S TB 1006590 Chapter5

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari semua
pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya. Kesimpulan ini juga
menjawab perntanyaan permasalahan yang dirumuskan pada bab satu skripsi ini.
Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif pada penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, dari temuan penelitian menunjukkan bahwa bangunan kolonial
SMPN 2 Bandung dibangun pada masa transisi. Karakteristik desain pada
bangunan secara umum adalah bangunan kolonial masa transisi yang kokoh dan
adaptif dengan iklim tropis dapat diketahui dari hasil analisis tipologi sebagai
berikut :
1. Berdasarkan sistem spasial, secara keseluruhan pola ruang yang tercipta
adalah berbentuk persegi. Perletakan ruang dibuat linier dengan denah
bangunan yang simetris. Ruang kelas diletakkan di samping kiri dan kanan
bangunan dengan massa di bagian tengahnya digunakan sebagai ruang
pimpinan sekolah. Terdapat selasar yang mengelilingi denah yang berfungsi
sebagai akses yang menghubungkan antar ruang. Orientasi bangunan
menghadap ke arah barat yaitu menghadap ke arah halaman dan Jalan
Sumatera.

2. Berdasarkan sistem fisik dan kualitas figural, bentuk bangunan adalah
gometri persegi panjang dengan tampaknya yang simetris. Terdapat pintu
dan jendela dengan panel kayu yang masif di setiap ruang. Untuk
menciptakan sebuah ruang dibatasi oleh plafon, lantai dan dinding yang
tebalnya satu bata. Plafon terbuat dari triplek sedangkan lantai saat ini
menggunakan penutup keramik. Rangka atap pada bangunan adalah kayu
dengan penutup atap genteng.

Hadi Yanuar Iswanto, 2014
Tipologi Bangunan Kolonial Belanda Smpn 2 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3. Berdasarkan sistem stilistik, tipe atap pada bangunan adalah perisai dengan
kemiringan 400 yang dikombinasikan dengan atap pelana tumpang
bertumpuk. Pada façade bangunan terdapat barisan kolom dengan model
tuscan. Bukaan pada bangunan turut mempengaruhi façade, terdapat pintu

ganda yang tinggi dicat dengan warna hijau yang tebal sehingga terkesan
kokoh dan kuat. Jendela bangunan kolonial dilengkapi dengan pintu panel
kayu masif yang dicat dengan warna hijau yang sama dengan pintu. Lubang

ventilasi terdapat di atas dinding dinding bangunan. Dari luar akan tampak
berada di antara atap pelana tumpang bertumpuk. Adapun tipe ornamen
pada bangunan adalah ornamen yang terdapat pada arsitektur eropa seperti
dormer , finial, dan windwijzer pada atap bangunan. Adaptasi kebudayaan

lokal juga mulai nampak pada ornamen lisplank dan bracket di bawah luifel
dengan motif tradisional.
Teknologi

untuk

membangun

masih

sederhana.

Material

untuk


membangunnya masih didominasi oleh batu, batu bata, dan kayu. Penggunaan
elemen kaca dan logam pun masih terbatas. Dinding bangunan adalah dinding
pemikul yang langsung memikul beban di atasnya sehingga dinding bangunan
tampak tebal karena disusun dengan satu bata. Untuk merekatkan batu bata satu
sama lain digunakan adonan putih telur dan kapur. Hal tersebut disebabkan karena
pada zaman bangunan didirikan belum mengenal teknologi semen.
Kedua, sebagai tempat untuk kegiatan belajar, ruangan harus dirancang
sedemikian rupa agar siswa dapat dengan nyaman dan betah berada dalam ruang
kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen arsitektur tropis pada
bangunan dicirikan oleh :
a) Keberadaan selasar di bagian depan dan belakang massa bangunan untuk
menghindari paparan sinar matahari langsung ke dalam bangunan sebagai
akibat dari orientasi bangunan yang menghadap ke arah timur-barat;
b) Dinding yang tebal sehingga pantulan sinar matahari akan lebih besar;

Hadi Yanuar Iswanto, 2014
Tipologi Bangunan Kolonial Belanda Smpn 2 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu


c) Kemiringan atap yang curam agar memudahkan aliran air hujan yang turun
ke permukaan serta overstek yang bertujuan untuk melindungi bangunan
dari paparan sinar matahari langsung;
d) Bukaan pintu dan jendela yang lebar;
e) Lubang ventilasi di atas dinding bangunan di antara tumpukan atap sehingga
memungkinkan

terjadinya

pertukaran

udara

secara

silang

yang

menyebabkan ruangan menjadi sejuk; serta

f) Ornamen dormer yang khas sebagai penghawaan dan pencahayaan yang
diletakkan di atas atap bangunan.

B. Saran
Diharapkan penelitian skripsi tipologi ini dapat memberi kontribusi agar
makna kultural yang berupa nilai keindahan, sejarah, keilmuan, atau nilai sosial
pada bangunan kolonial Belanda dapat terdokumentasikan. Beberapa saran untuk
mendukung terwujudnya hal tersebut adalah :
1. Bagi pemerintah, perlu menerbitkan buku khusus tentang bangunan cagar
budaya di Kota Bandung agar dapat dipahami oleh masyarakat luas.
Pemerintah juga perlu melakukan standar perawatan bangunan cagar budaya
pada masing-masing fungsi bangunan sehingga dapat terjadi pengawasan
yang optimal terhadap pengelola bangunan.
2. Bagi peneliti, perlu dilakukan penelitian lanjutan yang menjelaskan tingkat
kenyamanan penghuni bangunan dengan metode penelitian yang berbeda
untuk membuktikan bahwa bangunan kolonial SMPN 2 Bandung telah
adaptif dengan iklim tropis.
3. Kepada pihak sekolah, Upaya untuk meremajakan kembali bangunan ke
wajah asalnya patut diapresiasi. Meskipun tidak mengubah bentuk
bangunan, aspek estetika dan keseimbangan bangunan tetap perlu

diperhatikan dan dijaga dengan baik. Apabila diperlukan, penambahan dan
perbaikan elemen arsitektur pada bangunan sebaiknya menyesuaikan
Hadi Yanuar Iswanto, 2014
Tipologi Bangunan Kolonial Belanda Smpn 2 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dengan karakter elemen arsitektur yang sudah ada sebelumnya. Dalam hal
promosi keunggulan sekolah, sebaiknya disediakan tempat khusus untuk
memasang atribut promosi sekolah sehingga tidak menggangu keindahan
bangunan.

Hadi Yanuar Iswanto, 2014
Tipologi Bangunan Kolonial Belanda Smpn 2 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu