1.1. Latar Belakang - DOCRPIJM 1481694624BAB I Pendahuluan

  Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

  M)

  Dalam rangka meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur, maka

  IJ P R

  diperlukan dokumen perencanaan terpadu yang baik dengan mengacu pada arahan

   ( H

  kebijakan nasional dan memperhatikan potensi serta masalah di daerah. Dokumen

  NGA

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kab/Kota Bidang KeCiptaKaryaan merupakan dokumen perencanaan yang penting dalam pembangunan

  1 MENE

  2 KA

  Bidang Cipta Karya, yang menjadi dasar dalam penyusunan program dan anggaran

  • -20

  7 ANG

  serta mendorong proses pemerataan pembangunan infrastruktur PU/Cipta Karya yang

  N J

  01

  2 I AA S N lebih ideal, efektif dan efisien. Y U R TA H KA

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang KeCiptaKaryaan

TA TA

  IP

  telah diinisiasi oleh penyusunan RPIJM (Rencana Program Investasi Jangka

  M AE EC A R

  Menengah) Bidang KeCiptaKaryaan. Sampai saat ini, hampir seluruh Kabupaten/Kota

  OG NG K BANT

  di Indonesia telah menyusun RPIJM Bidang KeCiptaKaryaan. Jumlah dokumen RPIJM R

   P EN ini harus diiringi dengan peningkatan kualitas yang lebih baik. BIDA AT ANA P C

  Dalam rangka meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur Bidang Cipta BU

  EN KA R

  Karya, maka diperlukan dokumen perencanaan terpadu Bidang KeCiptaKaryaan yang

  IEW

  baik dengan mengacu pada arahan kebijakan nasional dan memperhatikan potensi

  EV R

  serta masalah di daerah. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  EN

  Bidang KeCiptaKaryaan perlu disusun oleh setiap Kabupaten/Kota dengan mengacu

  KUM

  RPIJM Bidang PU serta rencana tata ruang dan kebijakan skala nasional, provinsi, dan

  DO kabupaten/kota.

  Penyusunan Dokumen Review RPIJM Bidang KeCiptaKaryaan ini dimaksudkan untuk memperbarui dan menyempurnakan penyusunan RPIJM terdahulu melalui

  I - 1 pelaksanaan fasilitasi penyusunan/revisi RPIJM Bidang KeCiptaKaryaan kabupaten/kota di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.

  RPIJM yang diharapkan dapat meningkatkan keterpaduan perencanaan dan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bantaeng dengan mengacu pada arahan kebijakan nasional dan memperhatikan potensi serta masalah daerah dan dengan pertimbangan isu strategis dan kebijakan pembangunan yang terus berkembang di daerah, yang dikelompokkan ke dalam desain program Bidang Cipta Karya berada di 4 (empat) entitas, yaitu entitas regional, kabupaten/kota, kawasan, serta lingkungan/komunitas. Khusus untuk entitas kawasan dan lingkungan, diharapkan infrastruktur Bidang Cipta Karya sesuai dengan arahan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) dalam RTRW Kabupaten/Kota.

  Dalam proses pelaksanaan fasilitasi Penyusunan Dokumen Review RPIJM Bidang KeCiptaKaryaan kabupaten/kota di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan kedalam bentuk dokumen RPIJM, perlu mengacu pada Rencana Pembangunan Daerah, Amanat Penataan Ruang/Spasial, Amanat Pembangunan Nasional, dan Amanat Pembangunan bidang PU/CK, dan Amanat Internasional. Acuan Amanat Penataan Ruang tercermin pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu RTRW Nasional/KSN, RTR Pulau Sulawesi, RTRW Provinsi Sulawesi Selatan. Acuan Amanat Pembangunan nasional tercermin pada RPJPN 2005-2025, RPJMN 2010 – 2014, UU/PP (UU 32/2004, PP 38/2007,dll) MP3KI, KEK, Direktif presiden. Acuan amanat pembangunan bidang PU/CK tercermin pada UU No 1 /2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, UU 20/2011 tentang rumah susun, UU 28/2002 tentang bangunan gedung, UU 18/2008 tentang pengelolaan persampahan, UU 7/2004 tentang SDA, PP 16/2005 tentang pengembangan SPAM, PP 81/2012 tentang pengelolaan sampah RT dan sampah sejenis, PP 36/2005 tentang peraturan pelaksanaan UU BG, SPM bidang PU dan PR. Amanat internasional tercermin pada Agenda Habitat I dan II, RIO +20, MDGs dan SDGs.

