APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO

  APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Wini Kis Atalya NIM: 079114043 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala

sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal”

  

(Ayub 4:22)

“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu

menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu

menghasilkan buah yang matang, supaya kamu

menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan

suatu apa pun” (Yakobus 1:3-4)

  

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang sangat mengasihiku

Kedua orangtuaku Wisnu Kishadi Panuluh dan Hartini

  

Kakakku Rangga Kistiwoyo

Dan semua orang di sekelilingku yang selalu mewarnai

hidupku dan menyayangiku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 18 Agustus 2011 Penulis,

  Wini Kis Atalya

  

APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING

PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO

Wini Kis Atalya

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dimensi dan deskripsi setiap dimensi

yang ditemukan dalam gambar bagian torso yang dihasilkan dari tes DAP. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data kemiripan (similarity data) gambar tes DAP bagian

torso dari tiap subyek. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang kuliah di berbagai

universitas di Yogyakarta. Jumlah subyek penelitian adalah 20 mahasiswa. Pengumpulan data

dilakukan dengan memberikan tes DAP dan subyek diminta untuk memberikan penilaian

kemiripan terhadap pasangan-pasangan gambar bagian torso dari hasil tes DAP. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multidimensional scaling yang dibantu

dengan Software Statistical Package for Social Sciences(SPSS) versi 15,0 for Windows. Hasil

analisis menunjukkan ada 4 dimensi yang ditemukan dalam gambar bagian torso DAP yaitu

bentuk bahu, bentuk badan, kualitas garis, dan posisi lengan. Kata kunci: multidimensional scaling, tes DAP, similarity data

  

APLICATION OF MULTIDIMENSIONAL SCALING ON TORSO OF

HUMAN FIGURE DRAWING OF DRAW A PERSON TEST

Wini Kis Atalya

  

ABSTRACT

This study aims to determine how many dimensions and the description of every

dimensions which can be found from a Draw – a – Person Test. The variable in this study is the

similarity data from Draw – a – Person Test on torso of human figure drawing. The subjects of this

study are twenty university student from many universities in Yogyakarta. The collecting data in

this study done by gave Draw – a – Person Test to the subjects and asked them to gave a

similarities judgment to each pairs of human drawing on torso. The evaluation of similarity data

written manually on the score table. Methods of data analysis used in this study is

multidimensional scaling analysis aided by Software Statistical Package for Social Sciences

(SPSS) version 15,0 for Windows Evaluation Version. The analysis showed four dimensions

which are shape of shoulders, shape of torso, quality of line, and position of arms Keyword : multidimensional scaling, Draw – A – Person Test, similarity data

  

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

  NAMA : WINI KIS ATALYA NIM : 079114043 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada

  Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 18 Agustus 2011 Yang menyatakan, Wini Kis Atalya

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang telah dikaruniakan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan judul “Aplikasi Multidimensional Scaling pada Gambar Tes DAP Bagian Torso”. Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  Terselesaikannya penulisan ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan kritik yang membangun dari orang-orang disekitar penulis. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani. M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.

  2. Bapak Agung Santoso, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam proses pengerjaan skripsi ini…thanks ya Bapak..akhirnyaaaa

  3. Ibu Tanti dan Ibu Agnes selaku dosen penguji yang telah membimbing juga selama proses revisi.

  4. Ibu Nimas, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan selama proses kuliah.

  5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas setiap ilmu yang boleh saya terima selama saya duduk di bangku kuliah ini. Terima kasih atas setiap kesabaran kalian dalam membimbingku.

  6. Karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Mbak Nanik, dan Pak Giek, atas segala bantuan fasilitas selama proses perkuliahan.

  7. Bapak dan Ibu. Terimakasih atas kesetiaan, waktu, perhatian, dukungan, dan kasih sayang yang boleh tercurah untukku. Terima kasih kasih atas setiap kepercayaan yang bapak ibu berikan padaku.

  8. Kakakku tersayang Mas Angga dan Mba Indri. Terimakasih untuk setiap dukungan dan doa dari kalian. Aku sayang kalian.

  9. Kak Sigit Irfantono atas setiap dukungan dan semangatnya. Makasih kakak

  dah terus ada buat adek

  10. Sepupuku Mba Hewin. Terima kasih atas perhatian dan kesetiaan untuk mendengar setiap keluh kesahku. You’ll never walk alone

  11. Dek Fahmi Andari. Terima kasih untuk setiap tawamu dalam hari-hariku.

  12. Keluarga di Bantul dan Wonosari. Terima kasih untuk setiap kasih dan dukungan kalian.

  13. Sahabat-sahabatku Reni, Ika, Ina, Adel, Putu, Petra, Uline, Siska, Devi, Sylvi, Yustin, David, Nindya, Lily, Damar dan Puput. Terima kasih kita boleh merajut kisah bersama di psikologi. Terima kasih atas setiap penerimaan tak bersyarat yang boleh aku rasakan…bangga dan sangat bersyukur punya kalian dalam hidupku.

  14. Bang Adip. Terima kasih untuk setiap tawamu dan pelajaran di hidupmu yang membentukku. Semangat abang!

  15. Teman-teman Psikologi angkatan 2007 Nana, Helen, Cangang, Putri, Tia, Rangga, Mega, Wening, Dian, Mandadan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

  16. Kakak-kakak angkatan. Bang Felix, Kak Chris, Mas Ari, Mas Agung, Mba Chacha dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk setiap bantuan dan pelajaran yang berharga.

  17. Teman-teman SMP Dyah, Helen, Uut, Ayu, Rinda, Metha, Linda, Neni.

  Terima kasih untuk setiap dukungan kalian. Hidup gembel sejati!

  18. Teman-teman SMA Asna, Sya, Tia, Riska, dan Liyak. Terima kasih teman untuk persahabatan yang sungguh indah. I’m so proud of you all! I love

  you!

  19. Terima kasih pula bagi semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini.

  Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang diberikan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membacanya.

  Yogyakarta, 18 Agustus 2011 Penulis,

  Wini Kis Atalya

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... v ABSTRAK ................................................................................................ vi

  ABSTRACT ................................................................................................. vii

  PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......... viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................ xii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii

  BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1 A. Latar Belakang .. .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7

  1. Manfaat teoritis .............................................................. 7

  2. Manfaat praktis .............................................................. 7

  BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8 A. DAP…………………………………………………………. ..... 8 B. Multidimensional Scaling (MDS)…………………………… ..... 16 BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 26 A. Jenis Penelitian ..................................................................... 26 B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 26 C. Definisi Operasional………………………………… ............ 26 D. Subyek Penelitian .................................................................. 27 E. Metode Pengambilan Data ..................................................... 28 F. Analisis Data ........................................................................ 30 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 31 A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 31 B. Hasil Penelitian ..................................................................... 33 C. Pembahasan........................................................................... 41 D. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 43 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 44 A. Kesimpulan .......................................................................... 44 B. Saran .................................................................................... 44

  DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 46 LAMPIRAN ............................................................................................. 48

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1Nilai Stress Dimensi 2 sampai Dimensi 18…………………… 34

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Scree Plot Dimensi 2 sampai Dimensi 19 .................................... 33 Gambar 2 Perceptual Map Dimensi 1 dan 2……………………………….. 35 Gambar 3 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Bentuk Bahu………… 36 Gambar 4 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Bentuk Badan……….. 37 Gambar 5 Perceptual Map Dimensi 3 dan 4……………………………….. 38 Gambar 6 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Kualitas Garis……….. 39 Gambar 7 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Posisi Lengan……… 40

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1Gambar tes DAP……………………………………………… 49 Lampiran 2 Tabel Pencatatan Skor………………………………………… 68

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, tingkat penggunaan tes Grafis di Indonesia masih tergolong

  tinggi. Tes Grafis seolah sudah menjadi instrumen yang wajib bagi para psikolog dalam melakukan asesmen. Misalnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi, tes grafis digunakan untuk seleksi dan penempatan karyawan. Psikolog pendidikan biasa menggunakan tes grafis sebagai tes bakat, bimbingan karir, dan untuk melihat kesesuaian faktor kepribadian dengan pemilihan bidang studi tertentu. Di dalam psikologi klinis, tes Grafis digunakan untuk mengetahui tentang gambaran individual terkait dengan kepribadiannya (Etikawati, Komunikasi pribadi, 10 Mei 2010; Universitas Gadjah Mada, 1996).

  Ada 3 jenis tes Grafis yang digunakan di Indonesia yaitu tes BAUM, DAP, dan HTP. Tes BAUM dapat menggambarkan fungsi okupasi seseorang dalam menghadapi tugas. HTP lebih menggambarkan kondisi keluarga, sedang DAP lebih peka dalam menggambarkan kontak sosial. Hasil tes DAP bisa digunakan untuk menggali atau menangkap pola atau kecenderungan orang dalam hal kontak sosial. Hasil tes DAP juga dapat memberikan informasi mengenai penyesuaian diri seseorang dan cara seseorang mengelola dorongan-dorongannya sampai pada tindakan (Etikawati, Komunikasi pribadi, 10 Mei 2010; Universitas Gadjah Mada, 1996). Gambaran – gambaran individual seseorang yang dapat kita peroleh dari tes DAP adalah gambaran tentang konsep diri, sikap terhadap orang lain dalam lingkungan, gambaran diri ideal, hasil pengamatan individu terhadap lingkungan, ekspresi kebiasaan, ekspresi emosi, sikap terhadap tester dan situasi pengetesan, sikap terhadap kehidupan dan lingkungan social secara umum, maupun kombinasi dari gambaran – gambaran individual tersebut. Gambaran – gambaran individual tersebut dapat merupakan ekspresi yang disadari, maupun yang tidak disadari (Levy dalam Abt &Bellak, 1959).

