Sistem Ekonomi Indonesia
BAB I
SEJARAH DAN
SISTEM EKONOMI INDONESIA
FAKTOR INTERNAL
(DOMESTIK)
kondisi fisik (termasuk iklim)
Lokasi geografi
Jumlah dan kualitas SDM
Jumlah dan Kualitas SDA
Kondisi awal ekonomi, sosial
dan budaya
Sistem politik
Peran pemerintah
FAKTOR EKTERNAL
(GLOBAL)
perkembangan teknologi
kondisi perekonomian
politik dunia
keamanan global
dan
Kondisi perekonomian negara-negara
berkembang (LDCs) tidak dapat dipisahkan dari :
sistem perekonomian atau orientasi
pembangunan ekonomi yang diterapkan
Pembangunan infrastruktur fisik dan sosial
(seperti pendidikan dan kesehatan) yang
dilakukan
Tingkat pembangunan yang telah dicapai pada
masa lampau yakni pada zaman penjajahan
(kolonialisasi)
SEJARAH PEREKONOMIAN
INDONESIA
(2)
Pemerintahan
Orde baru
(1)
Pemerintahan
Orde Lama
(3)
Pemerintahan
Transisi
Sejarah
Perekonomian
Indonesia
(4)
Pemerintahan
Reformasi
(1) PEMERINTAHAN ORLA
(1945 – 1965)
• Banyak kondisi politik dan keamanan yang
tidak stabil mempengaruhi kondisi
perekonomian:
– Tekanan dari Belanda masih ada
– Pemberontakan di daerah-daerah marak
• Buruknya kondisi infrastruktur ekonomi, fisik,
dan non fisik sepeninggalan Jepang.
Ilustrasi buruknya perekonomian masa
Orde Lama :
1951 – 1958
Sempat mengalami pertumbuhan rata-rata 7%
1958 – 1966
Pertumbuhan turun drastis rata-rata 1,9%
1965 – 1966
Mengalami stagflansi
1955 – 1965
-Jumlah pendapatan rata-rata 151 juta rupiah
- Jumlah pengeluaran rata-rata 359 juta rupiah
1955
Defisit anggaran 14%
1965
Defisit anggaran 200%
Dinamika Perekonomian Indonesia
(1945 – 1965) :
• Dari perkembangan Politiknya masa ini dibagibagi 3 (tiga) periode (Dumairy: 1996)
– Periode 1945 – 1950
– Periode 1950 – 1959 : Demokrasi terpimpin /
liberal
– Periode 1959 – 1965 : Demokraso terpimpin
Periode
1945 - 1950
Demokrasi
Parlementer /
Liberal
Demokrasi
Terpimpin
Struktur ekonomi masih
peninggalan zaman
kolonialisasi
Masa peralihan struktur
ekonomi: nasionalisasi
perusahan-perusahan
Belanda
Perubahan struktur
ekonomi semakin dekat
dengan pemikiran
sosialis/ komunis
(2) PEMERINTAHAN ORBA
(1966 – 1996)
• Konsentrasi ekonomi pemerintahan ditujukan
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui pembangunan
• 1966 – 1970, upaya-upaya pemulihan stabilitas
ekonomi, sosial dan politik terutama rehabilitasi
ekonomi
• 1969, Repelita I (Rencana Pembangunan lima
tahun pertama) tujuan utama: membuat
Indonesia menjadi swasembada.
Dampak awal cukup mengagumkan, laju pertumbuhan
ekonomi rata-rata 7% an (1969 – 1990)
• 1980-an :
– Perubahan sistem perekonomian dari sentralisasi
(1970-an) menjadi desentralisasi
– Sektor swasta semakin besar
– PMA berdatangan
• Pada tingkat mikro: Pembangunan tidak
terlalu berhasil
– Jumlah kemiskinan absolut masih tinggi
– Kesenjangan ekonomi semakin besar
PERBEDAAN ORLA & ORBA:
ORLA
(1945 – 1965)
ORBA
(1966 – 1996)
Orientasi Kebijakan
Ekonomi
Kebijakan ekonomi tertutup
orientasi sosialis/ komunis
Ekonomi terbuka orientasi
kapitalis
Kemauan Politik
(Political will)
Kondisi baru merdeka, emosi
nasionalisme sangat tinggi,
keinginan terlihat lebih unggul
dimata bangsa asing, sehingga
proyek mercu suar sangat marak
Kemauan politik kuat untuk
membangun ekonomi dan
membuka ruang yang
besar bagi modal asing
Stabilitas Politik &
Ekonomi
Tingkat inflansi sangat tinggi
Menurunkan tingkat
inflansi (1966 = 500%
menjadi 1970 = 5-10%)
ORLA
(1945 – 1965)
ORBA
(1966 – 1996)
Sumber Daya
Manusia
Kualitas SDM yang baik sangat
terbatas
Lebih baik dengan
meningkatnya
presentasi masyarakat
yang sekolah
Kondisi Politik
Dunia
Situasi dunia yang baru selesai
Perang Dunia II berpengaruh
negatif
Kondisi oil boom,
berakhirnya Perang
Vietnam dan Perang
Dingin membawa
dampak positif
(3) PEMERINTAHAN TRANSISI
(1997 – 1998)
• Pada tahun 1997 terjadi krisis nilai tukar Baht terhadap
Dollar di Thailand. Peristiwa ini kemudian menyeret
situasi krisis keuangan Asia termasuk krisis yang
melanda keuangan Indonesia.
• Indonesia kemudian meminta bantuan IMF, namun
situasi semakin buruk dengan melemahnya nilai
rupiah.
• Krisis di Indonesia kemudian meluas kepada masalah
tidak hanya moneter, tapi juga politik dan keamanan.
Krisis ini berujung dengan berakhirnya rezim Orba
sebagai tuntutan reformasi.
(4) PEMERINTAHAN REFORMASI
(1999 – 2001)
• 1999 : Abdurahman Wahid (Gus Dur) terpilih
sebagai presiden
• Diawal kepemimpinannya kepercayaan
investor mulai membaik
• 2000, kondisi mulai stabil, dilihat dari:
– laju pertumbuhan hampir 5 %
– Laju inflansi rendah
– Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) rendah
• Gejolak politik dalam negeri meningkat:
–
–
–
–
Pertentangan dengan elit politik
Hubungan dengan IMF memburuk
Kabinet tidak menunjukkan kinerja yang optimal
Dituding tidak adanya sense of crisis
• 2001, indikator ekonomi memburuk:
– IHSG : memperlihatkan tren negatif (merosot 300
poin)
– Kurs Rupiah Rp 2000 menjadi Rp 7.000, bahkan
tahun 2001 mencapai Rp 10.000
– Cadangan devisa menurun dari US$ 29 Milyar menjadi
28,87 Milyar US$
• 2001 = Gusdur Dimisioner
SISTEM EKONOMI INDONESIA
DEFINISI :
• Dumairy (1996) : Sistem Ekonomi adalah suatu
sistem yang mengatur serta menjalin
hubungan ekonomi antar manusia dengan
seperangkat kelembagaan dalam suatu
tatanan kehidupan. Sistem ekonomi terdiri
dari unsur-unsur manusia sebagai subyek;
barang-barang ekonomi sebagai obyek; dan
seperangkat kelembagaan yang mengatur dan
mejalinnya dalam kegiatan berekonomi.
• Kyoko Sheridan (1998) : Sistem Ekonomi
adalah cara manusia melakukan kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau
memberikan kepuasan pribadinya.
• Bachrawi Sanusi (2000) : Sistem ekonomi
merupakan sebuah organisasi yang terdiri atas
sejumlah lembaga atau pranata (ekonomi,
politik, ide-ide) yang saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya yang ditujukan ke
arah pemecahan problem-problem-produksidistribusi konsumsi yang merupakan problem
dasar setiap perekonomian
ELEMEN-ELEMEN PENTING DARI
SISTEM EKONOMI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lembaga-lembaga /pranata-pranata ekonomi
Sumber daya ekonomi
Faktor-faktor produksi
Lingkungan ekonomi
Organisasi dan manajemen
Motivasi dan perilaku decesion maker
Decesion making process
Pertimbangan-pertimbangan memilih
sistem ekonomi, dipengaruhi oleh :
• Menurut SANUSI :
1) Sumber sejarah/kultur/tradisi, cita-cita, keinginan
dan sikap masyarakat.
2) SDA termasuk iklim
3) Filsafat yang dimiliki dan dibela oleh sebagian besar
masyarakat
4) Teorisasi yang dilakukan oleh masyarakat pada masa
lalu dan sekarang mengenai tujuan/ sasaran yang
dipilih
5) Trials dan Errors dalam usaha mencari alat-alat
ekonomi.
• Menurut LEMHANAS :
1) Falsafah dan ideologinya
2) Akumulasi ilmu pengetahuan yang dimiliki
masyarakat
3) Karakteristik demografinya
4) Nilai-nilai moral dan adat masyarakat
5) Nilai estetika, norma serta kebudayaan
masyarakatnya.
6) Sistem hukum nasional
7) Sistem politik
8) Subsistem-subsistem sosialnya, termasuk
pengalaman sejarah masa lalu
SISTEM-SISTEM EKONOMI
Sistem
ekonomi yang
umum di dunia
CAMPURAN
KAPITALIS
SOSIALIS
Adalah suatu sistem dimana
kekayaan yang produktif terutama
dimiliki secara pribadi dan produksi
terutama dilakukan untuk dijual
Asas-asas yang menjadi ciri sistem
ekonomi kapitalis :
1) Hak milik pribadi
2) Kebebasan berusaha dan kebebasan
memilih
3) Motif kepentingan diri sendiri
4) Persaingan
5) Harga ditentukan mekanisme pasar
6) Peranan terbatas pemerintah
Adalah kebalikan dari kapitalis, dimana pasar
justru dikendalikan melalui perencanaan
berpusat. Adanya berbagai distorsi dalam
mekanisme pasar, menut aktifyebabkan tidak
mungkin bekerja secara efesien: oleh karena itu
pemerintah atau negara turut aktif bermain
dalam perekonomian.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis/
Sistem Pasar Sosial
1) Ada kebebasan individu sekaligus kebijaksanaan
perlindungan usaha.
2) Prinsip-prinsip kemerataan sosial menjadi tekad
warga negara
3) Kebijaksanaan siklus bisnis dan kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi
4) Kebijaksanaan pertumbuhan menciptakan kerangka
hukum dan prasarana (sosial) yang terkait dengan
pembangunan
5) Kebijaksanaan strktural
6) Konformitas pasar dan persaingan
Adalah sistem ekonomi yang mengandung
beberapa elemen dari sistem kapitalis dan
ekonomi sosialis, dimana kekuasaan serta
kebebasan berjalan secara bersamaan
walaupun dalam kadar berbeda-beda
BAB II
SISTEM EKONOMI PANCASILA:
RELEVANSI PLATFORM EKONOMI
PANCASILA MENUJU PENGUATAN
PERAN EKONOMI RAKYAT
Oleh: Dewi Triwahyuni
A. Landasan Sistem Ekonomi
Indonesia
Pancasila sebagai ideologi nasional membawa
keharusan untuk dijadikan dasar atau
pedoman dalam kehidupan berbangsa, dan
bernegara. Secara normatif landasan idiil
sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Maka sistem ekonomi Indonesia adalah
sistem ekonomi yang berorientasi kepada:
1.
Ketuhanan YME, yaitu berlakunya etika dan moral agama, bukan
Materialism.
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu tidak mengenal pemerasan
atau eksploitasi,
3.
Persatuan Indonesia, yaitu berlakunya kebersamaan, asas
kekeluargaan, sosionalisme, dan sosio-demokrasi dalam ekonomi,
4.
Kerakyatan, yakni mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat dan
hajat hidup orang banyak,
5.
Keadilan sosial, yakni asas persamaan atau emansipasi.
Pancasila sebagai Platform Ekonomi
Ekonomi Pancasila sebagai Sistem Ekonomi
yang berplatform (Prof. Mubyarto: 1981):
• Moral agama
• Moral kemerataan sosial
• Moral nasionalisme ekonomi
• Moral kerakyatan
• Moral keadilan sosial
Masih relevankah platform Pancasila
dengan kondisi sosial-ekonomi saat ini?
Relevansi tersebut dapat dideteksi melalui
3 (tiga) konteks, yaitu:
1. Cita-cita ideal pendiri bangsa
2. Praktek ekonomi rakyat
3. Praktek ekonomi aktual (berwatak liberal,
individualistis dan kapitalistik)
Platform Pertama: Moral Agama
Artinya pembangunan ekonomi harus
beriringan dengan pembangunan moral atau
karakter bangsa dan ditujukan untuk
menjamin keadilan antar sesama makhluk
ciptaan Allah SWT, bukan hanya sekedar
pembangunan materil.
Platform Kedua: Kemerataan Sosial
Yaitu kehendak kuat warga
masyarakat untuk mewujudkan
kemerataan sosial, tidak membiarkan
ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial terjadi dimanamana.
Platform Ketiga: Nasionalisme
ekonomi
Bahwa dalam era globalisasi makin jelas
adanya urgensi terwujudnya perekonomian
nasional yang tangguh, kuat dan mandiri.
Sesuai dengan konsep founding fathers
(Soekarno dan Hatta) politik-ekonomi
berdikari, yang bersendikan usaha mandiri
(self-help), percaya diri (self-reliance) dan
pilihan politik luar negeri yang bebas aktif.
Platform Keempat: Demokrasi ekonomi
berdasar kerakyatan dan kekeluargaan
Bahwa seharusnya koperasi dan usaha-usaha
kooperatif menjiwai perilaku ekonomi
perorangan dan masyarakat. Sementara
kenyataan di lapangan, upaya penegakan
demokrasi ekonomi dihadapkan dengan
upaya-upaya untuk memperjuangkan pasar
bebas, yang menjadi senjata penganut
liberalism dan kapitalisme. Contoh: privatisasi
BUMN dan Liberalisasi impor.
Platform Kelima: Keadilan Sosial
Keseimbangan yang harmonis, efesien
dan adil antara perencanaan nasional
dengan desentralisasi ekonomi dan
otonomi yang luas, bebas dan
bertanggung jawab menuju perwujudan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Paradigma Pembangunan yang
Berkeadilan Sosial
Sesuai dengan platform yang kelima dari sistem
ekonomi Pancasila: Keadilan Sosial, maka moral
pembangunan berdasarkan platform kelima ini
haruslah menyangkut hal berikut ini:
1. Peningkatan partisipasi dan emansipasi rakyat
laki-laki dan perempuan serta otonomi daerah
2. Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan
ketidakadilan
3. Pendekatan pembangunan berkelanjutan
4. Pencegahan kecenderungan disintegrasi nasional
5. Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmuilmu sosial di universitas
6. Penghormatan HAM dan masyarakat.
Untuk mensukseskan paradigma pembangunan
diatas, dapat dilakukan beberapa strategi
kebijakan sebagai berikut:
1. Ketetapan hati, yaitu menciptakan pembangunan dengan
ketetapan hati bahwa pembangunan ini dilakukan dari rakyat
untuk rakyat sehingga hasilnya harus dapat dirasakan oleh
semua golongan masyarakat tanpa terkecuali.
