FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PEMAHAMAN INFORMASI MEDIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS WOHA BIMA - Repository UNRAM

  

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PEMAHAMAN INFORMASI MEDIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI

PUSKESMAS WOHA BIMA

  

Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana pada Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram

Oleh

Nurfarhati

  

H1A012043

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2015

  

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

  Pemahaman Informasi Medis pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Woha Bima

  Nama Mahasiswa : Nurfarhati Nomor Mahasiswa : H1A012043 Fakultas : Kedokteran

  Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

  Mataram, 6 Desember 2015 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping dr. Hamsu Kadriyan, SpTHT.,M.Kes dr. Muthia Cenderadewi

  NIP. 19730525 200112 1 001 NIP. 19850128 201012 2 003 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman Informasi Medis Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Woha Bima

  Dipersiapkan dan disusun oleh :

  Nama Mahasiswa : Nurfarhati Nomor Mahasiswa : H1A 012 043

  Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 14 Desember 2015

  Ketua : Hamsu Kadriyan, Sp.THT dr. -KL , M.Kes

  NIP. 19730525 200112 1 001 Anggota : Anggota : Muthia Cenderadewi dr. Yunita Sabrina, M.Sc,Ph.D dr.

  NIP . 19850128 201012 2 003 NIP.19760624 2001 12 2 001 Mengetahui,

  Dekan FK Universitas Mataram, Hamsu Kadriyan, Sp.THT dr. -KL , M.Kes

  NIP. 19730525 200112 1 001 Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

  Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram untuk meraih gelar Sarjana. Karya tulis ini berjudul: Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman Informasi Medis pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Woha Bima

  Selama proses penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari pihak baik dalam institusi maupun dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

  2. Harta yang sangat berharga Ibu Tercinta Flora dan Bapak Terhebat Syahlan yang telah membesarkan dan mendidik saya. Saya berterima kasih kepada beliau berdua karena dengan dukungan beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Terima kasih banyak atas cinta, kasih sayang dan doa yang tiada henti, juga perhatian, nasihat, motivasi, dan support yang tidak ternilai harganya hingga saya menjadi perempuan mandiri hingga dititik ini. Saya menyadari bahwa tanpa beliau berdua,

  3. Kedua saudara yang menemani masa kecil saya dengan cinta dan kasih sayang yang nyata Faisal Rahmah dan Iqhwanul Muslimin. Terima kasih tanpa kalian berdua saya tidak mungkin sekuat ini menghadapi semua ini 4. Prof Ir. H. Sunarpi, Ph.D selaku rektor universitas mataram.

  5. dr. Hamsu Kadriyan SpTHT, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

  6. dr. Hamsu Kadriyan SpTHT, M.Kes selaku pembimbing utama yang membimbing dan memberi banyak masukan serta saran dengan penuh kesabaran selama proses penyusunan karya tulis ini. 7. dr. Muthia Cenderadewi selaku pembimbing pendamping yang selalu memberi bimbingan, petunjuk, dan masukan dengan penuh kesabaran selama penulisan demi kelancaran proses penyusunan karya tulis ini. 8. dr. Ganis Kristanto, selaku kepala Puskesmas Woha Bima yang telah mempermudah perijinan pelaksanaan penelitian ini.

  9. Hartini Ahadiyatur Ru’yi dan Maya Farahiya yang merupakan teman satu tim penelitian dan sahabat seperjuangan dalam menyusun, menjalani, dan menyelesaikan penelitian ini.

  10. Teman seperjuangan “Diskotik” (kk Hul, kk Aten, Mbak may, kk yan, kk is) yang telah mewarnai kehidupan penulis selama kuliah di FK Unram

  11. Teman sejawat “Dennias” (Dedew, Ana, Nita, Mbak can, Mbak may, Kk is) yang telah mengajari banyak hal baik secara langung maupun tidak langsung

  12. Teman seperantaun “Bima-Dompu” (Ainun, Uswa, Mbak Ida, Kk Ardian) yang telah menemani dan mengerti penulis selama kuliah di FK Unram

  13. Lis, Erna, Hatma, Subhi sahabat SMA yang selalu setia menemani dan mendengarkan keluh kesah saya hingga sekarang.

  14. Abang Vito yang telah membantu mengajarkan SPSS pada kami bertiga

  15. Teman-teman seperjuangan FK Unram 2012 MUSKULUS yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses perkuliahan.

