Rumus Lengkap Fisika SMA

RUMUS LENGKAP
FISIKA SMA

http://pak-anang.blogspot.com

BESARAN DAN SATUAN

Nama besaran Satuan
Panjang
Massa
Waktu
Suhu
Intensitas
Kuat arus
Banyak zat

Simbol
Dimensi
satuan

meter

kilogram
sekon
kelvin
candela
ampere
mole

m
kg
s
K
cd
A
mol

[L]
[M]
[T]
[Ө]
[J]

[I]
[N]

VEKTOR
Komponen vektor arah sumbu-x
vx = v cos α
Komponen vektor arah sumbu-y
vy = v sin α
Besar resultan

v = v x + v y + 2v x v y cos α
2

2

y
vx

v
α

vx

x

Keterangan:
vx = vektor pada sumbu x
vy = vektor pada sumbu y
v = resultan dari dua vektor
α = sudut antara vx dan vy

KELAJUAN DAN KECEPATAN
Kelajuan rata-rata (vr)

vr =

s
Δt

Kelajuan sesaat (vt)


vt = lim

Δt →0

s
Δt

Kecepatan rata-rata ( vr )

vr =

Δs
Δt

http://pak-anang.blogspot.com

Kecepatan sesaat ( vt )

Δs
Δt →0 Δt


vt = lim

Keterangan:
s = jarak tempuh (m)
Δ s = perubahan jarak benda (m)
t = waktu (s)
Δ t = selang waktu (s)

PERLAJUAN DAN PERCEPATAN
Perlajuan rata-rata (ar)

ar =

Δv
Δt

Perlajuan sesaat (at)

Δv

a = lim
t Δt →0 Δt

Percepatan rata-rata ( ar )

Δv v2 − v1
=
Δt
t2 − t1
Percepatan sesaat ( at )
Δv
at = lim
Δt →0 Δt
ar =

Keterangan:
ar = perlajuan rata-rata (m/s2)
at = perlajuan sesaat (m/s2)
Δ v = perubahan kecepatan (m/s)
Δ t = perubahan waktu atau selang waktu (s)

v1 = kecepatan awal benda (m/s)
v2 = kecepatan kedua benda (m/s)

GERAK LURUS BERATURAN (GLB)
Kedudukan benda saat t
st = s0 + v . t
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m)
s0 = kedudukan benda awal (m)
v = kecepatan benda (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)

http://pak-anang.blogspot.com

GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB)
Kedudukan benda saat t
s t = s 0 + v 0 . t + ½ a . t2
Kecepatan benda saat t
vt = v0 + a . t


vt 2 =

v0 2 + 2a . st

Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m)
s0 = kedudukan awal benda (m)
vt = kecepatan benda saat t (m/s)
vo = kecepatan benda awal (m/s)
a = percepatan benda (m/s2)
t = waktu yang diperlukan (s)

GERAK JATUH BEBAS
Kedudukan saat t
s t = s 0 + ½ g . t2
Kecepatan saat t
vt = g . t
v2 = 2 . g . h
Ketinggian benda (h)
h = ½ g . t2

Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m)
s0 = kedudukan awal benda (m)
vt = v = kecepatan benda saat t (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
g = percepatan gravitasi = 10 m/s

GERAK VERTIKAL KE ATAS
Ketinggian atau kedudukan benda (h)
st = h = v0 . t - ½ g . t2
Kecepatan benda (vt)
vt = v0 - g . t
v = v02 – 2gh
Waktu untuk sampai ke puncak (tp)
tp =

v0
g

Waktu untuk sampai kembali ke bawah (t)

t = 2tp

http://pak-anang.blogspot.com

Tinggi maksimum (hmaks)
hmaks =

v02
2g

Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m)
s0 = kedudukan awal benda (m)
vt = v = kecepatan benda saat t (m/s)
v0 = kecepatan benda awal (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2

DINAMIKA GERAK LURUS
Hukum I Newton

∑F=0
Hukum II Newton

a =

F
m

F = m.a
Hukum III Newton
Faksi = – Freaksi
Gaya berat (w)
W = m .g
Keterangan:
F = gaya yang berlaku pada benda (N atau kg m/s2)
W = gaya berat pada benda (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s2)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2

GAYA NORMAL DAN GAYA GESEK
Gaya normal pada lantai datar (N)
N=W=m.g
Gaya normal pada lantai datar dengan gaya bersudut α
Fx = F cos α
Fy = F sin α
N = W – F cos α
Gaya normal pada bidang miring
N = W cos α
Gaya gesek statis (fs)
fs = μ s . N
Gaya gesek kinetik (fk)
fk = μ k . N

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
F = gaya yang bekerja pada benda (N atau kg m/s2)
Fx = gaya yang bekerja pada sumbu x (N atau kg m/s2)
Fy = gaya yang bekerja pada sumbu y (N atau kg m/s2)
fs = gaya gesek statis (N)
fk = gaya gesek kinetik (N)
μ s = koefisien gesek statis

μ k = koefisien gesek kinetik

KATROL TETAP
Percepatan (a)

WB − WA
m A + mB

a=

Tegangan (T)

2m A
.WB dengan WB = mB g
m A + mB
2 mB
T=
.WA dengan WA = mA g
m A + mB

T=

Keterangan:
WA = gaya berat pada benda A (N)
WB = gaya berat pada benda B (N)
a = percepatan benda (m/s2)
mA = massa benda A (kg)
mB = massa benda B (kg)

GERAK PARABOLA


Benda dilempar horizontal dari puncak menara
Gerak pada sumbu x
x = vox . t
Gerak pada sumbu y
vy = g . t
h=

1

2

g. t2 → t =

2h
g

vy2 = 2 g h → vy = 2 gh
Kecepatan benda saat dilempar
v=

v0 + 2 gh
2

Keterangan:
x = jarak jangkauan benda yang dilempar dari menara (m)
vox = kecepatan awal pada sumbu x (m/s)
vy = kecepatan benda pada sumbu y (m/s)

http://pak-anang.blogspot.com

v = kecepatan benda saat dilempar (m/s)
v0 = kecepatan awal (m/s)
h = tinggi (m)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2


