ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
variabel terikat, dan perlakuan di PPLP seperti lamanya latihan, jenis kelamin dan
usia sebagai variabel moderator dapat mengungkap apakah terdapat pengaruh
olahraga kompetitif terhadap motif berprestasi di kalangan siswa Sekolah Menengah Atas.
Untuk menguji validitas internal berupa hubungan causal comparative
antara variabel bebas dan variabel terikat, maka dalam penelitian ini digunakan
dua kelompok paralel yaitu kelompok atlet dan non-atlet. Selanjutnya, kedua kelompok tersebut menjawab instrumen motivasi berprestasi dalam bentuk angket
yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh peneliti.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah atlet pelajar di PPLP Sumatera Utara dan pelajar SMA Negeri 6 Medan.
1. Karakteristik Sampel Atlet
Kelompok atlet adalah pelajar sekolah lanjutan atas SMA yang berusia antara 16-18 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Aktivitas kelompok ini
berlatih cabang olahraga atletik, gulat, karate, panahan, pencak silat, sepak bola dan sepak takraw pada pagi dan sore hari, serta malam hari belajar. Latihan pagi
pukul 05.30-06.15 wib latihan tambahan dan sore hari pukul 16.00-18.00 wib secara teratur dan terprogram selama seminggu, kecuali hari Sabtu dan Minggu
bila tidak mengikuti suatu kejuaraan. Kegiatan malam hari mulai pukul 19.30- 21.30 para atlet pelajar belajar mata pelajaran yang berkaitan dengan sekolah
sebagaimana mata pelajaran yang berlaku di sekolah lainnya. Artinya, tidak ada perbedaan jumlah dan jenis bidang studi atlet pelajar dengan non-atlet. Selain itu,
ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
kelompok atlet pelajar juga mengikuti pertandingan dan perlombaan sesuai dengan jadwal kejuaraan, baik kejuaraan tingkat daerah atau lokal, kejuaraan yang
bersifat wilayah, nasional maupun internasional. Kegiatan tersebut bergantung kepada kalender tetap induk organisasi olahraga masing-masing dan kalender
tetap yang dikeluarkan oleh Menpora, misalnya Popdawil, Popda, Popwil dan POPNAS serta kejurnas antar PPLP. Sebelum mengikuti kejuaraan resmi tersebut,
para atlet juga melakukan uji coba try out sesuai dengan tujuan cabang olahraga tersebut. Para atlet dilatih oleh para pelatih bersertifikat nasional yang diakui
induk organisasi cabang olahraga masing-masing, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di seluruh PPLP di Indonesia.
Kelompok ini tinggal di asrama PPLP di bawah pengawasan kepala asrama dan lurah setempat. Para atlet pelajar dibebaskan dari segala hal yang berkaitan
dengan akomodasi, dan menerima uang saku sesuai dengan ketentuan. Pada umumnya para pelajar berasal dari Kabupaten Kota se Sumatera Utara.
Persyaratan pelajar yang terpilih masuk PPLP adalah siswa aktif terdaftar sebagai pelajar di bangku sekolah lanjutan atas SMA sederajat melalui seleksi
yang ketat dan berdasarkan kebutuhan. Seleksi dilakukan menyangkut tes fisik seperti kekuatan dan power otot, kelincahan, daya tahan aerob, anaerob, dan tes
psikologi yang dilakukan oleh psikolog. Porsi atau kuota penerimaan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga, serta berpeluang untuk
berhasil di tingkat nasional dan internasional. Artinya, manakala di dalam suatu nomor cabang olahraga, keberhasilan perempuan lebih besar dan lebih memenuhi
syarat maka kuota penerimaan lebih banyak dibanding dengan anak laki-laki.
ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Selain itu, setiap tahun PPLP Sumut menerapkan sistem degradasi bagi atlet yang tak mengalami perkembangan prestasi atau melanggar disiplin indispliner,
kemudian dilakukan seleksi baru sebagai pengganti atlet yang keluar. Atlet PPLP berlatih secara intensif dan terprogram dalam cabang olahraga
atletik, gulat, karate, panahan, pencak silat, sepak bola dan sepak takraw berjumlah 73 orang, dengan perincian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rekapitulasi Data PPLP Sumut
No Cabang
Olahraga Jenis
Kelamin Lama Latihan di PPLP
L P
3 bulan
1 Thn 3 bulan
2 Thn 3 bulan
Jumlah 1
Atletik 4
12 7
5 4
16 2
Gulat 8
- -
3 5
8 3
Karate 3
3 1
1 4
6 4
Panahan 4
4 4
3 1
8 5
Pencak Silat 4
4 4
3 1
8 6
Sepak Bola 21
- 6
8 7
21 7
Sepak Takraw 6
- 1
3 2
6 Jumlah
50 23
23 26
24 73
Mengingat jumlah atlet pelajar terbatas maka semua populasi dijadikan sebagai sampel dalam penelitian untuk mengungkap pengaruh olahraga kompetitif
terhadap motif berprestasi di kalangan siswa sekolah menengah atas. Dengan kata lain, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling . Menurut Sugiyono 2008: 85 non probability sampling adalah teknik
sampling di mana semua anggota populasi digunakan sebagai anggota sampel. Lebih lanjut Sugiyono mengungkapkan bahwa teknik non probability sampling
ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, dan penelitian membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil, dan biasa juga disebut sampling jenuh.
Pendapat yang sama dikemukakan Sudjana 1996: 6 yang menyatakan bahwa bila sampel terbatas maka sensus dapat dilakukan, di mana setiap anggota, tiada
terkecuali, yang ada dalam sebuah populasi dikenai penelitian. Mengacu pada pendapat tersebut, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua atlet
pelajar PPLP yang berusia antara 16 -18 tahun, baik laki-laki maupun perempuan dari semua cabang olahraga.
2. Karakteristik Sampel Non-Atlet
Kelompok ini adalah kelompok pelajar sekolah lanjutan atas berusia antara 16 -18 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang bersekolah di SMA Negeri 6
Medan dengan luas halaman sekolah sekitar 15x15 meter. Kelompok ini merupakan pembanding untuk memperjelas pengaruh latihan olahraga kompetitif
terhadap motif berprestasi. Kelompok pelajar ini hanya melakukan aktivitas fisik melalui mata
pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan olahraga penjaskesor yang diselenggarakan sekolah sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah
lanjutan atas dengan frekuensi sekali dalam seminggu dengan durasi 2x45 menit. Dengan kata lain, aktivitas fisik yang dilakukan kelompok ini bukan bersifat
kompetitif melainkan hanya menjaga kebugaran jasmani sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan di tingkat Sekolah Lanjutan Atas.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan dan kepala sekolah SMA Negeri 6, pelaksanaan penjaskesor
ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
atau aktivitas jasmani dilakukan di jalan umum depan sekolah, sepanjang lebih kurang 200 meter. Sedangkan pembelajaran pendidikan jasmani di dalam sekolah
hanya berupa teknik-teknik dasar permainan, karena kondisi lapangan yang ada tidak memungkinkan melakukan pembelajaran dengan permainan yang
sebenarnya. Semua siswa tinggal di sekolah hampir seharian penuh dengan berbagai
kegiatan ekstra kurikuler yang sifatnya non-fisik yaitu kognitif. Kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan di sekolah adalah seperti les Bahasa Inggris, Matematik,
Biologi, Kimia, Fisika di bawah bimbingan guru bidang studi masing-masing yang dikoordinir oleh bidang akademik sekolah. Kegiatan tersebut dilakukan
dengan frekuensi 3 x seminggu, yang diselingi dengan kegiatan Palang Merah Remaja. Tujuan ekstrakurikuler dari kelompok ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan akademik, dan khusus untuk siswa kelas tiga sebagai persiapan menghadapi ujian nasional dan masuk perguruan tinggi. Kegiatan ini dimulai
setelah pulang sekolah yaitu dari pukul 14.00 sampai pukul 16.30 WIB. Pada umumnya pelajar menggunakan kenderaan bermotor ke sekolah, dan
sebagian lagi naik angkutan kota angkot untuk pergi dan pulang. Bagi pelajar yang menggunakan angkutan kota harus berjalan kaki kira-kira 10 meter karena
sekolah berada di tengah kota, dan di belakang sekolah merupakan lintas jalur angkutan kota. Kebanyakan pelajar dalam kelompok ini tinggal bersama orang tua
atau wali yang bertempat tinggal di sekitar kota Medan. Berdasarkan gambaran dan informasi tersebut, pelajar SMA Negeri 6 kecil
kemungkinannya melakukan aktivitas fisik yang bersifat kompetitif, selain
ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan penjasorkes. Informasi lain dari guru pendidikan jasmani olahraga kesehatan bahwa di SMA Negeri 6 tidak ada pelajar
yang terlibat dalam olahraga kompetitif. Dengan demikian bias yang dapat mencemari penelitian dapat dihindari sekecil mungkin. Artinya, situasi dan
kondisi pelajar sekolah SMA Negeri 6 non-atlet berbeda dengan situasi dan kondisi pelajar PPLP atlet. Dengan kata lain, kondisi kedua sampel yang
berbeda dapat mengungkap tujuan penelitian yaitu dampak olahraga kompetitif di kalangan pelajar terhadap motivasi berprestasi. Data-data selengkapnya dapat
dilihat di Tabel 3.2
Tabel 3.2 Data Jurusan, Jenis Kelamin, dan Jumlah Sampel SMA Negeri 6
Kelas Lokal
Jenis Kelamin
Jumlah Jumlah
Sampel Total
Sampel L
P L
P 10
1 21
23 44
3 3
6 2
16 24
40 2
3 5
3 16
24 40
2 3
5 4
19 29
48 3
4 7
5 19
27 46
3 4
7 91
127 218
13 17
30 11
IPA1 17
26 43
2 3
5 IPA2
23 20
43 3
2 5
IPA3 21
22 43
2 2
4 IPS 1
11 16
27 1
2 3
IPS 2 15
13 28
2 1
3 87
97 184
10 10
20 12
IPA1 15
29 44
2 3
5 IPA2
16 24
40 2
3 5
IPA3 15
31 46
2 4
6 IPS 1
19 18
37 2
2 4
IPS 2 15
15 30
2 2
4 80
117 197
10 14
24 Jumlah
258 341
599 33
41 74
ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Mengingat jumlah populasi begitu besar dan terdiri dari sejumlah kelas yang terdiri dari beberapa jurusan strata yang berbeda dan jumlah subyek yang
hetrogen, maka digunakan teknik pengambilan sampel yaitu sampel berimbang proportional sampling. Menurut Sugiyono 2008:82 teknik proportional
stratified random sampling dapat digunakan bila populasi mempunyai anggota
unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Di bagian lain, Arikunto 2000:129 berpendapat bahwa sampling berimbang proportional
sampling adalah sampling yang penggunaannya dikombinasikan dengan teknik lain
berhubung populasinya
tidak homogen.
Lebih lanjut
Arikunto mengungkapkan bahwa kata berimbang menunjukkan pada ukuran jumlah tidak
sama, dan disesuaikan dengan jumlah anggota tiap kelompok yang lebih besar. Lebih lanjut, Arikunto 2000: 125 memberikan ancer-ancer, jika peneliti
mempunyai beberapa ratus subyek dalam populasi, dapat menentukan kurang lebih 25-30 dari jumlah subyek tersebut. Arikunto menambahkan jika jumlah
anggota subyek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subyek
diambil seluruhnya. Mengacu pada pendapat tersebut maka subyek atau sampel dalam penelitian
ditetapkan sebesar 30 dari jumlah populasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung besarnya jumlah sampel per angkatan misalnya kelas I dengan cara 30 x 218 = 65.4 = 65 orang.
ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
2. Menghitung anggota sampel yang disesuaikan dengan jumlah seluruh siswa Kelas I, dengan cara 15 x 65 = 13 orang
3. Menghitung jumlah siswa yang dijadikan sebagai wakil kelas sebagai sampel berdasarkan jenis kelamin. Misalnya kelas 10.1, di mana siswa laki-laki
sebanyak 21 orang, dengan demikian perhitungan dilakukan dengan cara 21100 x 13 = 2.73 = 3. Hal yang sama dilakukan untuk perempuan yaitu 23100 x 13 =
2.99 = 3. Dengan demikian, jumlah yang mewakili kelas 10.1 berdasarkan jenis kelamin sebanyak 6 enam orang, yaitu 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan
Lihat Tabel 3.2. Selanjutnya perhitungan tersebut dilakukan terhadap seluruh angkatan dan
per kelas serta per jurusan, sehingga jumlah siswa sebagai sampel yang mewakili SMA Negeri 6 adalah 74 orang. Teknik pengambilan sampling dilakukan dengan
cara random guna memberikan kesempatan yang sama kepada masing-masing subyek untuk dijadikan sampel Sugiyono, 2008; Ridwan dan Engkos, 2007;
Arikunto, 2000; dan seluruh sampel yang terpilih menjawab angket motivasi berprestasi yang sudah disiapkan sebelumnya. Jumlah sampel dan total sampel
yang dijadikan sebagai wakil sampel dapat di lihat pada Tabel 3.2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok, baik
kelompok atlet maupun non-atlet memenuhi syarat atau layak mengungkap apakah terdapat dampak olahraga kompetitif di kalangan pelajar, baik atlet
maupun non-atlet dalam kaitannya dengan motivasi berprestasi.
ALBADI SINULINGGA, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
C. Desain Penelitian