  Arahan kebijakan Ditjen Cipta Karya tahun 2014 menekankan kepada penerapan pembangunan kawasan permukiman yang layak huni (leaveable) dan berkelanjutan

  (sustainable). Pembangunan kawasan permukiman harus dimulai dengan pendekatan entitas, serta tidak hanya sektoral. Pembangunan juga harus melihat prospek ke depan dengan membaca perkembangan global (Agenda Sustainable Cities and Human

  

Settlements), serta pembangunan diwujudkan secara inklusif, mewujudkan

  kelembagaan yang efektif, serta menjalin kemitraaan internasional. Satker Randal sebagai Koordinator pelaksanaan Keciptakaryaan di daerah memiliki tanggung jawab yang besar dalam melakukan fungsi koordinasi dan fasilitas terhadap Kab/Kota dalam mengawal kebijakan tersebut. Ditjen Cipta Karya juga telah menyusun pemrioritasan pembangunan bidang keciptakaryaan berdasarkan 4 kluster penanganan, yaitu :

  bidang keciptakaryaan berdasarkan 4 kluster penanganan, yaitu : Klutser C (Kab/KotaLainnya) Klutser A (94 Kab/Kota) :

Prioritas

 Memiliki pedoman rencana

   Kab/Kota Strategis Nasional

Kab/Kota

dan program yang berkualitas

  (PKN/PKSN/KSN/MP3EI-KPI) Responsif untuk memenuhi SPM Bidang yang memiliki Perda RTRW dan Prioritas pemenuhan Cipta Karya di Daerah Perda BG.ibukota Provinsi yang SPM Kab/Kota  Karakteristik daerah : rawan telah memiliki perda RTRW; Strategis Pemberdayaan bencana alam, cakupan air serta Kab/Kota Prioritas Pusat Nasioanal Masyarakat minum dan sanitasi randah,

   permukiman kumuh, daerah

  Klutser B (80 Kab/Kota) : kritis (miskin);

   Kab/Kota Strategis Nasional Program  Memiliki komitmen tinggi dan (PKN/PKSN/KSN/MP3EI-KPI) Kreatif program yang responsif yang hanya memiliki Perda

  RTRW Klutser D :

   Kegiatan Pemberdayaan masyarakat di bidang Cipta Klutser E :

  Karya  Program innovasi baru di Bidang Cipta Karya.  Bertujuan untuk  Diusulkan oleh daerah /Stakeholder secara konpetatif dan selektif. penanggulangan kemiskinan  Ditujukan termasuk untuk memfasilitasi daerah berprestasi. di perkotaan dan perdesaan

Gambar 1.1 Diagram Program Bidang Cipta Karya Tahun 2015-2019.

  Pengelompokan penanganan Bidang Cipta Karya prioritas strategis Nasional berdasarkan kategori Kab/Kota yang termasuk dalam PKN/PKSN/KSN/MP3EI-KPI, memiliki perda RTRW, dan Perda BG sebagai Kab/Kota klutser A yang terdiri dari 94 Kab/Kota. Sedangkan Kab/Kota yang termasuk dalam PKN/PKSN/KSN/MP3EI-KPI, dan hanya memiliki perda RTRW sebagai Kab/Kota Klutser B yang terdiri dari 80 Kab/Kota.

  Penyelenggaraan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, merupakan tanggung jawab bersama, antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah Kabupaten / Kota, yang diselenggarakan bersama dengan masyarakat dan dunia usaha. Pemerintah Pusat berperan dalam pengaturan, pembinaan, dan pengawasan, sedangkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki peran yang lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Dengan kerjasama berbagai stakeholders pembangunan Bidang Cipta Karya, diharapkan 3 (tiga) strategic goals Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat tercapai, yaitu (i) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, (ii) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta (iii) meningkatkan kualitas lingkungan.