Benda dilempar miring ke atas dengan sudut elevasi
Waktu yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (tmaks)
tmaks =

v0 y
g

=

v0 sin α
=
g

2h
g

Tinggi maksimum (hmaks)
hmaks =

v02
sin 2 α
2g

Waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh
tterjauh = 2 tmaks =

2v0 y
g

=

2v0 sin α
2h
=2
g
g

Jarak terjauh (xmaks)
x maks =

v02
sin 2 α
g

Koordinat titik tertinggi
E(x,y) = (

v2
v02
sin 2α , 0 sin 2 α )
g
2g

Perbandingan hmaks dan xmaks

hmaks 1
= tan α
xmaks 4
Keterangan:
tmaks = waktu yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (s)
tterjauh = waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh (s)
v0y = kecepatan awal pada sumbu y (m/s)
v0 = kecepatan awal (m/s)
h = tinggi (m)
hmaks = tinggi maksimum (m)
xmaks = jarak terjauh (m)
α = sudut elevasi

GERAK MELINGKAR BERATURAN
Lintasan busur (s)
s=θ.R
Frekuensi (f)
f=

1
T

Periode (T)
T=

1
f
http://pak-anang.blogspot.com

Laju/kecepatan anguler ( ω )

ω =


= 2π f
T

Laju/kecepatan linear (v)
v = 2π f R
v= ω R
Percepatan sentripetal (asp)
asp =

v2
= ω2R
R

Gaya sentripetal (Fsp)
Fsp = m a = m

v2
= mω 2 R
R

Keterangan:
s = lintasan busur (rad.m)
θ = jarak benda pada lintasan (rad)
R = jari-jari lintasan (m)
f = frekuensi (Hezt)
T = periode (s)
v = laju/kecepatan linear (m/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
asp = percepatan sentripetal (m/s2)
Fsp = gaya sentripetal (N)
m = massa benda (m)
a = percepatan linear (m/s2)

PADUAN DUA ATAU LEBIH GERAK MELINGKAR
BERATURAN
Perpaduan oleh tali (rantai)

ω1 R2
=
⇔ v1 = v2
ω2 R1

Perpaduan oleh poros (as)

ω1 = ω2 ⇔

v2 R1
=
v1 R2

Keterangan:
ω 1 = kecepatan sudut poros pertama (rad/s)
ω 2 = kecepatan sudut poros kedua (rad/s)
v1 = kecepatan linear poros pertama (m/s)
v2 = kecepatan linear poros kedua (m/s)
R1 = jari-jari poros pertama (m)
R2 = jari-jari poros kedua (m)

http://pak-anang.blogspot.com

GAYA GRAVITASI
Gaya gravitasi (F)
F= G

mM
R2

Percepatan gravitasi (g)
g= G

M
R2

Keterangan:
F = gaya gravitasi (N)
m = massa benda (kg)
M = massa bumi (kg)
R = jarak massa bumi dan massa benda (m)
G = tetapan gravitasi umum = 6,673 × 10-11 Nm2 . kg-2

USAHA DAN ENERGI
Usaha (W)
W = F s cos θ
W=Fs
Energi potensial gravitasi (Ep)
Ep = m g h
Usaha dan energi potensial gravitasi
W = Δ Ep = m g (h2 – h1) dengan h = h2 – h1
Keterangan:
W = usaha (J atau kg m/s)
F = besar gaya yang digunakan untuk menarik benda (N)
s = jarak pergeseran atau perpindahan benda (m)
θ = sudut antara arah gaya dan arah perpindahan
Ep = energi potensial gravitasi (J)
Δ Ep = perubahan energi gravitasi (J)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (10 m/s2)
h = ketinggian benda (m)
h1 = ketinggian benda awal (m)
h2 = ketinggian benda akhir (m)
Energi kinetik (Ek)
Ek =

1
m v2
2

Usaha dan energi kinetik
W = Δ Ek =

1
m (v2 2 – v12)
2

Energi mekanik (Em)
Em = Ep + Ek = = m . g . h +

1
m.v2
2

http://pak-anang.blogspot.com

Energi mekanik dalam medan gravitasi
Em = Ep + Ek = konstan
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
Keterangan:
Ep = energi potensial (J)
Ek = energi kinetik (J)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
w = usaha (J)
v1 = kecepatan awal benda (m/s)
v2 = kecepatan akhir benda (m/s)
Em = energi mekanik (J)
g = percepatan gravitasi
h = ketinggian benda (m)
Ep1 = energi potensial awal (J)
Ep1 = energi potensial akhir (J)
Ek2 = energi kinetik awal (J)
Ek1 = energi kinetik awal (J)
Δ Ek = perubahan energi kinetik (J)
Daya (P)
P=

ΔE
W
F .s
=
= F. v
=
Δt
Δt
Δt

Keterangan:
P = daya (J/s atau watt (W))
Δ E = perubahan energi (J)
W = usaha (J)
F = gaya (N)
s = jarak (m)
v = kecepatan (m/s)
Δ t = perubahan waktu (s)

MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN
Momentum (p)
p = mv
Impuls (I)
I = F Δt
Hubungan momentum dan impuls:
F Δt = m v
Keterangan:
p = momentum (kg m/s)
I = impuls (N/s)
F = gaya (N)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan (m/s)
Δ t = perubahan waktu (s)

http://pak-anang.blogspot.com

Hukum kekekalan momentum:
p = tetap/konstan



m1.v1 + m2 .v2 = m1.v1, + m2 .v2,
Koefisien restitusi (e) tumbukan:
e = −

v1, − v2,
v1 − v2

Hukum kekekalan energi kinetik:
Ek =
Ek'





1
1
1
1
m1.v12 + m2 .v22 = m1.v1'2 + m2 .v2'2
2
2
2
2
Keterangan:
Ek = energi kinetik sebelum tumbukan (J)
Ek’ = energi kinetik sesudah tumbukan (J)
p = momentum sebelum tumbukan (kg m/s)
p’ = momentum sesudah tumbukan (kg m/s)
m1 = massa benda 1 sebelum tumbukan (kg)
m2 = massa benda 2 sebelum tumbukan (kg)
m1’ = massa benda 1 sesudah tumbukan (kg)
m2’ = massa benda 2 sesudah tumbukan (kg)
v1 = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan (m/s)
v2 = kecepatan benda 2 sebelum tumbukan (m/s)
v1’ = kecepatan benda 1 sesudah tumbukan (m/s)
v2’ = kecepatan benda 2 sesudah tumbukan (m/s)
e = koefisien restitusi
Tumbukan lenting sempurana
e=1
v = v’
∑ p = ∑ p’
∑ Ek = ∑ Ek ’
Tumbukan lenting sebagian
0 Fkohesi dan sudut kontak θ < 90° (runcing)
Sudut kontak pada meniskus cembung:
Fadhesi < Fkohesi dan sudut kontak θ > 90° (tumpul)
Kapilaritas

y=

2γ cosθ
ρ .g.r

Keterangan:
y = tinggi cairan dalam pipa kapiler (m)
= tegangan permukaan (N/m)
ρ = massa jenis cairan (kg/m3)
θ = sudut kontak
g = percepatan gravitasi (m/s2)
r = jari-jari pipa kapiler (m)
Viskositas (f)

f =π μrv

Keterangan:
f = gaya geser oleh fluida terhadap bola (N)
μ = koefisien viskositas
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola dalam fluida (m/s)