2. Penghentian Kemiskinan, yaitu kesadaran bahwa kemiskinan
merupakan hal yang paling penting sebagai masalah sosial
ekonomi yang harus diselesaikan. Kemiskinan dapat
menciptakan berbagai masalah baru dalam masyarakat jika
tidak diselesaikan dengan baik, seperti pengangguran dan
kriminalitas. Sehingga perlu diciptakan strategi yang tepat
dalam pembangunan untuk menghapus kemiskinan.
3. Menghapus Pengangguran. pengangguran terkadang juga muncul
sebagai akibat tidak teratasinya masalah kemiskinan dengan baik.
Sehingga jumlah orang yang tidak memiliki pekerjaan atau
penggangguran terus bertambah banyak. Salah satu upaya yang
bisa dilakukan adalah menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang
padat karya sehingga mampu menyerab tenaga kerja. Selain itu,
meningkatkan pendidikan masyarakat juga dapat memperkecil
tingkat pengangguran karena sumber daya manusia Indonesia
memiliki pendidikan yang lebih baik sekaligus meningkatkan
keterampilan.
4. Revitalisasi Perbankan. Masalah yang paling berat dihadapi
Indonesia disaat krisi moneter tahun 1998 yang lalu adalah masalah
buruknya kinerja perbankan di Indonesia. Tidak sedikit jumlah Bank
di Indonesia yang pailit dan merugikan Negara dengan
meninggalkan setumpuk hutang yang tentu saja nilainya tidak
sedikit. Buruknya kinerja perbankan di Indonesia, selain akibat tidak
tersedianya sistem yang mampu mengawasi kedisiplinan para
pelaku perbankan, juga diperparah dengan budaya korupsi, kolusi
dan Neporisme (KKN) yang sudah sangat sistemik.
5. Kebijakan pertanian yang memihak petani. Globalisasi
menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia saat ini. Globalisasi merupakan proses
yang tidak mungkin dapat dihindari, tetapi wajib untuk
dihadapi. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat
rentan terhadap gelombang globalisasi. Sehingga sudah
menjadi keharusan pemerintah mempersiapkan perangkat
kebijakan yang berpihak pada petani, tidak justru
kebalikannya berpihak kepada para pemilik modal yang
hanya mengejar keuntungan bagi kelompoknya saja.
6. Hubungan keuangan pusat dan daerah. Otonomi daerah
diharapkan menjadi solusi untuk membuat pembangunan
Negara Indonesia menjadi lebih merata. Sehingga prinsip
keadilan sosial semakin terlaksana. Dengan otonomi
daerah, hubungan keuangan pusat dan daerah juga
menjadi lebih proporsional.
7. Pengelolaan perdagangan bebas. Perdagangan
bebas, sebagai salah satu bentuk globalisasi
ekonomi semakin di depan mata. Yang harus
dilakukan adalah mempersiapkan Sumber daya
Manusia (SDM) agar lebih mampu bersaing
dengan SDM luar negeri. Peningkatan mutu
produk lokal juga harus dilakukan untuk
menangkal maraknya produk luar. Serta
kebijakan-kebijakan yang mampu meminimalisir
kelemahan dari sistem ekonomi kita.
KEADILAN
SOSIAL
KEADILAN ANTAR WILAYAH (DAERAH)
OTONOMI DAERAH
OTONOMI DAERAH: PENGUATAN
BASIS PEREKONOMIAN DAERAH
3 MISI UTAMA OTONOMI DAERAH:
1. Menciptakan efesiensi dan efektifitas
pengelolaan SDD;
2. Meningkatkan Pelayanan Umum dan
kesejahteraan masyarakat;
3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi
masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi)
dalam pembangunan.
SISTEM ANGGARAN PUBLIK :
1. Desentralisasi dan devolved management
2. Berorientasi pada input, output dan outcome (value
for money)
3. Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka
panjang
4. Berdasarkan sasaran dan target kinerja
5. Lintas departemen
6. Zero-base budgeting, planning programming,
budgeting system
7. Sistimatik dan rasional
8. Bottom-up budgeting
PRINSIP-PRINSIP KEUANGAN DAERAH:
1. Akuntabilitas
2. Value for money
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan
publik (probity)
4. Transparan
5. Pengendalian
konsekuensi
GLOBALISASI
Meningkatkan persaingan antar
negara dalam suatu sistem
ekonomi internasional (baik dalam
kerangka AFTA, APEC dan WTO)
Dihadapi dengan:
Meningkatkan
daya
saing
melalui
peningkatan efesiensi dan produktivitas
Dilakukan dengan:
STRUCTURAL ADJUSTMENT :
Yaitu perubahan/penyesuaian struktural untuk memperkuat kedudukan
dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional
STRUCTURAL
ADJUSTMENT
Ekonomi Tradisional yang
Subsistem menjadi Ekonomi
Modern yang berorientasi pada
pasar.
CARA-CARA YANG DITEMPUH:
1.
2.
3.
4.
Pengalokasian Sumber Daya
Penguatan Kelembagaan
Penguatan Teknologi
Pembangunan SDM
PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH
Sesuai dengan UU No.2 Tahun 1999 dan
UU No.25 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Perimbangan
Keuangan Daerah antara pemerintah
Pusat dan Daerah, maka perlu dilakukan
udgeting Refor (reformasi anggaran
Reformasi Anggaran Meliputi Proses:
1. Penyusunan
2. Pengesahan
3. Pelaksanaan
4. Pertanggungjawaban
TRADITIONAL BUDGET
BUDGETING
REFORM
PERFORMANCE BUDGET
(NEW PUBLIC MANAGEMENT)
Anggaran Tradisional, Karakteristik
Umumnya, antara lain:
1. Sentralisasi
2. Berorientasi pada input
3. Tidak terkait dengan perencanaan jangka
panjang
4. Line-item dan incrementalism
5. Batasan (rigid) departemen yang kaku
6. Menggunakan aturan klasik: vote accounting
7. Prinsip Anggara Bruto
8. Bersifat tahunan
BAB III
1.
Teori ini didasarkan pada dikotomi antara apa yang disebut
modern dan tradisional. Modern merupakan simbol dari
kemajuan, pemikiran yang rasional, cara kerja yang efesien, dst.
2.
Teori modernisasi juga didasarkan pada faktor-faktor nonmaterial sebagai penyebab kemiskinan, khususnya dunia ide dan
atau alam pemikiran.
3.
Teori modernisasi biasanya bersifat a-historis. Hukum-hukumnya
sering diaggap berlaku secara universal, dan dapat diberlakukan
tanpa memperhatikan faktor waktu ataupun faktor tempat.
4.
Faktor-faktor yang mendorong atau menghambat pembangunan
harus dicari di dalam negara-negara yang bersangkutan.
1. Mordenisasi merupakan proses bertahap
2. Modenisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi
3. Mordenisasi kadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai
proses Eropanisasi atau Amerikanisasi ata yang lebih dikenal
dengan istilah bahwa modernisasi sama dengan barat.
4. Mordenisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
5. Modernisasi merupakan perubahan progresif
6. Modernisasi memerlukan waktu panjang. Evolusioner bukan revolusioner
Negara yang memproduksi
hasil pertanian
Negara yang memproduksi
barang industri
Negara2 miskin
Negara2 kaya
Terjadi hubungan dagang
Result = Saling diuntungkan
Negara2 pertanian
Semakin tertinggal
Negara2 Industri
Semakin maju
Menghadapi kenyataan diatas, ada
dua kelompok teori :
1. Teori-teori yang menjelaskan bahwa
kemiskinan itu terutama disebabkan oleh
faktor-faktor internal atau faktor-faktor yang
terdapat di dalam negeri yang bersangkutan.
Teori-teori yang termasuk didalam kelompok
ini disebut Teori Modernisasi.
2. Teori-teori yang lebih banyak
mempersoalkan faktor-faktor eksternal
sebagai penyebab terjadinya kemiskinan di
negara-negara tertentu. Kemiskinan
terutama dilihat sebagai akibat dari
bekerjanya kekuatan-kekuatan luar yang
menyebabkan negara yang bersangkutan
gagal melakukan pembangunannya. Teoriteori ini disebut Teori Struktural.
BEBERAPA TEORI MODERNISASI
KLASIK :
TEORI HARROD – DOMAR
(Tabungan & Investasi)
Masalah keterbelakangan adalah masalah
kekurangan modal. Kalau ada modal, dan modal itu
diinvestasikan, hasilnya adalah pembangunan
ekonomi. Prinsipnya: Kekurangan modal, tabungan
dan investasi menjadi masalah utama pembangunan
TEORI MAX WEBER
(ETIKA PROTESTAN)
Teori Weber mempersoalkan masalah manusia yang
dibentuk oleh nilai-nilai budaya disekitarnya,
terutama nilai-nilai agama. Etika Protestan yang
dikemukakan Weber adalah cara bekerja yang keras
dan sungguh-sungguh, lepas dari imbalannya,
(materialnya).
TEORI DAVID McCLELLAND
(DORONGAN BERPRESTASI ATAU NACH)
McClelland terkenal dengan konsepnya: the need
for a hieve ent (kebutuhan atau dorongan untuk
berprestasi) dan disingkat n-ach. Ia mengatakan, jika
dalam suatu masyarakat ada yang banyak memiliki nach yang tinggi, dapat diharapkan masyarakat
tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi
TEORI W.W. ROSTOW
(Lima tahap Pembangunan)
Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi
lima tahap:
1. Masyarakat tradisional
2. Prakondisi untuk lepas landas
3. Lepas landas
4. Begerak ke kedewasaan
5. Jaman konsumsi masal yang tinggi.
Rostow melihat perlunya kelompok wiraswastawan : yaitu
orang-orang yang berani melakukan tindakan pembaruanpembaruan meskipun tndakan tersebut ada resikonya.
Kondisi sosial yang melahirkan para wiraswastawan ini :
1. Adanya elit baru dalam masyarakat yang merasa
diingkari haknya.
2. Masyarakat tradisional yang ada cukup lemah untuk
memperbolehkan warganya mencari kekayaan atau
kekuasaan politik sebagai jalan untuk menaikkan
statusnya dalam masyarakat.
TEORI BERT F. HOSELITZ
(Faktor-faktor Non ekonomi)
Hoselitz menyebut faktor non ekonomi ini sebagai
faktor lingkungan yang ianggap penting dalam proses
pembangunan bagi Hoselitz, pembangunan
membutuhkan pemasokan dari beberapa unsur:
1. Pemasokan modal besar dan perbankan
2. Pemasokan tenaga ahli dan terampil.
TEORI BARU MODERNISASI
Pengembangan :
• Hasil kajian baru teori modernisasi
menghindari untuk memperlakukan nilai-nilai
tradisional dan modern sebagai dua perangkat
sistem nilai yang bertolak belakang. Tetapi
saling mendukung.
• Teori baru modernisasi lebih mempertanyakan
berbagai kemungkinan dan sebab mengapa
seperangkat pranata sosial yang sama
• Kajian baru teori modernisasi tidak lagi
menjadikan barat sebagai satu2nya model.
• Teori baru modernisasi ini lebih memberikan
perhatian pada faktor eksternal (lingkungan
internasional) dibanding pada masa
sebelumnya.
Tokoh-tokoh :
• Wong Siu-Lun
• Wiston Davis
• Michael R. Dove
Teori Mordenisasi Klasik
Teori Mordenisasi
Baru
keprihatinan
Negara Berkembang
sama
Tingkat analisa
Nasional
sama
Variabel Pokok
Faktor internal : nilai-nilai budaya-pranata
sosial
sama
Konsep pokok
Tradisional dan Modern
sama
Implikasi Kebijakan
Modernisasi memberikan manfaat positif
sama
Tradisi
Sebagai penghalang pembangunan
Faktor positif pembangunan
Metode Kajian
Abstrak dan Konstruksi Tipologi
Studi kasus & analisa sejarah
Arah Pembangunan
Garis lurus & menggunakan USA sebagai
model
Berarah dan bermodel banyak
Faktor ekstern dan Konflik
Tidak memperhatikan
Lebih memperhatikan
Persamaan
Perbedaan
Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari
Pembangunan di Negara Berkembang
Berdasarkan perkembangannya, maka Teori
Dependensia dikategorikan :
SEJARAH LAHIRNYA
Jika Teori Modernisasi cenderung menjadikan
negara2 maju/industri sebagai model
pembangunan, sebaliknya teori dependensia
mewakili suara negara-negara pinggiran untuk
menentang hegemoni, politik, budaya dan
intelektual dari negara maju.
Teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan
program Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsabangsa untuk Amerika Latin (KEPBBAL) di awal
1960-an.
Teori Modernisasi: Bahwa
kesalahan terletak pada
keterlambatan negara2
melakukan modernisasi
Lahirnya
teori2
struktural
Teori Struktural
MENOLAK
Teori Struktural beranggapan
bahwa kemiskinan yan terdapat
di negara2 dunia ketiga yg
mengkhususkan diri pada
produksi pertanian adalah akibat
dari struktur perekonomian dunia
yang eksploitatif negara yg kuat
kepada negara yang lemah,
sehingga surplus negara2 dunia
ketiga beralih ke negara industri
maju
Teori ketergantungan memiliki dua induk:
Studi-studi empiris tentang pembangunan di
negara-negara pinggirian
• Nuasannya pada pedekatan ekonomi liberal
• Tokoh terkemuka Paul Presbisch
Teori-teori tentang Imperialisme dan
Kolonialisme
• Kental pengaruh pemikiran-pemikiran Marxis
• Contoh Paul Baran
PAUL PRESBISCH :
Industri Substitusi Impor
• Menurut Prebisch adanya pembagian kerja
secara internasional membuat negara-negara
di dunia melakukan spesialisasi produksinya
sehingga terciptalah dua kelompok: negara
pusat (industri) dan negara pinggiran
(pertanian)
• Nilai tukar barang industri dengan barang
pertanian menyebabkan defisit yang makin
lama makin besar pada neraca perdagangan
• Defisit anggaran tersebut dijelaskan dari
beberapa hal:
– Hukum Engles : bahwa pendapatan yang
meningkat menyebabkan prosentase konsumsi
makanan terhdap pendapatan justru menurun.
– Negara-negara industri sering melakukan proteksi
terhadap hasil pertanian mereka sendiri, sehingga
sulit bagi negara pertanian untuk mengekspornya
kesana.
– Kebutuhan akan bahan mentah bisa dikurangi
sebagai akibat dari adanya penemuan-penemuan
teknologi baru yang bisa membuat bahan-bahan
mentah sintetis. Hal ini semakin memperkecil
jumlah ekspor dari negara2 pinggiran.