  16. Seluruh dokter dan petugas kesehatan di Puskesmas Woha Bima yang telah bersedia memberikan bantuan tanpa lelah selama pengambilan data.

  17. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan memberikan manfaat bagi pembaca yang memerlukannya.

  Mataram, 6 Desember 2015 Penulis

  

PERNYATAAN

  Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Mataram, 6 Desember 2015 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii PRAKATA............................................................................................... iv PERNYATAAN...................................................................................... vii DAFTAR ISI............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR............................................................................... xi DAFTAR TABEL.................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiii DAFTAR SINGKATAN......................................................................... xiv ABSTRAK……………………………………………………………... xv ABSTRACT............................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN........................................................................

  1 1.1. Latar Belakang............................................................................

  1 1.2. Rumusan Masalah.......................................................................

  4 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................

  4 1.4. Manfaat Penelitian......................................................................

  5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................

  6 2.1 Hubungan Pasien dengan Dokter.................................................

  6 2.1.1 Komunikasi Efektif Dokter Pasien........................................

  6 2.1.2 Komunikasi Efektif dan Hubungan Pasien dengan Dokter...

  9 2.2 Kewajiban dan Hak Dokter..........................................................

  11 2.2.1 Kewajiban Profesi Dokter.....................................................

  11 2.1.2 Hak-Hak Profesi Seorang Dokter..........................................

  11

  2.3.1 Kewajiban Pasien..................................................................

  12 2.3.2 Hak-Hak Pasien.....................................................................

  12 2.4 Kewajiban dan Hak Puskesmas...................................................

  13 2.4.1 Kewajiban Puskesmas.........................................................

  13 2.4.2 Hak Puskesmas...................................................................

  15 2.5 Informasi Medis...........................................................................

  18 2.5.1 Definisi Informasi Medis....................................................

  18 2.5.2 Manfaat Informasi Medis....................................................

  18 2.5.3 Sumber-Sumber Informasi Medis.......................................

  19 2.5.4 Bentuk-bentuk Informasi Medis.........................................

  20 2.5.5 Informasi antar dokter-pasien.............................................

  25 2.5.6 Masalah dalam penympaian informasi...............................

  27 2.5.6.1 Faktor Dokter..............................................................

  27 2.5.6.2 Faktor Pasien...............................................................

  28 2.5.6.3 Faktor Lingkungan......................................................

  28 2.6 Kerangka Konsep.........................................................................

  30 2.7 Hipotesis......................................................................................

  31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................

  32 3.1 Rancangan Penelitian...................................................................

  32 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................

  32 3.3 Populasi Penelitian.......................................................................

  32 3.4 Sampel..........................................................................................

  33 3.4.1 Pengambilan Sampel...........................................................

  33 3.4.2 Besar Sampel.......................................................................

  33 3.4.3 Kriteria Inklusi....................................................................

  34 3.4.4 Kriteria Eksklusi.................................................................

  34 3.5 Variabel Penelitian.......................................................................

  35 3.5.1 Variabel tergantung.............................................................

  35

  3.8 Pengumpulan Data Penelitian......................................................

  46 3.9 Analisis Data................................................................................

  46 3.9.1 Analisis Deskriptif..............................................................

  46 3.9.2 Analisis Bivariat..................................................................

  46 3.9.3 Analisis Multivariat.............................................................

  47 3.10 Alur Penelitian ..........................................................................

  48 3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian...................................................

  49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................

  50 4.1 Hasil Penelitian............................................................................

  50 4.1.1 Karasteristik Penelitian.......................................................

  50 4.1.2 Analisis Data.......................................................................

  54 4.1.2.1 Presentase Variabel.................................................

  54 4.1.2.2 Uji Chi-Square........................................................

  57 4.1.2.3 Uji Regresi Logistik................................................

  57 4.1.2.4 Koefisien Regresi Logistik.....................................

  58 4.1.2.5 Kekuatan Faktor Resiko (EXP B)..........................

  58 4.2 Pembahasan..................................................................................

  59 4.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman. .

  59 4.2.2 Kelemahan Penelitian.........................................................