  Pada tahun 1926, Goodenough mulai mempopulerkan DAP.Goodenough menemukan adanya relasi antara perubahan gambar anak – anak dengan kemampuan kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008).Pada perkembangannya, DAP tidak hanya berkembang dalam cabang proyektif. Machover dan Koppitz adalah dua diantara peneliti – peneliti lainnya yang mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008).

  Dasar asumsi gambar manusia dijadikan alat untuk mengukur kemampuan kognitif anak adalah perubahan yang terjadi pada gambar anak – anak, baik perempuan maupun laki – laki, menggambarkan perkembangan kompleksitas kognitif atau kematangan intelektual yang terekpresikan dari perkembangan kompleksitas gambar yang dihasilkan (Harris dalam Kniel dan Kniel, 2008). Penelitian yang dilakukan Cox (1993) terhadap gambar anak – anak di budaya barat mengkonfirmasi kebenaran asumsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan dari gambar manusia yang sederhana (hanya terdiri dari kepala dan dua tangan) menjadi gambar yang lebih kompleks (proporsi dan bagian – bagian tubuh digambar secara lebih realistis) (Cox dalam Kniel dan Kniel, 2008).

  Tes DAP memiliki beberapa kelebihan. Seperti halnya tes grafis yang lain, tes DAP memiliki kelebihan murah dan mudah dalam penyajiannya. Tes DAP, hanya perlu disiapkan kertas dan pensil dalam administrasi penyajiannya. Tes DAP juga mudah dalam penyajiannya karena intruksi yang diberikan sangat singkat, yaitu “silahkan buat gambar manusia”. Kelebihan yang kedua adalah mampu memunculkan banyak gambaran individual seperti yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya. Kelebihan selanjutnya yaitu saat subjek mengerjakan tes ini, subjek tidak bisa melakukan faking karena sarana yang digunakan adalah menggambar. Berbeda halnya dengan tes inventori, subjek sangat mungkin untuk menjawab yang bukan sebenarnya melainkan menjawab yang sebaik-baiknya (Anastasi dan Urbina, 1997).

  Tes DAP juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya yaitu lemahnya validitas tes. Validitas hasil interpretasi tes DAP sangat tergantung pada kemampuan interpretasi dan pengalaman interpreter (Anastasi dan Urbina, 1997). Jika validitas hasil tes sangat tergantung dengan kemampuan dan pengalaman interpreter maka sangat mungkin hasil interpretasi tes tersebut sangat subjektif karena setiap interpreter pasti memiliki kemampuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penggunaan DAP ini harus dikombinasikan dengan tes lain yang nilai validitasnya lebih baik (Levy dalam Abt & Bellak,1959).

  Hasil interpretasi tes DAP itu sendiri sangat tergantung pada situasi psikologis saat subjek menggambar (Anastasi dan Urbina, 1997). Misalnya Tes Grafis diberikan pada subjek yang sedang mengalami masalah, maka hasil tes yang dapat dibaca adalah bagian pola subjek sewaktu menghadapi masalah dan bukan merupakan pola kepribadian yang utuh pada subjek. Jika hasil tes ini diinterpretasi oleh orang yang belum memiliki pengalaman, dikhawatirkan akan menghasilkan interpretasi yang bersifat hanya membaca keadaan subjek pada saat itu saja tanpa memperhatikan kondisi subjek seluruhnya.

  Kelemahan berikutnya adalah kriteria penilaian dari tes DAP bersifat subjektif karena dibuat oleh Machover berdasarkan penilaian intuitif saja.

  Machover membuat hipotesis-hipotesis tertentu untuk membuat kriteria penilaian misalnya jika seseorang menggambar dengan penghilangan pada bagian-bagian di wajah menandakan bahwa orang tersebut memiliki konflik hubungan interpersonal yang tinggi. Jika gambar dagu dihapus-hapus dan diulang-ulang, hal itu menandakan kompensasi dari kelemahan, kebimbangan, dan ketakutan dalam melakukan suatu tanggung jawab. Tekanan garis pada leher menandakan gangguan tentang ketidakmampuan untuk mengontrol impuls-impuls dalam dirinya (Gregory, 1996).