Perdebatan tentang Imperialisme dan
Kolonialisme:
1. Kelompok teori yang menekankan idealisme
manusia dan keiinginanya untuk
menyebarkan ajran Tuhan.
•
TEORI GOD
2. Kelompok teori yang menekankan kehausan
manusia terhadap kekuasaan, untuk
kebesaran pribadi maupun kebesaran
masyarakat dan negaranya.
•
TEORI GLORY
3. Kelompok teori yang menekankan pada
keserakahan manusia, yang selalu berusaha
mencari tambahan kekayaan, yang dikuasai
oleh kepentingan umum.
•
TEORI GOLD
Ketiga hal tersebut yang mendorong manusia
untuk melakukan kolonialisme dan
imperialisme.
Elemen
Perbandingan
Teori Modernisasi Klasik
Teori Dependensi Klasik
PERSAMAAN
Fokus Perhatian (keprihatinan)
Pembangunan dunia ketiga
sama
Metode
Sangat abstrak
perumusan model-model
Sama
Sama
Dwi – Kutub struktur teori
Tradisional dan Modern (maju)
Sentral (metropolis) dan pinggiran
(satelit)
Warisan teoritis
Teori evolusi dan Fungsionalisme
Program KEPBAL dan Marxis
ortodoks
Sebab keterbelakangan
Faktor dalam
Faktor luar
Hubungan Internasional
Saling menguntungkan
Merugikan negara dunia ketiga
Masa depan dunia ketiga
Optimis
Pesimis
Kebijaksanaan pembangunan
(Pemecahan masalah)
Lebih mendekatkan keterkaitan
dengan negara maju
Mengurangi keterkaitan dengan
negara sentral revolusi sosialis
PERBEDAAN
BAB IV
TEORI MODERNISASI
Sebuah pendekatan dalam
mempelajari pembangunan di
negara berkembang
SEJARAH LAHIRNYA
Munculnya Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan
dominan dunia pasca PD II.
Pada saat yang hampir bersamaan, Uni Soviet mencoba
memperluas pengaruh politiknya di dunia sehingga
mendorong AS untuk mengimbangi hal tersebut dengan
pengaruhnya di dunia.
Banyaknya negara-negara yang baru merdeka mencari
model pembangunan yang hendak digunakan sebagai
contoh untuk membangun ekonominya (Suwarsono,
1994: 7)
Dalam menjelaskan persolan pembangunan di negara berkembang,
Teori Modernisasi banyak dipengaruhi dari pemikiran Teori evolusi
dan Teori Fungsionalisme sebagai pendahulunya.
TEORI EVOLUSI
Pada garis besarnya teori evolusi menggambarkan
perkembangan masyarakat sebagai berikut :
teori evolusi menganggap bahwa perubahan
sosial merupakan gerakan searah seperti garis
lurus. Masyarakat berkembang dari
masyarakat primitif menuju masyarakat maju.
Sehingga masa depan masyarakat dunia sudah
dapat diramal yaitu melewati masa yang relatif
panjang, dunia akan menjadi masyarakat
maju.
Teori evolusi membaurkan antara pandangan
subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir
perubahan sosial. Perubahan menuju bentuk
masyarakat modern, merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari. Oleh karena itu bentuk
masyarakat modern merupakan bentuk
masyarakat yang dicita-citakan yang
mengandung semua unsur yang disebut dengan
“baik” dan “sempurna”.
TEORI FUNGSIONALISME
Dipelopori oleh Talcot Parsons, yang melihat masyarakat
tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia, dan oleh
karena itu masyarakat manusia dapat juga dipelajari
seperti mempelajari tubuh manusia:
Seperti halnya sstruktur tubuh manusia yang memiliki
berbagai hubungan satu sama lain, maka masyarakat juga
memiliki kelembagaan yang saling terkait dan bergantung
satu sama lain. Parsons menggunakan konsep “sistem”
untuk menggambarkan koordinasi harmonis antar
kelembagaan tersebut.
Karena setiap bagian tubuh manusia memiliki
fungsi yang jelas dan khas (specific) maka
demikian pula halnya dengan setiap bentuk
kelembagaan dalam masyarakat. Parson
menggunakan istilah “fungsi pokok”.
Analogi tubuh manusia inii juga yang
melahirkan konsep “keseimbangan dinamisstasioner”. Jika ada salah satu bagian tubuh
manusia berubah, maka bagian lain akan
mengikutinya.
BAB IX
KONTROVERSI
PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
& UTANG LUAR NEGERI (ULN)
1997
INDONESIA KRISIS EKONOMI
Kondisi krisis diperburuk oleh praktek-praktek ekonomi yang
tidak sesuai /tidak mengindahkan tata krama keadilan,
seperti:
• Operasi perbankan yang sangat buruk
• nepotisme merajalela
• Utang swasta tidak transparan
• Korupsi melalui monopoli
• Spekulasi modal asing yang tinggi, dst.
PENANAMAN MODAL
ASING (PMA)
PILIHAN SOLUSI :
MASALAH BARU
UTANG LUAR NEGERI
(ULN)
KONDISI MAKRO EKONOMI INDONESIA
• Pasca 1997 (krisis ekonomi), kondisi
makroekonomi Indonesia mengalami
perbaikan, indikatornya adalah:
– Penguatan kestabilan rupiah (mata uang nasional
terhadap dolar)
TAHUN
KISARAN / LEVEL
2003
Rp 10.000 / US dollar
2004 - 2005
Rp 8.500 / US dollar
2006 - 2007
Rp 9.000 – Rp 9.800 / US dollar
– Angka inflansi menurun :
• 2002 : 10,5%
• 2003 : 5,06%
– Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
bisa ditekan dari 10,5% menjadi 8,34%
– Pertumbuhan ekonomi sedikit meningkat,
meskipun baru diseputar 4%
• Selain ini kondisi makro ekonomi juga
dipengaruhi oleh isu-isu atau masalahmasalah :
1) Pembesaran korupsi dan malpraktek
perbankan
2) Masalah pengangguran
Sampai 2003, ada 40 juta orang (40%) dari
angkatan kerja di Indonesia yang
menganggur.
3) Stabilitas politik
KONTROVERSI PENANAMAN
MODAL ASING (PMA)
Arus modal Asing /keuangan Internasional
Negara umumnya dalam dua bentuk :
PENANAMAN MODAL
ASING (PMA), Yang
dilakukan oleh swasta/
private foreign investment
Bantuan Pembangunan
Resmi Pemerintah dan
swasta / public
Development Assistance
PENANAMAN MODAL ASING (PMA), Private
foreign investment, Contoh :
• Foreign Direct Investment
• Deposito Asing pada Bank-bank Komersial
nasional (Foreign Deposits/FD)
• Pinjaman Utang baik swasta/pemerintah
• Investasi dalam pasar uang, dalam pasar
modal.
Bantuan Pembangunan Resmi Pemerintah dan
swasta / Public Development Assistance
• Contohnya bisa berbentuk bantuan atau
pinjaman luar negeri (foreign Aid) baik
individual, multilateral melalui lembaga
independen.
PERBANDINGAN
PMA / FDI :
Biasanya menggunakan
dana-dana investasi
langsung untuk
menjalankan kegiatan
bisnis
Meningkatkan lapangan
pekerjaan
Tingkat resiko paling
kecil.
PDA / FA :
Dikhawatirkan terjadi
kebocoran dalam
penggunaan dana
pinjaman tersbut
Kesulitan membayar
bungan dan cicilan
utang
Kontroversi seputar PMA adalah dalam hal
kontribusinya dalam konteks pembangunan,
yaitu antara yang positif (yang mendukung
PMA) dan negatif (yang menentang PMA) :
MENDUKUNG
(PMA memberikan sumbangan
Positif) :
MENENTANG
(PMA menberikan sumbangan
negatif) :
Memenuhi kebutuhan tabungan
(modal), devisa, pendapatan, dan
keahlian manajemen.
PMA justru memperlebar kesenjangan
PMA berperan mengisi kekurangan
sumber daya antara tingkat investasi
yang ditargetkan dengan jumlah
tabungan domestik yang dapat
dimobilisasikan.
Terjadinya berbagai bentuk persaingan
yang tidak sehat diantara pihak
multinasional dengan pemerintah
Mengisi kesenjangan antara target
jumlah devisa yang dibutuhkan dan
hasil-hasil aktual devisa dari ekspor
dan bantuan luar negeri.
Dalam jangka panjang, PMA justru
mengurangi devisa karena adanya
impor besar-besaran atas barangbarang setengah jadi dan barang
modal dari perusahan multinasional
tersebut, ditambah dengan
mengirimkan kembali keuntungan ke
negara asalnya.
MENDUKUNG
(PMA memberikan sumbangan
Positif) :
MENENTANG
(PMA menberikan sumbangan
negatif) :
Mengisi kesenjangan antara target
penerima pajak pemerintah dan
jumlah pajak aktual yang dapat
dikumpulkan
Prakteknya adalah, pajak yang didapat
sangat kecil dibandingkan dengan
keuntungan yang didapat, akibat
adanya fasilitas pemerintah terhadap
investor asing tersebut.
Mengisi kebutuhan manajemen,
teknologi, keterampilan atau skill.
Tidak semua dapat diberikan
PMA dalam hal ini diwakilkan oleh perusahaan-perusahaan
multinasional (MNC), pada kenyataannya sepak terjangnya
di Indonesia memunculkan banyak keberatan yang dapat
dirangkum sebagai berikut (Todaro: 2006:166)
1) Implikasi positif yang diberikan bagi proses
pembangunan pada kenyataanya tidak merata
2) Perusahaan multinasional umumnya menghasilkan
barang/jasa yang sebenarnya tidak sepenuhnya sesuai
dengan kebutuhan penduduk di negara berkembang.
3) Sumber daya domestik milik negara berkembang
cenderung dialokasikan kepada proyek-proyek yang
secara sosial tidak menguntungkan sehingga terjadi
atau memperlebar ketimpangan.
4) Perusahaan Multinasional (kekuatan modal) sering
mempengaruhi, menyuap, manipulasi berbagai
kebijakan pemerintah di negara-negara
berkembang.
5) Perusahaan Multinasional berpotensi besar
merusak perekonomian dengan cara menekan
timbulnya semangat wirausahawan lokal.
6) Kekhawatiran politis
KONTROVERSI UTANG LUAR NEGERI
DI INDONESIA
Utang Luar Negeri (ULN) :
Adalah semua pinjaman konsensional dan
bantuan pemerintah dalam bentuk uang atau
barang yang secara umum ditujukan untuk
mengalihkan sumber-sumber dari negaranegara kaya ke negara dunia ketiga, dengan
tujuan utamanya pembangunan dan atau
pemerataan pendapatan. (Todaro, 2000:175)
AKUMULASI ULN INDONESIA :
• 60 % ULN adalah utang sektor publik, dengan
komposisi sebagai berikut:
– 52% : utang pemerintah
– 3,24% : Utang Bank Pemerintah
– 4.13% : Utang BUMN
• Utang swasta 40,5%
Pengaruh ULN terhadap Kondisi Sosialpolitik Negara :
1. Tingkat utang pemerintah yang tinggi, dapat
meningkatkan resiko pelarian modal (capital
flight)
2. Tingkat utang pemerintah yang didanai oleh
ULN bisa menurunkan pengaruh secara
politis (bergaining position) negara di
pergaulan internasional
Aspek-aspek Kritis yang menyebabkan ULN
memiliki implikasi serius terhadap Negara
berkembang :
1. ULN datang dalam bentuk barang atau
teknologi sehingga tidak fleksibel karena
hanya bisa dipakai untuk program-program
tertentu saja
2. Karena datang dalam bentuk tadi, maka
kemungkinan yang muncul barang atau
teknologi itu tidak lagi sesuai dengan
program yang dipergunakan.
3. Biasanya ULN diikuti kesepakatan untuk
menyertakan konsultan asing, yang tentu saja
biayanya mahal jika dibandingkan dengan
konsultan lokal
4. Biasanya disertai dengan kesepakatankesepakatan berbagai kebijakan seperti
Structural adjustment.
BAB V
Kemiskinan sangat identik dengan
beberapa variabel berikut ini:
Kepemilikan modal
Pendidikan
Kepemilikan lahan
Pelayanan
Sumber daya
manusia
Kekurangan gizi
kesehatan
Perndapatan
perkapita
Minimnya investasi
Parameter Kemiskinan :
W. SCOTT (1979) : Kemiskinan diukur dari
pendapatan rata-rata perkepala (income percapita)
A. SEN (1977) : Melihat dari kebutuhan dasar (basic
needs)
WORLD BANK : Mengukur kemiskinan dengan
mematok minimal pengeluaran US$ 1 per hari. Jika
dibawah itu termasuk kategori kemiskinan absolut.
UNDP (United Nations Developed Program) :
mengukur kemiskinan dengan melihat Indeks
Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index –HPI)
UNDP
kemiskinan manusia harus diukur dalam
satuan hilangnya tiga hal utama (three Key Deprivations),
yaitu :
1) Kehidupan
(lebih dari 30% penduduk negara-negara berkembang tidak
mungkin hidup lebih dari 40 tahun
2) Pendidikan Dasar
(dilihat dari presentasi tingkat penduduk dewasa yang
buta huruf ,dan seterusnya)
1) Ketetapan Ekonomi
(dilihat dari jumlah penduduk yang tidak mempunyai
akses kesehatan, jumlah anak-anak dibawah 5 tahun
yang kekurangan berat badan)
Sudut Pandang mengukur
Kemiskinan:
SAYOGO (1997) : melihat atau mengukur kemiskinan
dari tingkat konsumsi beras perkapita pertahun:
Jika konsumsi dibawah 420 kg untuk kota = miskin
Jika Konsumsi dibawah 320 kg untuk pedesaan = miskin
Biro Pusat Statistik (BPS) :
Kemisikinan dilihat atau diukur dari jumlah
pengeluaran tiap bulan.
Entang Sastraatmadja (2003):
Kemiskinan ABSOLUT :
Yaitu kemiskinan karena
pendapatannya dibawah jumlah
minimum UMR
Kemiskinan
dilihat dari
tingkat
Pendapatan :
Kemiskinan RELATIF :
Yaitu Kemiskinan karena hidup
dengan pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari
Kemiskinan dilihat atau diukur dari berdasarkan
pola waktu (sastraatmadja; 2003) :
PERSISTENT POVERTY, yakni kemiskinan yang kronis
atau terjadi secara turun temurun.
2. CYCLICAL POVERTY, yaitu kemiskinan yang terjadi
karena mengikuti siklus ekonomi secara keseluruhan.
3. SEASONAL POVERTY, yaitu kemiskinan musiman yang
terjadi berdasarkan masa-masa tertentu, misalnya masa
panceklik bagi petani, dst.
4. ACCIDENT POVERTY, yaitu kemiskinan yang tercipta
karena adanya bencana alam, konflik & kekerasan atau
dampak dari suatu kebijakan tertentu yang
menyebabkan menurunnya kesejahteraan suatu
masyarakat.
1.