  62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................

  64 5.1 Kesimpulan..................................................................................

  64 5.2 Saran............................................................................................

  65 5.2.1 Bagi Dokter.........................................................................

  65 5.2.2 Bagi Pasien..........................................................................

  65 5.2.3 Bagi Peneliti........................................................................

  65 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

  67 Lampiran .................................................................................................

  70

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 2.1 Bagan Teori Komunikasi..................................................

  6 Gambar 2.6 Kerangka Konsep..............................................................

  30 Gambar 3.10 Alur Penelitian..................................................................

  48

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 3.11. Rencana Penelitian......................................................................

  49 Tabel 4.1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin ................................

  50 Tabel 4.2. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur ............................

  51 Tabel 4.3. Distribusi pasien berdasarkan tingkat pendidikan ........................

  51 Tabel 4.4. Distribusi pasien berdasarkan pekerjaan ......................................

  52 Tabel 4.5. Distribusi tingkat pengetahuan pasien dalam menggali suatu informasi berdasarkan kategori baik dan kurang baik .................

  52 Tabel 4.6. Distribusi kemampuan dokter dalam berkomunikasi berdasarkan kategori baik dan kurang baik .....................................................

  53 Tabel 4.7. Distribusi keadaan lingkungan berdasarkan kategori baik dan kurang baik ..................................................................................

  53 Tabel 4.8. Distribusi tingkat pemahaman pasien berdasarkan kategori baik dan kurang baik............................................................................

  54 Tabel 4.1.2.1. Persentase Variabel ................................................................

  55 Tabel 4.9. Hasil uji variable dengan chi-square ............................................

  57 Tabel 4.10. Variabel dengan uji regresi logistik ...........................................

  58 Tabel 4.11 Variables in the equation .............................................................

  58 Tabel 4.11. Nilai OR atau EXP(B) ................................................................

  58

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 Surat Ijin Ethical Clearence................................................

  70 Lampiran 2 Kuesioner............................................................................

  71 Lampiran 3 Hasil input spss....................................................................

  79 Lampiran 4 Foto-Foto............................................................................

  99

DAFTAR SINGKATAN

  Singkatan/Lambang Arti dan Keterangan NTB Menkes Permenkes UU CUKB SPSS OR EXP(B)

  Nusa Tenggara Barat Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Undang-Undang Cara Uji Klinik yang Baik Statistical Product and Service Solution Odds Ratio Exponent (B)

  

ABSTRAK

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

PEMAHAMAN INFORMASI MEDIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI

PUSKESMAS WOHA BIMA

  Nurfarhati, Hamsu Kadriyan, Muthia Cenderadewi

  

Latar belakang : Komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang harus

  dikuasai oleh dokter karena komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Pemahaman informasi medis yang diterima pasien sering kali berbeda bahkan ada pasien yang tidak mengerti tentang informasi yang disampaikan tersebut. Oleh sebab itu penelitian ini mencoba mencari faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima.

  

Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analytic, sampel

  dipilih menggunakan teknik convinience sampling dari pasien rawat jalan yg memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa statistik menggunakan analisa deskriptif, analisa bivariat dengan metode chi square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk menguji kekuatan dari faktor dokter, faktor pasien, dan faktor lingkungan.

  

Hasil: Persentase pasien dengan tingkat pemahaman baik yang berobat ke

  Puskesmas Woha Bima adalah sebanyak 32 orang (61%) dan persentase pasien dengan tingkat pemahaman kurang baik sebanyak 20 orang (38%). Faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis (p<0,05) pasien rawat jalan di Puskesmas Woha Bima yaitu faktor variabel pasien.

  

Kesimpulan: Faktor pasien didapatkan mempengaruhi tingkat pemahaman pasien

terhadap informasi medis.

Kata kunci : Informasi medis, Tingkat pemahaman, Pasien, Dokter, Lingkungan.

  

ABSTRACT

  

INFLUENCING FACTORS OF THE UNDERSTANDING LEVEL OF

MEDICAL INFORMATION AT PUSKESMAS WOHA BIMA

  Nurfarhati, Hamsu Kadriyan, Muthia Cenderadewi

  

Background: Communication is one of the competencies that must be mastered

  by the doctor because it determine the success in helping to resolve the patient's health problems. Patients understending of medical information is often differ from what was meant to be delivered by medical personnel. Therefore the objective of this study is to do determine to determine the factors that can affect the level of understanding in patients at puskesmas Woha Bima.

