S PJKR 0900342 Chapter1

(1)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Atletik merupakan salah satu mata pelajaran pendidkan jasmani yang wajib diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, sesuai dengan SK Mendikbud No. 0413/U/87.

Adapun tujuan pembelajaran atletik di sekolah dimaksudkan untuk membantu siswa memperbaiki kualitas kesehatan dan kebugaran jasmani melalui pemahaman, pengembangan sikap positif, serta kemampuan gerak dasar atletik. Dalam kegiatan pembelajaran, rata-rata para guru pendidikan jasmani dalam menyampaikan materi cenderung menekankan pengembangan kemampuan individual, sementara ada cara lain yang dapat disampaikan kepada para siswa. Dimana hasilnya tidak hanya berkembang secara individu akan tetapi memiliki dampak yang lebih luas dan positif, yaitu dengan peran kelompok.

Dengan diwajibkannya cabang olahraga atletik diberikan di sekolah-sekolah dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, sudah selayaknya membawa angin segar bagi guru pendidikan jasmani untuk meningkatkan motivasi dan meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Namun kenyataannya di lapangan, masih banyak siswa yang belum meminati pelajaran atletik bahkan cenderung kurang menyukainya. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi para guru pendidikan jasmani agar pembelajaran atletik merupakan pelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Karena disamping keterampilan yang ingin dicapai, justru tujuan utama dari pembelajaran pendidikan jasmani seperti, meningkatkan kesegaran jasmani, meningkatkan pengalaman dan pengayaan gerak-gerak dasar umum maupun


(2)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan motorik siswa sebagai dasar-dasar gerak cabang olahraga lainnya.

Secara umum ruang lingkup pembelajaran atletik di sekolah-sekolah meliputi nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Pembagian kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nomor jalan meliputi: jalan 5 km, 10 km, 20 km dan 50 km 2. Nomor lari dibagi lagi kedalam :

a. Lari jarak pendek meliputi : 100 m, 200m, 400 m b. Lari jarak menengah meliputi : 800 m dan 1500 m c. Lari jarak jauh meliputi : 5000 m , 10.000 m, marathon d. Lari estafet meliputi : 4 x 100 m, 4 x 400 m

e. Lari rintangan meliputi : lari gawang 100 m, 110 m, 400 m dan 3000 m halang rintang

3. Nomor lompat meliputi:

a. Lompat jauh gaya jongkok, melayang dan gaya berjalan di udara. b. Lompat tinggi gaya guling perut, guling sisi dan flop.

c. Lompat jangkit d. Lompat tinggi galah 4. Nomor lempar terdiri dari:

a. Tolak peluru gaya menyamping, belakang dan memutar. b. Lempar cakram

c. Lempar lembing dan d. Lontar martil.

Hampir sebagian besar dari nomor-nomor atletik tersebut diprogramkan di dalam kurikulum pendidikan jasmani mulai jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama hingga tingkat SLTA/SMA. Pendekatan pembelajaran merupakan hal yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran untuk suatu satuan instruksional


(3)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertentu. Menurut Arief S. Sadiman yang dikutip oleh Rudi (2006, hlm. 106) bahwa :

Pembelajaran tidak hanya konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar dan mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dan memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar.

Dari definisi di atas yang terpenting yaitu interaksi yang terjadi antara guru dan siswa itu harus seimbang, yakni adanya komunikasi yang selaras diantara keduanya, baik langsung maupun tidak langsung sebagai mana dikemukakan oleh Susiliana (2006, hlm. 126) yang memaparkan bahwa “tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran.” Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam upaya mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan pendidikan dan tujuan pembangunan nasional. Dimulai dari tujuan pembelajaran (umum dan khusus), tujuan-tujuan itu bertingkat, berakumulasi dan bersinergi untuk menuju tujuan yang lebih tinggi tingkatannya, yakni membangun manusia (siswa) yang sesuai dengan yang dicita-citakan.