KARAKTERISTIK EKONOMI PENDUDUK
MISKIN :
Ada generalisasi (anggapan sederhana), bahwasanya
penduduk miskin umumnya bertempat tinggal
didaerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok
di bidang pertanian dan kegiatanlainnya yang
berhubungan dengan sektor ekonomi trasional
tersebut.
2. Bahwasanya kemiskinan itu banyak diderita oleh
kaum wanita beserta anak-anak.
3. (a)kondisi minor yang diderita etnis minoritas (b)
tingginya tingkat kemiskinan dalam kelompok
pribumi.
1.
Fenomena yang
sering terjadi
Dalam
pembangunan
di Negara
berkembang
Tingkat Pengangguran
di kota dan desa besar
Ketimpangan distribusi
Pendapatan antara
Kaum kaya dan miskin
Ketimpangan regional
Menciptakan Gap yang luas
MASALAH KEMISKINAN DI
INDONESIA
KONDISI PEMBANGUNAN DI
INDONESIA
Semakin Timur, pembangunan semakin tidak merata,
sehingga ketimpangan pembangunan sangat kerasa
Upaya-upaya pengentasan kemiskinan tidak selalu
membuahkan hasil, misalnya:
Untuk mengelola ekonomi, pemerintah pernah mengeluarkan
kebijakan growth with distribution of wealth , yaitu suatu
upaya mengatur ekonomi melalui manajemen sentralistik.
Akibatnya daerah atau wilayah kehilangan keberdayaannya.
padahal sekita tahun 1980-an, Indonesia dikenal
dengan sebutan macan asia karena berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6-7%
pertahun (Repelita III – V)
KEBIJAKAN PENGURANGAN
KEMISKINAN
Secara teori, semakin banyak program kemiskinan
(penanggulangan) maka jumlah kemiskinan dapat
ditekan serendah mungkin.
Oleh karena itu secara operasional, pemerintah
Indonesia menyalurkan dana:
DAU (Dana Alokasi Umum)
DAK (Dana Alokasi Khusus)
Dana Sektoral
Dana UKM (Unit Kegiatan Masyarakat)
Namun upaya-upaya diatas ternyata masih kurang
berhasil.
Salah satu penyebab kegagalan penanggulangan
kemiskinan, adalah pemerintah belum mempunyai
peta masalah serta potensi yang ada di setiap
masyarakat.
Program-program Pengentasan
Kemiskinan yang Telah dilakukan:
IDT (Inpres Desa Tertinggal), dengan tujuan untuk
menciptakan kesetaraan desa dan menciptakan
lapangan pekerjaan.
INPRES Kesehatan, bertujuan memberikan pelayanan
kesehatan yang murah dan mudah untuk penduduk
pedesaan.
INPRES Pendidikan, yaitu layanan pendidikan gratis
untuk tingkat SD sampai SMP
KUT (Kredit Usaha Tani), memudahkan petani untuk
mendapatkan modal.
KCK (Kredit Candak Kulak), memberikan kemudahan
masyarakat mendapatkan modal diluar sektor
pertanian.
Pemberantasan Pajak untuk hasil pertanian
Subsidi atas pupuk dan obat-obatan
Operasi beras murah, dst.
Hal-hal atau isu sentral yang harus menjadi
fokus perhatian bagi upaya penanggulangan
kemiskinan :
Upaya penganggulangan kemiskinan harus bersifat local
spesific
Upaya penanggulangan kemiskinan di era otonomi daerah
harus diikuti dengan :
a) Kebijakan land reform melalui aturan daerah
b) Terciptanya demokrasi ekonomi rakyat dengan
pengembangan sistem ekonomi kerakyatan
c) Terbentuknya lembaga keuangan mikro untuk
membiayai ekonomi rakyat
d) Partisipasi kaum wanita dalam pengambilan
keputusan harus lebih proporsional
Upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan
dengan pendekatan pembangunan ekonomi rumah
tangga,
Harus merupakan program pembangunan yang
produktif dan memberikan sumbangan terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat
Penanganan kemiskinan harus menyentuh dua area
sasaran aksi:
Meningkatkan pendapatan masyarakat miskin
Meningkatkan pelayanan masyarakat
Penanggulangan kemiskinan => dari masyarakat
untuk masyarakat
Untuk memenuhi demokratisasi dan desentralisasi, maka
upaya-upaya tidak boleh lepas dari :
Good governance
Pembagian pran yang jelas antara pusat – daerah
Patnership pemerintah-swasta-civil society
Upaya pemberdayaan masyarakat yang bertumpu pada
kekuatan ekonomi
Era otonomi menuntut strategi penanggulangan :
Sederhana
Open menu
Partisipasi menyeluruh, melibatkan multistake holder.
Keterbukaan informasi
Pengelolaan program dan dana harus transparan
Operasional penanggulangan kemiskinan harus
dilaksanakan dengan menerapkan:
a) Koordinasi
b) Katalisasi
c) Mediasi
d) fasilitasi
BAB VI
USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH (UMKM)
TANTANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL
INTERNAL
EKSTERNAL
Yaitu, masalah-masalah yang
muncul dari dalam negeri (faktor
domestik), antara lain :
Yaitu,
masalah-masalah
yang
mempengaruhi
secara
tidak
langsung yang datang dari luar
negara, seperti :
• krisis multidimensi yang
berkepanjangan
•
Globalisasi yang tidak dapat
dihindari
• Otonomi daerah yang belum
sempurna aplikasinya
•
Isu-isu perdagangan bebas
• Isu-isu disintegrasi bangsa
Beberapa hal penting yang menjadi pelajaran
dari krisis ekonomi (1998) yang lalu :
1. Pembangunan ekonomi yang tidak berbasis
pada kekuatan sendiri, tetapi bertumpu pada
utang & impor. Hal ini sangat rentan terhadap
perubahan faktor eksternal dan membawa
dalam krisis yang berkepanjangan.
2. Pendekatan yang serba sentralistik, seragam,
dan hanya berpusat pada pemerintah. Hal ini
tidak menghasilkan struktur sosial ekonomi yang
memiliki pondasi yang kokoh, tetapi justru
menghasilkan struktur sosial ekonomi yang
didominasi usaha skala besar dengan kinerja
yang rapuh.
Dari pelajaran diatas, maka harus dibuat
rancangan strategi dan kebijakan
pembangunan yang komprehensif dan jangka
menengah – jauh.
Salah satu bentuk aktualisasi tersebut dengan
muncul wacana pembangunan atau
pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM)
DEFINISI UMKM
Menteri Negara Koperasi & UKM :
UMKM adalah: Usaha kecil termasuk usaha
mikro merupakan suatu badan usaha milik
warga negara Indonesia, baik perseorangan
maupun berbadan hukum yang memiliki
kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan
bangunan sebanyak-banyaknya Rp.200 Juta
atau mempunyai hasil penjualan rata-rata
pertahun Rp. 1 Milyar dan usaha tersebut
berdiri sendiri.
Usaha Kecil & Mikro :
Milik Individu (WNI)
Berbadan Hukum
Kekayaan bersih maksimal Rp.200 Juta
Hasil penjualan (nilai omzet) rata-rata Rp. 1
Milyar pertahunnya.
USAHA MENENGAH:
Adalah badan usaha milik warga negara
Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp. 200 Juta – Rp. 10 Milyar, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Klasifikasi Usaha dilihat dari Nilai
Kekayaannya :
NILAI KEKAYAAN
USAHA KECIL & MIKRO
USAHA MENENGAH
USAHA BESAR
Maksimal Rp. 200 Juta
Rp. 200 Juta – Rp. 10 Milyar
Diatas Rp. 10 Milyar
BIRO PUSAT STATISTIK (BPS)
Usaha kecil adalah perusahaan (baik yang
berbadan hukum atau tidak) yang mempunyai
tenaga kerja 5-9 orang termasuk pemilik
usaha atau pengusaha.
Klasifikasi Usaha dilihat dari Jumlah
Tenaga Kerjanya:
JUMLAH TENAGA KERJA
USAHA KECIL & MIKRO :
USAHA MENENGAH :
USAHA BESAR :
1 – 4 Orang
20 – 99 Orang
Diatas 99 Orang
Departemen Industri & Perdagangan:
(UU No.9 Tahun 1995 ) Usaha Kecil merupakan
bagian dari industri dan dagang kecil yang
merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh perseorangan atau rumah tangga
maupun satu badan, bertujuan untuk
memproduksi barang atau jasa untuk
diperniagakan
secara
komersial
yang
mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp.
200 Juta dan mempunyai nilai penjualan Rp. 1
Milyar atau kurang pertahunnya.
CONTOH-CONTOH UMKM:
•
•
•
•
•
•
Petani tunalahan
Nelayan tanpa perahu
Industri kecil (skala rumah tangga)
Usaha kerajinan tangan
Pedagang kecil/asongan
Pengecer koran, dan seterusnya.
Masalah-masalah yang sering dihadapi
oleh UMKM, antara lain:
MASALAH INTERNAL:
1) Rendahnya profesionalisme tenaga pengolah
usaha UMKM
2) Keterbatasan modal dan askes terhadap pasar
dan perbankan
3) Kemampuan penguasaan teknologi yang masih
kurang
MASALAH EKSTERNAL:
1) Iklim usaha yang kurang menguntungkan bagi
pengembangan usaha kecil,
2) Kebijakan pemerintah yang belum berjalan
sebagaimana diharapkan,
3) Kurangnya dukungan,
4) Masih kurangnya pembinaan, bimbingan
manajemen, dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
UMKM sebagai sebuah Organisasi
ekonomi/bisnis memiliki ciri spesifik:
Struktur ekonomi organisasi sangat sederhana
Mempunyai karakter khas
Tanpa elaborasi
Tanpa staf yang berlebihan
Pembagian kerja yang lentur
Memiliki hirarki manajemen yang kecil
Sedikit aktivitas yang diformalkan
Sangat sedikit yang menggunakan proses
perencanaan
Jarang memberikan pelatihan terhadap
karyawan
Jumlah karyawan sedikit
Pengusaha sulit membedakan aset pribadi
dan aset perusahaan
Sistem akuntansi kurang baik (biasanya
bahkan tidak memiliki pembukuan)
Faktor-faktor Penyebab Kegagalan
Sektor Industri untuk berkembang :
1. Poor Decesion making ability, yakni lemahnya
kemampuan dalam mengambil keputusan.
2. Management imcompetence, yakni
ketidakmampuan manajemen.
3. Lack of experience, yakni kurang
berpengalaman
4. Poor financial control, yaitu lemahnya
pengawasan terhadap keuangan.
5. Deterioration of working capital, yakni
kemerosotan posisi modal kerja,
6. Declining sales, artinya sering menemukan
penurunan pada volume penjualan.
7. Declining profit, yaitu buruknya manajemen
mendorong terjadinya penurunan laba atau
keuntungan.
8. Icreasing debt, sebaliknya hutang terus
meningkat.
Kendala-kendala lain yang mempengaruhi
Sulitnya Pengembangan UMKM adalah adanya
pemikiran-pemikiran atau mitos yang salah
kaprah, antara lain:
1) Mitos akan adanya kecenderungan pemikiran
bahwa alokasi sumberdaya pembangunan
diprioritaskan menurut dimensi rasional lebih
penting daripada dimensi moral, dimensi
material lebih pada dimensi institusional, dan
dimensi ekonomi lebih penting daripada dimensi
sosialnya
2) Mitos bahwa pendekatan pembangunan yang
berasal dari atas (top-down) lebih mudah dan
lebih baik daripada pembangunan dengan
pendekatan dari bawah (bottom-up) yang
berasal dari aspirasi pembangunan ditingkat
grassroot.
3) Mitos bahwa pembangunan masyarakat lebih
membutuhkan bantuan material (fisik) daripada
bantuan keterampilan teknis dan manajerial
4) Mitos bahwa pengetahuan dan teknologi impor
selalu lebih baik daripada teknologi tradisional.
5) Mitos bahwa kelembagaan lokal cenderung
tidak efesien (bahkan tidak efektif) serta
menghambat proses pemberdayaan masyarakat
itu sendiri.
6) Mitos bahwa masyarakat di lapisan bawah tidak
tahu akan apa yang diperlukan dan bagaimana
memperbaiki nasibnya,
7) Mitos bahwa berbagai kemiskinan yang terjadi
merupakan akibat ketidakmampuan,
kebodohan, dan kemalasan orang miskin sendiri.
8) Mitos bahwa efesiensi merupakan tujuan utama
pembangunan dan tujuan dari alokasi
sumberdaya-sumber daya masyarakat.
9) Mitos bahwa sektor pertanian dan pedesaan
merupakan sektor yang inferior, tradisional,
kurang produktif, dan memiliki masa
pengembalian investasi yang panjang sehingga
tidak perlu diprioritaskan pengembangannya.
10)Mitos keseimbangan dalam akses dan
kepemilikan sumber daya pembangunan,
merupakan syarat penting untuk melakukan
perubahan.
BAB VII
PEMBANGUNAN SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA
PERANAN SEKTOR PERTANIAN :
KERANGKA ANASISIS
TEORI SIMON KUZNETS (1964):
• Pertanian di LDCs (Low Development
Countries) dapat dilihat sebagai suatu sektor
ekonomi yang sangat potensial
Kontribusi
produk
Kontribusi
pasar
4 kontribusi sektor
pertanian di LDCs
Kontribusi faktorfaktor produksi
Kontribusi
devisa
(1) KONTRIBUSI PRODUK
artinya pertumbuhan ouput harus disektor
pertanian menentukan ekspansi sektor-sektor
ekonomi lainnya, dalam hal:
1) Demand (permintaan): sebagai sumber
pemasok makanan yang kontinu mengikuti
pertumbuhan penduduk
2) Supply (penawaran): sebagai sumber bahan
baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor
lain. misalnya: manufaktur (makanan dan
minuman)
PASAR
Dalam sistem
ekonomi terbuka,
besar kontribusi
produk terhadap
PDB dari sektor
pertanian disalurkan
melalui:
Keterkaitan produksi
dengan sektorsekktor non
pertanian
Kontribusi Produk Versus Barang
Impor
• Kontribusi produk terhadap PDB harus
menghadapi persaingan dari luar:
• Misalnya: kontribusi produk sektor pertanian
terhadap PDB di Indonesia melalui:
– PASAR: Pasar domestik didominasi oleh berbagai
produk pertanian dari luar negeri, misalnya beras,
buah-buahan, sayuran dan daging,
– KETERKAITAN PRODUKSI: banyak industri di Indonesia
yang kesulitan bahan baki dari dalam negeri karena
komoditi-komoditi tersebut diekspor keluar negeri
dengan harga jual lebih mahal. Misalnya idustri
minyak kelapa sawit & industri kayu/rotan.