  

Methods: The research used a cross sectional study design. Samples, who fulfill

  inclusion criteria, were selected by using convenience sampling technique. Data collected using questionare. Statistical analysis were performed, which included descriptive analysis, bivariate analysis (chi square method), and multivariate analysis (logistic regression) to test the strength of each risk factors.

  

Results: The percentage of patients with good understanding of the medical

  treatment in the Puskesmas Woha Bima is 61% and the percentage of patients with poor level understending was 38% respondents. Patient factor was found to be correled with level of understanding of medical information outpatient in Puskesmas Woha Bima.

  

Conclution: Patient factor affect patients level of understanding for medical

information.

Key words: Medical Information, Level of Understanding, Patient, Doctor,

Environment.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Profesi dokter merupakan profesi yang mempunyai tujuan mulia bagi masyarakat, karena tujuan dasar ilmu kedokteran adalah meringankan sakit, penderitaan fisik, psikis, dan sosial pada pasien dan masyarakat. Profesi dokter sangat mulia karena berkaitan dengan hal yang berharga dalam hidup seseorang yaitu masalah kesehatan dan kehidupan. Salah satu prinsip dasar etik kedokteran yaitu primum non necere yaitu yang terpenting adalah tidak merugikan pasien baik secara sosial maupun ekonomi. Di dalam pelayanan kedokteran, terdapat dua pihak yang saling berhubungan, yaitu dokter dan pasien. Jika tidak tercipta hubungan antara dokter dengan pasien, maka tidak akan terjadi suatu pelayanan kedokteran (Hanafiah dan amir, 2012).

  Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai karena komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik kedokteran/kedokteran gigi. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Tidak mudah bagi dokter untuk mendapat keterangan dari pasien. Perlu dibangun hubungan saling percaya, keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan ini, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).

  Salah satu hal yang sangat penting sebelum melakukan pelayanan kedokteran/

pelayanan kesehatan bagi pasien yaitu informed consent/ persetujuan tindakan medis/

persetujuan tindakan kedokteran. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008, persetujuan tindakan kedokteran adalah

persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah penjelasan

secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan

dilakukan terhadap pasien (Permenkes, 2008).

  Informed consent memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan

dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medis tidak ada dasar kebenaran

yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya serta memberi perlindungan hukum

kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, dan pada setiap tindakan

medis melekat suatu resiko. Menurut Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran yang

diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), suatu persetujuan dianggap sah

apabila pasien telah diberi penjelasan/ informasi, pasien atau yang sah mewakilinya

dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan/ persetujuan, dan

  Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman pasien, mengingat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan informasi medis terus meningkat. Faktor-faktor tersebut antara lain budaya, kebiasaan dan tingkat pendidikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fong Ha dkk di Royal Perth Australia pada tahun 2010 menunjukan bahwa kebanyakan keluhan tentang dokter terkait dengan masalah komunikasi bukan kompetensi klinis. Penelitian lain yang dilakukan oleh Putra dkk pada tahun 2011 di RSUP NTB menunjukkan hasil presentase pasien dengan tingkat pemahaman baik yang berobat ke RSUP NTB adalah sebanyak 78 orang (26%), sedangkan pasien dengan tingkat pemahaman buruk sebanyak 222 orang (74 %). Gambaran ini menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk dapat menurunkan tingkat pemahaman pasien terhadap informasi medis (Putra, dkk, 2011; Fong Ha, dkk, 2010).

  Kabupaten Bima, memiliki perbedaan dengan Kota Mataram dalam hal demografi, baik dalam hal jumlah penduduk, kepadatan, pendapatan serta pendidikan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena tersedianya sampel yang memadai dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai pemahaman informasi medis sebelumnya di Puskesmas wilayah NTB. Oleh karena berbagai permasalahan tersebut maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman Informasi Medis pada Pasien Di Puskesmas Woha Bima.

  1.2 Rumusan Masalah

  1.2.1 Bagaimana tingkat pemahaman informasi medis pasien di Puskesmas Woha Bima?

  1.2.2 Bagaimana distribusi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima?

  1.2.3 Bagaimana pengaruh faktor dokter, faktor pasien, dan faktor lingkungan terhadap tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mengetahui tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima

  1.3.2 Mengetahui distribusi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima

  1.3.3 Mengetahui pengaruh faktor dokter, faktor pasien dan faktor lingkungan terhadap tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima

1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini yaitu

  1. Bagi dokter Dokter dapat lebih memperhatikan pelayanan terhadap pasien terutama kawajibannya memberikan informasi medis secara jelas, lengkap, dan dapat dimengerti sepenuhnya oleh pasien

  2. Bagi Puskesmas Memberikan gambaran faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap informasi medis sehingga pelayanan kepada pasien dapat diperbaiki atau ditingkatkan.

  3. Bagi Peneliti dan Masyarakat

  a. Menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang factor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis b. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan pasien dengan dokter

2.1.1 Komunikasi efektif dokter pasien

  Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut dapat mengerti dengan baik apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi tersebut (Wasisto, 2008). Proses komunikasi yang baik dan efektif terdiri dari beberapa elemen penting seperti digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 2.1 (Sumber: David, 1960 dan Wasisto, 2008)

  Pesan yang disampaikan pada suatu komunikasi dimulai dari sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. yang disampaikan dalam bentuk verbal, tulisan, nonverbal, atau bisa juga gabungan dari ketiganya. Pesan ini disampaikan melalui saluran (channel) tertentu yang sesuai dengan kebutuhan saat komunikasi tersebut (David, 1960 dan Wasisto, 2008).

  Dalam komunikasi, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang bisa melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yakni berupa media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, spanduk, poster, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, komputer, dan sebagainya. Penerima pesan (receiver) akan menerima pesan yang telah disampaikan oleh pengirim pesan dan menerjemahkan (decoding) pesan tersebut sesuai pesan yang dikirim oleh pengirim pesan (David, 1960 dan Wasisto, 2008).

  Pengaruh atau efek adalah perbedaan terhadap apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh tersebut bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. Umpan balik merupakan salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti media dan pesan, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim dan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Umpan balik penting sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi kesalah pahaman (David, 1960 dan Wasisto, 2008).

  Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi dokter-pasien, antara lain:

  1. Faktor Pasien: dapat berupa masalah fisik, faktor psikologis, pengalaman perawat medis sebelumnya, dan pengalaman perawat medis saat ini.

  2. Faktor Dokter: pelatihan dalam keterampilan berkomunikasi, percaya diri dalam kemampuan berkomunikasi, kepribadian, faktor fisik (contoh : kelelahan), dan faktor psikologis (contoh : cemas).

  3. Pengaturan suasana saat anamnesis, misalnya: Privasi, Lingkungan yang nyaman, Pengaturan tempat duduk yang tepat (Effendy, 2004).

  Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara dokter-pasien antara lain, penggunaan istilah-istilah medis/ilmiah, pseudo-komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal pasien tidak sepenuhnya mengerti atau mempunyai persepsi yang berbeda tentang apa yang dibicarakan), komunikasi non verbal (mimik muka, nada suara, gerakan yang mungkin mempengaruhi pemahaman pesan/ informasi yang diberikan). (Effendy, 2004).

  Komunikasi yang baik dilakukan antara dokter dan pasien merupakan faktor pendukung keberhasilan dari informed consent. Seorang dokter yang bisa menjelaskan dengan baik dan diterima oleh pasiennya dengan jelas tentang tindakan medis yang akan dilakukan, akan memudahkan dokter tersebut dalam memperoleh persetujuan tindakan medis (Rumanti, 2002).

  Efektifitas komunikasi akan terjadi secara maksimal jika dalam proses tersebut paling tidak harus memenuhi lima komponen berikut:

  1. Adanya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikan

  2. Adanya sikap yang saling mendukung dari kedua belah pihak

  3. Terdapat sikap positif dari keduanya, yaitu sikap saling menerima pikiran atau ide yang disampaikan

  4. Sikap terbuka antara kedua pihak

  5. Masing-masing pihak mencoba menempatkan diri pada mitra wicaranya (Rumanti, 2002).

2.1.2 Komunikasi efektif dan hubungan pasien dengan dokter

  Komunikasi dapat efektif apabila pesan dapat diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan diterima oleh penerima pesan dan tidak didapatkan hambatan dalam hal itu. Komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Hardjana, 2003).