FLUIDA BERGERAK
Debit fluida (Q)
Q =

V
= Av
t

Keterangan:
Q = debit fluida (m3/s)
V = volume fluida (m3)
t = waktu fluida mengalir (s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan fluida (m/s)
Persamaan kontinuitas
A.v = konstan
A1.v1 = A2.v2

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
A1 = luas penampang di daerah 1 (m2)
A2 = luas penampang di daerah 2 (m2)
v1 = kecepatan fluida di daerah 1 (m/s)
v2 = kecepatan fluida di daerah 2 (m/s)
Hukum Bernoulli
P + ρ.g.h + ½ ρ.v2 = konstan
P1 + ρ.g.h1 + ½ ρ.v12 = P2 + ρ.g.h2 + ½ ρ.v22
Keterangan:
P1 = tekanan fluida di daerah 1 (pa)
P2 = tekanan fluida di daerah 2 (pa)
h1 = tinggi pada daerah 1 (m)
h2 = tinggi pada daerah 2 (m)
v1 = kecepatan fluida pada daerah 1 (m/s)
v2 = kecepatan fluida pada daerah 2 (m/s)
Kecepatan fluida pada tabung venturi

v1 =

2 gh
2

⎛ A1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ − 1
⎝ A2 ⎠

Keterangan:
v1 = kecepatan fluida yang masuk ke tabung venturi (m/s)
A1 = luas penampang pada bagian 1 (m2)
A2 = luas penampang pada bagian 2 (m2)
h = selisih tinggi fluida pada tabung venturi (m)
Kecepatan fluida pada tabung pitot:

v=

2 g .h.ρ '

ρ

Keterangan:
v = kecepatan fluida pada tabung pitot (m/s)
h = selisih tinggi fluida (m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
ρ ’ = massa jenis fluida di dalam cairan manometer (kg/m3)

Gaya angkat pesat

F1 − F2 =

1
ρ A (v22 − v12 )
2

Keterangan:
F1 = gaya angkat di bawah sayap (N)
F2 = gaya angkat di atas sayap (N)
ρ = massa jenis fluida (udara) (kg/m3)
v1 = kecepatan fluida di bawah sayap (m/s)
v2 = kecepatan fluida di atas sayap (m/s)

http://pak-anang.blogspot.com

GERAK TRANSLASI
Persamaan posisi r atau vektor posisi r:
r = xi+yj
Vektor perpindahan (∆r):
∆ r = ∆x i +∆y j dengan ∆ x = x2 – x1 dan
∆ y = y2 – y1
Vektor kecepatan ( v ):

v = lim

Δt →0

dr
dy
Δr
dx
i+
=
=
j = vx i + v y j
Δt
dt
dt
dt

dengan | v |= vx2 + v y2 dan arahnya tan θ =

vy
vx

Vektor percepatan ( a ):

dv y
Δv dv dv x
i+
=
=
j = ax i + a y j
Δt →0 Δt
dt
dt
dt

a = lim

dengan | a | = ax2 + a y2 dan arahnya tan θ =

ay
ax

Persamaan gerak translasi:

a=

dv
⇔ v = ∫ adt = a.t + v0
dt

v=

1
dr
⇔ r = ∫ v dt = ∫ (a.t + v0 )dt = a.t 2 + v0 .t + r0
dt
2

Keterangan:
r0 = jarak awal kedudukan benda (m)
r = perpindahan benda (m)
v0 = kecepatan awal (m/s)
v = kecepatan setelah t (m/s)
a = percepatan gerak benda (m/s2)
t = waktu (s)

GERAK ROTASI
Kecepatan sudut rata-rata ( ω r )
Δθ
ω r = tan φ =
Δt
Kecepatan sudut sesaat ( ω ):

ω = lim

Δt →0

Δθ d θ
=
Δt dt

Percepatan sudut rata-rata:

αr =

Δω
Δt

Percepatan sudut sesaat:

d ω d 2θ
= 2
Δt →0 dt
dt

α = lim

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
ω r = kecepatan sudut atau anguler rata-rata (rad/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
α r = percepatan sudut rata-rata (rad/s2)
α = percepatan sudut (rad/s)
φ = sudut elevasi
Δ θ = perubahan jarak benda pada lintasan (rad)
Δ ω = perubahan kecepatan sudut benda (rad/s)
Δ t = perubahan waktu (s)
Kecepatan sudut ( ω ):
ω = α .t + ω0
Jarak (θ):
θ = ½ α 2 t + ω0 t + θ0
Kecepatan linear (v):
v = ωR
Percepatan linear (a):
a=αR
Keterangan:
θ0 = kedudukan awal benda (rad)
ω0 = kecepatan sudut awal (rad/s)
R = jari-jari lintasan (m)
Momen gaya ( τ ):
τ = R × F = R .F sin φ
Momen inersia (I):
I = m R2
Momentum sudut ( L ):
L = m ω R2 = I . ω
Hubungan momen gaya dan percepatan sudut:
τ = I. α S
Energi kinetik gerak rotasi (Ek)
Ek = ½ m . v 2 = ½ m.R2 ω 2 = ½ I. ω 2
Keterangan:
τ = momen gaya (Nm)
R = jari-jari lintasan (m)
F = gaya yang bekerja pada benda (N)
φ = sudut elevasi
I = momen inersia (kg m2)
L = momentum sudut (kg m/s2)
S = panjang lintasan (rad)
Ek = energi kinetik gerak rotasi (joule)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan linear (m/s)

Hukum kekekalan momentum anguler/sudut:
I .ω = konstan



⇔ I1.ω1 + I 2 .ω2 = I1.ω1' + I 2 .ω ' 2

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
I1 = momen inersia awal benda 1 (kg m2)
I2 = momen inersia awal benda 2 (kg m2)
ω 1 = kecepatan sudut awal benda 1 (rad/s)
ω 2 = kecepatan sudut awal benda 2 (rad/s)
ω 1’ = kecepatan sudut akhir benda 1 (rad/s)
ω 2’ = kecepatan sudut akhir benda 2 (rad/s)