(2) KONTRIBUSI PASAR
• Di negara agraris seperti Indonesia, pertanian
berperan sebagai sumber penting bagi
pertumbuhan permintaan domestik bagi produkproduk dari sektor-sektor ekonomi lain
SEJARAH DAN
SISTEM EKONOMI INDONESIA
FAKTOR INTERNAL
(DOMESTIK)
kondisi fisik (termasuk iklim)
Lokasi geografi
Jumlah dan kualitas SDM
Jumlah dan Kualitas SDA
Kondisi awal ekonomi, sosial
dan budaya
Sistem politik
Peran pemerintah
FAKTOR EKTERNAL
(GLOBAL)
perkembangan teknologi
kondisi perekonomian
politik dunia
keamanan global
dan
Kondisi perekonomian negara-negara
berkembang (LDCs) tidak dapat dipisahkan dari :
sistem perekonomian atau orientasi
pembangunan ekonomi yang diterapkan
Pembangunan infrastruktur fisik dan sosial
(seperti pendidikan dan kesehatan) yang
dilakukan
Tingkat pembangunan yang telah dicapai pada
masa lampau yakni pada zaman penjajahan
(kolonialisasi)
SEJARAH PEREKONOMIAN
INDONESIA
(2)
Pemerintahan
Orde baru
(1)
Pemerintahan
Orde Lama
(3)
Pemerintahan
Transisi
Sejarah
Perekonomian
Indonesia
(4)
Pemerintahan
Reformasi
(1) PEMERINTAHAN ORLA
(1945 – 1965)
• Banyak kondisi politik dan keamanan yang
tidak stabil mempengaruhi kondisi
perekonomian:
– Tekanan dari Belanda masih ada
– Pemberontakan di daerah-daerah marak
• Buruknya kondisi infrastruktur ekonomi, fisik,
dan non fisik sepeninggalan Jepang.
Ilustrasi buruknya perekonomian masa
Orde Lama :
1951 – 1958
Sempat mengalami pertumbuhan rata-rata 7%
1958 – 1966
Pertumbuhan turun drastis rata-rata 1,9%
1965 – 1966
Mengalami stagflansi
1955 – 1965
-Jumlah pendapatan rata-rata 151 juta rupiah
- Jumlah pengeluaran rata-rata 359 juta rupiah
1955
Defisit anggaran 14%
1965
Defisit anggaran 200%
Dinamika Perekonomian Indonesia
(1945 – 1965) :
• Dari perkembangan Politiknya masa ini dibagibagi 3 (tiga) periode (Dumairy: 1996)
– Periode 1945 – 1950
– Periode 1950 – 1959 : Demokrasi terpimpin /
liberal
– Periode 1959 – 1965 : Demokraso terpimpin
Periode
1945 - 1950
Demokrasi
Parlementer /
Liberal
Demokrasi
Terpimpin
Struktur ekonomi masih
peninggalan zaman
kolonialisasi
Masa peralihan struktur
ekonomi: nasionalisasi
perusahan-perusahan
Belanda
Perubahan struktur
ekonomi semakin dekat
dengan pemikiran
sosialis/ komunis
(2) PEMERINTAHAN ORBA
(1966 – 1996)
• Konsentrasi ekonomi pemerintahan ditujukan
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui pembangunan
• 1966 – 1970, upaya-upaya pemulihan stabilitas
ekonomi, sosial dan politik terutama rehabilitasi
ekonomi
• 1969, Repelita I (Rencana Pembangunan lima
tahun pertama) tujuan utama: membuat
Indonesia menjadi swasembada.
Dampak awal cukup mengagumkan, laju pertumbuhan
ekonomi rata-rata 7% an (1969 – 1990)
• 1980-an :
– Perubahan sistem perekonomian dari sentralisasi
(1970-an) menjadi desentralisasi
– Sektor swasta semakin besar
– PMA berdatangan
• Pada tingkat mikro: Pembangunan tidak
terlalu berhasil
– Jumlah kemiskinan absolut masih tinggi
– Kesenjangan ekonomi semakin besar
PERBEDAAN ORLA & ORBA:
ORLA
(1945 – 1965)
ORBA
(1966 – 1996)
Orientasi Kebijakan
Ekonomi
Kebijakan ekonomi tertutup
orientasi sosialis/ komunis
Ekonomi terbuka orientasi
kapitalis
Kemauan Politik
(Political will)
Kondisi baru merdeka, emosi
nasionalisme sangat tinggi,
keinginan terlihat lebih unggul
dimata bangsa asing, sehingga
proyek mercu suar sangat marak
Kemauan politik kuat untuk
membangun ekonomi dan
membuka ruang yang
besar bagi modal asing
Stabilitas Politik &
Ekonomi
Tingkat inflansi sangat tinggi
Menurunkan tingkat
inflansi (1966 = 500%
menjadi 1970 = 5-10%)
ORLA
(1945 – 1965)
ORBA
(1966 – 1996)
Sumber Daya
Manusia
Kualitas SDM yang baik sangat
terbatas
Lebih baik dengan
meningkatnya
presentasi masyarakat
yang sekolah
Kondisi Politik
Dunia
Situasi dunia yang baru selesai
Perang Dunia II berpengaruh
negatif
Kondisi oil boom,
berakhirnya Perang
Vietnam dan Perang
Dingin membawa
dampak positif
(3) PEMERINTAHAN TRANSISI
(1997 – 1998)
• Pada tahun 1997 terjadi krisis nilai tukar Baht terhadap
Dollar di Thailand. Peristiwa ini kemudian menyeret
situasi krisis keuangan Asia termasuk krisis yang
melanda keuangan Indonesia.
• Indonesia kemudian meminta bantuan IMF, namun
situasi semakin buruk dengan melemahnya nilai
rupiah.
• Krisis di Indonesia kemudian meluas kepada masalah
tidak hanya moneter, tapi juga politik dan keamanan.
Krisis ini berujung dengan berakhirnya rezim Orba
sebagai tuntutan reformasi.
(4) PEMERINTAHAN REFORMASI
(1999 – 2001)
• 1999 : Abdurahman Wahid (Gus Dur) terpilih
sebagai presiden
• Diawal kepemimpinannya kepercayaan
investor mulai membaik
• 2000, kondisi mulai stabil, dilihat dari:
– laju pertumbuhan hampir 5 %
– Laju inflansi rendah
– Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) rendah
• Gejolak politik dalam negeri meningkat:
–
–
–
–
Pertentangan dengan elit politik
Hubungan dengan IMF memburuk
Kabinet tidak menunjukkan kinerja yang optimal
Dituding tidak adanya sense of crisis
• 2001, indikator ekonomi memburuk:
– IHSG : memperlihatkan tren negatif (merosot 300
poin)
– Kurs Rupiah Rp 2000 menjadi Rp 7.000, bahkan
tahun 2001 mencapai Rp 10.000
– Cadangan devisa menurun dari US$ 29 Milyar menjadi
28,87 Milyar US$
• 2001 = Gusdur Dimisioner
SISTEM EKONOMI INDONESIA
DEFINISI :
• Dumairy (1996) : Sistem Ekonomi adalah suatu
sistem yang mengatur serta menjalin
hubungan ekonomi antar manusia dengan
seperangkat kelembagaan dalam suatu
tatanan kehidupan. Sistem ekonomi terdiri
dari unsur-unsur manusia sebagai subyek;
barang-barang ekonomi sebagai obyek; dan
seperangkat kelembagaan yang mengatur dan
mejalinnya dalam kegiatan berekonomi.
• Kyoko Sheridan (1998) : Sistem Ekonomi
adalah cara manusia melakukan kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau
memberikan kepuasan pribadinya.
• Bachrawi Sanusi (2000) : Sistem ekonomi
merupakan sebuah organisasi yang terdiri atas
sejumlah lembaga atau pranata (ekonomi,
politik, ide-ide) yang saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya yang ditujukan ke
arah pemecahan problem-problem-produksidistribusi konsumsi yang merupakan problem
dasar setiap perekonomian
ELEMEN-ELEMEN PENTING DARI
SISTEM EKONOMI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lembaga-lembaga /pranata-pranata ekonomi
Sumber daya ekonomi
Faktor-faktor produksi
Lingkungan ekonomi
Organisasi dan manajemen
Motivasi dan perilaku decesion maker
Decesion making process
Pertimbangan-pertimbangan memilih
sistem ekonomi, dipengaruhi oleh :
• Menurut SANUSI :
1) Sumber sejarah/kultur/tradisi, cita-cita, keinginan
dan sikap masyarakat.
2) SDA termasuk iklim
3) Filsafat yang dimiliki dan dibela oleh sebagian besar
masyarakat
4) Teorisasi yang dilakukan oleh masyarakat pada masa
lalu dan sekarang mengenai tujuan/ sasaran yang
dipilih
5) Trials dan Errors dalam usaha mencari alat-alat
ekonomi.
• Menurut LEMHANAS :
1) Falsafah dan ideologinya
2) Akumulasi ilmu pengetahuan yang dimiliki
masyarakat
3) Karakteristik demografinya
4) Nilai-nilai moral dan adat masyarakat
5) Nilai estetika, norma serta kebudayaan
masyarakatnya.
6) Sistem hukum nasional
7) Sistem politik
8) Subsistem-subsistem sosialnya, termasuk
pengalaman sejarah masa lalu
SISTEM-SISTEM EKONOMI
Sistem
ekonomi yang
umum di dunia
CAMPURAN
KAPITALIS
SOSIALIS
Adalah suatu sistem dimana
kekayaan yang produktif terutama
dimiliki secara pribadi dan produksi
terutama dilakukan untuk dijual
Asas-asas yang menjadi ciri sistem
ekonomi kapitalis :
1) Hak milik pribadi
2) Kebebasan berusaha dan kebebasan
memilih
3) Motif kepentingan diri sendiri
4) Persaingan
5) Harga ditentukan mekanisme pasar
6) Peranan terbatas pemerintah
Adalah kebalikan dari kapitalis, dimana pasar
justru dikendalikan melalui perencanaan
berpusat. Adanya berbagai distorsi dalam
mekanisme pasar, menut aktifyebabkan tidak
mungkin bekerja secara efesien: oleh karena itu
pemerintah atau negara turut aktif bermain
dalam perekonomian.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis/
Sistem Pasar Sosial
1) Ada kebebasan individu sekaligus kebijaksanaan
perlindungan usaha.
2) Prinsip-prinsip kemerataan sosial menjadi tekad
warga negara
3) Kebijaksanaan siklus bisnis dan kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi
4) Kebijaksanaan pertumbuhan menciptakan kerangka
hukum dan prasarana (sosial) yang terkait dengan
pembangunan
5) Kebijaksanaan strktural
6) Konformitas pasar dan persaingan
Adalah sistem ekonomi yang mengandung
beberapa elemen dari sistem kapitalis dan
ekonomi sosialis, dimana kekuasaan serta
kebebasan berjalan secara bersamaan
walaupun dalam kadar berbeda-beda
BAB II
SISTEM EKONOMI PANCASILA:
RELEVANSI PLATFORM EKONOMI
PANCASILA MENUJU PENGUATAN
PERAN EKONOMI RAKYAT
Oleh: Dewi Triwahyuni
A. Landasan Sistem Ekonomi
Indonesia
Pancasila sebagai ideologi nasional membawa
keharusan untuk dijadikan dasar atau
pedoman dalam kehidupan berbangsa, dan
bernegara. Secara normatif landasan idiil
sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Maka sistem ekonomi Indonesia adalah
sistem ekonomi yang berorientasi kepada:
1.
Ketuhanan YME, yaitu berlakunya etika dan moral agama, bukan
Materialism.
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu tidak mengenal pemerasan
atau eksploitasi,
3.
Persatuan Indonesia, yaitu berlakunya kebersamaan, asas
kekeluargaan, sosionalisme, dan sosio-demokrasi dalam ekonomi,
4.
Kerakyatan, yakni mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat dan
hajat hidup orang banyak,
5.
Keadilan sosial, yakni asas persamaan atau emansipasi.
Pancasila sebagai Platform Ekonomi
Ekonomi Pancasila sebagai Sistem Ekonomi
yang berplatform (Prof. Mubyarto: 1981):
• Moral agama
• Moral kemerataan sosial
• Moral nasionalisme ekonomi
• Moral kerakyatan
• Moral keadilan sosial
Masih relevankah platform Pancasila
dengan kondisi sosial-ekonomi saat ini?
Relevansi tersebut dapat dideteksi melalui
3 (tiga) konteks, yaitu:
1. Cita-cita ideal pendiri bangsa
2. Praktek ekonomi rakyat
3. Praktek ekonomi aktual (berwatak liberal,
individualistis dan kapitalistik)
Platform Pertama: Moral Agama
Artinya pembangunan ekonomi harus
beriringan dengan pembangunan moral atau
karakter bangsa dan ditujukan untuk
menjamin keadilan antar sesama makhluk
ciptaan Allah SWT, bukan hanya sekedar
pembangunan materil.
Platform Kedua: Kemerataan Sosial
Yaitu kehendak kuat warga
masyarakat untuk mewujudkan
kemerataan sosial, tidak membiarkan
ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial terjadi dimanamana.
Platform Ketiga: Nasionalisme
ekonomi
Bahwa dalam era globalisasi makin jelas
adanya urgensi terwujudnya perekonomian
nasional yang tangguh, kuat dan mandiri.
Sesuai dengan konsep founding fathers
(Soekarno dan Hatta) politik-ekonomi
berdikari, yang bersendikan usaha mandiri
(self-help), percaya diri (self-reliance) dan
pilihan politik luar negeri yang bebas aktif.
Platform Keempat: Demokrasi ekonomi
berdasar kerakyatan dan kekeluargaan
Bahwa seharusnya koperasi dan usaha-usaha
kooperatif menjiwai perilaku ekonomi
perorangan dan masyarakat. Sementara
kenyataan di lapangan, upaya penegakan
demokrasi ekonomi dihadapkan dengan
upaya-upaya untuk memperjuangkan pasar
bebas, yang menjadi senjata penganut
liberalism dan kapitalisme. Contoh: privatisasi
BUMN dan Liberalisasi impor.
Platform Kelima: Keadilan Sosial
Keseimbangan yang harmonis, efesien
dan adil antara perencanaan nasional
dengan desentralisasi ekonomi dan
otonomi yang luas, bebas dan
bertanggung jawab menuju perwujudan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Paradigma Pembangunan yang
Berkeadilan Sosial
Sesuai dengan platform yang kelima dari sistem
ekonomi Pancasila: Keadilan Sosial, maka moral
pembangunan berdasarkan platform kelima ini
haruslah menyangkut hal berikut ini:
1. Peningkatan partisipasi dan emansipasi rakyat
laki-laki dan perempuan serta otonomi daerah
2. Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan
ketidakadilan
3. Pendekatan pembangunan berkelanjutan
4. Pencegahan kecenderungan disintegrasi nasional
5. Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmuilmu sosial di universitas
6. Penghormatan HAM dan masyarakat.
Untuk mensukseskan paradigma pembangunan
diatas, dapat dilakukan beberapa strategi
kebijakan sebagai berikut:
1. Ketetapan hati, yaitu menciptakan pembangunan dengan
ketetapan hati bahwa pembangunan ini dilakukan dari rakyat
untuk rakyat sehingga hasilnya harus dapat dirasakan oleh
semua golongan masyarakat tanpa terkecuali.