  Berkenaan hal tersebut, maka diperlukan kegiatan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bantaeng yang diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan Kabupaten Bantaeng, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi individual Kabupaten Bantaeng.

  Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan dan mengelola pembangunan di daerahnya. Dengan kewenangan yang dimiliki diharapkan pemerintah daerah mampu meningkatkan pelayanan public kepada masyarakatnya. Namun tidak jarang permasalahan yang dihadapi tersebut tidak dapat diatasi sendiri oleh pemerintah daerah, sehingga memerlukan kerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah sekitarnya atau swasta dan masyarakat.

  Perencanaan pembangunan sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri dari empat (4) tahapan yakni : (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Sedangkan pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut.

  Untuk mendorong Pemerintah Daerah agar dapat melaksanakan pembangunan prasarana dan sarananya khususnya bidang keciptakaryaan melalui proses yang terpadu/terintegrasi, partisipatif, dan terkendali sangat diperlukan adanya kerjasama pusat dan daerah.Pembangunan prasarana dan sarana tersebut tidak dapat dilaksanakan secara sepotong-sepotong, baik secara fisik maupun pendanaannya. Pemerintah Pusat dalam hal ini sangat berkepentingan melakukan fasilitasi dan peningkatan kapasitas manajemen pembangunan daerah melalui pemberdayaan perencanaan program investasi infrastruktur yang terstruktur dan terprogram bersama dengan kemitraan antara Pemerintan Pusat,Propinsi,dan Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten,serta kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dan fasilitasi pengendalian implementasi perencanaan investasi pembangunan Bidang Cipta Karya baik yang dibiayai melalui APBN, APBD, Swasta atau pun masyarakat serta pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya yang teralokasi di tahun berjalan.

  Dalam penyusunan RPIJM Kabupaten Bantaeng yang baru, substansi dokumen akan ditajamkan sesuai dengan kebijakan baru dan perubahan pengaturan terkait Bidang Cipta Karya. Selain itu, penyusunan dokumen RPIJM perlu mempertimbangkan kemampuan keuangan, kelembagaan daerah, serta dampak pembangunan infrastruktur permukiman terhadap lingkungan dan kondisi sosial setempat. Dengan adanya Pedoman RPIJM yang baru, diharapkan Pemerintah Kabupaten Bantaeng dapat menggerakkan semua sumber daya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur permukiman, sekaligus mendukung upaya percepatan pencapaian sasaran nasional pembangunan Bidang CiptaKarya.

  1.2. Maksud dan Tujuan

  Maksud disusunnya Dokumen Review RPIJM Bidang KeCiptaKaryaan Kabupaten Bantaeng adalah untuk mewujudkan kemandirian lokal Kabupaten Bantaeng dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, baik diperkotaan maupun perdesaan.

  Adapun tujuan dari disusunnya Dokumen Review RPIJM Bidang KeCiptaKaryaan Kabupaten Bantaeng adalah sebagai dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup multi sektor, multi sumber pendanaan, dan multi stakeholders.

  1.3 Kedudukan RPIJM Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang

KeCiptaKaryaan merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman

  pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun oleh Pemerintan Kabupaten/Kota dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, dan dunia usaha dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang dan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten kota, untuk mewujudkan Keterpaduan Pembangunan Permukiman yang layak Huni dan Berkelanjutan.

  RPIJM Bidang Cipta Karya disusun dengan mengintegrasikan berbagai dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun sebagai dokumen teknis operasional pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya sesuai dengan dokumen rencana yang ada,dengan perkuatan pada rencana investasi sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas daerah.

Gambar 1.2 memaparkan kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada Sistem perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Sumber : Direktorat Bina Program, 2016 Gambar 1.2

  Kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

1.4 Muatan Dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Bantaeng

  Secara substansi muatan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Bantaeng terdiri 8 (delapan) bab yaitu:

Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, Kedudukan RPIJM, serta Muatan RPIJM Bidang Cipta Karya. Bab 2 Profil Kabupaten Bantaeng Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai profil umum Kabupaten Bantaeng

  seperti Wilayah Administrasi, Potensi Wilayah Kabupaten Bantaeng, Demografi dan Urbanisasi, dan Isu Stratergis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW Kabupaten Bantaeng