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
Keseimbangan partikel, syaratnya:
Fx = 0 dan
Fy = 0





Titik tangkap gaya resulton (xo, yo):

x0 =
y0 =

∑F

yi

.xi

Ry

∑ F .y
xi

i

Rx

, dengan Ry = ΣFyi

, dengan Rx = ΣFxi

Syarat keseimbangan benda tegar memiliki: keseimbangan translasi: Σ Fx = 0 dan Σ Fy = 0
juga keseimbangan rotasi: Σ = 0 dengan τ = F × ℓ
Titik berat benda tegar Z(xo, yo):

x0 =

∑ w .x
∑w

i

1

dan y0 =

∑ w .y
∑w

i

1

, dengan w = berat benda

i

i

Keterangan:
Fx = gaya yang bekerja pada sumbu x (N)
Fy = gaya yang bekerja pada sumbu y (N)

GETARAN PADA BANDUL SEDERHANA
Periode getaran (T)
T = 2π

l
g

Frekuensi getaran (f)

1
1
=
T


g
l
Fase getaran (ϕ):
ϕ = Tt
Sudut fase (θ):
θ = 2 π Tt
f =

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
T = periode getaran (s)
f = frekuensi getaran (s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
l = panjang tali bandul (m)
ϕ = fase getaran
t = waktu getaran (s)

GETARAN PEGAS
Gaya pada pegas (F)
F=ky
Konstanta pegas (k)
k = m ω2
Periode pegas (T)
T = 2π

m
k

Frekuensi pegas (f)
f=

1


k
m

Keterangan:
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
m = massa benda (kg)
ω = kecepatan sudut (rad/s)

GERAK HARMONIS
Persamaan simpangan gerak harmonis:

y = A sin(
Fase ( ϕ )

2πt
+ θ 0 ) = A sin(ωt + θ 0 )
T

t
T

ϕ=

Persamaan kecepatan gerak harmonis:

v=

dy
= A ω cos (ω t + θ 0 ) atau
dt

v = ω A2 − y 2
Persamaan percepatan gerak harmonis:

dv
= - A ω2 sin (ω t + θ 0 ) atau
dt
a = ω 2. . y
a =

Paduan dua simpangan dua gerak harmonis:
y = 2 A sin π (f1 + f2) t cos π (f1 + f2) t

http://pak-anang.blogspot.com

Energi mekanik gerak harmonis:
Em = Ep + Ek = ½ m ω2 A = ½ k A2
= 2 π 2 m2 f2 A2
dengan Ep = ½ k.y2 = ½ k A2sin2ω t
Ek = ½ m.v2 = ½ k A2cos2ω t
Keterangan:
y = simpangan (m)
v = kecepatan (m/s)
a = percepatan (m/s2)
A = amplitudo (m)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)
ϕ = fase
θ = sudut fase
Ep = energi potensial (J)
Ek = energi kinetik (J)
Em = energi mekanik (J)

GELOMBANG
Cepat rambat gelombang (v)

v=

λ

T

= f .λ

Keterangan:
v = cepat rambat gelombang (m/s)
λ = panjang gelombang (m)
f = frekuensi gelombang (Hezt)
T = periode (s)
Pembiasan gelombang

sin i v1 n2
=
=
sin r v2 n1
Keterangan:
i = sudut datang
r = sudut bias
v1 = cepat rambat gelombang pada medium 1 (m/s)
v2 = cepat rambat gelombang pada medium 2 (m/s)
n1 = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
Indeks bias suatu medium

n=

c λ0 sin i
=
=
v λ sin r

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
c = cepat rambat gelombang dalam ruang hampa udara (m/s)
v = cepat rambat gelombang dalam medium (m/s)
0 = panjang gelombang dalam ruang hampa (m)
= panjang gelombang dalam medium (m)
Jarak simpul ke perut (s – p)
s–p =

λ

4

Keterangan:
s – p = jarak simpul ke perut gelombang (m)
λ = panjang gelombang (m)

BUNYI SEBAGAI GELOMBANG
Hubungan intensitas bunyi dan jaraknya terhadap sumber bunyi:

P
P
I1 R22
=
dan
= 2 dengan I1 =
I 2 R1
AL1 4πR12
I2 =

P
P
=
AL2 4πR22

Keterangan:
I1 = intensitas bunyi pertama (W/m2)
I2 = intensitas bunyi kedua (W/m2)
R1 = jarak sumber bunyi pertama dengan pendengar (m)
R2 = jarak sumber bunyi kedua dengan pendengar (m)
Taraf intensitas bunyi (TI)
TI = 10 log

I
I0

Keterangan:
TI = taraf intensitas bunyi (desibel atau dB)
I0 = intensitas bunyi sebuah benda (W/m2)
I = intensitas bunyi sejumlah benda (W/m2)
Frekuensi layangan (f)
f = f1 – f2
Keterangan:
f1 = frekuensi gelombang pertama (Hezt atau Hz)
f2 = frekuensi gelombang kedua (Hz)
Efek Doppler
fp =

v ± vp
v ∓ vs

fs

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
fp = frekuensi yang terdengar oleh pendengar (Hz)
fs = frekuensi sumber bunyi (Hz)
v = kecepatan bunyi di udara (m/s)
vp = kecepatan pendengar (m/s) → positif jika pendengar mendekati sumber bunyi
vs = kecepatan sumber bunyi (m/s) → positif jika sumber bunyi menjauhi pendengar

GELOMBANG MEKANIS
Simpangan pada gelombang berjalan

x
v

y = A sin 2 πf (t ± )
Simpangan gelombang stasioner dari getaran dawai
y = 2A sin

2πx

λ

cos 2 π f t

Keterangan:
x = jarak tiap titik (m)
v = kecepatan gelombang (m/s)
A = amplitudo (m)
λ = panjang gelombang (m)
Cepat rambat gelombang transversal dalam dawai (hukum Marsene)

v=

F

μ

Keterangan:
F = gaya tegangan dawai (N)
μ = massa tali per satuan panjang (kg/m)
v = kecepatan gelombang (m/s)

Daya yang dirambatkan oleh gelombang

P=

E 2mπ 2 f 2 A2
=
= 2μvπ 2 f 2 A2
t
t

Intensitas gelombang:

I=

P 2 μvπ 2 A2
=
= 2 ρvπ 2 f 2 A2
AL
AL

Keterangan:
P = daya yang dirambatkan gelombang (watt)
E = energi yang dirambatkan gelombang (J)
ρ = massa jenis tali (kg/m3)
A = amplitudo (m)
AL = luas penampang (m2)
I = intensitas gelombang (W/m2)

http://pak-anang.blogspot.com

SUHU
Perbandingan skala antara termometer X dengan termometer Y:

