3.3. Derajat Kejenuhan
D
J
Simpang dihitung menggunakan persamaan 3-20 D
J
= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3-20
Keterangan: DJ
= Derajat kejenuhan Q
= Semua arus lalu lintas yang masuk Simpang dalam satuan skrjam. q dihitung menggunakan rumus 3-21
q= q
kend
x F
skr
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3-21 F
skr
= Faktor skr yang dihitung menggunakan persamaan 3-22 F
skr
= ekr
KR
x q
KR
+ ekr
KS
x q
KS
+ ekr
SM
x q
SM
. . . . . . . . . .3-22 ekr
KR
, ekr
KS
, ekr
SM
masing-masing adalah ekr untuk KR, KS, dan SM yang dapat diperoleh pada Tabel 3.6.
q
KR
, q
KS
, q
SM
masing-masing adalah q untuk KR, KS, dan SM C
= Kapasitas Simpang, skrjam
3.4. Tundaan
Tundaan terjadi karena dua hal, yaitu tundaan lalu lintas T
LL
dan tundaan geometrik T
G
. T
LL
adalah tundaan yang disebabkan oleh interaksi antara kendaraan dalam arus lalu lintas. Dibedakan T
LL
dari seluruh simpang, dari jalan mator saja, atau jalan minor saja. T
G
adalah tundaan yang disebabkan oleh
perlambatan dan percepatan yang terganggu saat kendaraankendaraan membelok pada suatu simpang danatau terhenti. T dihitung menggunakan persamaan 3-23.
T= T
LL
+ T
G
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3-23 T
LL
adalah tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang dari semua arah, dapat dihitung menggunakan persamaan
3-24 dan 3-25 atau ditentukan dari kurva empiris sebagai fungsi dari D
J
Gambar 3.9.
Untuk D
J
≤0,60: T
LL
= 2 + 8,2078 D
J
- 1 – D
J 2
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 3-24 Untuk D
J
0,60: T
LL
= - 1
– D
J 2
. . . . . . . . . . . . . . . . . 3-25
Gambar 3.9. Tundaan Lalu Lintas Simpang Sebagai Fungsi Dari D
J
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014
Tundaan lalu lintas untuk jalan mayor T
LLma
adalah tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang dari jalan
mayor, dapat dihitung menggunakan persamaan 3-26 dan 3-27 atau ditentukan dari kurva empiris sebagai fungsi dari D
J
Gambar 3.10. Untuk D
J
≤0,60: T
LLma
= 1,8000 + 5,8234 D
J
- 1 – D
J 1,8
. . . . . . .3-26 Untuk D
J
0,60: T
LL
ma =
- 1 – D
J 1,8
. . . . . . . . . . .3-27
Gambar 3.10. Tundaan Lalu Lintas Jalan Mayor Sebagai Fungsi Dari D
J
Sumber: Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014
Tundaan lalu lintas untuk jalan minor T
LLmi
adalah tundaan lalu lintas rata- rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang dari jalan minor,
ditentukan dari T
LL
dan T
LLma
, dihitung menggunakan persamaan 3.28.
T
LLmi
= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.28
Keterangan: q
TOT
= arus total yang masuk simpang, skrjam q
ma
= arus yang masuk simpang dari jalan mayor, skrjam TG adalah Tundaan geometrik rata-rata seluruh simpang, dapat diperkirakan
menggunakan persamaan 3-29 Untuk D
J
1: T
G
= 1-D
J
x {6R
B
+ 3 1-R
B
} + 4 D
J
, detikskr . . . . . . . . . . 3-29 Untuk D
J
≥1: T
G
= 4 detikskr Keterangan:
T
G
= Tundaan geometrik, detikskr D
J
= Derajat kejenuhan R
B
= Rasio arus belok terhadapa arus total simpang.
3.5. Peluang Antrian