Pelaksanaan Alih Fungsi Lahan
penduduk yang
pesat tersebut
merupakan salah satu alasan mengapa banyak terjadinya alih fungsi lahan
pertanian untuk rumah tinggal. Dari hasil wawancara yang
penulis lakukan kepada narasumber, dalam melakukan alih fungsi lahan
pertanian untuk rumah tinggal terdapat izin-izin yang harus dipenuhi, tidak
dapat serta merta dialih fungsikan begitu saja, setiap orang atau badan
hukum
yang akan
melakukan perubahan penggunaan tanah wajib
mempunyai izin perubahan penggunaan tanah dengan mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Walikota atau Kepala
Kantor Pertanahan
Kota Yogyakarta.
Menurut Pamungkas,
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta, status tanah
yang akan digunakan untuk rumah tinggal bukan lagi lahan pertanian,
melainkan sudah harus menjadi tanah pekarangan, yang selanjutnya dapat
ditanyakan
kepada pihak
yang berwenang yaitu Kantor Pertanahan
Kota Yogyakarta
selaku pihak
mengurus tentang hal tersebut.
13
Menurut Bambang T., selaku Sub.Seksi Penatagunaan Tanah dan
Kawasan Tertentu Kantor Pertanahan Kota
Yogyakarta, terdapat
Pertimbangan Teknis Pertanahan PTP dalam kaitannya perubahan penggunaan
tanah dari lahan pertanian menjadi lahan bukan pertanian, untuk berkaitan
dengan
perolehan tanah,
untuk berkaitan perubahan pemanfaatan tanah
harus sesuai dengan pemanfaatan tanahnya.
14
Hal tersebut harus sesuai dengan
aspek ketersediaan
tanah, kepentingan
umum, penggunaanpemanfaatan tanah sekitar,
13
Wawancara dengan
Pamungkas Badan
Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota
Yogyakarta, 02 Mei 2016
14
Wawancara dengan Bambang T, A. Ptnh Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan
Tertentu Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta, 04 Mei 2016
daya lingkungan dan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam mengajukan
permohonan yaitu: 1.
Mengisi formulir permohonan; 2.
Foto kopi identitas diri Kartu Tanda
Penduduk dan
Kartu Keluarga beserta Kartu Tanda
Penduduk Pemegang Kuasa jika memberikan kuasanya;
3. Surat Kuasa yang bermaterai, jika
dikuasakan; 4.
Sertifikat yang menerangkan jika tanah
tersebut masih
lahan pertanian;
5. Foto kopi Surat Pajak Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang dan bukti pelunasan Pajak Bumi
dan Bangunan tahun terakhir, beserta pajak-pajak yang berjalan;
6. Proposal rencana kegiatanrencana
pengunaan tanah; 7.
Sketsa lokasi. Biaya
untuk pelayanan
Pertimbangan Teknis Pertanahan PTP dalam
rangka Izin
Perubahan Penggunaan Tanah adalah:
15
L500 x HSBKpa + Rp. 350.000,- Penjelasan :
L :
Luas Tanah HSBKpa
: Harga Satuan Biaya
Khusus kegiatan
pemeriksaan Tanah
oleh Panitia A Jika persyaratan yang telah ditentukan
sudah dipenuhi dan biaya sudah dibayar, maka proses yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemohon membawa persyaratan
atau berkas tersebut ke Kantor Pertanahan;
15
Wawancara dengan Bambang T, A. Ptnh Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan
Tertentu Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta, 04 Mei 2016
2. Kantor Pertanahan mengeluarkan
Surat Perintah Surat SPS; 3.
Pemohon membayar biaya yang harus dibayar;
4. Dilakukan peninjauan lapangan,
seperti cek lokasi; 5.
Melakukan proses pengolahan data; 6.
Penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan;
7. Penyerahan Pertimbangan Teknis
Pertanahan. Penyusunan
dan penerbitan
Pertimbangan Teknis Pertanahan PTP dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan
Teknis Pertanahan. Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan
Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi Dan Izin
Perubahan
Penggunaan Tanah
dijelaskan dalam Pasal 9 ayat 5 yaitu: a Penanggung
Jawab : Kepala Kantor
Pertanahan; b Ketua
merangkap anggota
: Kepala Seksi
Pengaturan dan Penataan
Pertanahan; c Sekretaris
merangkap anggota
: Kepala Subseksi
Penatagunaan Tanah
dan Kawasan
Tertentu; dan d Anggota
: Unsur teknis di lingkungan
Kantor Pertanahan.
Pada penyerahan Pertimbangan Teknis Pertanahan dilakukan dengan
tanda terima yang ditandatangani oleh pemohon dan IPPT wajib didaftarkan
pada Kantor Pertanahan untuk dicatat pada Buku Tanah dan Sertifikat.
Selanjutnya
lahan pertanian
yang izinnya sudah dikeluar, dilakukan
perubahan menjadi pekarangan dengan proses
pengeringan tanah.
Izin selanjutnya
setelah melakukan
perubahan mengajukan permmohonan izin kepada Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta untuk mengajukan Izin Mendirikan Bangunan IMB. Dari
penelitian
yang penulis
lakukan terhadap 20 responden, sebanyak 13
responden diantaranya melakukan alih fungsi lahan dengan bantuan pihak
ketiga, alasan ke 13 responden tersebut dikarenakan tidak memiliki waktu yang
cukup untuk mengurus permohonan izin alih fungsi lahan pertanian untuk
rumah tinggal. Sebanyak 4 responden diantaranya mengajukan proses tanpa
bantuan
pihak ketiga,
keempat responden
tersebut mengajukan
permohonan izin alih fungsi lahan pertanian pada Kantor Pertanahan, lalu
mengisi formulir dan memenuhi syarat- syarat yang diajukan oleh Kantor
Pertanahan dan membayar biaya untuk mengurus izin tersebut, selama kurang
lebih 2 bulan permohonan izin alih fungsi tersebut keluar. Selanjutnya
melakukan proses pengeringan tanah, dan mengajukan permohonan Izin
Mendirikan Bangunan untuk syarat pembangunan rumah tinggal. Sebanyak
3 responden lainnya tidak mengurus izin namun tetap melakukan alih fungsi
lahan
dikarenakan lahan
tersebut merupakan
lahan waris
dan ketidakadaan biaya untuk melakukan
permohonan izin alih fungsi lahan pertanian untuk rumah tinggal.