  Oleh karena belum terdapat penelitian yang meneliti tentang kriteria penilaian tes DAP yang dibuat oleh Machover, maka penelitian ini dilakukan untuk membuat kriteria penilaian tes DAP yang lebih objektif. Kriteria objektif yang dimaksudkan di sini adalah kriteria yang dibuat berdasarkan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.Usaha tersebut dilakukan dengan suatu langkah awal yaitu mencari dimensi-dimensi yang mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap gambar manusia pada tes DAP. Pentingnya menemukan dimensi- dimensi tersebut adalah untuk mencari tahu dimensi yang mungkin muncul dan belum ada pada kriteria penilaian tes DAP sebelumnya. Peneliti akan mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut langsung dari penilaian subjek terhadap gambar yang dibuat mereka. Teknik yang dapat digunakan mengidentifikasi dimensi-dimensi langsung dari penilaian subjek terhadap gambar ini adalah Multidimensional Scaling (MDS).

  Multidimensional Scalling (MDS) merupakan salah satu teknik

  multivariat yang dapat digunakan dalam menentukan posisi suatu objek relatif terhadap objek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. MDS berhubungan dengan pembuatan peta yang menggambarkan posisi sebuah objek dengan objek lain berdasarkan kemiripan objek-objek tersebut. Sebagai contoh, MDS sering digunakan dalam kasus marketing untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi pokok yang mendasari penilaian konsumen terhadap suatu produk, pelayananan, atau perusahaan. Penerapan MDS yang lain seperti perbandingan dari kualitas fisik misalnya cita rasa makanan, persepsi terhadap isu-isu politik, atau asesmen terhadap perbedaan budaya di antara dua kelompok yang berbeda (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998)

  Penelitian ini adalah bagian dari sebuah penelitian besar yang terdiri dari 3 penelitian kecil. Penelitian pertama mencari dimensi pada bagian sedangkan penelitian ini mencari dimensi dari gambar bagian torso. Pembagian dilakukan karena sedikitnya jumlah gambar yang akan dievaluasi. Hal ini dikarenakan evaluasi gambar-gambar DAP akan dilakukan dengan membandingkan gambar-gambar tersebut satu lawan satu. Oleh karena itu, evaluasi dengan banyak gambar akan menimbulkan kelelahan subjek yang dapat mengacaukan penilaiannya. Hal ini mengakibatkan data yang diperoleh menjadi kurang akurat. Dengan memilah penilaian menjadi 3 bagian, peneliti dapat melihat variasi-variasi yang ada pada tiap-tiap bagian. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini merupakan langkah awal untuk menghasilkan kriteria penilaian tes DAP yang lebih objektif.

  B. Rumusan Masalah

  1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP?

  2. Bagaimana deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui jumlah dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP

  2. Untuk mengetahui deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Dapat memperkaya ranah tes grafis dengan memberikan gambaran dimensi-dimensi pada tes DAP.

  2. Manfaat praktis Dapat menghasilkan dimensi-dimensi dan deskripsi setiap dimensi sehingga bisa berguna untuk langkah selanjutnya dalam menghasilkan kriteria penilaian tes DAP yang lebih objektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAP

1. Sejarah tes DAP

  Teknik menggambar manusia mulai dikenal pada sekitar tahun 1800. Cooker dan Ricci adalah peneliti yang mengembangkan teknik menggambar manusia karena mereka melihat gambar anak – anak berubah seiring dengan perkembangan mereka (Naglieri, dalam Kubierske, 2008). Goodenough mempopulerkan DAP pada tahun 1926 karena menemukan adanya relasi antara perubahan gambar anak – anak dengan kemampuan kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008). Pada tahun 1963, dilakukan revisi terhadap DAP oleh Harris, sehingga nama tes tersebut berubah menjadi Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT) (Harris, dalam Kubierske,2008). Pada perkembangannya, DAP tidak hanya berkembang dalam cabang proyektif. Machover dan Koppitz adalah dua diantara peneliti – peneliti lainnya yang mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008).