Aspek jasmani manusia dapat dilihat secara jelas atau kongkrit, tetapi aspek jiwa tidak dapat diamati secara langsung. Salah satu aspek jiwa adalah minat yang juga memiliki peranan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Siswa tidak akan melakukan suatu kegiatan secara sungguh-sungguh terhadap suatu bidang pelajaran tanpa minat terhadap bidang pelajaran tersebut. Dengan kata lain untuk dapat melakukan suatu kegiatan harus ada rasa minat terlebih dahulu dalam diri seseorang terutama siswa. Disamping itu minat siswa sangat diperlukan untuk menunjang jalannya proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Karena apabila minat siswa pada suatu aktivitas khususnya dalam materi pelajaran baik, maka materi yang diberikan akan lebih mudah dipahami dan semua tujuan


(4)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran akan tercapai dengan lebih mudah. Dalam hal ini apabila minat siswa dan siswi terhadap materi pelajaran atletik bisa terdeteksi, maka akan mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah.

Banyak hal yang menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap materi pembelajaran aktivitas atletik, diantaranya kurang menariknya penyajian aktivitas cabang olahraga ini oleh para tenaga pendidik atau pengajar di sekolah. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya memberikan kebebasan kepada setiap anak didiknya untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pemikiran mereka. Sebaiknya guru juga memberikan kebebasan sesuai dengan sifat alami anak sehingga dalam mengembangkan kreatifitasnya, siswa tidak merasa berbeda dengan gurunya. Dikalangan para siswa, ada kesan bahwa pembelajaran atletik hanya merupakan seperangkat gerak monoton dan tak bervariasi. Isinya meliputi gerak lari, lempar dan lompat yang di anggap kurang menuntut keterampilan yang tinggi namun melelahkan. Unsur keriangan dan kegembiraan tidak terungkap dalam pelaksanaan proses belajar mengajar atletik.

Model pendeketan bermain bisa diterapkan pada pembelajaran atletik, agar siswa merasa senang dalam melaksanakan dan mengikuti pembelajaran aktivitas atletik. Misalnya dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek, guru dapat memberikan beberapa permainan yang mendekati ke arah materi sehingga murid tidak merasa bosan dan akan senang dalam melaksanakannya, dengan disisipkannya materi permainan diharapkan juga antusiasme siswa menjadi meningkat dan teralihkan rasa lelah yang dialaminya. Sehingga secara tidak langsung gerak dasar dominan dan teknik dasar dari materi pembelajaran aktivitas atletik bisa meraka lakukan dengan gembira dan tanpa paksaan dari guru.

Pendekatan bermain itu sendiri adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan diberbagai jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus


(5)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka. Model pembelajaran dengan pendekatan bermain sangat disenangi oleh siswa karena dalam proses pembelajaran siswa akan merasa senang dan gembira, seperti yang dikemukakan oleh Fraliantina (2012, hlm. 16) bawa “erat kaitannya dengan perkembangan imajenasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya imajenasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah.” Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, guru Pendidikan Jasmani sebaiknya memberikan penjelasan mengenai peraturan dan hal apa saja yang harus mereka lakukan terlebih dahulu agar siswa dapat berimajenasi tentang permainan yang akan dilakukannya, permainan yang diberikan dapat berupa permainan tradisional ataupun jenis permainan olahraga seperti sepak bola, voli, basket yang kesemuanya disesuaikan dengan materi yang ada dalam kurikulum seperti dikemukakan oleh Syaiful, dkk. (2006, hlm. 82-84) bahwa “pendekatan memiliki kedudukan, (a) sebagai alat motivasi ektrinsik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), (b) menyiasati perbedaan individual anak didik, dan (c) untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Makin tepat pendekatan yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani dalam mengajar diharapkan makin efektif dan efisien dalam pencapain tujuan pembelajaran. Tentunya faktor-faktor lain pun harus diperhatikan juga seperti, faktor guru, faktor siswa, faktor situasi (lingkungan belajar), media, dan lain-lain. Sehubungan dengan pendekatan terdapat salah satu tokoh yang dianggap paling berjasa dia adalah Plato seorang filsuf Yunani. Ia dianggap sebagai orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Menurut Plato anak-anak akan lebih mudah mempelajari Aritmatika dengan cara permainan. Sedangkan yang dikemukakan Sidoyo (2000, hlm. 1) mengemukakan bahwa “bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajenasi anak”.


(6)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan bermain anak bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, anak-anak akan lebih senang dan menjadikan si-anak atau siswa menjadi lebih aktif. Sebagaimana dikemukakan oleh Mayke (dalam Sudono, 2003, hlm. 3) bahwa “belajar dengan bermain akan memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi serta mempraktikkannya.” Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Senada dengan yang dikemukakan oleh Wahjoedi (1999, hlm. 121 ) bahwa “pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”.

Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat perbedaan minat pada siswa dan siswi kelas XI SMA Negri 9 Tangerang terhadap materi pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek di SMA Negri tersebut. Minat yang lebih besar ditunjukan pada materi pembelajaran olahraga permainan seperti sepak bola dan juga volliy, sedangkan dalam pembelajaran atletik mereka menunjukan respon yang kurang serius bahkan ada diantaranya dengan berbagai dalih berusaha untuk tidak mengikuti materi pembelajaran. Berdasarkan kecendrungan prilaku siswa, kemungkinan faktor penerapan model pembelajaran merupakan salah satu fakor penyebab kurangnya keaktifan siswa dan siswi dalam mengikuti pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek. Atas dasar hal di atas, peneliti berusaha untuk menyusun skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Bermain Untuk Meningkatkan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Aktivitas Atletik Nomor Lari Jarak Pendek”.

B.Identifikasi Masalah

Pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan pendekatan bermain merupakan pembelajaran yang jarang diterapkan di sekolah-sekolah terutama di SMA Negri 9 Tangerang. Pendekatan aktivitas pembelajaran yang umumnya digunakan adalah dengan menggunakan metode komando.


(7)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, ada berbagai permasalahan yang muncul pada saat melakukan pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah, terutama di SMA Negri 9 Tangerang. Permasalah yang ada dalam proses pembelajaran itu masih kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses belajar pendidikan jasmani, terutama pada saat materi pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek. Hal ini dikarenakan masih adanya perasaan malas dan juga enggan untuk malakukan perintah yang telah diberikan oleh guru karena materi yang diberikan dianggap kurang menarik dan terlalu membosankan.

Dari berbagai identifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka perlu adanya serangkaian pembaruan isi materi dan bahan pengajaran, seperti adanya penambahan pendekatan bermain yang diterapkan sebelum pembelajaran inti dilaksanakan oleh para siswa dan siswi pada saat praktik di lapangan, yang dipercaya dapat membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran karena berunsur gembira.

C.Rumusan Masalah

Aktivitas belajar siswa SMA Negri 9 Tangerang dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, khususnya materi atletik nomor lari jarak pendek sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satunya adalah pendekatan bermain. Pendekatan bermain yang diberikan merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif selama proses pembelajaran pendidikan jasmani, yang akan berpengaruh terhadap keterampilan dan minat siswa.

Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek ?”


(8)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rumusan masalah di atas, masalah kurangnya minat siswa dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek pada siswa SMA Negri 9 Tangerang kelas XI akan dipecahkan melalui penerapan pendekatan bermain dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Penerapan pendekatan bermain dalam pembelajaran akan disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa, penerapan pendekatan bermain bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan bermain untuk meningkatkan minat siswa.

E.Tujuan Penelitian

Setiap peneliti harus mempunyai tujuan dan tujuan yang akan dicapai harus berkaitan erat dengan masalah yang dipilih. Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah pendekatan bermain dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek.”

F. Batasan Masalah

Untuk menghindari berbagai penafsiran yang terlalu luas dan agar masalah yang dibahas tidak menyimpang dari masalah yang sebenarnya, maka penulis membatasi penelitian sebagai berikut:

1. Menyadari atas keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan penulis maka penelitian ini hanya mencakup pada penerapan pendekatan bermain untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek.

2. Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negri 9 Tangerang 3. Sampel dalam penelitian ini adalah 36 siswa kelas XI SMA Negri 9


(9)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Penelitian dalam sekripsi ini dilakukan di SMA Negri 9 Tangerang, yang berlokasi di Jl. H. Jali No. 9 Kelurahan Kunciran Kecamatan Pinang 5. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) 6. Intrumen penelitian ini adalah tes pengukuran menggunakan angket G. Manfaat Penelitian

1. Guru : Sebagai bahan masukan dan informasi yang dibutuhkan oleh guru untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Jasmani dapat diterapkan beberapa pendekatan sehingga siswa tidak merasakan jenuh dan bosan.

2. Siswa : Dapat merasa senang selama proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dan siswa dapat menguasai dan mengembangkan keterampilan atletik, khususnya nomer lari jarak pendek.

