FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT PEKON WAY PETAI KECAMATAN SUMBER JAYA PADA PILKADA LAMPUNG BARAT 2012

(1)

Hariansya

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT PEKON WAY PETAI KECAMATAN SUMBER JAYA

PADA PILKADA LAMPUNG BARAT 2012

Oleh Hariansya

Pada Pilkada 2007 terdapat 29% ketidak hadiran masyarakat Pekon Way Petai dan ditahun 2008 meningkat menjadi 33% pada pemilihan langsung kepala daerah gubernur. Fenomena ini menarik peneliti untuk menggali faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012 didasarkan pada tiga pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan tipe penelitian explanatori. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner ke 93 responden, wawancara secara terbuka dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan proporsi dan pengujian secara parsial.


(2)

Hasil penelitian menunjukan bahwa tiga pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional relevan sebagai ukuran dalam mengukur pengaruh perilaku pemilih yang dinyatakan oleh Russel J. Dalton pada perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012. Faktor Usia, faktor jenis kelamin, faktor etnis, faktor kharisma dan faktor pengenalan visi dan misi terbukti relevan sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012.


(3)

Hariansya

ABSTRACT

FACTORS INFLUENCE VOTER BEHAVIOR IN PEKON WAY PETAI SUMBER JAYA SUBDISTRICT WEST LAMPUNG 2012 REGIONAL

ELECTORAL

Oleh Hariansya

There’s about 29% of Pekon Way Petai Society Abstain in 2007 Regional

Electoral and had increased to 33% in 2008. This situation has attracted the researcher to find out what factor affect certain behaviour of the elector of Pekon Way Petai in West Lampung 2012 Regional Electoral. This research aimed to explain what factors had influenced The elector of Pekon Way Petai Sumber Jaya SubDistrict in West Lampung 2012 Regional Elctoral based on three approaches, sociology approach, psychology approach and rational approach.

This Research used Quantitative methode with explanatory research type. Data Collecting by spreading 93 questioners to the responden, open interview and documenting all data. Data analysed by using Proportional calibrating and partial trial.


(4)

The result showed that three approachers, which is sociology, psychology and rational are relevant standard to measure the elector behaviour-as stated by Russsel J. Dalton of Pekon Way Petai in West Lampung 2012 Regional Electoral. Age, Gender, ethnicity, charismatics and vision-mission introducing obviously are relevant affected the behaviour of the Pekon Way Petai Elector in West Lampung 2012 Regional Electoral


(5)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT PEKON WAY PETAI KECAMATAN SUMBER JAYA

PADA PILKADA LAMPUNG BARAT 2012 (Skripsi)

Oleh HARIANSYA

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Bagan Kerangka Pikir ... 25 2. Bagan Hubungan Antar Variabel ... 30 3. Struktur Organisasi Pemerintahan Pekon Way Petai ... 48


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… iii

DAFTAR GAMBAR ………... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih ... 10

1. Perilaku Pemilih ... 10

2. Pengertian Pemilih ... 12

B. Pendekatan Perilaku Pemilih ... 13

1. Pendekatan Sosiologis ... 14

2. Pendekatan Psikologis ... 15

3. Pendekatan Rasional ... 16

C. Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Daerah Langsung... 18

1. Pengertian Pemilihan Langsung ... 18

2. Pengertian Kepala Daerah ... 19

3. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung ... 20

4. Asas Pemilihan Kepala Daerah Langsung... 21

D. Kerangka Pikir... 23

E. Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian... 28

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Definisi Konseptual ... 31

D. Definisi Operasional ... 32

E. Lokasi Penelitian ... 33

F. Populasi dan Sampel ... 33


(8)

K. Teknik Penentuan Skor ... 39

L. Uji Validitas dan Uji Realibilitas……….... 40

1. Uji Validitas Instrumen ……….. 40

2. Uji Reliabelitas Instrumen ……….. 41

M. Teknik Analisis Data ... 42

1. Perhitungan Proporsi ... 42

2. Uji Parsial ... 43

N. Uji Hipotesis ... 45

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Pekon Way Petai ... 47

B. Kondisi Geografis ... 49

C. Kondisi Demografi ... 50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden ... 55

B. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabelitas Instrumen Penelitian... 58

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih... 61

1. Deskripsi Data Tentang Pendekatan Sosiologis ... 61

2. Deskripsi Data Tentang Pendekatan Psikologis ... 65

3. Deskripsi Data Tentang Perilaku Pemilih... ... 74

D. Analisis Data Hasil Penelitian ... 78

E. Pembahasan ………... 93

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 109

B. Saran ... 111 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Asfar, Muhammad. 1996. Berbagai Pendekatan Dalam Memahami Perilaku

Pemilih. Jurnal Ilmu Politik No16 Tahun 1996

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Dalton, Russel J. 1988 Citizen Politics in Western Democracies. Chatham house Publisher. New Jersey.

Kristiadi, J. 1996. Pemilihan Umum Dan Perilaku Pemilih di Indonesia. Prisma 3. Mardalis. 2004. Metode Penelitian. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Mas’oed Mochtar. 2003. Politik, Birokrasi, dan Pembangunan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Perrs. Jogjakarta.

Nursal, Adman. 2004. Political Marketing. PT Gramedia. Jakarta.

Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Prihatmoko, Joko. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. LP3M Universitas Wahid Hasyim. Semarang.

Purwanto, Erwan A. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Gaya Media. Yogyakarta

Rudini, 1991. Politik Dan Kekuasaan Rakyat. Akademikam No 9 Tahun IV. Sastroatmodjo, Sudiono. 1995. Perilaku Politik. IKIP Semarang Press. Semarang. Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. IKIP Semarang Press.


(10)

Sitepu, P. Anhonius. 2012. Studi Ilmu Politik. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Surbakti, Ramlan. 1991. Memahami Ilmu Politik. Press. Jakarta.

Dokumen:

Oktora, Ardian. 2006. Motivasi Mahasiswa Untuk Menjadi Tim Kampanye Dalam Pilkada 2005. Skripsi. Unila. Tidak Diterbitkan.

Setiawan, Edy. 2000. Pergeseran Perilaku Pemilih Pada Pemilu 1999. Skripsi. Unila. Tidak Diterbitkan.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Media:

http://statistikpendidikanii.blogspot.com/2008/09/mencari-nilai-f-statistik.html, diakses pada 22 mei 2012.


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Data Pemilu Masyarakat Pekon Way Petai pada Pemilu Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Dearah Lampung Barat 2007 ... 4

2. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008... 5

3. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai yang Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008 ... 6

4. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai yang Tidak Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008... 7

5. Skor Metode Skala Likert ... 40

6. Nilai Interpretasi Reliabel ... 42

7. Komposisi Penduduk Pekon Way Petai berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

8. Komposisi Kepala Keluarga Pekon Way Petai berdasarkan Jenis Kelamin 51 9. Komposisi Pengangguran Pekon Way Petai ... 51

10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekon Way Petai. 52 11. Komposisi Penduduk Pekon Way Petai Berdasarkan Mata Pencaharian.... 53

12. Sarana dan Prasarana Pemerintah Pekon Way Petai ... 53

13. Keadaan responden Menurut Jenis Kelamin... 56

14. Keadaan responden Menurut Kelompok Umur……….... 56

15. Keadaan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 57

16. Keadaan Responden Menurut Pekerjaan………... 58

17. Uji Validitas Instrumen Penelitian………. 59

18. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian………..………... 61

19. Usia Responden Menurut Identitas……… 63

20. Perhitungan Usia dengan menggunakan uji chi square... 65

21. Pernyataan Jenis Kelamin Berdasarkan Identitas Responden... 68

22. Perhitungan jenis kelamin dengan menggunakan uji chi square... 70

23. Pernyataan Identitas Berdasarkan Etnis Responden... 74

24. Perhitungan Etnis dengan menggunakan uji chi square... 76

25. Pernyataan bahwa Figur kandidat yang bepenampilan menarik mempengaruhi dalam pemilu... 80

26. Pernyataan bahwa Latar belakang pekerjaan kandidat mempengaruhi dalam pemilu... 80

27. Pernyataan bahwa Latar belakang kekayaan kandidat mempengaruhi dalam pemilu... 81

28. Pernyataan bahwa Latar belakang organisasi kandidat mempengaruhi dalam pemilu... 82


(12)