  Dasar asumsi gambar manusia dijadikan alat untuk mengukur kemampuan kognitif anak adalah perubahan yang terjadi pada gambar anak – anak, baik perempuan maupun laki – laki, menggambarkan perkembangan kompleksitas kognitif atau kematangan intelektual yang terekpresikan dari perkembangan kompleksitas gambar yang dihasilkan

  (Harris dalam Kniel dan Kniel, 2008). Penelitian yang dilakukan Cox (1993) terhadap gambar anak – anak di budaya barat mengkonfirmasi kebenaran asumsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan dari gambar manusia yang sederhana (hanya terdiri dari kepala dan dua tangan) menjadi gambar yang lebih kompleks (proporsi dan bagian – bagian tubuh digambar secara lebih realistis) (Cox dalam Kniel dan Kniel, 2008). Dalam Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT), Harris mengkategorikan perkembangan kognitif tersebut menjadi tiga, yaitu kemampuan untuk menyadari, kemampuan abtraksi, serta kemampuan untuk menggeneralisasi (Harris dalam Kniel dan Kniel, 2008).

  Pada perkembangannya, Machover mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008). Machover juga meyakini dalam proses menggambar manusia, individu dibimbing oleh persepsi bayangan tubuh yang berkembang melalui pengalaman individu tersebut (Machover, 1965), sehingga gambar manusia menjadi alat untuk memproyeksikan segala macam impuls, kekhawatiran, konflik, serta kompensasi yang menjadi karakteristik dari individu yang menggambar (Machover dalam Cohen dan Swerdik, 2005).

2. Prosedur Administrasi Tes DAP

  Teknik administrasi yang digunakan Tes DAP yaitu dengan cara meminta subjek untuk menggambar orang . Subjek diberi kertas, yang diutamakan Machover, dengan ukuran 8,5” X 11”, pensil HB, dan penghapus karet. Instruksi yang diberikan adalah “Gambarlah orang”.

  Selama proses menggambar tersebut tester melakukan observasi pada subjek tanpa mengganggu proses berlangsungnya tes. Hasil observasi kemudian dicatat tester pada sehelai kertas. Hal yang perlu dicatat tester mencakup data pribadi subjek serta pertanyaan – pertanyaan subjek sebelum menggambar, urutan bagian-bagian tubuh yang digambar, komentar – komentar yang secara spontan dilontarkan oleh subjek selama menggambar, dan figur jenis kelamin yang digambar terlebih dahulu oleh subjek.

  Ketika subjek masih memiliki waktu tes untuk menghasilkan dua buah gambar, maka tester bertugas memberikan instruksi berikut “Sekarang gambarlah pria” atau “sekarang gambarlah wanita”. Hal ini berbeda apabila subjek hanya ada satu waktu untuk membuat satu gambar, maka alangkah baiknya subjek menggambar figur yang sesuai dengan jenis kelaminnya sendiri.

  Pengalaman tester dalam memberikan instruksi akan mempengaruhi subjek memahami perintah pelaksanaan tes yang disampaikan tester.

  Tester juga bertugas memberitahukan subjek bahwa tugas yang diberikan padanya adalah untuk kepentingan eksperimen dan tidak ada hubungannya dengan keahlian menggambar. Hal ini dapat juga disampaikan tester pada subjek dengan menggunakan kalimat :”Tugas ini tidak ada hubungan dengan kemampuan menggambar. Saya tertarik pada cara anda berusaha menggambar orang”. Jika subjek menghilangkan suatu bagian penting dari tubuh gambarannya, maka subjek dapat didorong untuk mencoba menggambar bagian tersebut setelah tester mencatat bagian-bagian yang tidak digambar tersebut. Hal ini bertujuan untuk melihat mengapa subjek tidak mau menggambar bagian tersebut (Machover, 1987).

3. Cara interpretasi

  Interpretasi tes DAP didasari oleh metode – metode proyektif dari analisis kepribadian dan teori psikoanalisis dalam konteks klinis. Asumsi dasar di tes DAP adalah figur manusia yang digambar berhubungan erat dengan impuls – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik, dan ciri – ciri kompensatoris individu yang bersangkutan. Asumsi dasar tersebut telah terbukti berulang kali dalam pengalaman klinis.

  Figur manusia yang digambar dianggap sebagai gambaran akan diri subjek, sedangkan kertas yang digunakan dianggap sebagai lingkungan.

  Hal ini terjadi karena, disadari atau tidak, ketika menggambar figur manusia, seseorang dihadapkan pada masalah yang membutuhkan kemampuan memproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh dan sikap – sikap yang ditampilkan dalam figur manusia yang digambar. Oleh sebab itu, sebenarnya bukan menjadi masalah untuk melakukan interpretasi secara bebas terhadap aspek – aspek yang seringkali mencerminkan masalah – masalah riil dan tingkah laku dari individu yang menggambar.

  Misalnya, tangan dikepalkan maka secara harfiah diartikan bahwa subjek menyatakan pertertentangan.

  Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi. Pertama, aspek – aspek yang langsung berhubungan dengan penampilan diri subjek. Aspek – aspek tersebut adalah ukuran figur, penempatan di kertas, kecepatan gerakan grafis, tekanan, kepadatan dan variasi garis yang digunakan, keurutan bagian – bagian yang digambar, sikap mental (pendirian), penggunaan latar belakang, perluasan lengan ke arah tubuh atau menjauhi tubuh, spontanitas ataupun kekakuan, penggambaran figur secara profil atau pandangan menghadap ke muka.

  Kedua, isi, yang mencakup detail – detail tubuh dan perlakuan pakaian, diinterpretasi sesuai dengan arti fungsionalnya. Selanjutnya hal – hal yang juga perlu diperhatikan adalah proporsi tiap bagian tubuh, kecenderungan

  • – kecenderungan ketidaklengkapan, jumlah detail dan daerah konsentrasi detail, jumlah dan fokus penguatan, hapusan – hapusan dan perubahan – perubahan grafis, taraf simetri, cara membuat garis tengah dan suasana yang diekspresikan dalam wajah atau sikap figur (Machover, 1965).

  Kategori – kategori penilaian tes DAP pada bagian torso adalah sebagai berikut :

  1) Garis Penilaian terhadap garis meliputi garis yang konsisten, garis yang kabur, garis yang tebal, garis yang tipis, tekanan yang berubah – ubah, garis tipis patah dan tidak tetap garis yang keriting patah berulang disertai tekanan ringan, garis seperti gergaji, garis terdiri dari garis – garis dasar, koordinasi yang jelek, garis yang tebal kotor shading berlebihan, sketsa, dan gambar tidak lengkap (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996).

  2) Bahu Kriteria penilaian pada bahu meliputi bahu yang lebar dan besar, bahu yang sempit (kecil), bahu yang persegi, bahu satu sisi tak seimbang dengan bagian lain, bahu yang sering dihapus dan diulang, serta bahu dengan proporsi dan bentuk yang bagus (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).

  3) Lengan Kriteria penilaian pada lengan meliputi lengan dan tangan yang dihilangkan (terpotong / tertutup), posisi lengan yang menjauh dari tubuh, posisi lengan yang melekat pada tubuh, lengan tidak digambar sama sekali, lengan digambar tidak sesuai dengan tangan, lengan dilipat (dimuka/sedakep), lengan dilipat dibelakang, lengan pendek sekali, lengan yang kecil dan tipis, lengan seperti sayap, lengan di belakang, lengan dengan garis tebal, lengan yang luas atau tebal, lengan yang panjang, lengan yang sangat panjang, lengan yang nampak meraih, garis lengan yang lansung dan lancar, dan lengan yang nampak terulur (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).

  4) Tubuh Pada bagian tubuh, kriteria penilaian meliputi tubuh yang dihilangkan, tubuh yang panjang dan kecil, failure to close (tidak sambung), tubuh yang sangat kecil, tubuh yang sangat besar (lebar), serta tubuh yang digambar dengan shading tebal pada jenis kelamin lain (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).

  5) Pakaian dan Dasi Pada pakaian dan dasi, kriteria penilaian meliputi pakaian yang digambar, pakaian yang terlalu lengkap, pakaian minim sekali, gambar tidak jelas antara berpakaian atau tidak, pada tambahan ornamen (dasi, kalung, dan lain – lain), serta dasi yang ditekankan (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).

  6) Perhiasan Kriteria penilaian pada bagian perhiasan adalah perhiasan ada secara mencolok (Universitas Gajah Mada, 1996).

  7) Saku Kriteria penilaian pada saku adalah bila saku ditekankan (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996).

  8) Kancing baju Kriteria penilaian pada bagian kancing saku meliputi kancing baju di bawah garis tengah, kancing baju sangat jelas atau menonjol atau ditekankan, serta kancing baju dalam manset (Universitas Gajah Mada,1996).

  9) Ikat pinggang Kriteria penilaian pada ikat pinggang adalah ikat pinggang yang ditekankan dengan shading kuat, dan tanpa ikat pinggang (Universitas Gajah Mada, 1996).

  10) Pinggang Pada bagian pinggang, kriteria penilaian meliputi pinggang yang ditekankan, pinggan dengan shading yang berlebihan, garis pinggang yang tidak jelas atau tidak tegas, serta pinggang yang terputus (Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).