3. Bagi lembaga sekolah : Dapat lebih memaksimalkan manfaat dari materi pembelajaran khususnya atletik sehingga kebutuhan belajar siswa dapat dipenuhi serta tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.


(1)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran akan tercapai dengan lebih mudah. Dalam hal ini apabila minat siswa dan siswi terhadap materi pelajaran atletik bisa terdeteksi, maka akan mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah.

Banyak hal yang menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap materi pembelajaran aktivitas atletik, diantaranya kurang menariknya penyajian aktivitas cabang olahraga ini oleh para tenaga pendidik atau pengajar di sekolah. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya memberikan kebebasan kepada setiap anak didiknya untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pemikiran mereka. Sebaiknya guru juga memberikan kebebasan sesuai dengan sifat alami anak sehingga dalam mengembangkan kreatifitasnya, siswa tidak merasa berbeda dengan gurunya. Dikalangan para siswa, ada kesan bahwa pembelajaran atletik hanya merupakan seperangkat gerak monoton dan tak bervariasi. Isinya meliputi gerak lari, lempar dan lompat yang di anggap kurang menuntut keterampilan yang tinggi namun melelahkan. Unsur keriangan dan kegembiraan tidak terungkap dalam pelaksanaan proses belajar mengajar atletik.

Model pendeketan bermain bisa diterapkan pada pembelajaran atletik, agar siswa merasa senang dalam melaksanakan dan mengikuti pembelajaran aktivitas atletik. Misalnya dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek, guru dapat memberikan beberapa permainan yang mendekati ke arah materi sehingga murid tidak merasa bosan dan akan senang dalam melaksanakannya, dengan disisipkannya materi permainan diharapkan juga antusiasme siswa menjadi meningkat dan teralihkan rasa lelah yang dialaminya. Sehingga secara tidak langsung gerak dasar dominan dan teknik dasar dari materi pembelajaran aktivitas atletik bisa meraka lakukan dengan gembira dan tanpa paksaan dari guru.

Pendekatan bermain itu sendiri adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan diberbagai jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus


(2)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka. Model pembelajaran dengan pendekatan bermain sangat disenangi oleh siswa karena dalam proses pembelajaran siswa akan merasa senang dan gembira, seperti yang dikemukakan oleh Fraliantina (2012, hlm. 16) bawa “erat kaitannya dengan perkembangan imajenasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya imajenasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah.” Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, guru Pendidikan Jasmani sebaiknya memberikan penjelasan mengenai peraturan dan hal apa saja yang harus mereka lakukan terlebih dahulu agar siswa dapat berimajenasi tentang permainan yang akan dilakukannya, permainan yang diberikan dapat berupa permainan tradisional ataupun jenis permainan olahraga seperti sepak bola, voli, basket yang kesemuanya disesuaikan dengan materi yang ada dalam kurikulum seperti dikemukakan oleh Syaiful, dkk. (2006, hlm. 82-84) bahwa “pendekatan memiliki kedudukan, (a) sebagai alat motivasi ektrinsik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), (b) menyiasati perbedaan individual anak didik, dan (c) untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Makin tepat pendekatan yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani dalam mengajar diharapkan makin efektif dan efisien dalam pencapain tujuan pembelajaran. Tentunya faktor-faktor lain pun harus diperhatikan juga seperti, faktor guru, faktor siswa, faktor situasi (lingkungan belajar), media, dan lain-lain. Sehubungan dengan pendekatan terdapat salah satu tokoh yang dianggap paling berjasa dia adalah Plato seorang filsuf Yunani. Ia dianggap sebagai orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Menurut Plato anak-anak akan lebih mudah mempelajari Aritmatika dengan cara permainan. Sedangkan yang dikemukakan Sidoyo (2000, hlm. 1) mengemukakan bahwa “bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajenasi anak”.


(3)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan bermain anak bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, anak-anak akan lebih senang dan menjadikan si-anak atau siswa menjadi lebih aktif. Sebagaimana dikemukakan oleh Mayke (dalam Sudono, 2003, hlm. 3) bahwa “belajar dengan bermain akan memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi serta mempraktikkannya.” Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Senada dengan yang dikemukakan oleh Wahjoedi (1999, hlm. 121 ) bahwa “pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”.

Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat perbedaan minat pada siswa dan siswi kelas XI SMA Negri 9 Tangerang terhadap materi pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek di SMA Negri tersebut. Minat yang lebih besar ditunjukan pada materi pembelajaran olahraga permainan seperti sepak bola dan juga volliy, sedangkan dalam pembelajaran atletik mereka menunjukan respon yang kurang serius bahkan ada diantaranya dengan berbagai dalih berusaha untuk tidak mengikuti materi pembelajaran. Berdasarkan kecendrungan prilaku siswa, kemungkinan faktor penerapan model pembelajaran merupakan salah satu fakor penyebab kurangnya keaktifan siswa dan siswi dalam mengikuti pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek. Atas dasar hal di atas, peneliti berusaha untuk menyusun skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Bermain Untuk Meningkatkan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Aktivitas Atletik Nomor Lari Jarak Pendek”.

B.Identifikasi Masalah

Pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan pendekatan bermain merupakan pembelajaran yang jarang diterapkan di sekolah-sekolah terutama di SMA Negri 9 Tangerang. Pendekatan aktivitas pembelajaran yang umumnya digunakan adalah dengan menggunakan metode komando.


(4)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, ada berbagai permasalahan yang muncul pada saat melakukan pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah, terutama di SMA Negri 9 Tangerang. Permasalah yang ada dalam proses pembelajaran itu masih kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses belajar pendidikan jasmani, terutama pada saat materi pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek. Hal ini dikarenakan masih adanya perasaan malas dan juga enggan untuk malakukan perintah yang telah diberikan oleh guru karena materi yang diberikan dianggap kurang menarik dan terlalu membosankan.

Dari berbagai identifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka perlu adanya serangkaian pembaruan isi materi dan bahan pengajaran, seperti adanya penambahan pendekatan bermain yang diterapkan sebelum pembelajaran inti dilaksanakan oleh para siswa dan siswi pada saat praktik di lapangan, yang dipercaya dapat membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran karena berunsur gembira.

C.Rumusan Masalah

Aktivitas belajar siswa SMA Negri 9 Tangerang dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, khususnya materi atletik nomor lari jarak pendek sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satunya adalah pendekatan bermain. Pendekatan bermain yang diberikan merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif selama proses pembelajaran pendidikan jasmani, yang akan berpengaruh terhadap keterampilan dan minat siswa.

Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek ?”


(5)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rumusan masalah di atas, masalah kurangnya minat siswa dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek pada siswa SMA Negri 9 Tangerang kelas XI akan dipecahkan melalui penerapan pendekatan bermain dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Penerapan pendekatan bermain dalam pembelajaran akan disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa, penerapan pendekatan bermain bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan bermain untuk meningkatkan minat siswa.

E.Tujuan Penelitian

Setiap peneliti harus mempunyai tujuan dan tujuan yang akan dicapai harus berkaitan erat dengan masalah yang dipilih. Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah pendekatan bermain dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek.”

F. Batasan Masalah

Untuk menghindari berbagai penafsiran yang terlalu luas dan agar masalah yang dibahas tidak menyimpang dari masalah yang sebenarnya, maka penulis membatasi penelitian sebagai berikut:

1. Menyadari atas keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan penulis maka penelitian ini hanya mencakup pada penerapan pendekatan bermain untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek.

2. Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negri 9 Tangerang 3. Sampel dalam penelitian ini adalah 36 siswa kelas XI SMA Negri 9


(6)

Fakhri Fauzi Nugraha, 2014

SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK

Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Penelitian dalam sekripsi ini dilakukan di SMA Negri 9 Tangerang, yang berlokasi di Jl. H. Jali No. 9 Kelurahan Kunciran Kecamatan Pinang 5. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) 6. Intrumen penelitian ini adalah tes pengukuran menggunakan angket

G. Manfaat Penelitian

1. Guru : Sebagai bahan masukan dan informasi yang dibutuhkan oleh guru untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Jasmani dapat diterapkan beberapa pendekatan sehingga siswa tidak merasakan jenuh dan bosan.

2. Siswa : Dapat merasa senang selama proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dan siswa dapat menguasai dan mengembangkan keterampilan atletik, khususnya nomer lari jarak pendek.

3. Bagi lembaga sekolah : Dapat lebih memaksimalkan manfaat dari materi pembelajaran khususnya atletik sehingga kebutuhan belajar siswa dapat dipenuhi serta tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.