32. Uji Koefisien Regresi Kharisma……… 86

33. Pernyataan bahwa Pengetahuan visi dan misi yang ditawarkan kandidat mempengaruhi dalam pemilu... 91

34. Pernyataan bahwa responden paham terhadap visi dan misi yang ditawarkan oleh calon... 92

35. Pernyataan bahwa Pemahaman Visi dan misi yang ditawarkan dapat mempengaruhi dalam pemilu... 92

36. Pernyataan bahwa responden paham terhadap program kerja yang

ditawarkan kandidat... 93

37. Pernyataan bahwa Ketertarikan program kerja yang ditawarkan kandidat mempengaruhi dalam pemilu... 94

38. Korelasi antara Faktor Pengenalan Visi dan Misi terhadap Perilaku Pemilih... 95 39. Koefisien Determinasi Faktor Pengenalan visi dan misi... 96 40. Uji Koefisien Regresi Pengenalan visi dan misi... 97 41. Pernyataan bahwa Bekerja untuk partai atau calon dapat mempengaruhi dalam

pemilu... 101

42. Pernyataan bahwa Menghadiri rapat kampanye dapat mempengaruhi dalam pemilu... 102

43. Pernyataan bahwa Membujuk pemilih lain bagaimana untuk memilih mempengaruhi dalam pemilu... 103

44. Pernyataan bahwa Keanggotaan dalam partai atau organisasi politik mempengaruhi dalam pemilu... 103

45. Pernyataan bahwa Keaktifan dalam setiap kegiatan aktifitas partai dapat mempengaruhi dalam pemilu... 104


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu juga merupakan sarana berdemokrasi untuk membuat suatu sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, menurut sistem permusyawaratan dan perwakilan. Sebagaimana dalam ketentuan umum

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 dijelaskan bahwa “pemilu adalah sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berdasarkan Pancasila

Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945”.

”Budiarjo (2008) menyatakan bahwa pemilihan umum dianggap sebagai lambang,

dan juga sekaligus tolak ukur dari sistem demokrasi.”.

Pada pemilu tahun 2004, Indonesia membuat sejarah, karena untuk pertama kalinya diadakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Bila pada


(14)

tahun-tahun sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), pada tahun 2004, untuk pertama kalinya, rakyat Indonesia memilih secara langsung Presiden dan Wakil Presidennya. Dengan dipilihnya Presiden dan wakil presiden secara langsung ditingkat nasional, pada tingkat daerah kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada ini dilaksanakan untuk memilih gubernur dan wakil gubernur dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di provinsi setempat. Adapun di tingkat kota dan kabupaten, Pilkada dilaksanakan untuk memilih walikota dan bupati beserta wakilnya dalam satu paket pasangan.

Pemilihan secara demokratis terhadap kepala daerah/wakil kepala daerah ini didasarkan atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 Ayat (4) yang menyatakan bahwa gubernur dan bupati atau walikota sebagai kepala daerah dipilih secara demokratis. Kemudian mengingat bahwa tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah telah menghapus tugas dan wewenang lembaga legislatif daerah untuk memilih kepala daerah/wakil kepala daerah. Maka dengan demikian pemilihan demokratis diartikan sebagai pemilihan langsung. Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil kepala daerah dan perangkat daerah (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004).


(15)

3

Peserta Pilkada juga diatur Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini kemudian diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Adanya perubahan sistem pada pemilu dan pilkada ini mempunyai konsekuensi terhadap perubahan perilaku pemilih juga. Jika sebelumnya, para pemilih hanya memperhatikan parpol saja, dengan adanya perubahan sistem ini, para pemilih juga bisa memperhatikan orang-orang yang dicalonkan oleh parpol tersebut.

Pada penyelenggaraan pemilihan langsung, asas-asas atau peraturan yang mendasari pelaksanaan pemilihan harus diperhatikan oleh penyelenggara, para peserta yang menjadi kontestan dalam pemilihan juga harus bisa menaati aturan dengan baik, serta memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai sehingga dapat menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang pemimpin yang baik jika terpilih kelak, namun aspek penting lainnya juga tidak bisa diabaikan yakni pemilih. Selain kedua unsur tersebut, kualitas hasil proses demokrasi ini juga sangat bergantung pada kecerdasan pemilih dalam menentukan pilihan.

Partisipasi begitu penting dalam sebuah sistem politik demokrasi karena demokrasi itu sendiri mengasumsikan bahwa yang paling mengetahui tentang apa yang baik bagi seseorang adalah orang itu sendiri, oleh karena itu dibutuhkan partisipasi secara terus menerus dari masyarakat untuk menunjukkan apa yang dianggap baik bagi dirinya. Upaya masyarakat untuk menunjukkan apa yang dianggap baik (sesuai dengan


(16)

aspirasi dan kepentingannya) bisa dilakukan dengan melalui berbagai cara, seperti memilih kepala daerah yang mengangkat isu sesuai dengan yang dialami masyarakat, memilih kandidat yang memperjuangkan program sesuai dengan prioritasnya, mempengaruhi proses pembuatan kebijakan yang sedang menjadi agenda publik. Perilaku pemilih pada berlangsungnya pemilihan langsung banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Fenomena perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat dalam pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 terdapat 29% hak pilih yang tidak digunakan dan pada pemilihan langsung kepala daerah gubernur ditahun 2008 terdapat 33% hak pilih yang tidak digunakan, untuk lebih lengkapnya dapat kita lihat pada tabel-tabeldibawah ini:

Tabel 1. Data Pemilu Masyarakat Pekon Way Petai pada Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Lampung Barat 2007.

Jumlah TPS Jumlah Pemilih Dalam Salinan DPT untuk TPS Mata Pilih Menggunakan

Hak Pilih

Tidak Menggunakan Hak Pilih

8 TPS 3.334 2.340 994

Sumber : Pra Riset ( Kecamatan Sumber Jaya )

Tabel diatas menunjukan dengan jumlah mata pilih 3.334 hak pilih, masyarakat Pekon Way Petai hanya menggunakan 2.340 hak pilih yang berarti angka ketidak hadiran pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada pemilihan langsung kepala


(17)

5

daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 yaitu 29% hak pilih yang tidak digunakan atau ketidak hadiran mereka dalam pemilihan umum ada 994 orang. Hal ini menunjukan perilaku pemilih yang dilakukan masyarakat Pekon Way Petai dalam ketidak hadiran pada pemilihan umum tegolong tinggi. Dapat dilihat juga data pemilu masyarakat Pekon Way Petai dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung ditahun 2008 pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008.

Jumlah TPS

Jumlah Pemilih Dalam Salinan DPT untuk TPS Laki-laki Perempuan Jumlah

01 144 122 266

02 251 247 498

03 202 103 305

04 236 235 471

05 172 166 338

06 236 209 445

07 312 226 538

08 240 202 442

Jumlah 1.793 1.510 3.303

Sumber : Pra Riset ( KPU Kabupaten Lambar )

Pada tabel 2 diatas dapat dilihat hak pilih masyarakat Pekon Way Petai terdapat 3.303 jumlah pemilih yang terdiri dari pemilih laki-laki 1.793 hak pilih dan pemilih


(18)

perempuan 1.510 hak pilih. Untuk jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 3. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai yang Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008.

Jumlah TPS

Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Berdasarkan Salinan DPT untuk TPS Laki-laki Perempuan Jumlah

01 89 82 171

02 145 159 304

03 116 100 216

04 135 143 278

05 106 112 218

06 136 150 286

07 218 153 371

08 191 165 356

Jumlah 1.136 1.064 2.200

Sumber : Pra Riset ( KPU Kabupaten Lambar )

Tabel 3 diatas memperlihatkan jumlah pemilih masyarakat Pekon Way Petai yang menggunakan hak pilih yaitu 2.200 hak pilih yang terdiri dari pemilih laki-laki yang berjumlah 1.136 hak pilih dan pemilih perempuan berjumlah 1.064 hak pilih. Sedangkan jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dapat kita lihat pada tabel 3 dibawah ini.


(19)

7

Tabel 4. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai yang Tidak Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008.