2. Penghentian Kemiskinan, yaitu kesadaran bahwa kemiskinan
merupakan hal yang paling penting sebagai masalah sosial
ekonomi yang harus diselesaikan. Kemiskinan dapat
menciptakan berbagai masalah baru dalam masyarakat jika
tidak diselesaikan dengan baik, seperti pengangguran dan
kriminalitas. Sehingga perlu diciptakan strategi yang tepat
dalam pembangunan untuk menghapus kemiskinan.
3. Menghapus Pengangguran. pengangguran terkadang juga muncul
sebagai akibat tidak teratasinya masalah kemiskinan dengan baik.
Sehingga jumlah orang yang tidak memiliki pekerjaan atau
penggangguran terus bertambah banyak. Salah satu upaya yang
bisa dilakukan adalah menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang
padat karya sehingga mampu menyerab tenaga kerja. Selain itu,
meningkatkan pendidikan masyarakat juga dapat memperkecil
tingkat pengangguran karena sumber daya manusia Indonesia
memiliki pendidikan yang lebih baik sekaligus meningkatkan
keterampilan.
4. Revitalisasi Perbankan. Masalah yang paling berat dihadapi
Indonesia disaat krisi moneter tahun 1998 yang lalu adalah masalah
buruknya kinerja perbankan di Indonesia. Tidak sedikit jumlah Bank
di Indonesia yang pailit dan merugikan Negara dengan
meninggalkan setumpuk hutang yang tentu saja nilainya tidak
sedikit. Buruknya kinerja perbankan di Indonesia, selain akibat tidak
tersedianya sistem yang mampu mengawasi kedisiplinan para
pelaku perbankan, juga diperparah dengan budaya korupsi, kolusi
dan Neporisme (KKN) yang sudah sangat sistemik.
5. Kebijakan pertanian yang memihak petani. Globalisasi
menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia saat ini. Globalisasi merupakan proses
yang tidak mungkin dapat dihindari, tetapi wajib untuk
dihadapi. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat
rentan terhadap gelombang globalisasi. Sehingga sudah
menjadi keharusan pemerintah mempersiapkan perangkat
kebijakan yang berpihak pada petani, tidak justru
kebalikannya berpihak kepada para pemilik modal yang
hanya mengejar keuntungan bagi kelompoknya saja.
6. Hubungan keuangan pusat dan daerah. Otonomi daerah
diharapkan menjadi solusi untuk membuat pembangunan
Negara Indonesia menjadi lebih merata. Sehingga prinsip
keadilan sosial semakin terlaksana. Dengan otonomi
daerah, hubungan keuangan pusat dan daerah juga
menjadi lebih proporsional.
7. Pengelolaan perdagangan bebas. Perdagangan
bebas, sebagai salah satu bentuk globalisasi
ekonomi semakin di depan mata. Yang harus
dilakukan adalah mempersiapkan Sumber daya
Manusia (SDM) agar lebih mampu bersaing
dengan SDM luar negeri. Peningkatan mutu
produk lokal juga harus dilakukan untuk
menangkal maraknya produk luar. Serta
kebijakan-kebijakan yang mampu meminimalisir
kelemahan dari sistem ekonomi kita.
KEADILAN
SOSIAL
KEADILAN ANTAR WILAYAH (DAERAH)
OTONOMI DAERAH
OTONOMI DAERAH: PENGUATAN
BASIS PEREKONOMIAN DAERAH
3 MISI UTAMA OTONOMI DAERAH:
1. Menciptakan efesiensi dan efektifitas
pengelolaan SDD;
2. Meningkatkan Pelayanan Umum dan
kesejahteraan masyarakat;
3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi
masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi)
dalam pembangunan.
SISTEM ANGGARAN PUBLIK :
1. Desentralisasi dan devolved management
2. Berorientasi pada input, output dan outcome (value
for money)
3. Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka
panjang
4. Berdasarkan sasaran dan target kinerja
5. Lintas departemen
6. Zero-base budgeting, planning programming,
budgeting system
7. Sistimatik dan rasional
8. Bottom-up budgeting
PRINSIP-PRINSIP KEUANGAN DAERAH:
1. Akuntabilitas
2. Value for money
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan
publik (probity)
4. Transparan
5. Pengendalian
konsekuensi
GLOBALISASI
Meningkatkan persaingan antar
negara dalam suatu sistem
ekonomi internasional (baik dalam
kerangka AFTA, APEC dan WTO)
Dihadapi dengan:
Meningkatkan
daya
saing
melalui
peningkatan efesiensi dan produktivitas
Dilakukan dengan:
STRUCTURAL ADJUSTMENT :
Yaitu perubahan/penyesuaian struktural untuk memperkuat kedudukan
dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional
STRUCTURAL
ADJUSTMENT
Ekonomi Tradisional yang
Subsistem menjadi Ekonomi
Modern yang berorientasi pada
pasar.
CARA-CARA YANG DITEMPUH:
1.
2.
3.
4.
Pengalokasian Sumber Daya
Penguatan Kelembagaan
Penguatan Teknologi
Pembangunan SDM
PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH
Sesuai dengan UU No.2 Tahun 1999 dan
UU No.25 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Perimbangan
Keuangan Daerah antara pemerintah
Pusat dan Daerah, maka perlu dilakukan
udgeting Refor (reformasi anggaran
Reformasi Anggaran Meliputi Proses:
1. Penyusunan
2. Pengesahan
3. Pelaksanaan
4. Pertanggungjawaban
TRADITIONAL BUDGET
BUDGETING
REFORM
PERFORMANCE BUDGET
(NEW PUBLIC MANAGEMENT)
Anggaran Tradisional, Karakteristik
Umumnya, antara lain:
1. Sentralisasi
2. Berorientasi pada input
3. Tidak terkait dengan perencanaan jangka
panjang
4. Line-item dan incrementalism
5. Batasan (rigid) departemen yang kaku
6. Menggunakan aturan klasik: vote accounting
7. Prinsip Anggara Bruto
8. Bersifat tahunan
BAB III
1.
Teori ini didasarkan pada dikotomi antara apa yang disebut
modern dan tradisional. Modern merupakan simbol dari
kemajuan, pemikiran yang rasional, cara kerja yang efesien, dst.
2.
Teori modernisasi juga didasarkan pada faktor-faktor nonmaterial sebagai penyebab kemiskinan, khususnya dunia ide dan
atau alam pemikiran.
3.
Teori modernisasi biasanya bersifat a-historis. Hukum-hukumnya
sering diaggap berlaku secara universal, dan dapat diberlakukan
tanpa memperhatikan faktor waktu ataupun faktor tempat.
4.
Faktor-faktor yang mendorong atau menghambat pembangunan
harus dicari di dalam negara-negara yang bersangkutan.
1. Mordenisasi merupakan proses bertahap
2. Modenisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi
3. Mordenisasi kadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai
proses Eropanisasi atau Amerikanisasi ata yang lebih dikenal
dengan istilah bahwa modernisasi sama dengan barat.
4. Mordenisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
5. Modernisasi merupakan perubahan progresif
6. Modernisasi memerlukan waktu panjang. Evolusioner bukan revolusioner
Negara yang memproduksi
hasil pertanian
Negara yang memproduksi
barang industri
Negara2 miskin
Negara2 kaya
Terjadi hubungan dagang
Result = Saling diuntungkan
Negara2 pertanian
Semakin tertinggal
Negara2 Industri
Semakin maju
Menghadapi kenyataan diatas, ada
dua kelompok teori :
1. Teori-teori yang menjelaskan bahwa
kemiskinan itu terutama disebabkan oleh
faktor-faktor internal atau faktor-faktor yang
terdapat di dalam negeri yang bersangkutan.
Teori-teori yang termasuk didalam kelompok
ini disebut Teori Modernisasi.
2. Teori-teori yang lebih banyak
mempersoalkan faktor-faktor eksternal
sebagai penyebab terjadinya kemiskinan di
negara-negara tertentu. Kemiskinan
terutama dilihat sebagai akibat dari
bekerjanya kekuatan-kekuatan luar yang
menyebabkan negara yang bersangkutan
gagal melakukan pembangunannya. Teoriteori ini disebut Teori Struktural.
BEBERAPA TEORI MODERNISASI
KLASIK :
TEORI HARROD – DOMAR
(Tabungan & Investasi)
Masalah keterbelakangan adalah masalah
kekurangan modal. Kalau ada modal, dan modal itu
diinvestasikan, hasilnya adalah pembangunan
ekonomi. Prinsipnya: Kekurangan modal, tabungan
dan investasi menjadi masalah utama pembangunan
TEORI MAX WEBER
(ETIKA PROTESTAN)
Teori Weber mempersoalkan masalah manusia yang
dibentuk oleh nilai-nilai budaya disekitarnya,
terutama nilai-nilai agama. Etika Protestan yang
dikemukakan Weber adalah cara bekerja yang keras
dan sungguh-sungguh, lepas dari imbalannya,
(materialnya).
TEORI DAVID McCLELLAND
(DORONGAN BERPRESTASI ATAU NACH)
McClelland terkenal dengan konsepnya: the need
for a hieve ent (kebutuhan atau dorongan untuk
berprestasi) dan disingkat n-ach. Ia mengatakan, jika
dalam suatu masyarakat ada yang banyak memiliki nach yang tinggi, dapat diharapkan masyarakat
tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi
TEORI W.W. ROSTOW
(Lima tahap Pembangunan)
Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi
lima tahap:
1. Masyarakat tradisional
2. Prakondisi untuk lepas landas
3. Lepas landas
4. Begerak ke kedewasaan
5. Jaman konsumsi masal yang tinggi.
Rostow melihat perlunya kelompok wiraswastawan : yaitu
orang-orang yang berani melakukan tindakan pembaruanpembaruan meskipun tndakan tersebut ada resikonya.
Kondisi sosial yang melahirkan para wiraswastawan ini :
1. Adanya elit baru dalam masyarakat yang merasa
diingkari haknya.
2. Masyarakat tradisional yang ada cukup lemah untuk
memperbolehkan warganya mencari kekayaan atau
kekuasaan politik sebagai jalan untuk menaikkan
statusnya dalam masyarakat.
TEORI BERT F. HOSELITZ
(Faktor-faktor Non ekonomi)
Hoselitz menyebut faktor non ekonomi ini sebagai
faktor lingkungan yang ianggap penting dalam proses
pembangunan bagi Hoselitz, pembangunan
membutuhkan pemasokan dari beberapa unsur:
1. Pemasokan modal besar dan perbankan
2. Pemasokan tenaga ahli dan terampil.
TEORI BARU MODERNISASI
Pengembangan :
• Hasil kajian baru teori modernisasi
menghindari untuk memperlakukan nilai-nilai
tradisional dan modern sebagai dua perangkat
sistem nilai yang bertolak belakang. Tetapi
saling mendukung.
• Teori baru modernisasi lebih mempertanyakan
berbagai kemungkinan dan sebab mengapa
seperangkat pranata sosial yang sama
• Kajian baru teori modernisasi tidak lagi
menjadikan barat sebagai satu2nya model.
• Teori baru modernisasi ini lebih memberikan
perhatian pada faktor eksternal (lingkungan
internasional) dibanding pada masa
sebelumnya.
Tokoh-tokoh :
• Wong Siu-Lun
• Wiston Davis
• Michael R. Dove
Teori Mordenisasi Klasik
Teori Mordenisasi
Baru
keprihatinan
Negara Berkembang
sama
Tingkat analisa
Nasional
sama
Variabel Pokok
Faktor internal : nilai-nilai budaya-pranata
sosial
sama
Konsep pokok
Tradisional dan Modern
sama
Implikasi Kebijakan
Modernisasi memberikan manfaat positif
sama
Tradisi
Sebagai penghalang pembangunan
Faktor positif pembangunan
Metode Kajian
Abstrak dan Konstruksi Tipologi
Studi kasus & analisa sejarah
Arah Pembangunan
Garis lurus & menggunakan USA sebagai
model
Berarah dan bermodel banyak
Faktor ekstern dan Konflik
Tidak memperhatikan
Lebih memperhatikan
Persamaan
Perbedaan
Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari
Pembangunan di Negara Berkembang
Berdasarkan perkembangannya, maka Teori
Dependensia dikategorikan :
SEJARAH LAHIRNYA
Jika Teori Modernisasi cenderung menjadikan
negara2 maju/industri sebagai model
pembangunan, sebaliknya teori dependensia
mewakili suara negara-negara pinggiran untuk
menentang hegemoni, politik, budaya dan
intelektual dari negara maju.
Teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan
program Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsabangsa untuk Amerika Latin (KEPBBAL) di awal
1960-an.
Teori Modernisasi: Bahwa
kesalahan terletak pada
keterlambatan negara2
melakukan modernisasi
Lahirnya
teori2
struktural
Teori Struktural
MENOLAK
Teori Struktural beranggapan
bahwa kemiskinan yan terdapat
di negara2 dunia ketiga yg
mengkhususkan diri pada
produksi pertanian adalah akibat
dari struktur perekonomian dunia
yang eksploitatif negara yg kuat
kepada negara yang lemah,
sehingga surplus negara2 dunia
ketiga beralih ke negara industri
maju
Teori ketergantungan memiliki dua induk:
Studi-studi empiris tentang pembangunan di
negara-negara pinggirian
• Nuasannya pada pedekatan ekonomi liberal
• Tokoh terkemuka Paul Presbisch
Teori-teori tentang Imperialisme dan
Kolonialisme
• Kental pengaruh pemikiran-pemikiran Marxis
• Contoh Paul Baran
PAUL PRESBISCH :
Industri Substitusi Impor
• Menurut Prebisch adanya pembagian kerja
secara internasional membuat negara-negara
di dunia melakukan spesialisasi produksinya
sehingga terciptalah dua kelompok: negara
pusat (industri) dan negara pinggiran
(pertanian)
• Nilai tukar barang industri dengan barang
pertanian menyebabkan defisit yang makin
lama makin besar pada neraca perdagangan
• Defisit anggaran tersebut dijelaskan dari
beberapa hal:
– Hukum Engles : bahwa pendapatan yang
meningkat menyebabkan prosentase konsumsi
makanan terhdap pendapatan justru menurun.
– Negara-negara industri sering melakukan proteksi
terhadap hasil pertanian mereka sendiri, sehingga
sulit bagi negara pertanian untuk mengekspornya
kesana.
– Kebutuhan akan bahan mentah bisa dikurangi
sebagai akibat dari adanya penemuan-penemuan
teknologi baru yang bisa membuat bahan-bahan
mentah sintetis. Hal ini semakin memperkecil
jumlah ekspor dari negara2 pinggiran.
Perdebatan tentang Imperialisme dan
Kolonialisme:
1. Kelompok teori yang menekankan idealisme
manusia dan keiinginanya untuk
menyebarkan ajran Tuhan.