B. MDS (Multidimensional Scaling)

1. Pengertian MDS

  Multidimensional scaling adalah teknik yang dapat

  memvisualisasikan data kedekatan (proximity)yang dihasilkan melalui penilaian kemiripan terhadap pasangan – pasangan objek (Buja, Swayne, Littman, Dean dan Hofmann, 2004). Sebagai contoh, MDS sering digunakan dalam kasus marketing untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi pokok yang mendasari penilaian konsumen terhadap suatu produk, pelayanan, atau perusahaan. Teknik MDS dapat menduga apa sebenarnya dimensi-dimensi dasar dari penilaian subjek terhadap kemiripan atau pilihan dari objek-objek (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998)

  MDS dapat membantu menentukan (1) apa saja dimensi yang subjek gunakan ketika menilai objek-objek, (2) berapa banyak dimensi yang mungkin mereka gunakan dalam situasi khusus, (3) pentingnya hubungan dari masing-masing dimensi, dan (4) bagaimana objek-objek tersebut berhubungan secara perseptual (Hair et al, 1998) Tujuan dari MDS adalah untuk mengubah penilaian subjek terhadap kemiripan atau pilihan ke dalam beberapa jarak yang digambarkan dalam ruang multidimensional. MDS menghasilkan

  perceptual map yang juga dikenal dengan spatial map dan digunakan

  untuk menunjukkan posisi hubungan dari semua objek. MDS adalah teknik yang didasarkan pada perbandingan dari objek-objek. Subjek mungkin melihat perbandingan karakteristik fisik dari berbagai objek. Selain itu subjek juga bisa membandingkan objek-objek dengan melihat perbedaan atau merasakan perbedaan kualitas dari berbagaiobjek (Hair et al, 1998).

  Misalnya seorang produsen ingin melihat dimensi-dimensi apa yang menjadi dasar ketika konsumen melakukan penilaian terhadap tiga produk permen. Produsen meminta konsumen untuk menilai tingkat kemiripan antara produk permen satu dengan yang lain.

  Kemudian dari skor tingkat kemiripan tersebut, dapat dihasilkan suatu peta yang menggambarkan posisi kedekatan antara produk permen yang satu dengan yang lainnya. Produsen dapat menentukan dimensi apa yang mendasari penilaian konsumen dengan melihat kemiripan dan perbedaan produk-produk permen melalui peta yang menggambarkan kedekatan objek tersebut. Dari situlah akhirnya dapat diketahui dimensi apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam menilai misalnya rasa dan warna bungkus permen.

2. Tahap-tahap yang digunakan dalam MDS

  MDS dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap – tahap di bawah ini adalah tahap – tahap yang dirumuskan oleh Hair et al. (1998).

a. Penetapan tujuan MDS

  MDS adalah cara yang paling tepat digunakan untuk mencapai 2 tujuan yaitu: 1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi yang tidak dikenal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

  2) Mendapatkan penilaian subjek terhadap perbandingan objek-objek ketika dasar perbandingan tidak diketahui.

  Penetapan tujuan MDS tersebut bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan jika 3 hal utama di bawah ini dilakukan yaitu:

1) Memilih objek-objek yang akan dievaluasi

  Peneliti harus menggunakan objek-objek yang bisa dibandingkan dan memiliki hubungan. Jika objek-objek yang dievaluasi tidak bisa dibandingkan (noncomparable), peneliti berarti bukan hanya memaksakan untuk menduga dimensi perseptual yang membedakan objek-objek yang dapat dibandingkan, tetapi juga menduga dimensi-dimensi yang membedakan objek-objek yang tidak dapat dibandingkan. Dengan demikian, pertanyaan penelitian tidak akan terjawab.

  2) Memilih menggunakan data kemiripan atau pilihan

  Selanjutnya peneliti harus memilih dasar dari penilaian yang akan dilakukan yaitu berdasarkan kemiripan atau pilihan. Dalam data kemiripan,subjek tidak menggunakan aspek baik-buruk dalam menilai objek-objek sedangkan data pilihan menggunakan aspek baik-buruk dalam membandingkan objek-objek. Data kemiripan mewakili kemiripan-kemiripan atribut dan dimensi perseptual dari perbandingan objek-objek sedangkan data pilihan mewakili apa yang lebih dipilih individu dari objek-objek yang dinilai.

  3) Memilih menggunakan analisis agregat atau disagregat

  Dalam mempertimbangkan apakah akan menggunakan kemiripan atau pilihan, ada 2 cara analisis yang dapat dilakukan yaitu analisis agregat dan disagregat. Dalam analisis disagregat, peneliti menggunakan persepsi subjek terhadap stimulus dan membuat output dari representasi kedekatan stimulus dalam ruang multidimensional sedangkan dalam analisis agregat, peneliti menghitung rata- rata penilaian dari seluruh subjek dan mendapat satu penyelesaian untuk satu kelompok yang terdiri dari subjek- subjek secara keseluruhan.

