Pembakaran Benda Uji Pengujian Benda Uji

47 Curing atau perawatan beton mempunyai maksud untuk menjamin proses hidrasi semen dapat berlangsung dengan sempurna, sehingga retak-retak pada permukaan beton dapat dihindari serta mutu beton yang diinginkan dapat dicapai. Proses perawatan benda uji ini yaitu merendam benda uji dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25 °C selama waktu yang dikehendaki SK SNI M-14-1989-F Pada penelitian ini benda uji direndam dalam bak perendam berisi air selam 28 hari. Gambar 3.7 Perendaman benda uji silinder beton di dalam bak air

3.4.4 Pembakaran Benda Uji

Setelah beton mencapai usia 33 hari dan 34 hari maka dilakukan proses pembakaran. Proses pembakaran ini dilakukan di Krematorium Kedung Mundu Semarang dengan durasi pembakaran 3 jam. Temperatur rencana pada tungku adalah 350 °C, namun temperatur pada tungku tidak dapat diukur secara lebih akurat karena keterbatasan alat pengukur suhu. Pada penelitian ini pengukuran suhu menggunakan thermometer air raksa dengan suhu maksimal yang dapat terukur 350 °C. Adapun letak atau susunan dari benda uji silinder beton dalam tungku seperti pada gambar 3.8 sebagai berikut : 48 Keterangan notasi – notasi : BTSn D 1 : Burn Tension Sample Day 1 fc 30 MPa BTSn D 2 : Burn Tension Sample Day 2 fc 40 MPa BCSnD 1 : Burn Compression Sample Day 1 fc 30 MPa BCSn D 2 : Burn Compression Sample Day 2 fc 40 Mpa n : Nomor sampel Gambar 3.8 Denah posisi benda uji pada waktu pembakaran di krematorium Keterangan : 1. BTS 1 D 1 2. BCS 1 D 1 3. BCS 6 D 1 4. BCS 20 D 2 5. BTS 10 D 1 6. BCS 26 D 2 7. BCS 30 D 2 8. BCS 19 D 2 9. BCS 10 D 1 10. BCS 12 D 1 11. BTS 14 D 1 12. BTS 3 D 1 13. BCS 3 D 1 14. BCS 27 D 2 15. BTS 20 D 2 16. BCS 5 D 1 17. BCS 7 D 1 18. BCS 14 D 2 19. BCS 24 D 2 20. BCS 11 D 2 21. BCS 9 D 1 22. BCS 4 D 1 23. BTS 12 D 1 24. BCS 13 D 1 25. BTS 22 D 2 26. BTS 23 D 2 27. BTS 6 D 1 28. BCS 2 D 1 29. BTS 2 D 1 30. BTS 9 D 1 31. BCS 29 D 2 32. BCS 8 D 1 33. BTS 19 D 2 34. BTS 8 D 1 35. BCS 21 D 2 36. BCS 18 D 2 37. BTS 21 D 2 38. BCS 28 D 2 39. BTS 7 D 1 40. BTS 13 D 1 41. BTS 27 D 2 42. BCS 22 D 2 43. BTS 29 D 2 44. BTS 17 D 2 45. BTS 15 D 2 46. BCS 17 D 2 47. BCS 25 D 2 48. BTS 4 D 1 49. BTS 28 D 2 50. BCS 15 D 2 51. BTS 5 D 1 52. BCS 16 D 2 53. BCS 23 D 2 54. BTS 16 D 2 55. BCS 24 D 2 56. BTS 11 D 1 57. BTS 26 D 2 58. BTS 30 D 2 59. BTS 18 D 2 60. BTS 25 D 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Arah Api 49 Gambar 3.9 Pelaksanaan Pembakaran Benda Uji

3.4.5 Pengujian Benda Uji

Pengujian belah splitting test ini mengacu pada pedoman : SK SNI M- 60-1990-03 dan ASTM C 496. Peralatan pengujian Plat baja Dalam pengujian, diatas di bawah dari benda uji diletakkan plat sehingga gaya yang diberikan tidak langsung berkerja pada benda uji melainkan ditransfer oleh plat baja tersebut kemudian ditranfer ke benda uji. Plywood Ukuran plywood yang diperlukan yaitu panjang 300 mm, lebar 25 mm dan tebal 3 mm. Persiapan pengujian Pembuatan garis diameter pada benda uji Pembuatan garis diameter ini bertujuan untuk menempatkan benda uji agar pada saat pemberian gaya posisi benda uji berada dalam keadaan sentris. Posisi benda uji yang tidak sentris akan mengakibatkan gaya yang diberikan kepada benda uji tidak merata, sehingga pembacaan gaya pada dial tidak bisa memberikan informasi yang valid tentang kekuatan beton 50 Pengukuran dimensi benda uji Dimensi dari benda uji yang dicatat antara yaitu diameter dan panjang sample. Pengukuran dimensi benda uji ini digunakan untuk menghitung besarnya kuat tarik benda uji. Besarnya gaya yang diperoleh dari pembacaan dial pada saat pengujian kemudian diubah menjadi kuat tarik dengan membagi gaya pada pembacaan dial dengan luas. Urutan pengujian Langkah pengujian adalah sebagai berikut : Menyiapkan plat tambahan yang diletakkan diatas dan dibawah benda uji. Menyisipkan plywood dengan ukuran; lebar 25 mm, panjang 300 mm, dan tebal 3 mm di antara plat dan benda uji. Meletakkan benda uji di alat UTM dengan posisi garis diametris tegak lurus dengan garis vertikal bantalan penekan, plat tambahan, dan plywood , dimana posisi benda uji terletak diantara plywood dan kemudian letakkan plat. Pemberian beban pada benda uji hingga terjadi kehancuran pada benda uji. Mencatat angka yang ditunjukkan oleh jarum pengukur. Angka ini merupakan besar beban maksimum yang mampu ditahan oleh benda uji. Nilai kuat tarik beton dihitung dengan rumus : f sp = LD P π 2 … 3.1 Pencatatan hasil pengujian Data-data yang dicatat merupakan data yang digunakan untuk perhitungan kuat tarik beton maupun data yang digunakan analisis. Data yang digunakan untuk perhitungan antara lain gaya yang diperoleh dari pembacaan dial. Dari data-data tersebut maka akan diperoleh besarnya kuat tarik beton. Sedangkan data yang digunakan untuk analisis diantaranya penurunan berat benda uji sebelum dan sesudah kebakaran, 51 besarnya prosentase agregat pecah yang terjadi pada sample setelah pengujian. Gambar 3.10 Pemenpatam Benda Uji Pada Alat UTM.

3.5 ANALISA HASIL PENELITIAN

3.5.1 Pengertian Statistik

Statistik dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data yang berupa angka sehingga dapat diperoleh informasi yang berguna. Dalam penelitian statistik dapat berfungsi anatara lain sebagai berikut : Metode untuk menghitung besarnya jumlah sample yang diambil dari suatu populasi, sehingga jumlah sample yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Metode untuk menguji validitas dan reliabilitas data sebelum hasil penelitian digunakan. Hasil penelitian yang berupa data-data kuantitatif numeris akan dianalisa menggunakan metoda-metoda statistik yang berkaitan, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensi. Output yang diharapkan dari analisa ini adalah kesimpulan kuantitatif dan kesimpulan kualitatif. Metoda statistika deskriptif adalah suatu metoda statistik yang mencakup pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan penganalisaan data sehingga Garis Diametris