Jumlah TPS

Jumlah Pemilih yang Tidak Menggunakan Hak Pilih Berdasarkan Salinan DPT untuk TPS

Laki-laki Perempuan Jumlah

01 55 40 95

02 106 88 194

03 86 3 89

04 101 92 193

05 66 54 120

06 100 59 159

07 94 73 167

08 49 37 86

Jumlah 657 446 1.103

Sumber : Pra Riset ( KPU Kabupaten Lambar )

Dari uraian ke empat tabel di atas, menunjukan dengan jumlah mata pilih 3.334 hak pilih ditahun 2007, masyarakat Pekon Way Petai hanya menggunakan 2.340 hak pilih yang berarti angka ketidak hadiran pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 yaitu 29% hak pilih yang tidak digunakan. Ditahun 2008 terdapat 3.303 jumlah pemilih yang terdiri dari pemilih laki-laki 1.793 hak pilih dan pemilih perempuan 1.510 hak pilih dan yang menggunakan hak pilih yaitu 2.200 hak pilih yang terdiri dari pemilih laki-laki yang berjumlah 1.136 hak pilih pada pemilih perempuan


(20)

berjumlah 1.064 hak pilih, sedangkan yang tidak menggunakan hak pilih pada pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi lampung di tahun 2008 terdapat 1.103 hak pilih dengan persentase 33% hak pilih yang tidak digunakan, perilaku pemilih dapat dilihat dari perilaku pada saat kampanye sampai pemilihan berlangsung, kehadiran pemilih pada saat pemilu masyarakat Pekon Way Petai diatas merupakan salah satu fenomena perilaku pemilih yang dilakukan pada saat pemilihan langsung, ini menarik peneliti untuk menggali informasi mengenai faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012 yang akan berlangsung ditahun ini dalam menentukan pilihannya dengan melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada

Lampung Barat 2012”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

“Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai Kecamatan


(21)

9

Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012 didasarkan pada tiga pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran bagi kajian bidang politik terkait perilaku pemilih dalam pilkada. 2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku

pemilih dalam proses pemilihan langsung khususnya pada Pemilihan pilkada lampung barat 2012.


(22)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ari Darmastuti, M.A. ...

Sekretaris : Himawan Indrajat, S.IP, M.Si ...

Penguji : Dr. Suwondo, M.A. ………

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Agus Hadiawan, M.Si. NIP 19580109 198603 1 002


(23)

Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT PEKON WAY PETAI KECAMATAN SUMBER JAYA PADA PILKADA LAMPUNG BARAT 2012

Nama Mahasiswa : HARIANSYA

Nomor Pokok Mahasiswa : 0856021018

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ari Darmastuti, M.A. Himawan Indrajat, S.IP, M.Si NIP 19600416 198603 2 002 NIP 19830727 200912 1 009

2. Ketua Jurusan

Drs. Hi. Amantoto Dwijono, M.H NIP 19570728 198703 1 006


(24)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelarak ademik (Sarjana), baik di Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, November 2012 Yang MembuatPernyataan

Hariansya


(25)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Pada suatu penelitian terdapat banyak ragamnya tergantung dari pada tujuan, lokasi, pendekatan, bidang ilmu dan sebagainya. Dan agar suatu penelitian dapat mencapai tujuannya sebagaimana yang diharapkan, maka tipe penelitian akan digunakan harus ditentukan terlebih dahulu.

Penelitian ini bertjuan untuk menguji dua variabel sehingga menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan metode eksplanatori, yang artinya penelitian ini menggunakan data yang sama dimana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian eksplanatori tidak hanya sekedar memberikan gambaran mengenai suatu gejala sosial tertentu yang menjadi fokus perhatian yang ingin dijelaskan, tetapi juga bagaimana hubungannya seperti itu. Penelitian eksplanatori bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secara tertentu. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian pengujian hipotesis yang menguji hubungan sebab akibat diantara variabel yang diteliti (Mardalis, 2004: 26).

Pendapat lain juga menjelaskan bahwa eksplanatori dirancang untuk menemukan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat kemudian


(26)

data yang diperoleh diolah dan disusun sampai diperoleh kejelasan tentang hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Tujuan utama dalam penggunaaan metode eksplanatori ini adalah untuk menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan dan menghasikan pola hubungan sebab akibat (Bambang Prasetyo, 2005:43).

Berdasarkan uraian diatas bahwa metode penelitian eksplanatori adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat yang menggunakan variabel bebas dengan variabel terikat. Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian eksplanatori, dimana hubungan sebab yakni Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012.

B. Variabel Penelitian

Adapun variabel pada penelitian ini adalah : 1. Variabel Independen (X)

Variabel Independen adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen dari penelitian ini adalah:

Variabel X1 : Faktor Usia

Variabel X2 : Faktor Jenis Kelamin Variabel X3 : Faktor Etnis

Variabel X4 : Faktor Karisma


(27)

30

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Maka variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012.

Bagan Hubungan Antar Variabel

Variabel Bebas (X) X1

Faktor Usia X2

Faktor Jenis Kelamin X3

Faktor Etnis

Variabel Terikat (Y)

X4 Perilaku Pemilih Faktor Karisma

X5

Faktor Pengenalan Visi dan Misi


(28)

C. Definisi Konseptual

Konsep-konsep dalam penelitian ini adalah : 1. Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai suatu keterikatan dan keterlibatan seseorang untuk memberikan hak suara dalam proses pemilihan umum dan kegiatan kampanye selama dan antara pemilu. 2. Faktor Sosiologis

Merupakan pendekatan yang melihat latar belakang pilihan tertentu ditentukan oleh karakteristik dan pengelompokan sosial pemilih, dengan indikator Karakteristik sosial pada aspek usia, jenis kelamin dan etnis. 3. Faktor Psikologis

Pendekatan yang melihat perilaku pemilih sebagai bentukan dari proses sosialisasi yang melahirkan ikatan emosional (identifikasi) yang kemudian mengarahkan tindakan politik seseorang dalam suatu pemilihan, dengan indikator Kharisma yang kuat ditengah masyarakat serta saran atau pilihan tokoh panutan yang dihormati oleh pemilih.

4. Faktor Rasional

Pendekatan yang mengkaji perilaku pemilih yang menekankan orientasi utama dari pemilih, yakni orientasi isu dan orientasi kandidat, dengan indikator pengenalan visi dan misi yang diukur dari pengetahuan dan


(29)

32

pemahaman serta ketertarikan pemilih terhadap program yang ditawarkan calon.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini perilaku pemilih akan diukur dari : 1. Faktor sosiologis

a. Usia, diukur dari tingkat pemilih pemula dan pemilih yang sudah lebih dari satu kali mengikuti pemilihan umum.

b. Jenis Kelamin, diukur dari jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

c. Etnis, diukur dari berbeda etnis semendo, etnis jawa dan etnis sunda.

2. Faktor psikologis

d. Kharisma, diukur dari ketertarikan pemilih terhadap figur dan latar belakang calon.

3. Faktor Rasional

e. Pengenalan Visi dan Misi, diukur dari pengetahuan dan pemahaman serta ketertarikan pemilih terhadap program yang ditawarkan calon.

4. Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih yang diukur dari perubahan partisipasi pemilih dalam kegiatan kampanye, yang meliputi: (a) bekerja untuk partai atau calon, (b) menghadiri rapat kampanye, (c) membujuk pemilih lain bagaimana untuk memilih, (d) keanggotaan dalam partai atau organisasi politik.


(30)

E. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Alasan penelitian lokasi penelitian didaerah tersebut karena perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat dalam pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 terdapat 29% hak pilih yang tidak digunakan dan pada pemilihan langsung kepala daerah gubernur ditahun 2008 terdapat 33% hak pilih yang tidak digunakan. Fenomena perilaku pemilih yang terjadi pada masyarakat Pekon Way Petai ini menarik peneliti untuk menggali informasi mengenai faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012 yang akan berlangsung pada bulan september mendatang.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Masri Singarimbun (1995 : 152) adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pemilih tetap di pekon Way petai. Dari hasil pra riset yang telah dilakukan oleh peneliti, pada pekon Way petai yang terdiri dari 11 pemangku dusun terdapat 1.793 orang pemilih tetap laki-laki dan pemilih tetap perempuan 1.510 orang yang terdaftar dalam pemilihan kepala daerah Kabupaten Lampung Barat 2012.


(31)

34

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian, dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 1997 : 144).