  Pilihan peneliti dalam menggunakan analisis disagregat atau agregat didasarkan pada studi objektif. Jika fokus penelitian adalah untuk mencari tahu keseluruhan penilaian terhadap objek-objek dan dimensi-dimensi yang mendasari penilaian tersebut, maka analisis agregat adalah metode yang paling cocok. Tetapi jika fokus penelitian adalah untuk mengetahui variasi diantara subjek-subjek, maka pendekatan disagregat adalah pendekatan yang paling bisa membantu.

b. Membuat desain penelitian MDS

  Hal-hal yang harus dilakukan untuk membuat desain penelitian MDS yaitu:

  1) Memilih akan menggunakan pendekatan

  

dekomposisional ataukomposisional

  Dalam pendekatan dekomposisional, pengukuran dilakukan meliputi semua kesan dan penilaian subjek terhadap objek- objek kemudian mencoba untuk mendapatkan posisi-posisi berjarak dalam ruang multidimensional yang merefleksikan persepsi-persepsi subjek tersebut. Pendekatan komposisional adalah pendekatan alternatif dengan menentukan atribut terlebih dahulu kemudian meminta subjek melakukan penilaian berdasarkan atribut yang telah ditentukan tersebut.

  2) Menggunakan metode metrik atau non metrik

  Pada metode metrik, input data yang digunakan adalah data yang bersifat interval dan ratio sedangkan pada metode non metrik, input data yang digunakan adalah data yang bersifat nominal dan ordinal.

  3) Menentukan akan menggunakan data kemiripan atau pilihan

  Ketika pengumpulan data dilakukan dengan data kemiripan, peneliti mencoba menentukan objek-objek mana yang paling mirip dan tidak mirip dengan objek-objek lainnya. Ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan persepsi subjek dalam data kemiripan, diantaranya yaitu: a. Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan objek yang sudah ditentukan peneliti b. Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan objek yang ditentukan sendiri oleh subjek (subjek bebas membuat pasangan-pasangan)

  c. Menggunakan atribut tertentu untuk digunakan sebagai dasar dalam subjek melakukan penilaian Pada data pilihan, subjek melakukan penilaian terhadap kesukaan terhadap pasangan-pasangan objek-objek. Ada 2 cara yang bisa dilakukan, diantaranya yaitu:

  1. Subjek membuat tingkatanobjek-objek dari objek yang paling dipilih sampai objek yang paling tidak dipilih.

  2. Subjek diminta menunjukkan kemungkinan pasangan dan menentukan pasangan mana yang lebih dipilih.

  c. Menentukan posisi objek di dalam peta perceptual (perceptual map)

  Setelah penilaian terhadap kemiripan-kemiripan dari objek- objek tersebut didapatkan, kemudian data-data tersebut dimasukkan dalam suatu ruang yang disebut peta perceptual (perceptual map).Peta perceptual (perceptual map) juga dikenal dengan peta spasial (spatial map) dan digunakan untuk menunjukkan posisi hubungan dari semua objek.

  d. Menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual (perceptual map)

  Berdasarkan kemiripan-kemiripan objek yang ada dalam peta perceptual (perceptual map), kemudian hal yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan apa saja kira-kira dimensi yang mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap kemiripan – kemiripan objek – objek tersebut.

  Cara menentukan banyaknya dimensi adalah dengan melihat titik yang dekat dengan titik – titik yang memiliki perubahan nilai stress yang tidak banyak (monotonically

  increasing line) sehingga grafik yang terbentuk hampir

  merupakan garis yang mendatar. Titik yang digunakan untuk menentukan dimensi dalam scree plot sering disebut sebagai

  elbow(Wickelmaier, 2003).

  d. Menginterpretasi hasil dari MDS

  Setelah menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual (perceptual map), hal selanjutnya yang dilakukan adalah memberikan label/ nama terhadap dimensi-dimensi yang sudah ditemukan tadi. Ada 2 cara yang digunakan dalam memberikan nama terhadap dimensi-dimensi yaitu dengan prosedur subjektif atau prosedur objektif.

  f. Validasi hasil MDS

  Validasi dalam MDS merupakan suatu tahapan yang penting layaknya teknik multivariat yang lain. Uji validasi MDS dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan menggunakan split or multisample comparison, yaitu dengan membagi dua data yang telah ada, atau mencari data baru, kemudian mencari rerata dari perbandingan tersebut. Cara kedua yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan dua metode MDS, yaitu pendekatan dekomposisional dan komposisional. Pendekatan dekomposisional dilakukan terlebih dahulu, selanjutnya hasil yang didapat dengan menggunakan pendekatan ini dicek dengan menggunakan pendekatan komposisional.