•
TEORI GOD
2. Kelompok teori yang menekankan kehausan
manusia terhadap kekuasaan, untuk
kebesaran pribadi maupun kebesaran
masyarakat dan negaranya.
•
TEORI GLORY
3. Kelompok teori yang menekankan pada
keserakahan manusia, yang selalu berusaha
mencari tambahan kekayaan, yang dikuasai
oleh kepentingan umum.
•
TEORI GOLD
Ketiga hal tersebut yang mendorong manusia
untuk melakukan kolonialisme dan
imperialisme.
Elemen
Perbandingan
Teori Modernisasi Klasik
Teori Dependensi Klasik
PERSAMAAN
Fokus Perhatian (keprihatinan)
Pembangunan dunia ketiga
sama
Metode
Sangat abstrak
perumusan model-model
Sama
Sama
Dwi – Kutub struktur teori
Tradisional dan Modern (maju)
Sentral (metropolis) dan pinggiran
(satelit)
Warisan teoritis
Teori evolusi dan Fungsionalisme
Program KEPBAL dan Marxis
ortodoks
Sebab keterbelakangan
Faktor dalam
Faktor luar
Hubungan Internasional
Saling menguntungkan
Merugikan negara dunia ketiga
Masa depan dunia ketiga
Optimis
Pesimis
Kebijaksanaan pembangunan
(Pemecahan masalah)
Lebih mendekatkan keterkaitan
dengan negara maju
Mengurangi keterkaitan dengan
negara sentral revolusi sosialis
PERBEDAAN
BAB IV
TEORI MODERNISASI
Sebuah pendekatan dalam
mempelajari pembangunan di
negara berkembang
SEJARAH LAHIRNYA
Munculnya Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan
dominan dunia pasca PD II.
Pada saat yang hampir bersamaan, Uni Soviet mencoba
memperluas pengaruh politiknya di dunia sehingga
mendorong AS untuk mengimbangi hal tersebut dengan
pengaruhnya di dunia.
Banyaknya negara-negara yang baru merdeka mencari
model pembangunan yang hendak digunakan sebagai
contoh untuk membangun ekonominya (Suwarsono,
1994: 7)
Dalam menjelaskan persolan pembangunan di negara berkembang,
Teori Modernisasi banyak dipengaruhi dari pemikiran Teori evolusi
dan Teori Fungsionalisme sebagai pendahulunya.
TEORI EVOLUSI
Pada garis besarnya teori evolusi menggambarkan
perkembangan masyarakat sebagai berikut :
teori evolusi menganggap bahwa perubahan
sosial merupakan gerakan searah seperti garis
lurus. Masyarakat berkembang dari
masyarakat primitif menuju masyarakat maju.
Sehingga masa depan masyarakat dunia sudah
dapat diramal yaitu melewati masa yang relatif
panjang, dunia akan menjadi masyarakat
maju.
Teori evolusi membaurkan antara pandangan
subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir
perubahan sosial. Perubahan menuju bentuk
masyarakat modern, merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari. Oleh karena itu bentuk
masyarakat modern merupakan bentuk
masyarakat yang dicita-citakan yang
mengandung semua unsur yang disebut dengan
“baik” dan “sempurna”.
TEORI FUNGSIONALISME
Dipelopori oleh Talcot Parsons, yang melihat masyarakat
tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia, dan oleh
karena itu masyarakat manusia dapat juga dipelajari
seperti mempelajari tubuh manusia:
Seperti halnya sstruktur tubuh manusia yang memiliki
berbagai hubungan satu sama lain, maka masyarakat juga
memiliki kelembagaan yang saling terkait dan bergantung
satu sama lain. Parsons menggunakan konsep “sistem”
untuk menggambarkan koordinasi harmonis antar
kelembagaan tersebut.
Karena setiap bagian tubuh manusia memiliki
fungsi yang jelas dan khas (specific) maka
demikian pula halnya dengan setiap bentuk
kelembagaan dalam masyarakat. Parson
menggunakan istilah “fungsi pokok”.
Analogi tubuh manusia inii juga yang
melahirkan konsep “keseimbangan dinamisstasioner”. Jika ada salah satu bagian tubuh
manusia berubah, maka bagian lain akan
mengikutinya.
BAB IX
KONTROVERSI
PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
& UTANG LUAR NEGERI (ULN)
1997
INDONESIA KRISIS EKONOMI
Kondisi krisis diperburuk oleh praktek-praktek ekonomi yang
tidak sesuai /tidak mengindahkan tata krama keadilan,
seperti:
• Operasi perbankan yang sangat buruk
• nepotisme merajalela
• Utang swasta tidak transparan
• Korupsi melalui monopoli
• Spekulasi modal asing yang tinggi, dst.
PENANAMAN MODAL
ASING (PMA)
PILIHAN SOLUSI :
MASALAH BARU
UTANG LUAR NEGERI
(ULN)
KONDISI MAKRO EKONOMI INDONESIA
• Pasca 1997 (krisis ekonomi), kondisi
makroekonomi Indonesia mengalami
perbaikan, indikatornya adalah:
– Penguatan kestabilan rupiah (mata uang nasional
terhadap dolar)
TAHUN
KISARAN / LEVEL
2003
Rp 10.000 / US dollar
2004 - 2005
Rp 8.500 / US dollar
2006 - 2007
Rp 9.000 – Rp 9.800 / US dollar
– Angka inflansi menurun :
• 2002 : 10,5%
• 2003 : 5,06%
– Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
bisa ditekan dari 10,5% menjadi 8,34%
– Pertumbuhan ekonomi sedikit meningkat,
meskipun baru diseputar 4%
• Selain ini kondisi makro ekonomi juga
dipengaruhi oleh isu-isu atau masalahmasalah :
1) Pembesaran korupsi dan malpraktek
perbankan
2) Masalah pengangguran
Sampai 2003, ada 40 juta orang (40%) dari
angkatan kerja di Indonesia yang
menganggur.
3) Stabilitas politik
KONTROVERSI PENANAMAN
MODAL ASING (PMA)
Arus modal Asing /keuangan Internasional
Negara umumnya dalam dua bentuk :
PENANAMAN MODAL
ASING (PMA), Yang
dilakukan oleh swasta/
private foreign investment
Bantuan Pembangunan
Resmi Pemerintah dan
swasta / public
Development Assistance
PENANAMAN MODAL ASING (PMA), Private
foreign investment, Contoh :
• Foreign Direct Investment
• Deposito Asing pada Bank-bank Komersial
nasional (Foreign Deposits/FD)
• Pinjaman Utang baik swasta/pemerintah
• Investasi dalam pasar uang, dalam pasar
modal.
Bantuan Pembangunan Resmi Pemerintah dan
swasta / Public Development Assistance
• Contohnya bisa berbentuk bantuan atau
pinjaman luar negeri (foreign Aid) baik
individual, multilateral melalui lembaga
independen.
PERBANDINGAN
PMA / FDI :
Biasanya menggunakan
dana-dana investasi
langsung untuk
menjalankan kegiatan
bisnis
Meningkatkan lapangan
pekerjaan
Tingkat resiko paling
kecil.
PDA / FA :
Dikhawatirkan terjadi
kebocoran dalam
penggunaan dana
pinjaman tersbut
Kesulitan membayar
bungan dan cicilan
utang
Kontroversi seputar PMA adalah dalam hal
kontribusinya dalam konteks pembangunan,
yaitu antara yang positif (yang mendukung
PMA) dan negatif (yang menentang PMA) :
MENDUKUNG
(PMA memberikan sumbangan
Positif) :
MENENTANG
(PMA menberikan sumbangan
negatif) :
Memenuhi kebutuhan tabungan
(modal), devisa, pendapatan, dan
keahlian manajemen.
PMA justru memperlebar kesenjangan
PMA berperan mengisi kekurangan
sumber daya antara tingkat investasi
yang ditargetkan dengan jumlah
tabungan domestik yang dapat
dimobilisasikan.
Terjadinya berbagai bentuk persaingan
yang tidak sehat diantara pihak
multinasional dengan pemerintah
Mengisi kesenjangan antara target
jumlah devisa yang dibutuhkan dan
hasil-hasil aktual devisa dari ekspor
dan bantuan luar negeri.
Dalam jangka panjang, PMA justru
mengurangi devisa karena adanya
impor besar-besaran atas barangbarang setengah jadi dan barang
modal dari perusahan multinasional
tersebut, ditambah dengan
mengirimkan kembali keuntungan ke
negara asalnya.
MENDUKUNG
(PMA memberikan sumbangan
Positif) :
MENENTANG
(PMA menberikan sumbangan
negatif) :
Mengisi kesenjangan antara target
penerima pajak pemerintah dan
jumlah pajak aktual yang dapat
dikumpulkan
Prakteknya adalah, pajak yang didapat
sangat kecil dibandingkan dengan
keuntungan yang didapat, akibat
adanya fasilitas pemerintah terhadap
investor asing tersebut.
Mengisi kebutuhan manajemen,
teknologi, keterampilan atau skill.
Tidak semua dapat diberikan
PMA dalam hal ini diwakilkan oleh perusahaan-perusahaan
multinasional (MNC), pada kenyataannya sepak terjangnya
di Indonesia memunculkan banyak keberatan yang dapat
dirangkum sebagai berikut (Todaro: 2006:166)
1) Implikasi positif yang diberikan bagi proses
pembangunan pada kenyataanya tidak merata
2) Perusahaan multinasional umumnya menghasilkan
barang/jasa yang sebenarnya tidak sepenuhnya sesuai
dengan kebutuhan penduduk di negara berkembang.
3) Sumber daya domestik milik negara berkembang
cenderung dialokasikan kepada proyek-proyek yang
secara sosial tidak menguntungkan sehingga terjadi
atau memperlebar ketimpangan.
4) Perusahaan Multinasional (kekuatan modal) sering
mempengaruhi, menyuap, manipulasi berbagai
kebijakan pemerintah di negara-negara
berkembang.
5) Perusahaan Multinasional berpotensi besar
merusak perekonomian dengan cara menekan
timbulnya semangat wirausahawan lokal.
6) Kekhawatiran politis
KONTROVERSI UTANG LUAR NEGERI
DI INDONESIA
Utang Luar Negeri (ULN) :
Adalah semua pinjaman konsensional dan
bantuan pemerintah dalam bentuk uang atau
barang yang secara umum ditujukan untuk
mengalihkan sumber-sumber dari negaranegara kaya ke negara dunia ketiga, dengan
tujuan utamanya pembangunan dan atau
pemerataan pendapatan. (Todaro, 2000:175)
AKUMULASI ULN INDONESIA :
• 60 % ULN adalah utang sektor publik, dengan
komposisi sebagai berikut:
– 52% : utang pemerintah
– 3,24% : Utang Bank Pemerintah
– 4.13% : Utang BUMN
• Utang swasta 40,5%
Pengaruh ULN terhadap Kondisi Sosialpolitik Negara :
1. Tingkat utang pemerintah yang tinggi, dapat
meningkatkan resiko pelarian modal (capital
flight)
2. Tingkat utang pemerintah yang didanai oleh
ULN bisa menurunkan pengaruh secara
politis (bergaining position) negara di
pergaulan internasional
Aspek-aspek Kritis yang menyebabkan ULN
memiliki implikasi serius terhadap Negara
berkembang :
1. ULN datang dalam bentuk barang atau
teknologi sehingga tidak fleksibel karena
hanya bisa dipakai untuk program-program
tertentu saja
2. Karena datang dalam bentuk tadi, maka
kemungkinan yang muncul barang atau
teknologi itu tidak lagi sesuai dengan
program yang dipergunakan.
3. Biasanya ULN diikuti kesepakatan untuk
menyertakan konsultan asing, yang tentu saja
biayanya mahal jika dibandingkan dengan
konsultan lokal
4. Biasanya disertai dengan kesepakatankesepakatan berbagai kebijakan seperti
Structural adjustment.
BAB V
Kemiskinan sangat identik dengan
beberapa variabel berikut ini:
Kepemilikan modal
Pendidikan
Kepemilikan lahan
Pelayanan
Sumber daya
manusia
Kekurangan gizi
kesehatan
Perndapatan
perkapita
Minimnya investasi
Parameter Kemiskinan :
W. SCOTT (1979) : Kemiskinan diukur dari
pendapatan rata-rata perkepala (income percapita)
A. SEN (1977) : Melihat dari kebutuhan dasar (basic
needs)
WORLD BANK : Mengukur kemiskinan dengan
mematok minimal pengeluaran US$ 1 per hari. Jika
dibawah itu termasuk kategori kemiskinan absolut.
UNDP (United Nations Developed Program) :
mengukur kemiskinan dengan melihat Indeks
Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index –HPI)
UNDP
kemiskinan manusia harus diukur dalam
satuan hilangnya tiga hal utama (three Key Deprivations),
yaitu :
1) Kehidupan
(lebih dari 30% penduduk negara-negara berkembang tidak
mungkin hidup lebih dari 40 tahun
2) Pendidikan Dasar
(dilihat dari presentasi tingkat penduduk dewasa yang
buta huruf ,dan seterusnya)
1) Ketetapan Ekonomi
(dilihat dari jumlah penduduk yang tidak mempunyai
akses kesehatan, jumlah anak-anak dibawah 5 tahun
yang kekurangan berat badan)
Sudut Pandang mengukur
Kemiskinan:
SAYOGO (1997) : melihat atau mengukur kemiskinan
dari tingkat konsumsi beras perkapita pertahun:
Jika konsumsi dibawah 420 kg untuk kota = miskin
Jika Konsumsi dibawah 320 kg untuk pedesaan = miskin
Biro Pusat Statistik (BPS) :
Kemisikinan dilihat atau diukur dari jumlah
pengeluaran tiap bulan.
Entang Sastraatmadja (2003):
Kemiskinan ABSOLUT :
Yaitu kemiskinan karena
pendapatannya dibawah jumlah
minimum UMR
Kemiskinan
dilihat dari
tingkat
Pendapatan :
Kemiskinan RELATIF :
Yaitu Kemiskinan karena hidup
dengan pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari
Kemiskinan dilihat atau diukur dari berdasarkan
pola waktu (sastraatmadja; 2003) :
PERSISTENT POVERTY, yakni kemiskinan yang kronis
atau terjadi secara turun temurun.
2. CYCLICAL POVERTY, yaitu kemiskinan yang terjadi
karena mengikuti siklus ekonomi secara keseluruhan.
3. SEASONAL POVERTY, yaitu kemiskinan musiman yang
terjadi berdasarkan masa-masa tertentu, misalnya masa
panceklik bagi petani, dst.
4. ACCIDENT POVERTY, yaitu kemiskinan yang tercipta
karena adanya bencana alam, konflik & kekerasan atau
dampak dari suatu kebijakan tertentu yang
menyebabkan menurunnya kesejahteraan suatu
masyarakat.
1.
KARAKTERISTIK EKONOMI PENDUDUK
MISKIN :
Ada generalisasi (anggapan sederhana), bahwasanya
penduduk miskin umumnya bertempat tinggal
didaerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok
di bidang pertanian dan kegiatanlainnya yang
berhubungan dengan sektor ekonomi trasional
tersebut.
2. Bahwasanya kemiskinan itu banyak diderita oleh
kaum wanita beserta anak-anak.
3. (a)kondisi minor yang diderita etnis minoritas (b)
tingginya tingkat kemiskinan dalam kelompok
pribumi.
1.
Fenomena yang
sering terjadi
Dalam
pembangunan
di Negara
berkembang
Tingkat Pengangguran
di kota dan desa besar
Ketimpangan distribusi
Pendapatan antara
Kaum kaya dan miskin
Ketimpangan regional
Menciptakan Gap yang luas
MASALAH KEMISKINAN DI
INDONESIA
KONDISI PEMBANGUNAN DI
INDONESIA
Semakin Timur, pembangunan semakin tidak merata,
sehingga ketimpangan pembangunan sangat kerasa
Upaya-upaya pengentasan kemiskinan tidak selalu
membuahkan hasil, misalnya:
Untuk mengelola ekonomi, pemerintah pernah mengeluarkan
kebijakan growth with distribution of wealth , yaitu suatu
upaya mengatur ekonomi melalui manajemen sentralistik.
Akibatnya daerah atau wilayah kehilangan keberdayaannya.
padahal sekita tahun 1980-an, Indonesia dikenal
dengan sebutan macan asia karena berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6-7%
pertahun (Repelita III – V)
KEBIJAKAN PENGURANGAN
KEMISKINAN
Secara teori, semakin banyak program kemiskinan
(penanggulangan) maka jumlah kemiskinan dapat
ditekan serendah mungkin.
Oleh karena itu secara operasional, pemerintah
Indonesia menyalurkan dana:
DAU (Dana Alokasi Umum)
DAK (Dana Alokasi Khusus)
Dana Sektoral
Dana UKM (Unit Kegiatan Masyarakat)
Namun upaya-upaya diatas ternyata masih kurang
berhasil.
Salah satu penyebab kegagalan penanggulangan
kemiskinan, adalah pemerintah belum mempunyai
peta masalah serta potensi yang ada di setiap
masyarakat.
Program-program Pengentasan
Kemiskinan yang Telah dilakukan:
IDT (Inpres Desa Tertinggal), dengan tujuan untuk
menciptakan kesetaraan desa dan menciptakan
lapangan pekerjaan.
INPRES Kesehatan, bertujuan memberikan pelayanan
kesehatan yang murah dan mudah untuk penduduk
pedesaan.
INPRES Pendidikan, yaitu layanan pendidikan gratis
untuk tingkat SD sampai SMP
KUT (Kredit Usaha Tani), memudahkan petani untuk
mendapatkan modal.
KCK (Kredit Candak Kulak), memberikan kemudahan
masyarakat mendapatkan modal diluar sektor
pertanian.
Pemberantasan Pajak untuk hasil pertanian
Subsidi atas pupuk dan obat-obatan
Operasi beras murah, dst.
Hal-hal atau isu sentral yang harus menjadi
fokus perhatian bagi upaya penanggulangan
kemiskinan :
Upaya penganggulangan kemiskinan harus bersifat local
spesific
Upaya penanggulangan kemiskinan di era otonomi daerah
harus diikuti dengan :
a) Kebijakan land reform melalui aturan daerah
b) Terciptanya demokrasi ekonomi rakyat dengan
pengembangan sistem ekonomi kerakyatan
c) Terbentuknya lembaga keuangan mikro untuk
membiayai ekonomi rakyat
d) Partisipasi kaum wanita dalam pengambilan
keputusan harus lebih proporsional
Upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan
dengan pendekatan pembangunan ekonomi rumah
tangga,
Harus merupakan program pembangunan yang
produktif dan memberikan sumbangan terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat
Penanganan kemiskinan harus menyentuh dua area
sasaran aksi:
Meningkatkan pendapatan masyarakat miskin
Meningkatkan pelayanan masyarakat
Penanggulangan kemiskinan => dari masyarakat
untuk masyarakat
Untuk memenuhi demokratisasi dan desentralisasi, maka
upaya-upaya tidak boleh lepas dari :
Good governance
Pembagian pran yang jelas antara pusat – daerah
Patnership pemerintah-swasta-civil society
Upaya pemberdayaan masyarakat yang bertumpu pada
kekuatan ekonomi
Era otonomi menuntut strategi penanggulangan :
Sederhana
Open menu
Partisipasi menyeluruh, melibatkan multistake holder.
Keterbukaan informasi
Pengelolaan program dan dana harus transparan
Operasional penanggulangan kemiskinan harus
dilaksanakan dengan menerapkan:
a) Koordinasi
b) Katalisasi
c) Mediasi
d) fasilitasi
BAB VI
USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH (UMKM)
TANTANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL
INTERNAL
EKSTERNAL
Yaitu, masalah-masalah yang
muncul dari dalam negeri (faktor
domestik), antara lain :
Yaitu,
masalah-masalah
yang
mempengaruhi
secara
tidak
langsung yang datang dari luar
negara, seperti :
• krisis multidimensi yang
berkepanjangan
•
Globalisasi yang tidak dapat
dihindari
• Otonomi daerah yang belum
sempurna aplikasinya
•
Isu-isu perdagangan bebas
• Isu-isu disintegrasi bangsa
Beberapa hal penting yang menjadi pelajaran
dari krisis ekonomi (1998) yang lalu :
1. Pembangunan ekonomi yang tidak berbasis
pada kekuatan sendiri, tetapi bertumpu pada
utang & impor. Hal ini sangat rentan terhadap
perubahan faktor eksternal dan membawa
dalam krisis yang berkepanjangan.
2. Pendekatan yang serba sentralistik, seragam,
dan hanya berpusat pada pemerintah. Hal ini
tidak menghasilkan struktur sosial ekonomi yang
memiliki pondasi yang kokoh, tetapi justru
menghasilkan struktur sosial ekonomi yang
didominasi usaha skala besar dengan kinerja
yang rapuh.
Dari pelajaran diatas, maka harus dibuat
rancangan strategi dan kebijakan
pembangunan yang komprehensif dan jangka
menengah – jauh.
Salah satu bentuk aktualisasi tersebut dengan
muncul wacana pembangunan atau
pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM)
DEFINISI UMKM
Menteri Negara Koperasi & UKM :
UMKM adalah: Usaha kecil termasuk usaha
mikro merupakan suatu badan usaha milik
warga negara Indonesia, baik perseorangan
maupun berbadan hukum yang memiliki
kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan
bangunan sebanyak-banyaknya Rp.200 Juta
atau mempunyai hasil penjualan rata-rata
pertahun Rp. 1 Milyar dan usaha tersebut
berdiri sendiri.
Usaha Kecil & Mikro :
Milik Individu (WNI)
Berbadan Hukum
Kekayaan bersih maksimal Rp.200 Juta
Hasil penjualan (nilai omzet) rata-rata Rp. 1
Milyar pertahunnya.
USAHA MENENGAH:
Adalah badan usaha milik warga negara
Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp. 200 Juta – Rp. 10 Milyar, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Klasifikasi Usaha dilihat dari Nilai
Kekayaannya :
NILAI KEKAYAAN
USAHA KECIL & MIKRO
USAHA MENENGAH
USAHA BESAR
Maksimal Rp. 200 Juta
Rp. 200 Juta – Rp. 10 Milyar
Diatas Rp. 10 Milyar
BIRO PUSAT STATISTIK (BPS)
Usaha kecil adalah perusahaan (baik yang
berbadan hukum atau tidak) yang mempunyai
tenaga kerja 5-9 orang termasuk pemilik
usaha atau pengusaha.
Klasifikasi Usaha dilihat dari Jumlah
Tenaga Kerjanya:
JUMLAH TENAGA KERJA
USAHA KECIL & MIKRO :
USAHA MENENGAH :
USAHA BESAR :
1 – 4 Orang
20 – 99 Orang
Diatas 99 Orang
Departemen Industri & Perdagangan:
(UU No.9 Tahun 1995 ) Usaha Kecil merupakan
bagian dari industri dan dagang kecil yang
merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh perseorangan atau rumah tangga
maupun satu badan, bertujuan untuk
memproduksi barang atau jasa untuk
diperniagakan
secara
komersial
yang
mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp.
200 Juta dan mempunyai nilai penjualan Rp. 1
Milyar atau kurang pertahunnya.
CONTOH-CONTOH UMKM:
•
•
•
•
•
•
Petani tunalahan
Nelayan tanpa perahu
Industri kecil (skala rumah tangga)
Usaha kerajinan tangan
Pedagang kecil/asongan
Pengecer koran, dan seterusnya.
Masalah-masalah yang sering dihadapi
oleh UMKM, antara lain:
MASALAH INTERNAL:
1) Rendahnya profesionalisme tenaga pengolah
usaha UMKM
2) Keterbatasan modal dan askes terhadap pasar
dan perbankan
3) Kemampuan penguasaan teknologi yang masih
kurang
MASALAH EKSTERNAL:
1) Iklim usaha yang kurang menguntungkan bagi
pengembangan usaha kecil,
2) Kebijakan pemerintah yang belum berjalan
sebagaimana diharapkan,
3) Kurangnya dukungan,
4) Masih kurangnya pembinaan, bimbingan
manajemen, dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
UMKM sebagai sebuah Organisasi
ekonomi/bisnis memiliki ciri spesifik:
Struktur ekonomi organisasi sangat sederhana
Mempunyai karakter khas
Tanpa elaborasi
Tanpa staf yang berlebihan
Pembagian kerja yang lentur
Memiliki hirarki manajemen yang kecil
Sedikit aktivitas yang diformalkan
Sangat sedikit yang menggunakan proses
perencanaan
Jarang memberikan pelatihan terhadap
karyawan
Jumlah karyawan sedikit
Pengusaha sulit membedakan aset pribadi
dan aset perusahaan
Sistem akuntansi kurang baik (biasanya
bahkan tidak memiliki pembukuan)
Faktor-faktor Penyebab Kegagalan
Sektor Industri untuk berkembang :
1. Poor Decesion making ability, yakni lemahnya
kemampuan dalam mengambil keputusan.
2. Management imcompetence, yakni
ketidakmampuan manajemen.
3. Lack of experience, yakni kurang
berpengalaman
4. Poor financial control, yaitu lemahnya
pengawasan terhadap keuangan.
5. Deterioration of working capital, yakni
kemerosotan posisi modal kerja,
6. Declining sales, artinya sering menemukan
penurunan pada volume penjualan.
7. Declining profit, yaitu buruknya manajemen
mendorong terjadinya penurunan laba atau
keuntungan.
8. Icreasing debt, sebaliknya hutang terus
meningkat.
Kendala-kendala lain yang mempengaruhi
Sulitnya Pengembangan UMKM adalah adanya
pemikiran-pemikiran atau mitos yang salah
kaprah, antara lain:
1) Mitos akan adanya kecenderungan pemikiran
bahwa alokasi sumberdaya pembangunan
diprioritaskan menurut dimensi rasional lebih
penting daripada dimensi moral, dimensi
material lebih pada dimensi institusional, dan
dimensi ekonomi lebih penting daripada dimensi
sosialnya
2) Mitos bahwa pendekatan pembangunan yang
berasal dari atas (top-down) lebih mudah dan
lebih baik daripada pembangunan dengan
pendekatan dari bawah (bottom-up) yang
berasal dari aspirasi pembangunan ditingkat
grassroot.
3) Mitos bahwa pembangunan masyarakat lebih
membutuhkan bantuan material (fisik) daripada
bantuan keterampilan teknis dan manajerial
4) Mitos bahwa pengetahuan dan teknologi impor
selalu lebih baik daripada teknologi tradisional.
5) Mitos bahwa kelembagaan lokal cenderung
tidak efesien (bahkan tidak efektif) serta
menghambat proses pemberdayaan masyarakat
itu sendiri.
6) Mitos bahwa masyarakat di lapisan bawah tidak
tahu akan apa yang diperlukan dan bagaimana
memperbaiki nasibnya,
7) Mitos bahwa berbagai kemiskinan yang terjadi
merupakan akibat ketidakmampuan,
kebodohan, dan kemalasan orang miskin sendiri.
8) Mitos bahwa efesiensi merupakan tujuan utama
pembangunan dan tujuan dari alokasi
sumberdaya-sumber daya masyarakat.
9) Mitos bahwa sektor pertanian dan pedesaan
merupakan sektor yang inferior, tradisional,
kurang produktif, dan memiliki masa
pengembalian investasi yang panjang sehingga
tidak perlu diprioritaskan pengembangannya.
10)Mitos keseimbangan dalam akses dan
kepemilikan sumber daya pembangunan,
merupakan syarat penting untuk melakukan
perubahan.
BAB VII
PEMBANGUNAN SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA
PERANAN SEKTOR PERTANIAN :
KERANGKA ANASISIS
TEORI SIMON KUZNETS (1964):
• Pertanian di LDCs (Low Development
Countries) dapat dilihat sebagai suatu sektor
ekonomi yang sangat potensial
Kontribusi
produk
Kontribusi
pasar
4 kontribusi sektor
pertanian di LDCs
Kontribusi faktorfaktor produksi
Kontribusi
devisa
(1) KONTRIBUSI PRODUK
artinya pertumbuhan ouput harus disektor
pertanian menentukan ekspansi sektor-sektor
ekonomi lainnya, dalam hal:
1) Demand (permintaan): sebagai sumber
pemasok makanan yang kontinu mengikuti
pertumbuhan penduduk
2) Supply (penawaran): sebagai sumber bahan
baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor
lain. misalnya: manufaktur (makanan dan
minuman)
PASAR
Dalam sistem
ekonomi terbuka,
besar kontribusi
produk terhadap
PDB dari sektor
pertanian disalurkan
melalui:
Keterkaitan produksi
dengan sektorsekktor non
pertanian
Kontribusi Produk Versus Barang
Impor
• Kontribusi produk terhadap PDB harus
menghadapi persaingan dari luar:
• Misalnya: kontribusi produk sektor pertanian
terhadap PDB di Indonesia melalui:
– PASAR: Pasar domestik didominasi oleh berbagai
produk pertanian dari luar negeri, misalnya beras,
buah-buahan, sayuran dan daging,
– KETERKAITAN PRODUKSI: banyak industri di Indonesia
yang kesulitan bahan baki dari dalam negeri karena
komoditi-komoditi tersebut diekspor keluar negeri
dengan harga jual lebih mahal. Misalnya idustri
minyak kelapa sawit & industri kayu/rotan.
(2) KONTRIBUSI PASAR
• Di negara agraris seperti Indonesia, pertanian
berperan sebagai sumber penting bagi
pertumbuhan permintaan domestik bagi produkproduk dari sektor-sektor ekonomi lain