X − X 0 Y − Y0
=
X t − X 0 Yt − Y0

Keterangan:
X = suhu yang ditunjukkan termometer x
X0 = titik tetap bawah termometer x
Xt = titik tetap atas termometer x
Y = suhu yang ditunjukkan termometer y
Y0 = titik tetap bawah termometer y
Yt = titik tetap atas termometer y
Muai panjang

α=

ΔL
⇔ Lt = L0(1 + α . ∆t)
L0 .Δt

Keterangan:
α = koefisien muai panjang (K-1)
∆L = Lt – L0 = perubahan panjang (m)
∆ t = perubahan suhu (K)
Muai luas

β=

ΔA
= 2 α ⇔ At=A ( 1 +
A0 .Δt

. ∆t)

Keterangan:
= koefisien muai luas (K-1) = 2α
∆A =At – A0 = perubahan luas (m2)
∆t = perubahan suhu (K)
Muai volume

γ =

ΔV
⇔ Vt = V ( 1 + γ . ∆t)
V0 .Δt

Keterangan:
= koefisien muai volume (K-1) = 3α
∆V = Vt – V0 = perubahan volume (m3)
∆t = perubahan suhu (K)
Kalor jenis (c)
c=

Q
m.ΔT

Keterangan:
c = kalor jenis (J . kg-1 . K-1)
∆T = perubahan suhu (K)
Q = kalor (J)

http://pak-anang.blogspot.com

Kapasitas kalor (C)
C=

Q
= m.c
ΔT

Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/T)
Azaz Black

Qlepas = Qterima
Kalor lebur/beku

Lf =

Q
m

Keterangan:
Lf = kalor lebur/beku (J.kg-1)
Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)
Kalor uap/didih

Lu =

Q
m

Keterangan:
Lu = kalor uap/didih (J.Kg-1)
Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)

PERPINDAHAN KALOR
Besarnya kalor pada peristiwa konduksi:
H = k.A.∆T/ℓ
Keterangan:
H = kalor yang merambat pada medium (J)
k = koefisien konduksi termal (J s-1m-1K-1)
ℓ = panjang medium (m)
A = luas penampang medium (m2)
∆T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)
Besarnya kalor pada peristiwa konveksi:
H = h.A.∆T
Keterangan:
H = kalor yang merambat pada medium (J)
h = koefisien konduksi termal (J s-1m-2K-1)
A= luas penampang medium (m2)
∆T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)

http://pak-anang.blogspot.com

Energi pada peristiwa radiasi (berlaku hukum Stefan):
E = T4
jika permukaannya tidak hitam sempurna:
E = e. T4
sementara energi yang dipancarkan ke lingkungan:
E = e. (T4 - T04)
Keterangan:
= konstanta Stefan (5,675 . 10-8 W.m-2.K-1)
T = suhu (K)
e = emisivitas permukaan (0 < e 1)

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
GGL induksi ( ε ) menurut hukum Faraday

ε= −

NΔΦ
Δt

GGL induksi diri menurut hukum Henry

ε=–L

ΔI
Δt

Fluks magnetik ( Φ )
Φ = B A cos θ
Keterangan:
ε = GGL induksi (volt atau V)
N = jumlah kumparan
Δ Φ = fluks magnetik (Wb)
ΔI = perubahan arus listrik (A)
Δt = perubahan waktu (s)
B = medan magnet (T)
A = luas penampang (m2)
θ = sudut antara medan magnet dan permukaan datar penampang
Induktansi diri (L)

Φ
atau
I
μ0 N 2 A
L=
l

L=N

Energi yang tersimpan dalam induktor (W)
W = ½ L.I2
Induktansi silang (induktansi bersama):
M=

μ0 N1 N 2 A
l

GGL induksi pada generator ( ε ):
ε maks = N B A ω
ε = ε maks sin ωt
sementara kuat arus (I):
Imaks = Imax sin ωt

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
L = induktansi diri (henry atau H)
Φ = fluks magnet (Wb)
N = jumlah kumparan
I = kuat arus listrik (A)
l = panjang selenoida (m)
μ0 = permeabilitas udara = 4 π × 107 Wb m/A
W = energi yang tersimpan dalam induktor (J)
M = induktansi silang (henry)
N1 = jumlah lilitan pada selenoida pertama
N2 = jumlah lilitan pada selenoida kedua
A = luas penampang selenoida (m2)
B = medan magnet (T)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)

TRANSFORMATOR (TRAFO)
Besaran daya pada kumparan primer:
Pp = Vp . Ip = Np . Ip
Besaran daya pada kumparan sekunder:
Ps = Vs . Is = Ns . Is
Daya yang hilang:
Philang = Pp – Ps
Hubungan antara besaran-besaran pada kumparan primer dan kumparan sekunder:

Vs N s
I
N
dan P = s
=
Vp N p
IS N p
Efisiensi transformator:

η=

Ps
× 100%
Pp

Keterangan:
Pp = daya pada kumparan primer (watt)
Ps = daya pada kumparan sekunder (watt)
Vp = tegangan listrik pada kumparan primer (V)
Vs = tegangan listrik pada kumparan sekunder (V)
Ip = kuat arus pada kumparan primer (A)
Is = kuat arus pada kumparan sekunder (A)
Np = jumlah lilitan pada kumparan primer
Ns = jumlah lilitan pada kumparan sekunder
η = efisiensi transformator (%)

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK-BALIK
Nilai sesaat
I = Imaks sin ω t
V = Vmaks sin ( ω t ± θ )

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
I = arus listrik (A)
Imaks = arus listrik maksimum (A)
V = tegangan listrik (V)
Vmaks = tegangan listrik maksimum (A)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)

Nilai efektif

I maks
= 0,707.I maks
2
V
Vef = maks = 0,707.Vmaks
2
I ef =

Keterangan:
Ief = arus listrik efektif (A)
Vef = tegangan listrik efektif (V)
Rangkaian resistif
I = Imaks sin ωt
V = Vmaks sin ωt
Prata-rata = Ief2.R
Keterangan:
Prata-rata = daya rata-rata (watt)
R = resistor (ohm)
Reaktansi induktif (XL)
XL = ω L = 2 π f L
Impedansi rangkaian R-L:

Z =

Vmaks
= R 2 + X L2
I maks

Tegangan rangkaian R-L:
VL = I XL
Sudut fase pada rangkaian R-L:

XL
R
X
Cos θ = L
Z

Tg θ =

Keterangan:
XL = reaktansi induktif (ohm)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
f = frekuensi (Hz)
L = induktansi induktor (H)
Z = impedansi (ohm)
VL = tegangan induktor (V)
R = resistor (ohm)
θ = sudut fase
Cos θ = faktor daya

http://pak-anang.blogspot.com

Rangkaian kapasitif
I = Imaks sin ωt
V =Vmaks sin (ωt - 90o)
Reaktansi kapasitif (Xc)
XC =

VC maks
I maks

=

1
1
=
ω C 2π f C

Keterangan:
XC = reaktansi kapasitif (ohm)
C = kapasitas kapasitor (farad atau F)
Impedansi rangkaian R-C
Z =

Vmaks
= R 2 + X C2
I maks

Tegangan rangkaian R-C:
VC = I XC
Sudut fase pada rangkaian R-C:

XC
R
X
Cos θ = C
Z

Tg θ =

Kuat arus pada rangkaian R-L-C
I=

V VR VL VC
=
=
=
R R X L XC

Impedansi rangkaian R-L-C

Z = R 2 + ( X L − X C )2
Tegangan pada rangkaian R-L-C

V = VR + (VL − VC ) 2
2

Beda sudut fase pada rangkaian R-L-C

X L − X C VL − VC
=
VR
R
R
cos θ =
Z

tg θ =

Resonansi pada rangkaian R-L-C
Syaratnya XL = XC sehingga:

f =

1


1
LC

Keterangan:
f = frekuensi resonansi (Hz)
L = induktansi induktor (H)
C = kapasitas kapasitor (F)
Harga impedansinya berharga minimum:
Z = R
Daya rata-rata (Pr)
Pr = Ief .Vef cos θ = Ief2.R cos θ

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
θ = sudut fase
Daya semu (Ps)
Ps = Ief .Vef = Ief2.R
Faktor daya (cos θ )
cos θ =

Pr
Ps

OPTIKA GEOMETRI
Pemantulan cahaya
Hukum Snellius: sinar datang (i), sinar pantul (r), dan garis normal (N) terletak pada satu bidang
datar; dan sudut datang sama dengan sudut pantul.
Pembiasan cahaya
n = indeks bias

n=

c
v

n2,1 =

n2
n1

n1 sin i = n2 sin r

sin i n2 v1 λ1
=
=
=
sin r n1 v2 λ2

Keterangan:
i = sudut datang
r = sudut bias
n = indeks bias mutlak
c = kecepatan cahaya di ruang vakum/hampa = 3 × 108 m/s
v = kecepatan cahaya dalam suatu medium (m/s)
n2,1 = indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
n1 = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
v1 = kecepatan cahaya di medium 1 (m/s)
v2 = kecepatan cahaya di medium 2 (m/s)
λ1 = panjang gelombang di medium 1 (m)

λ2 = panjang gelombang di medium 2 (m)

Pembiasan pada prisma
Besarnya sudut deviasi (D) pada prisma:
D = (i1 + r2) Sudut deviasi minimum (Dmin) berlaku pada prisma:
Dmin = 2i1 – , dan r1 =

β

2

Sementara untuk sudut Dmin dan
Dmin = (n – 1).

yang kecil berlaku:

Keterangan:
= sudut puncak (pembias) prisma

http://pak-anang.blogspot.com

Pembiasan pada bidang sferis (lengkung):

n1 n2 n2 − n1
+ =
s s'
R

Pembesaran (m) yang terjadi pada bidang sferis:

n1s ' h'
=
n2 s
h

m=

Keterangan:
n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias lensa
s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan m)
h = tinggi benda (m)
h’ = tinggi bayangan (m)
R = jari-jari kelengkungan lensa (m)
Pembiasan pada benda yang berada di dalam kedalaman berbentuk bidang datar:

n2
s
n1

s’ =

Keterangan:
s' = kedalaman benda yang terlihat (m)

Sifat-sifat bayangan pada cermin datar:
- Jarak bayangan ke cermin (s’) = jarak benda ke cermin (s)
- Tinggi bayangan (h’) = tinggi benda (h)
- Sifat bayangan: tegak dan maya (tidak dapat ditangkap layar)
Perbesaran bayangan oleh cermin datar:

h'
=1
h

M=

Jarak fokus (f) pada cermin lengkung:

1 1 1 2
+ = =
s s' f R
atau

f =

R s' . s
=
2 s '+ s

Jarak benda (s) pada cermin lengkung:

s=

s'. f
s '− f

Jarak bayangan (s’) pada cermin lengkung:

s' =

s. f
s− f

Pembesaran (M) pada cermin lengkung:

s ' h'
=
atau
s
h
f
M=
atau
s− f
s '− f
M=
f
M=

http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
f = jarak fokus (m)
R = jari-jari kelengkungan cermin (m)
s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan (m)
h = tinggi benda (m)
h’ = tinggi bayangan (m)
M = pembesaran

Jarak fokus pada pembiasan cahaya di lensa:

⎞⎛ 1
1 ⎛ n1
1 ⎞
= ⎜⎜ − 1⎟⎟⎜⎜ + ⎟⎟
f ⎝ nm
⎠⎝ R1 R2 ⎠
Kekuatan lensa (P):
P=

1
f

Kekuatan lensa dan jarak fokus lensa gabungan:
Pgab = P1 + P2 + ...

1
f gab

=

1
1
+
+ ...
f1 f 2

Keterangan:
f = jarak fokus lensa (m)
n1 = indeks bias lensa
nm = indeks bias medium
R1 = jari-jari kelengkungan lensa 1 (m)
R2 = jari-jari kelengkungan lensa 2 (m)
P = kekuatan lensa (dioptri)
Pgab = kekuatan lensa gabungan (dioptri)
fgab = jarak fokus lensa gabungan (m)

ALAT-ALAT OPTIK
Titik dekat mata normal (PP) = 25 cm
Titik jauh mata normal (PR) = ~
Rabun jauh (miopi):
PP < 25 cm dan PR < ~
P= −

1
PR

Rabun dekat (hipermetropi):
PP > 25 cm
P=

1 1

s PR

Keterangan:
P = kekuatan lensa (dioptri)
s = jarak benda (m)

http://pak-anang.blogspot.com

Lup
Sifat bayangan pada lup (kaca pembesar): maya, tegak, diperbesar
Pembesaran anguler pada lup saat mata tidak berakomodasi:

γ =

sn
x
=
, sn = jarak titik dekat mata
f
f

Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi maksimal:

γ

=

sn
+ 1 dengan sn = 25 cm
f

Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi pada jarak x:

γ = sn
f

+

f −d
sn S n
= (1 +
)
f
x
x

Pembesaran sudut pada lup:

γ =

s n − s ' ⎛ sn ⎞
=


s ⎝ − s '+ d ⎠
s

Keterangan:
γ = pembesaran sudut atau pembesaran anguler
Sn = jarak titik dekat mata (m)
f = jarak titik api atau titik fokus lup (m)
d = jarak lup ke mata (m)
x = jarak akomodasi (m)
s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan (m)

Mikroskop
Sifat bayangannya: maya, terbalik, diperbesar
Panjang mikroskop:
d = fob + fok
Pembesaran linear total:
M = Mob . Mok =

sob ' sok '
×
sob sok

Pembesaran sudut total untuk mata yang tidak berakomodasi:
M = Mob . Mok =

sob ' sok '
×
sob sok

Pembesaran sudut total untuk mata yang berakomodasi maksimum:
M = Mob . Mok =


sob ' ⎛ sn
× ⎜⎜
+1⎟⎟
sob ⎝ f ok


Keterangan:
M = pembesaran linear total
Mob = pembesaran lensa obyektif
Mok = pembesaran lensa okuler
sob = jarak benda di depan lensa obyektif (m)
s’ob = jarak bayangan yang dibentuk lensa obyektif (m)
sok = jarak benda di depan lensa okuler (m)
s’ok = jarak bayangan yang dibentuk lensa okuler (m)
fob = fokus lensa obyektif (m)
fok = fokus lensa okuler (m)
d = panjang mikroskop (m)

http://pak-anang.blogspot.com

Teropong
Panjang teropong:
d = fob + fok
Pembesaran bayangan untuk mata yang berakomodasi maksimum:

M =

f ob
+1
f ok

Pembesaran bayangan untuk mata yang tidak berakomodasi maksimum

M =

f ob
f ok

Dispersi Cahaya
Sudut dispersi prisma (φ):

φ = Du - D m

Daya dispersi (Φ):
Φ = (nu – nm)
Keterangan:
Du = sudut deviasi warna ungu
Dm = sudut deviasi warna merah

nu = indeks bias warna ungu
nm = indeks bias warna merah
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya pada celah ganda (percobaan Young)
Garis terang (interferensi maksimum):
sin α = m

λ
d

, dengan

pd
=m λ
L

Garis gelap (interferensi minimum):
sin α = (2m + 1)

λ

2d

, dengan

pd ⎛
1⎞
= ⎜m + ⎟ λ
2⎠
L


Keterangan:
λ = panjang gelombang (m)
p = jarak pola ke terang pusat (m)
d = jarak celah (m)
L = jarak celah ke layar (m)
m = orde = 0, 1, 2, 3, ...

Interferensi cahaya pada selaput tipis
Garis terang (interferensi maksimum):




2nd cos r = ⎜ m +

1⎞
⎟λ
2⎠

Garis gelap (interferensi minimum):
2nd cos r = m λ
Keterangan:
n = indeks bias lapisan
d = tebal lapisan (m)
r = sudut bias
m = order = 0, 1, 2, 3, ...

http://pak-anang.blogspot.com

Difraksi Cahaya
Difraksi cahaya pada celah tunggal:
Garis terang (interferensi maksimum):




d sin α = ⎜ m +

1⎞
1⎞
pd ⎛
= ⎜m + ⎟ λ
⎟ λ dengan
2⎠
2⎠
L


Garis gelap (interferensi minimum):
d sin α = m λ , dengan

pd
= mλ
L

Difraksi cahaya pada kisi difraksi:
Garis terang (interferensi maksimum):
d sin α = m λ

pd
= mλ
L
1
d=
N
Garis gelap (interferensi minimum):




d sin α = ⎜ m +

pd ⎛
1⎞
1⎞
= ⎜m + ⎟ λ
⎟ λ dengan
2⎠
2⎠
L


Keterangan:
d = jarak celah (m)
p = jarak pola ke terang pusat (m)
N = jumlah garis per satuan panjang
λ = panjang gelombang (m)
α = sudut antara sinar yang dilenturkan dengan garis normal
Polarisasi Cahaya
Sudut polarisasi menurut hukum Brewster karena pembiasan dan pemantulan:
tan p =

n'
n

p + r = 90o

Keterangan:
p = sudut pantul
r = sudut bias
n = indeks bias medium 1
n’ = indeks bias medium 2

KONSEP ATOM
Percobaan Thomson

e
= 1,7 × 1011 C/kg
m
Keterangan:
e = muatan elementer = 1,60204 × 10-19 C
me = massa elektron = 9,11 × 10-31 kg

http://pak-anang.blogspot.com

Deret Lyman

1

λ

= R(1 −

1
) ; n = 2, 3, 4, …
n2

Deret Paschen

1

λ

= R(

1 1
− ) ; n = 4, 5, 6, …
32 n 2

Deret Bracket

1

λ

= R(

1 1
− ) ; n = 5, 6, 7, …
42 n 2

Deret Pfund

1

λ

= R(

1 1
− ) ; n = 6, 7, 8, …
52 n 2

Keterangan:
λ = panjang gelombang (m)
R = tetapan Rydberg (1,0074 × 107 m-1)
Model atom Bohr

h
)

rn = 5,3 . 10-11.n2
m.v.r = n (

13,6
(dalam eV)
n2
2,174.10−18
En = –
(dalam J)
n2

En = –

Keterangan:
En = energi elektron pada kulit ke-n (eV)
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan partikel (m/s)
r = jari-jari orbit (m)
n = bilangan kuantum utama = 1, 2, 3, ...
h = konstanta Planck = 6,63 × 10-23 JS
Energi radiasi
h . f = E1 – E2
Keterangan:
hf = energi radiasi
E1 = energi awal atom
E2 = energi keadaan akhir atom

INTI ATOM
Nuklida jenis inti atom ditulis:

A
Z

X

Keterangan:
X = jenis inti atom atau nama unsur
A = nomor massa (jumlah proton + jumlah neutron)
Z = nomor atom (jumlah proton)
Jumlah netron: N = A – Z

http://pak-anang.blogspot.com

Massa defek
mD = mi – mr, atau:
mD = (Z.mp + N.mn) – mr
Energi ikat inti:
Eb = mD . c2
Keterangan:
mD = massa defek (kg)
mi = massa inti (kg)
mr = massa proton ditambah massa neutron (kg)
Waktu paruh (T½)
N = No (½)n dengan n =

t
T1
2

T½ =

ln 2

λ

=

0,693

λ

Umur rata-rata:

