KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

-30-

BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Pasal 41 1 Rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah diwujudkan melalui kegiatan pemanfaatan ruang wilayah ; 2 Pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. 3 Rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Buru mencakup pengembangan struktur tata ruang, pengembangan pola tata ruang, peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Pasal 42 1 Program pengembangan struktur tata ruang meliputi: a. program pengembangan sistem kota-kota dan infrastruktur wilayah, b. program pengembangan transportasi darat, laut, dan udara; c. program pengembangan sumberdaya air dan irigasi; d. program pengembangan jaringan energi listrik dan telekomunikasi; e. program pengembangan prasarana perumahan dan permukiman; f. program pengembangan kawasan andalan; dan g. program pengamanan kawasan pertahanan dan keamanan. 2 Program pengembangan pola ruang meliputi: a. program perwujudan kawasan lindung kabupaten b. program perwujudan kawasan budidaya; dan c. program perwujudan kawasan strategis. 3 Program pengembangan struktur ruang dan pola sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat dilihat pada Lampiran 5.

BAB VIII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu Umum Pasal 43 1 Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Buru dilaksanakan secara terkoordinasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. 2 Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi dilakukan oleh Bupati Buru. 3 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui : a. penetapan peraturan zonasi Kabupaten Buru; b. perizinan; c. pemberian insentif dan disinsentif; serta d. pengenaan sanksi. Bagian Kedua Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Buru Pasal 44 1 Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi merupakan pedoman dalam perumusan arahan peraturan zonasi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan KabupatenKota. 2 Arahan peraturan zonasi sistem provinsi terdiri atas: a. arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan b. arahan peraturan zonasi untuk pola ruang. -31- Bagian Ketiga Arahan Perizinan Pasal 45 1. Arahan Perizinan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang dan dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap penataan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, danatau sanksi pidana denda. 2. Arahan perizinan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah sebagai berikut : a. Perizinan pemanfaatan ruang diberlakukan terhadap pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang meliputi sistem pusat kegiatan, sistem prasarana wilayah serta fasilitas dan utilitas wilayah; b. Perizinan pemanfaatan ruang diberlakukan terhadap pemanfaatan air permukaan, air bawah tanah, udara serta pemanfaatan ruang bawah tanah; c. Pemanfaatan ruang yang sesuai aturan tapi tidak berizin, harus segera mengurus izin, dengan dikenai denda; d. Pemanfaatan yang tidak sesuai tapi telah memiliki izin dapat diteruskan sampai waktu yang ditentukan. Bagian Keempat Arahan Insentif dan Disinsentif Pasal 46 1. Insentif dan disinsentif merupakan pengaturan yang bertujuan memberikanmembatasi dalam penataan ruang. 2. Arahan insentif dan disinsentif sebagamana dimaksud pada ayat 1 mencakup kegiatan: a. Mengembangkan pusat kawasan strategis beberapa insentif yang akan diterapkan adalah: pembentukan badan pengelola untuk mengembangkan kawasan strategis sebagai prioritas, memberi kemudahan perijinan bagi pengembang dalam rangka pembangunan di kawasan strategis dan promosi kawasan strategis guna menarik investor; b. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan sekunder, beberapa insentif yang diberikan adalah: pembangunan akses menuju kawasan, memberikan kemudahan perizinan, serta pemberian pelayanan jaringan prasarana dan sarana kawasan; c. Mengendalikan perkembangan di wilayah Kabupaten Buru, yang sebagian besar dari wilayah tersebut merupakan wilayah dengan risiko bencana yang tinggi, beberapa disinsentif yang diberikan adalah: tidak dikeluarkan izin lokasi baru, tidak dibangun akses jalan baru, dan tidak dibangun jaringan prasarana baru terutama prasarana vital yang meliputi DAM, bendungan, jembatan, pelabuhanbandara, pemancar elektronik, dan lain-lain; d. Mengendalikan pengembangan di sekitar pusat kota Namlea, beberapa disinsentif yang diberikan adalah: pengenaan pajak kegiatan yang relatif lebih besar daripada di bagian wilayah lain dan pengenaan denda terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif bagi publik seperti gangguan keamanan, kenyamanan dan keselamatan; e. Pengembangan ruang hijau terbuka insentif yang diberikan adalah penetapan hukum yang jelas bagi pelanggaran pemanfaatan lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau; disinsentif berupa pengenaan pajak yang lebih tinggi pada lahan-lahan yang dialokasikan bagi ruang terbuka hijau; f. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa insentif yang diberikan adalah pengurangan biaya perizinan dan kemudahan PBB; penyediaan pelayanan umum oleh pemerintah, sedangkan beberapa disinsentif yang diberikan adalah pengenaan -32- retribusi perubahan guna lahan; kewajiban penyediaan pelayanan umum pada lokasi yang sama atau lokasi yang lain; kewajiban membayar development impact fees; pembatasan KDB dan KLB lebih rendah dari yang telah ditetapkan bagi kawasan tertentu; g. Pengembangan kawasan industri insentif yang diberikan adalah penyediaan pelayanan umum oleh pemerintah; pengadaan infrastruktur oleh pemerintah; bantuan dalam menyusun AMDAL; kemudahan dalam proses perijinan; pengurangan biaya perijinan dan kekuatan hukum untuk mengendalikan gangguanpencemaran, sedangkan disinsentif yang diberikan berupa kekuatan hukum untuk mencabut izin operasional industri tersebut; h. Pengembangan permukiman perlu untuk memperhitungkan faktor-faktor bencana, insentif yang diberikan adalah penyediaan infrastruktur dan kemudahan perijinan; sedangkan disinsentif yang diberikan adalah nilai PBB yang lebih tinggi. Bagian Kelima Arahan Sanksi Pasal 47 1. Pengenaan sanksi merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan peraturan zonasi. 2. Tindakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, perlu mempertimbangkan jenis pelanggaran rencana tata ruang sebagai berikut : a. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang; Dalam kaitan ini bentuk sanksi yang dapat diterapkan antara lain adalah peringatan, penghentian kegiatan dan pencabutan sementara izin yang telah diterbitkan, dan pencabutan tetap izin yang diberikan. b. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi intensitas pemanfaatan ruang menyimpang, dalam kaitan ini bentuk sanksi yang dapat diterapkan adalah penghentian kegiatan, atau pembatasan kegiatan pada luasan yang sesuai dengan rencana yang ditetapkan. c. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk pemanfaatan ruang menyimpang.

BAB IX HAK, KEWAJIBAN, PERAN MASYARAKAT