, kalau pembentukan maupun pembinaan akhlak tidak cepat tanggap maka akan terjadi pemunduran moral yang
berimbas langsung terhadap perkembangan anak yang juga akan menyeret kepada kepribadian yang buruk dalam diri anak.
Sehingga perlunya seorang guru yang memiliki peran atau aktor langsung untuk menuntun anak memenuhi kebutuhan psikisnya, membentu menyelesaikan
persoalan-persoalan kehidupannya sehingga dapat membentuk kepribadian yang akhlakul karimah.
Dari latar belakang diatas inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan tentang strategi guru bimbingan dan konseling
dalam membentuk akhlaq yang karimah oleh penulis simpulkan dengan judul “Strategi Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Membentuk Akhlakul Karimah
Siswa Di SMPN 2 Sumbergempol Tulungagung”
B. Rumusan Masalah