T=

1

λ

T1
=

2

ln 2

= 1,44 T½

Keterangan:
N = jumlah sisa bahan yang meluruh
N0 = jumlah bahan mula-mula
t = waktu peluruhan (s)
λ = konstanta peluruhan (disentregasi/s)
T = umur rata-rata (tahun)
T1 = waktu paruh (s)
2

Energi foton dalam spektrum emisi:
Efoton = E2 - E1 = h.f
Keterangan:
Efoton = energi foton (J)
h = konstanta Planck = 6,63 × 10-34 Js
f = frekuensi (Hz)

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Cepat rambat gelombang magnetik (c)

c=

1

εμ

Keterangan:
c = kecepatan atau cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)
ε = permitivitas medium (C2/Nm2)
μ = permeabilitas medium (Wb.m/A)

http://pak-anang.blogspot.com

Cepat rambat gelombang magnetik di ruang hampa

c=

1

ε 0 μ0

Keterangan:
ε0 = permitivitas listrik ruang hampa = 8,85 × 10-12 C2/N.m2
-7
0 = permeabilitas magnet ruang hampa = 4 π × 10 Wb/A.m
Laju energi rata-rata per m2 luas permukaan ( S )

S=

B
Emaks − Bmaks
atau S = ½ Emaks.Hmaks jika Hmaks =
2μ0
μ0

Induksi magnetik pada gelombang elektromagnetik:
E = 0 H.v = c.B dan Emaks = c.Bmaks
Keterangan:
S = laju energi rata-rata yang dipindahkan tiap m2 luas permukaan
Emaks = medan listrik maksimum (N/C)
Bmaks = medan magnet maksimum (T)
-7
0 = permeabilitas magnet ruang hampa = 4 π × 10 Wb/A.m
v = kecepatan (m/s)
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)
H = intensitas medan magnet

Energi radiasi kalor

W=

E
P
= = e.τ .T 4
t. A A

Keterangan:
W = energi persatuan waktu persatuan luas (watt.m-2)
P = daya (watt)
e = koefisien emisivitas (0 < e < 1)
e = 0 → benda putih sempurna
e = 1 → benda hitam sempurna
τ = konstanta Stefans-Boltzman = 5,67.10-6 watt.m-2K-4
Hukum pergeseran Wien
b = maks . T
Keterangan:
maks = panjang gelombang yang dipancarkan pada energi maksimum (m)
b = tetapan pergeseran Wien = 2,8978.10-3 mK
T = suhu mutlak (K)
Teori kuantum Planck
Efoton = h f =

hc

λ

Etotal = n h f = n

hc

λ

E h
P=
=
c λ
http://pak-anang.blogspot.com

Keterangan:
h = tetapan Planck = = 6,63 × 10-34 Js
c = kecepatan cahaya (m/s)
E = energi foton (J)
P = momentum foton (kg m/s)
λ = panjang gelombang (m)
n = jumlah foton
f = frekuensi foton (Hz)

Efek fotolistrik
Ek = E – W= hf – W
W = h . f0
Ek = h (f – f0)
Keterangan:
Ek = energi kinetik elektron (J)
W = fungsi kerja logam (J)
f = frekuensi foton (Hz)
f0 = frekuensi ambang (Hz)
h = konstanta Planck = 6,63 × 10-34 Js
Efek Campton

E hf h
=
=
c
c λ

P=


=

’ –

=

h
(1 − cosϕ )
me .c

Keterangan:
P = momentum foton (kg m/s)
λ = panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck
c = kecepatan cahaya = 3 × 108 m/s
’ = panjang gelombang foton terhambur (m)
= panjang gelombang foton datang (m)

h
= panjang gelombang Compton = 0,0243 Å
me .c

ϕ = sudut hamburan foton

me = massa diam elektron = 9,1 × 10-23 kg
Teori de Broglie

h
h
=
mv P
h
h
atau λ =
λ=
2 m Ek
2mqv

λ=

Keterangan:
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan partikel (m/s)
= panjang gelombang (m)
P = momentum partikel (kg m/s)
q = muatan partikel (C)

http://pak-anang.blogspot.com

TEORI RELATIVITAS
Kecepatan relatif terhadap acuan diam:

vx =
x' =

vx ' + v
v v
1 + x2'
c
x − v.t

v2
c2
vx
t− 2
c
t'=
v2
1− 2
c
1−

Keterangan:
vx = kecepatan relatif terhadap acuan diam (m/s)
vx’ = kecepatan relatif terhadap acuan bergerak (m/s)
v = kecepatan acuan bergerak terhadap acuan diam (m/s)
c = kecepatan cahaya = 3 × 108 m/s
x = tempat kedudukan peristiwa menurut kerangka acuan pertama
x' = tempat kedudukan peristiwa menurut kerangka acuan kedua
t = waktu peristiwa menurut kerangka acuan kedua (s)
t = waktu peristiwa menurut kerangka acuan pertama (s)

Kontraksi Lorenzt

L' = L 1 −

v2
c2

=

L
b

Dilatasi waktu
∆t’ =

Δt

⇔ ∆t’ = b.∆t

v2
1− 2
c

Relativitas massa/massa relativistik
m =

m0
v2
1− 2
c

= b m0

Keterangan:
L’ = panjang benda oleh pengamat bergerak (m)
L = panjang benda oleh pengamat diam (m)
b=

1
v2
1− 2
c

= konstanta transformasi

∆t = lama waktu oleh pengamat diam (s)
∆t’ = lama waktu oleh pengamat bergerak (s)
m = massa benda bergerak (kg)
m0 = massa benda diam (kg)

http://pak-anang.blogspot.com

Relativitas momentum/momentum relativistik:

m0 .v

p = m .v =

v2
1− 2
c

= b m0 v

Relativitas energi/energi relativistik:
Untuk benda yang bergerak:
E=

m0 .c 2
1−

2

v
c2

= b m0 c 2

Untuk benda diam:

m0 c 2
E0 =
= m0 c 2
1− 0
Energi kinetik relativistik:

Ek = E - E0 =

m0 c 2
1−

2

v
c2

− m0 c 2 = (b − 1)m0.c 2

Keterangan:
p = momentum relativistik (kg m/s)
E0 = energi diam (J)
E = energi total (J)
Ek = energi kinetik (J)

http://pak-anang.blogspot.com