  Dalam dunia kedokteran ada 2 pendekatan komunikasi yang digunakan:

  1. Disease centered communication style atau doctor centered

  communication style adalah komunikasi berdasarkan kepentingan dokter

  mendiagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

  2. Illness centered communication style atau patient centered

  communication style adalah Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan

  pasien tentang penyakit yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya (Wasisto, 2008).

  Pada dasarnya komunikasi efektif adalah menyatukan sudut pandang pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi dokter dan pasien (doctor-patient

  

partnership). Keduanya berada dalam level yang sejajar dan saling bekerja sama

untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien (Wasisto, 2008).

2.2 Kewajiban dan Hak Dokter

2.2.1 Kewajiban – kewajiban Profesi Dokter

  Kewajiban-kewajiban dokter (De beroepsplichten van de arts) dapat dibedakan dalam lima kelompok, yaitu : a. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial dari memelihara kesehatan

  b. Kewajiban yang berhubungan dengan standar medis

  c. Kewajiban yang berhubungan dengan tujuan ilmu kedokteran

  d. Kewajiban yang berhubungan dengan prinsip keseimbangan (proportionaliteits

  beginsel) e. Kewajiban yang berhubungan dengan hak pasien (Soerjono dan Herkunto, 1987).

2.2.2 Hak-hak profesi seorang dokter

  a. Hak untuk bekerja menurut standar profesi medis

  b. Hak menolak melaksanakan tindakan medis yang ia tidak dapat pertanggung jawabkan secara profesional c. Hak untuk menolak suatu tindakan medis yang menurut suara hatinya (conscienci) tidak baik d. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika ia menilai bahwa kerjasama antara pasien dia tidak ada lagi gunanya e. Hak atas privacy dokter

  f. Hak atas itikad baik dari pasien dalam melaksanakan kontrak terapeutik

  g. Hak atas balas jasa h. Hak dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadapnya i. Hak untuk membela diri j. Hak memilih pasien (Soerjono dan Herkunto, 1987).

2.3 Kewajiban dan Hak Pasien

  2.3.1 Kewajiban Pasien

  Kewajiban–kewajiban pasien perlu ditaati, Hal ini memang sangat dibutuhkan dalam transaksi terapeutik sebab jika tidak dilaksanakan oleh pasien harapan untuk sembuh tidaklah tercapai. Kewajiban-kewajiban itu harus dipenuhi oleh pasien yakni kesembuhan atas penyakit yang dideritanya. Adapun kewajiban-kewajiban yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  a. Memberikan informasi kepada dokter tentang penyakit yang dideritanya dengan lengkap b. Mematuhi petunjuk-petunjuk dokter

  c. Mematuhi privacy dokter d. Memberikan imbalan / honorarium kepada dokter (Soerjono dan Herkunto, 1987).

  2.3.2 Hak-hak Pasien

  Hak untuk menentukan diri sendiri adalah dasar dari hak-hak pasien. Dikenal berbagai hak pasien sebagai berikut : a. Hak atas pelayanan medis dan perawatan

  b. Hak atas informasi dan persetujuan c. Hak atas rahasia kedokteran

  d. Hak memilih dokter dan rumah sakit

  e. Hak untuk menolak dan menghentikan pengobatan

  f. Hak untuk tidak terlalu dibatasi kemerdekaannya selama proses pengobatan pasien boleh melakukan hal-hal yang lain asal tidak membahayakan kesehatannya g. Hak untuk mengadu dan mengajukan gugatan

  h. Hak atas ganti rugi i. Hak atas bantuan hukum j. Hak untuk mendapatkan nasehat uintuk ikut serta dalam eksperimen k. Hak atas perhitungan biaya pengobatan dan perawatan yang wajar dan penjelasan perhitungan tersebut (Soerjono dan Herkunto, 1987).