Pada penelitian ini yang menjadi sampel penelitiannya adalah pemilih tetap, yakni pemilih tetap pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Lampung Barat 2012. Untuk menentukan banyaknya sampel yang akan digunakan maka dapat digunakan rumus yang dikemukakan oleh Frank Lynch sebagai berikut :

Nz2 . P ( 1- p) n =

Nd2 + z2 . p(1- p)

Ket : n = Banyaknya Sampel N = Jumlah populasi

z = Nilai Normal dari variabel (1,96) tingkat kepercayaan 100% p = Harga patokan tertinggi (0.50)

d = Sampling error (0,10)

(Suharsimi Arikunto, 1997:123)

Dengan menggunakan rumus tersebut populasi masyarakat Pekon Way Petai yang mengikuti Pilkada adalah 3.303 dan jumlah pemilih yang diambil sampel adalah sebanyak 93 orang dengan perhitungan

Nz2. P ( 1- p) n =


(32)

Nd2 + z2 . p(1- p)

3303. (1,96)2 . 0,50 ( 1 – 0,50)

n =

3303. (0,10)2 + 1,962 . 0,50 (1- 0,50) 3303. 3,8416 . 0,25

n =

3303. 0,01 + 3,8416 . 0,25 3172,2012

n =

33,03+ 0,9604 3172,2012

n =

33,9904

n = 93, 3

n= 93 (Hasil Pembulatan)

Dengan menggunakan rumus tersebut jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 93orang. Sampel diambil dari tiap dusun yang ada di Pekon way Petai Kecamatan Sumber Jaya yaitu 11 dusun dengan cara Random. Sampel diambil dengan perhitungan :

Jumlah PemilihTetap

Kelurahan = x Jumlah Sampel Jumlah Populasi

321

Pemangku Induk 1 = x 93 = 9,03 dibulatkan menjadi 9 orang

3303

283

Pemangku Induk 2 = x 93 = 7,9 dibulatkan menjadi 8 orang

3303

216


(33)

36

3303 242

Pemangku Induk 4 = x 93 = 6,8 dibulatkan menjadi 7 orang

3303 208

Pemangku Induk 5 = x 93 = 5,8 dibulatkan menjadi 6 orang

3303 342

Jatiwangi = x 93 = 9,6 dibulatkan menjadi 10 orang

3303 378

Lawang Agung = x 93 = 10,6 dibulatkan menjadi 11 orang

3303

375

Cengkaan = x 93 = 10,5 dibulatkan menjadi 10 orang

3303 281

Selingkut = x 93 = 7,9 dibulatkan menjadi 8 orang

3303 362

Talang Ogan = x 93 = 10,1 dibulatkan menjadi 10 orang

3303 296

Papiyum Sari = x 93 = 8,3 dibulatkan menjadi 8 orang

3303 G. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan


(34)

memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi (Hadari Nawawi, 1993 : 152). Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan keriteria-keriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Dalam hal ini keriteria tersebut adalah Pemilih yang berwarga Negara Republik Indonesia yang melaksanakan Pemilihan pada hari dan tanggal pemungutan suara telah berusia sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin dan terdaftar dalam daftar pemilih tetap.

H. Jenis Data

Pada dasarnya data yang diklasifikasikan maupun dianalisa untuk mempermudah dalam menghadapkan pada pemecahan permasalahan, perolehan data itu sendiri dapat berasal dari masyarakat secara langsung maupun berasal dari bahan-bahan kepustakaan. Seperti yang diungkapkan oleh Subagyo (2006 : 87) sumber data terdiri dari :

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui kuesioner, wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan, dan biasa digunakan untuk melengkapi data primer.


(35)

38

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Kuesioner

Merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Teknik kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada pemilih tetap dipekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat.

2. Teknik Wawancara

Subagyo (2006 : 39) mengungkapkan wawancara yaitu suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan menungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan oleh penulis untuk mengumpulkan data-data tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian. Berupa catatan, buku, surat kabar, arsip-arsip, majalah, jurnal dan sebagainya yang berhubungan dan mendukung penelitian ini.

J. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan langkah dan cara-cara berikut :


(36)

1. Editing

Yaitu tahap memeriksa kembali data yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin keabsahannya (validitas) untuk kemudian dipersiapkan ketahap selanjutnya yaitu memeriksa hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden. Kuesioner yang telah diisi disesuaikan dengan pertanyaan-pertanyaan kuesioner lainnya.

2. Koding

Tahap koding adalah tahap dimana jawaban dari responden diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan untuk kemudian diberi kode dan dipindahkan dalam tabel kode atau buku kode.

3. Tabulasi

Merupakan tahap mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa secara teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang serupa. Melalui tabulasi data akan tampak ringkas dan bersifat merangkum. Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh dari lapangan kemudian disusun dalam bentuk tabel, sehingga pembaca dapat membaca dan memahaminya dengan mudah. 4. Interpretasi Data

Yaitu memberikan penafsiran atau penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban dari responden dengan hasil yang lain, serta dari dokumentasi yang ada.


(37)

40

K. Teknik Penentuan Skor

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data nominal dan data ordinal. Data nominal diperoleh melali kuesioner dengan tipe Pertanyaan demografi merupakan bagian integral kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik reponden seperti umur, jenis kelamin, pengahasilan, suku bangsa, lokasi tempat tingga, dan lainnya (Erwan, 2007: 66).

Data ordinal dalam penelitian ini diperoleh melalui Skala Likert yang dipergunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap serta penilaian seseorang terhadap fenomena sosial (Sugiyono, 2009: 23). Teknik ini berdasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner serta dokumentasi yang diinterpretasikan dan kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Penskoran menggunakan penilaian dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 5. Skor Metode Skala Likert.

No. Pernyataan Dengan Memilih Jawaban Skor

1 Setuju 3

2 Kurang Setuju 2

3 Tidak Setuju 1

Sumber: (Erwan dan Dyah, 2007: 63)

L. Uji Validitas dan Uji Realibilitas

1. Uji Validitas Instrumen

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden. Instrumen yang dibuat


(38)

sebelum disebarkan kepada resonden harus diuji kevalidan dan kevariabelnya agar daftar pertanyaan yang dibuat benar-benar mampu menguak data sehingga mampu menjawab permasalahan hingga tujuan penelitian tercapai.

Uji validitas dimaksudkan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen mengukur konsep yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dan benar. Dengan mempergunakan instrument penelitian yang memiliki validitas yang tinggi, hasil penelitian mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya. Uji validitas dalam penelitian ini menngunakan bantuan SPSS 17.

.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana alat pengukur (instrumen) yang digunakan dapat dipercaya atau dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan ketepatan pengukuran. Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbachs. Pengolahan data dibantu dengan program aplikasi SPSS 17.

Rumus:

(k) (1- ∑ S2 y1)

α =


(39)

42

Keterangan :

k = Jumlah Item/belahan

∑ S2 y1 = Jumlah varian belahan dalam tes Sx – tot = Varian Skor

Nilai hitung yang diperoleh melaui rumus Alpha Cronbachs dengan bantuan aplikasi SPSS 17 kemudian diinterpretasikan dengan nilai interpretasi reabilitas sebagai berikut:

Tabel 6. Nilai Interpretasi Reliabel.

Besar Nilai r Interpretasi

Antara 0.800 sampai dengan 1.00 Tinggi Antara 0.600 sampai dengan 0.800 Cukup Antara 0.400 sampai dengan 0.600 Agak rendah Antara 0.200 sampai dengan 0.400 Rendah

Antara 0.000 sampai dengan 0.200 Sangat rendah (Tidak berkorelasi)

Sumber: Suharshimi Arikunto, 2002: 155

M. Teknik Analisis Data

Menurut Chris Manning dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995: 263) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan dua teknik analisi data yakni menggunakan perhitungan proporsi dan pengujian secara parsial, hal ini dikarenakan kuesioner dalam penelitian ini memiliki dua jenis data yakni data nominal dan data ordinal. Analisis data ordinal dibantu dengan aplikasi SPSS 17. Adapun teknik analisis data sebgai berikut:

1.Perhitungan Proporsi (Analisis Data Nominal)

Persentase atau proporsi merupakan cara analisis yang paling sederhana yaitu membuat perbandingan kejadian suatu kasus yang ada dikalikan dengan nilai 100 (Erwan dan Dyah, 2007: 110). Perhitungan proporsi dalam penelitian ini


(40)

dilakukan terhadap jenis data nominal, yakni faktor Usia (X1), Jenis kelamin (X2) dan Etnis (X3). Rumus dasar yang dipakai adalah perhitungan menurut Erwan dan Dyah (2007: 110) sebagai berikut:

% = F ( Frekuensi suatu Kasus ) x 100 N

2. Uji parsial (Analisis Data Ordinal)

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel X terhadap variabel Y yaitu mengetahui masing-masing faktor Usia (X1) , Faktor Jenis Kelamin (X2), Faktor Etnis (X3), Faktor Kharisma (X4), Faktor Pengenalan Visi dan Misi (X5) terhadap pergeseran pola perilaku pemilih (Y) secara terpisah.

a. Uji Korelasi

Uji Korelasi yakni mengetahui nilai penghubung atau kolerasi antara dua variabel yang diteliti. Nilai koefisien atau indeks korelasi digunakan sebagai pedoman untuk menentukan ada tidaknya korelasi, bagaimana arah hubungan dan besarnya hubungan yang terjadi antar kedua variabel.

Rumus koefisien korelasi Pearson adalah sebagai berikut:

rxy

= n∑xiyi –( ∑xi) ( ∑yi )

{n ∑x

i2 –( ∑xi )2

}{

n ∑yi2 –( ∑yi )2

}

Keterangan:

rxy = nilai koefisien korelasi


(41)

44

y = total untuk variabel terikat xy = total untuk variabel x dan y n = jumlah responden

x2 = hasil perkalian kuadrat total skor bebas (x) y2 = hasil perkalian kuadrat total variabel terikat (y)

Untuk dapat memberikan penapsiran terhadap nilai koefisien yang diperoleh, maka digunakan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 7. Nilai Koefisien.

Nilai Koefisien Penjelasan

+0,70 – Ke atas Hubungan positif yang sangat kuat +0,50 – +0,69 Hubungan positif yang sangat kuat +0,30 – +0,49 Hubungan positif yang sangat sedang +0,10 – +0,29 Hubungan positif yang tak berarti

0,00 Tidak ada hubungan

-0,01 – -0,09 Hubungan negatif tidak berarti -0,10 – -0,29 Hubungan negatif tidak rendah -0,30 – -0,49 Hubungan negatif tidak sedang -0,50 – -0,69 Hubungan negatif tidak kuat

-0,70 – -ke bawah Hubungan negatif tidak sedang kuat

Sumber: Bungin, 2008: 184

Setelah koefisien korelasi ditemukan maka akan diuji signifikansi hubungan, apakah hubungan yang ditemukan tersebut berlaku untuk seluruh populasi, digunakan rumus uji signifikansi korelasi product moment yaitu:


(42)

T = rp √ n - 3 √ 1 – rp2 Keterangan:

r = koefisien korelasi parsial n = jumlah sampel

Adapun taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95% sehingga tingkat signifikansinya sebesar 5%.

b. Uji Regresi

Regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel X dengan variabel Y. Adapun rumus regresi linier sederhana (Sugiyono, 2009: 188) adalah sebagai berikut:

Y= a + bx Keterangan:

Y = Nilai variabel bebas yang diramalkan a = Konstanta bila harga X = 0

b = Koefisien regresi dari x x = Nilai variabel independen

N. Uji Hipotesis

Untuk menguji apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka digunakan uji T-test dengan rumus:


(43)

46

o Apabila r hitung > r tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh signifikan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

o Apabila r hitung < r tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas (X) dengan variabel (Y).


(44)

Correlations

Nilai s6 Pearson Correlation .612**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

s7 Pearson Correlation .629** Sig. (2-tailed) .000

N 30

s8 Pearson Correlation .425* Sig. (2-tailed) .019

N 30

s9 Pearson Correlation .755** Sig. (2-tailed) .000

N 30

s10 Pearson Correlation .677** Sig. (2-tailed) .000

N 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliaability Scale: Kharisma X4

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(45)

Validitas pengenalan visi dan misi X5

Correlations

Nilai s11 Pearson Correlation .580**

Sig. (2-tailed) .001

N 30

s12 Pearson Correlation .614** Sig. (2-tailed) .000

N 30

s13 Pearson Correlation .753** Sig. (2-tailed) .000

N 30

s14 Pearson Correlation .638** Sig. (2-tailed) .000

N 30

s15 Pearson Correlation .532** Sig. (2-tailed) .002

N 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliaability Scale: Pengenalan visi dan misi X5

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(46)

Correlations

Nilai Y1 Pearson Correlation .371*

Sig. (2-tailed) .043

N 30

Y2 Pearson Correlation .459* Sig. (2-tailed) .011

N 30

Y3 Pearson Correlation .494** Sig. (2-tailed) .005

N 30

Y4 Pearson Correlation .671** Sig. (2-tailed) .000

N 30

Y5 Pearson Correlation .434* Sig. (2-tailed) .017

N 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Scale: Perilaku Pemilih (Y)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(47)

Lampiran 4

Regression X4 terhadap Y [DataSet0]

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Perilaku pemilih 13.1505 1.95017 93

kharisma 12.9462 1.93011 93

Correlations

pengenalan visi

misi nilai Pearson Correlation Perilaku pemilih 1.000 .946

kharisma .946 1.000

Sig. (1-tailed) Perilaku pemilih . .000

kharisma .000 .

N Perilaku pemilih 93 93

kharisma 93 93

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .946a .896 .895 .63301

a. Predictors: (Constant), kharisma b. Dependent Variable: perilaku pemilih

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 313.429 1 313.429 782.204 .000a

Residual 36.464 91 .401

Total 349.892 92

a. Predictors: (Constant), kharisma b. Dependent Variable: perilaku pemilih

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .770 .448 1.721 .089

nilai .956 .034 .946 27.968 .000


(48)

[DataSet0]

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N penegenalan visi misi 13.4086 1.90672 93

nilai 12.9462 1.93011 93

Correlations

Perilaku pemilih

penegenalan visi misi Pearson Correlation Perilaku pemilih 1.000 .541

penegenalan visi misi .541 1.000 Sig. (1-tailed) Perilaku pemilih . .000 penegenalan visi misi .000 .

N Perilaku pemilih 93 93

penegenalan visi misi 93 93

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .541a .292 .284 1.61284

a. Predictors: (Constant), penegenalan visi misi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 97.758 1 97.758 37.581 .000a

Residual 236.715 91 2.601

Total 334.473 92

a. Predictors: (Constant), penegenalan visi misi b. Dependent Variable: perilaku pemilih

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.494 1.140 5.696 .000

nilai .534 .087 .541 6.130 .000


(49)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih

1. Perilaku Pemilih

Sikap politik seseorang terhadap objek politik yang terwujud dalam tindakan atau aktivitas politik merupakan perilaku politik seseorang. Sudijono Sastroatmojo (1995: 8) menyatakan bahwa perilaku politik adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat berkaitan dengan tujuan dari suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapain tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian perilaku politik lebih diarahkan pada tercapainnya konsensus untuk mencapai tujuan dari masyarakat dan pemerintah. Russel J. Dalton (1988: 41) dalam bukunya “Citizen Politics

in Western Democracies” berpendapat bahwa:

Participation in campaign activities represents an extension of electoral participation beyond the act of voting. This mode includes a variety of political act: working for a party or candidate, attending campaign meeting, persuading other how to vote, membership in a party or political organization, and other forms of party activity during and between elections.”


(50)

Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa Partisipasi dalam kegiatan kampanye merupakan perpanjangan partisipasi pemilu di luar tindakan pemungutan suara yang artinya partisipasi dalam kegiatan kampanye merupakan bentuk tindakan dari partisipasi pemilih yang merupakan suatu partisipasi pemilu. Tindakan politik yang dilakukan pemilih dalam kegiatan kampanye yaitu bekerja untuk partai atau calon, menghadiri rapat kampanye, membujuk pemilih lain bagaimana untuk memilih, keanggotaan dalam partai atau organisasi politik, dan bentuk lain dari aktivitas partai selama dan antara pemilu. Sebagai insan politik, setiap warga negara tentunya melakukan tindakan politik yang dalam penelitian ini lebih difokuskan pada tindakan politik voter.

Berdasarkan uraian diatas bahwa suatu tindakan politik yang dilakukan seseorang yang terbentuk dari perwujudan suatu sikap adalah perilaku politik. Sikap keikutsertaan pemilih dalam kegiatan kampanye merupakan bentuk dari tindakan seseorang dalam beperpartisipasi dan berprilaku adapun bentuk tindakan dari perilaku tersebut merupakan suatu partisipasi pemilu. Perilaku pemilih yang dilakukan pemilih dalam kegiatan kampanye yaitu bekerja untuk sebuah partai atau calon, menghadiri rapat kampanye, membujuk pemilih lain bagaimana untuk memilih, keanggotaan dalam partai atau organisasi politik, dan bentuk lain dari aktivitas partai selama dan antara pemilu. Perilaku pemilih timbul dari isu-isu dan kebijakan-kebijakan politik yang menjadi faktor seseorang memiliki pilihan politik yang berbeda satu sama lain. Faktor-faktor yang


(51)

12

mempengaruhi pilihan politik ditentukan oleh faktor internal dan juga faktor eksternal.

2. Pengertian Pemilih

Robert D. Putnam dalam Mas’oed (2003 : 87) memandang bahwa sistem

politik terdiri dari lapisan-lapisan seperti halnya stratifikasi sosial dimana salah satu lapisannya disebut kaum pemilih (voters), lapisan ini dalam sistem stratifikasi politik di negara penganut demokrasi perwakilan adalah lapisan massa warga negara biasa yang hanya bisa mempengaruhi kehidupan politik nasional ketika diselenggarakan pemilihan umum. Kaum Pemilih ini memiliki satu sumber politik kolektif penting, yaitu jumlahnya yg besar, tetapi sebagai individu mereka tidak mempunyai pengaruh politik sama sekali.

Newman dalam Nursal (2004 : 126) membagi pemilih berdasarkan perilaku dalam empat segmen, yaitu :

a. Pemilih Rasional, adalah pemilih yang memfokuskan perhatian pada faktor isu dan kebijakan kontestan dalam menentukan pilihan.

b. Pemilih Emosional, adalah pemilih yang dipengaruhi oleh perasaan-perasaan tertentu yang ditentukan oleh faktor personalitas kandidat dalam menentukan pilihannya.

c. Pemilih Sosial, adalah pemilih yang mengasosiasikan kontestan pemilu dengan kelompok-kelompok sosial tertentu dalam menentukan pilihannya.

d. Pemilih Situasional, adalah pemilih yang dipengaruhi faktor-faktor situasional atau kondisi tertentu dalam menentukan pilihannya.

Selain itu pengertian pemilih diatur dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yaitu penduduk


(52)

yang berusia sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin yang terdaftar sebagai pemilih didaerah pemilihan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilih adalah warga Negara Indonesia yang melaksanakan pemilihan yang pada hari pemilihan tersebut sekurang-kurangnya sudah cukup umur yaitu 17 (tujuh belas) tahun atau sudah pernah menikah dan yang terdaftar sebagai pemilih di daerah pemilihan.

B. Pendekatan Perilaku Pemilih

Berbicara tentang perilaku pemilih, perilaku pemilih itu bisa timbul dari isu-isu dan kebijakan-kebijakan politik yang menjadi faktor seseorang memiliki pilihan politik yang berbeda satu sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan politik ditentukan oleh faktor internal dan juga faktor eksternal. Dan untuk memahami tentang perilaku pemilih terdapat beberapa pendekatan yang bisa digunakan, Adman Nursal (2004 : 54) mengelompokkan beberapa pendekatan untuk melihat perilaku pemilih kedalam beberapa pendekatan, yaitu pendekatan sosiologis (mazhab Columbia), pendekatan psikologis (mazhab Michigan), dan pendekatan rasional.

1. Pendekatan Sosiologis (Mazhab Columbia)

Pendekatan sosiologis pada awalnya dikembangkan ooleh mazhab Columbia, yaitu The Columbia School Of Electotial Behavior. Pendekatan sosiologis menjelaskan karakteristik dan pengelompokan sosial merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih dan pemberian suara


(53)

14

hakikatnya adalah pengalaman kelompok. Artinya, pendekatan sosiologis menempatkan kegiatan memilih pada konteks sosial. Melalui pendekatan ini, tingkah laku politik seseorang akan dipengaruhi identifikasi diri terhadap kelompok, termasuk norma yang dianut oleh kelompok tersebut. Karakteristik dan pengelompokan sosial dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, agama dan latar belakang.

Kelompok-kelompok sosial itu menurut mazhab Columbia memiliki peranan dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang. Jika masyarakat berada pada dalam kelompok tertentu, maka kelompok tertentu akan mempengaruhi setiap tindakannya, dapat dikatakan tindakan individu adalah tindakan kelompokan begitu juga dengan perilaku memilih dalam memberikan suara pada suatu pemilihan umum. Asfar Muhammad dalam Adman Nursal (2004 : 55) berpendapat mengenai pendekatan sosiologis :

“Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa

karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam mnentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti umur (tua,muda), jenis kelamin, agama dan semacamnya, dianggap mempunyai perananyang cukup menentukan dalam membentuk perilaku pemilih”.

Berdasarkan dua pendapat diatas dapat diambil pengertian bahwa, jika masyarakat berada dalam kelompok tertentu, maka kelompok tertentu akan mempengaruhi setiap tindakannya, dapat dikatakan tindakan individu


(54)

adalah tindakan kelompok begitu juga dengan perilaku memilih dalam pemberian suara pilkada.

2. Pendekatan Psikologis (Mazhab Michigan)

Pendekatan psikologis pertama kali dikembangkan oleh August Campbel dari mazhab Michigan, The Michigan Research Center. Pendekatan ini melihat tingkah laku pemilih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eksternal. Hal ini dilandasi oleh sikap dan sosialisasi seseorang dalam lingkungannya. Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku politiknya. Sikap itu terbentuk melalui sosialisasi yang berlangsung lama, bahkan bisa sejak pemilih berusia dini. Pada usia dini, seseorang calon pemilih telah menerima pengaruh politik dari orangtuanya baik secara langsung ataupun tidak.

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologis, terutama sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih. Pendekatan psikologis menganggap sikap sebagai variabel sentral dalam menjelaskan perilaku politik. Hal ini disebabkan oleh fungsi sikap itu sendiri, dan menurut Greenstein ada tiga fungsi yang mendasarinya (Asfar Muhammad, dalam Adman Nursal, 2004 : 60) Pertama, Sikap merupakan fungsi kepentingan, artinya penilaian terhadap suatu objek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan orang tersebut. Kedua, sikap merupakan fungsi penyesuaian diri. Artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan kepentingan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh yang disegani atau kelompok panutan. Ketiga, sikap merupakan


(55)

16

upaya yang mungkin terwujud mekanisme atau pertahanan dan externalisasi suatu proyeksi, rasionalitas idealisme, dan identifikasi.

Identifikasi partai merupakan keterikatan individu terhadap partai sekalipun ia bukan anggota. Perasaan itu tumbuh sejak kecil dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungan keluarga. Bagi orang yang tidak perduli dengan program partai, figur seorang pemimpin sangat menentukan. (Asri Warman Adam, 1999;34). Menurut Soerjono Soekanto (1982), kepemimpinan adalah kemampuan dari seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain (para pengikutnya) untuk bertingkah laku sebagaimana dikehendaki pemimpinnya. Jadi dari pendapat diatas kharisma seroang pemimpin dapat mempengaruhi pengikutnya untuh bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan pemimpinnya, dalam pemilihan juga sosok seorang figur pemimpin sangat menentukan dalam pemilihan umum.

3. Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional berkaitan dengan orientasi utama pemilih yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat. Perilaku pemilih berorientasi isu berpusat pada siapa yang akan memerintah dan yang akan mampu mengatasi semua persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Sementara itu orientasi kandidat mengacu pada sikap seseorang terhadap pribadi kandidat.

Pendekatan rasional lebih melihat kegiatan perilaku pemilih sebagai produk hitungan untung rugi. Pemilih rasional memiliki motivasi, prinsip,


(56)

pengetahuan dan mendapat informasi-informasi yang cukup. Tindakan mereka didasarkan bukan karena faktor kebetulan atau kebiasaan dan bukan merupakan kepentingan pribadi, tetapi kepentingan umum berdasarkan pikiran dan pertimbangan yang logis.

Sementara Nimno (dalam Adman Nursal, 2004) ciri-ciri pemberian suara yang rasional meliputi 5 hal:

1. Dapat mengambil keputusan apabila dihadapkan pada alternatif.

2. Dapat membandingkan apakah sebuah alternatif lebih disukai, sama saja, atau lebih rendah dibandingkan alternatif lain.

3. Menyusun alternatif dengan cara transitif.

4. Memilih alternatif yang tingkat prefensifnya lebih tinggi.

5. Selalu mengambil keputusan yang sama apabila dihadapkan pada alternatif-alternatif yang sama.

Jika pemilih memang menyerap informasi tetapi tidak mencari dan mengelola informasi dengan aktif, sangat jarang sekali pemilih rasional dapat memenuhi syarat-syarat diatas, hal ini disebabkan karena tidak ada intensif yang memadai untuk mencari informasi maksimal sebagai input untuk mengambil keputusan. Mereka mendapatkan informasi sebagai produk sampingan dan berbagai aktifitas sehari-hari, merka tidak memperoleh informasi yang cukup dan merka juga tidak memiliki waktu untuk memeriksa akurasi informasi yang diserapnya.

Tiga pendekatan besar dari penjelasan diatas yaitu Pendekatan Sosiologis, Pendekatan Psikologis dan Pendekatan Rasional/Ekonomi, yang merupakan tiga pendekatan yang satu sama lain saling melengkapi dan saling terkait. Dimana perilaku pemilih seseorang dapat dipengaruhi oleh sikap seseorang yang terbentuk melalui sosialisasi panjang yang dari latar belakang keluarga, maupun lingkup pekerjaan, agama, atau kegiatan-kegiatan dalam kelompok


(57)

18

formal dan informal. Sikap seseorang tersebut akan meberikan pemahaman terhadap isu kebijakan dan kandidat.

C. Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Daerah Langsung

1. Pengertian Pemilihan Langsung

Sebelum kita merangkai arti kedua kata tersebut, kita lihat terlebih dahulu pengertian pemilihan. Pemilihan yang dimaksud disini adalah pemilihan umum (Pemilu). Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1, pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Undang-Undang Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewa Perwakilan Rakyat Daerah).

Sedangkan langsung disini merupakan salah satu asas yang dipakai dalam Pemilihan Kepala Daerah yang mengandung maksud, rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004).

Jadi yang dimaksud dengan pemilihan langsung adalah proses penyaluran kedaulatan rakyat yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih untuk


(58)

menentukan sendiri pemimpinnya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa diwakili oleh orang lain.

2. Pengertian Kepala Daerah

Kepala daerah yang dimaksud disini adalah gubernur, bupati atau walikota. Kepala daerah adalah kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004). Pemilihan secara demokratis terhadap kepala daerah/wakil kepala daerah tersebut didasarkan atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 Ayat (4) yang menyatakan bahwa gubernur dan bupati atau walikota sebagai kepala daerah dipilih secara demokratis. Kemudian mengingat bahwa tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah telah menghapus tugas dan wewenang lembaga legislatif daerah untuk memilih kepala daerah/wakil kepala daerah. Maka dengan demikian pemilihan demokratis diartikan sebagai pemilihan langsung. Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil kepala daerah dan perangkat daerah (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004).

Kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah dapat dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum legislatif yang memperoleh sejumlah kursi tertentu dalam Dewan Perwakilan Rakyat


(59)

20

Daerah dan atau memperoleh dukungan suara dalam pemilihan umum legislatif dalam jumlah tertentu.

3. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung

Pilkada merupakan bagian terpenting dari pengembangan sebuah demokrasi, pilkada merupkan tonggak dari cita-cita demokrasi yang ingin dicapai. Pilkada langsung merupakan mekanisme baru dalam proses seleksi pimpinan daerah yang diharapkan dapat memunculkan figur-figur pemimpin yang diharapkan oleh konsituen. Seperti yang diungkapkan oleh Abdul A.Harahap yang dikutip oleh Ardian (2006 : 18) menyatakan :

”Pilkada langsung merupakan tonggak demokrasi terpenting daerah, tidak hanya terbatas pada mekanisme pemilihannya yang lebih demokratis dan berbeda dengan sebelumnya, tetapi merupakan ajang pemebelajaran politik terbaik dan merupkan perwujudan dari kedaulatan rakyat. Melalui Pilkada langsung rakyat semakin berdaulat, dibandingkan dengan mekanisme sebelumnya. Sekarang seluruh rakyat yang mempunyai hak pilih dapat menggunakan hak suaranya secara langsung dan terbuka untuk memilih kepala daerahnya sendiri. Inilah esensi dari demokrasi dimana kedaulatan sepenuhnya ada ditangan rakyat, sehingga berbagai distorsi demokrasi dapat ditekan seminimal

mungkin”.

Demokrasi dalam mekanisme pelaksanaannya itulah yang banyak dipersoalkan oleh banyak pihak, karena terjadinya berbagai penyimpangan dari tujuan dasarnya. Dilaksanakannya Pilkada secara langsung tidak otomatis proses demokrasi akan berjalan lancar dan damai dengan melahirkan sosok Kepala daerah yang cerdas, jujur serta berkualitas, bisa jadi proses demokrasi yang berlangsung selama Pilkada akan melahirkan pemimpin yang rendah kualitas, karena pengaruh politik uang dan terjadi


(60)

dalam situasi yang penuh tekanan, bentuk dari tekanan pun bermacam-macam dan dipenetrasikan dengan beragam alasan.

4. Asas Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Salah satu ciri sistem pilkada yang demokratis dapat dilihat dari asas-asas yang dianut. Asas pilkada adalah suatu pangkal tolak pikiran untuk melaksanakan pilkada. Dengan kata lain asas pilkada merupakan prinsip-prinsip atau pedoman yang harus mewarnai proses penyelenggaraan. Asas pilkada juga berarti jalan atau sarana agar pilkada terlaksana secara demokratis. Dengan demikian asas-asas pilkada harus tercermin dalam tahapan-tahapan kegiatan atau diterjemahkan secara teknis dalam elemen-elemen kegiatan pilkada.

Rumusan mengenai asas-asas pilkada langsung ini tertuang dalam Pasal 56 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut: Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Dengan asas-asas tersebut, dapat dikatakan bahwa pilkada langsung di Indonesia telah menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku umum dalam rekruitmen Kepala Daerah yang terbuka. Adapun pengertian asas-asas tersebut adalah:


(61)

22

Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

b. Umum

Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti pemilihan kepala daerah. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.

c. Bebas

Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan hati nurani dan kepentingannya.

d. Rahasia

Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa suaranya diberikan.

e. Jujur

Dalam menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, penyelenggaraan atau pelaksanaan pemerintah dan partai politik


(62)

peserta pemilihan umum, pengawasan dan pemantau pemilu termasuk pemilih dan semua pihak yang terlibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Adil

Dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, setiap pemilih dan calon/peserta pemilihan kepala daerah diperlakukan sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun (Joko J. Prihatmoko: 206-208).

D. Kerangka Pikir

Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok. Perilaku pemilih pada setiap pemilihan langsung banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada fenomena perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat dalam pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 terdapat 29% hak pilih yang tidak digunakan dan pada pemilihan langsung kepala daerah gubernur ditahun 2008 terdapat 33% hak pilih yang tidak digunakan. Fenomena perilaku pemilih yang terjadi pada masyarakat Pekon Way Petai ini menarik peneliti untuk menggali informasi mengenai faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012 yang akan berlangsung pada bulan september mendatang.


(63)

24

Secara umum teori tentang perilaku pemilih dapat di analisis dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu sosiologis, psikologis dan rasional. Untuk memudahkan peneliti dalam mengetahui dan memahami faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012, peneliti memilih bebrapa variabel dari ketiga pendekatan tersebut. peneliti memilih beberapa variabel dari ketiga pendekatan tersebut yang diturunkan menjadi faktor-faktor yang digunakan untuk mengetahui perilaku pemilih masyarkat Pekon Way Petai dengan indikator sebagai berikut:

Faktor Sosiologis a. Usia

b. Jenis kelamin c. Etnis

Faktor Psikologis d. Kharisma Faktor Rasional

e. Pengenalan visi dan misi

Dengan ke lima indikator dari pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional perilaku pemilih tersebut, penelitian ini mencoba menggambarkan dan menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi perilaku Pekon Way petai kecamatan Sumber Jaya menjelang Pilkada Lampung Barat 2012. Agar lebih mudah dalam memahami kerangka pikir penelitian ini, berikut adalah skema dari kerangka pikir pada penelitian ini.


(64)

SKEMA KERANGKA PIKIR

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Pemilih (Y) perilaku pemilih (X): a. Bekerja untuk partai atau Faktor Sosiologis calon

a. Usia (X1) b. Menghadiri rapat

b. Jenis kelamin (X2) kampanye

c. Etnis (X3) c. Membujuk pemilih lain

Faktor Psikologis bagaimana untuk memilih d. Kharisma (X4) d. Keanggotaan dalam partai Faktor Rasional atau organisasi politik e. Pengenalan visi dan misi (X5)


(65)

26

E. Hipotesis

Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan diatas, peneliti mencoba merumuskan hipotesis bahwa diduga faktor usia, jenis kelamin, agama, etnis (Sosiologis), Kharisma (Psikologis), Pengenalan visi dan misi (Rasional) berpengaruh signifikan dalam perilaku pemilih. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan proporsi yang signifikan dalam perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012 dilihat dari variabel usia, jenis kelamin dan etnis.

Ha : Terdapat perbedaan proporsi yang signifikan dalam perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012 dilihat dari variabel usia, jenis kelamin dan etnis.

H0 : Faktor kharisma tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012 Ha : Faktor kharisma mempunyai pengaruh signifikan terhadap

perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012.


(66)

H0 : Faktor pengenalan visi dan misi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012

Ha : Faktor pengenalan visi dan misi mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012.


(67)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT PEKON WAY PETAI KECAMATAN SUMBER JAYA

PADA PILKADA LAMPUNG BARAT 2012

Oleh

HARIANSYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(68)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumber Jaya, pada tanggal 23 Januari 1991, anak pertama dan terakhir alias anak tunggal dari pasangan Bapak Haidar dan Ibu Sundari. Jenjang penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak pada TK Dharma Wanita Kabupaten Lampung Barat ditahun 1996. penulis menyelesaikan pendidikan pada SDN (Sekolah Dasar Negeri) 2 Fajar Bulan Lampung Barat pada tahun 2002, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun 2005. Tahun 2008 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandar Lampung. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.


(69)

MOTTO

Mulailah melakukan apa yang perlu, kemudian melakukan apa yang mungkin,

dan tiba-tiba kau sedang melakukan hal yang mustahil

(Benny)

”Tidak ada jaminan kesusksesan, namun tidak mencoba adalah jaminan

kegagalan.”

(Bill Clinton)

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”


(1)

setuju bahwa Keanggotaan dalam partai atau organisasi politik mempengaruhi dalam pemilu. Keseluruhan data tabel mengisyaratkan bahwa Keanggotaan dalam partai atau organisasi politik mempengaruhi dalam pemilu.

Tabel 45. Pernyataan bahwa Keaktifan dalam setiap kegiatan aktifitas partai dapat mempengaruhi dalam pemilu.

Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

Setuju 68 73%

Kurang Setuju 8 9%

Tidak Setuju 17 18%

Jumlah 93 100 %

Sumber: Data Diolah Dari Hasil Kuesioner 2012

Berdasarkan tabel 45 diatas, diketahui bahwa sebanyak 68 orang responden atau 73% menyatakan setuju bahwa Keaktifan dalam setiap kegiatan aktifitas partai dapat mempengaruhi dalam pemilu. Sedangkan 8 orang responden atau 9% menyatakan bahwa Keaktifan dalam setiap kegiatan aktifitas partai kurang mempengaruhi dalam pemilu. Sisanya 17 orang responden menyatakan tidak setuju bahwa Keaktifan dalam setiap kegiatan aktifitas partai dapat mempengaruhi dalam pemilu. Keseluruhan data tabel mengisyaratkan bahwa Keaktifan dalam setiap kegiatan aktifitas partai dapat mempengaruhi dalam pemilu.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012.

Penelitian ini dilakukan pada masyarkat Pekon Way Petai yang memiliki hak pilih pada Pemilihan Kepala Daerah Lampung Barat 2012. Hal ini dikarenakan


(2)

populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pemilih tetap di pekon Way petai. Dari hasil pra riset yang telah dilakukan oleh peneliti, pada pekon Way petai yang terdiri dari 11 pemangku dusun terdapat 1.793 orang pemilih tetap laki-laki dan pemilih tetap perempuan 1.510 orang yang terdaftar dalam pemilihan kepala daerah Kabupaten Lampung Barat 2012. Dengan jumlah mata pilih 3.334 hak pilih ditahun 2007, masyarakat Pekon Way Petai hanya menggunakan 2.340 hak pilih yang berarti angka ketidak hadiran pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 yaitu 29% hak pilih yang tidak digunakan.

Ditahun 2008 terdapat 3.303 jumlah pemilih yang terdiri dari pemilih laki-laki 1.793 hak pilih dan pemilih perempuan 1.510 hak pilih dan yang menggunakan hak pilih yaitu 2.200 hak pilih yang terdiri dari pemilih laki-laki yang berjumlah 1.136 hak pilih pada pemilih perempuan berjumlah 1.064 hak pilih, sedangkan yang tidak menggunakan hak pilih pada pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi lampung di tahun 2008 terdapat 1.103 hak pilih dengan persentase 33% hak pilih yang tidak digunakan, fenomena perilaku pemilih yang terjadi pada masyarakat Pekon Way Petai ini menarik peneliti untuk menggali informasi mengenai faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012.

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisi data yakni menggunakan perhitungan proporsi dan pengujian secara parsial, hal ini dikarenakan kuesioner dalam penelitian ini memiliki dua jenis data yakni data nominal


(3)

(variabel usia, jenis kelamin dan etnis) dan data ordinal (variabel kharisma dan pengenalan visi dan misi). Berdasarkan pengujian proporsi terkait faktor usia, jenis kelamin dan etnis, hasil perhitungan menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan pada faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012, dimana proporsi masyarakat yang lebih dari satu kali berpartisipasi dalam pemilihan langsung mendominasi usia responden.

Pengujian secara parsial yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa faktor kharisma kandidat serta faktor pengenalan visi dan misi memberikan pengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012. Berdasarkan nilai Koefisien Determinasi melalui perhitungan SPSS, nilai masing-masing faktor diketahui sebesat 89,6% untuk pengaruh faktor kharisma, dan 29,2% untuk pengaruh faktor pengenalan visi dan misi kandidat. Dengan demikian kedua faktor ini memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat.

Hasil perhitungan uji chi square yang diperoleh melalui faktor usia menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan dari pernyataan responden terkait variabel X1. Perhitungan proporsi menunjukan bahwa responden yang

dimana proporsi masyarakat yang lebih dari satu kali berpartisipasi dalam pemilihan langsung mendominasi usia responden dibandingakn mayarakat yang kuarang dari satu kali mengikuti pemilihan umum. Berdasarkan hal tersebut, perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai dapat dikatakan terpengaruh oleh


(4)

usia yang diukur dari tingkat pemilih pemula dan pemilih yang sudah lebih dari satu kali mengikuti pemilihan umum.

Hasil perhitungan uji chi square yang diperoleh melalui faktor jenis kelamin menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan dari pernyataan responden terkait variabel X2. Perhitungan proporsi menunjukan

bahwa responden yang dimana proporsi masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki lebih mendominasi dari jenis kelamin perempuan dan kesamaan jenis kelamin responden dengan kandidat dapat mempengaruhi responden dalam pemilu. Berdasarkan hal tersebut, perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai dapat dikatakan terpengaruh oleh jenis kelamin yang diukur dari jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

Hasil perhitungan uji chi square yang diperoleh melalui faktor etnis menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan dari pernyataan responden terkait variabel X3. Perhitungan proporsi menunjukan

bahwa responden yang dimana proporsi masyarakat yang beretnis jawa, semendo dan sunda lebih mendominasi. Berdasarkan hal tersebut, perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai dapat dikatakan terpengaruh oleh etnis yang diukur dari etnis jawa, semendo dan sunda.

Faktor kharisma memiliki pengaruh signifikan dalam mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat. Berdasarkan hasil perhitungan (Koefisien Determinasi) didapat angka sebesar 89,6% seagai sumbangan faktor kharisma dalam mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor kharisma sebagai


(5)

ukuran untuk mencari pengaruh perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012.

Faktor pengenalan visi dan misi yang dijadikan tolak ukur penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan pada perilaku pemilih. Berdasarkan hasil perhitungan (Koefisien Determinasi) didapat angka sebesar 29,2% seagai sumbangan faktor pengenalan visi dan misi dalam mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor pengenalan visi dan misi sebagai ukuran untuk mencari pengaruh perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat banyak aspek yang memberikan pengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012. Aspek tersebut diantaranya adalah faktor usia pemilih yang diukur dari tingkat pemilih pemula dan pemilih yang sudah lebih dari satu kali mengikuti pemilihan umum, faktor jenis kelamin yang diukur dari jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan, faktor etnis yang diukur dari berbeda etnis semendo etnis jawa dan etnis sunda.

Faktor Kharisma kandidat serta Faktor Pengenalan visi dan misi kandidat yang tidak dapat diabaikan sebagai pengaruh perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012.


(6)