2.4 Kewajiban dan Hak Puskesmas

2.4.1 Kewajiban Puskesmas Kewajiban puskesmas belum diatur secara jelas dalam undang-undang.

  Namun, dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, diatur tentang upaya kesehatan wajib, fungsi dan tugas, dan azas penyelenggaraan puskesmas yang konteksnya hampir mirip dengan kewajiban puskesmas, yakni:

  1. Menggerakan Pembangunan Kesehatan Berwawasan Kesehatan

  a. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

  2. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat : a. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.

  b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan.

  c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

  3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan mencakup: a. Pelayanan kesehatan perorangan b. Pelayanan kesehatan masyarakat.

  4. Melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam pemberian pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Posyandu, Polindes dan jaringan pelayanan kesehatan lain dan dalam fungsi pembinaan (Dinkes Kabupaten dan Kantor Kecamatan);

  5. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya;

  6. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pemerataan kesehatan yang diselenggarakan;

  7. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya;

  8. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya (Permenkes, 2004).

2.4.2 Hak Puskesmas Hak puskesmas belum di atur secara khusus dalam perundang-undangan.

  Namun di dalam Undang-Undang Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2004 mengatur Penyelenggaran Fungsi Puskesmas, Sebagai Berikut: Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk: a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

  c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait

  e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas

  g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

  h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan dan i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit (Permenkes, 2004).

  Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk: a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi f. melaksanakan rekam medis

  g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan

  h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya dan j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan (Permenkes, 2004).

2.5 Informasi Medis

  2.5.1 Pengertian Informasi Medis

  Informasi Medis merupakan suatu pengelolaan informasi secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat (Sanjoyo R, 2013).

  Komunikasi kesehatan yang berlangsung positif memberikan dampak penting bagi pasien, dokter, dan orang lain. Seorang dokter lebih cenderung melakukan diagnosis yang lebih akurat dan komprehensif guna mendeteksi tekanan emosional pada pasien, pasien yang memiliki rasa puas dengan perawatan dan kurang cemas, dan setuju dengan mengikuti saran yang diberikan (Lloyd dan Bor, 1996).

  Pertukaran informasi (exchange of information) antara dokter dan pasien sangat penting menurut Ong, (1975), Dari sudut pandang kedokteran, dokter harus mendapatkan informasi dari pasien untuk menyakini diagnosis yang tepat dan rencana perawatan. Dari perspektif lain, pasien harus mengetahui dan memahami dan merasa dikenal dan dipahami. Dalam rangka untuk memenuhi kedua kebutuhan ini, perlu bergantian antara pemberian informasi dan bertukar informasi.

  2.5.2 Manfaat Informasi Medis Informasi sangat beragam, baik dalam jenis, tingkatan maupun bentuknya.

  Manfaat informasi bagi setiap orang berbeda-beda. Adapun manfaat dari informasi menurut Sutanta (2003), adalah:

  1. Menambah pengetahuan

  Dengan informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mendukung proses pengambilan keputusan.

  2. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi Informasi akan mengurangi ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan tersebut.

  3. Mengurangi resiko kegagalan Adanya informasi akan mengurangi resiko kegagalan terhadap apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan cara pengambilan keputusan yang tepat.

  4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan Mengurangi keanekaragaman yang tidak perlu akan menghasilkan keputusan yang lebih terarah.

  5. Memberikan standar, aturan-aturan, keputusan dan ukuran-ukuran, untuk menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan.

2.5.3 Sumber-sumber informasi

  Sumber informasi sangat penting bagi seseorang dalam menentukan sikap atau keputusan bertindak. Sumber informasi itu ada di mana-mana, di pasar-pasar, sekolah, rumah, lembaga-lembaga kesehatan dan lain lainnya, buku-buku, majalah, bisa tercipta informasi yang kemudian direkam dan disimpan melalui media elektronik ataupun media cetak (Sutanta, 2003).

  Menurut Yusup (2009) sumber-sumber informasi banyak jenisnya. Majalah, buku, radio, surat kabar, tape recorder, CD-ROM, disket komputer, brosur, pamplet, dan media rekaman informasi lainnya merupakan tempat terdapatnya informasi.

  Menurut WHO 2010, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen sistem kesehatan tersebut adalah:

  1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)

  2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan

  teknologi kesehatan) 3.

  Health worksforce (tenaga medis)

  4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan)