KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhus

KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA
PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK
STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Karolina Bikan
NIM : 011124024

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UMIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2006


Skripsi ini kupersembahkan kepada:


Para suster Provinsi Timor.



Para suster Regio Timor Leste.



Para suster Provinsi Jawa.



Komunitas Biara Roh Suci Yogyakarta.




Orang Tua Stasi Florentinus Babarsari Paroki
BaciroYogyakarta.



Keluarga besar kampus IPPAK Universitas Sanata Dharma.



Teman-teman angkatan 2001



Anggota keluarga secara khusus bagi kak Mia dan kak
Wens yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.

iv

MOTTO


Aku ini pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya
Barang siapa tinggal di dalam AKU dan AKU di dalam dia, ia akan berbuah
banyak sebab di luar AKU kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
(Yoh, 15:5)

v

PERYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juli 2006
Penulis,

Karolina Bikan

vi


ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah ”KESADARAN ORANG TUA AKAN
PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK
STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA.”
Penulisan Skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis akan pentingnya
pendidikan iman anak, khususnya kesadaran orang tua dalam memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga. Di sisi lain penulis
mempunyai pemikiran bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga sangat berarti
dan merupakan tempat yang pertama dan utama bagi orang tua untuk mendidik
dan mengajarkan berbagai hal yang membantu pertumbuhan dan perkembangan
iman anak, terutama pendidikan nilai-nilai iman kristiani.
Menanggapi permasalahan yang terungkap dalam latar belakang tersebut,
maka ada dua hal penting yang akan penulis lakukan. Yang pertama, penulis
melakukan studi pustaka tentang pentingnya pendidik iman anak dalam keluarga
katolik. Yang kedua, penulis melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana orang tua telah memperhatikan pendidikan iman anak
dalam keluarga katolik. Penelitian tersebut diperoleh melalui penyebaran
kuesioner dan wawancara terhadap responden yang diteliti di stasi Florentinus

Babarsari paroki Baciro.
Dari hasil kuesioner diketahui 67,5 % dari responden yang
mengungkapkan bahwa pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga adalah orang tua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada nilai
positif dari orang tua akan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga.
Untuk menindaklanjuti hasil penelitian, penulis mengusulkan katekese
sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga dengan model pengalaman
hidup dan biblis. Melalui program yang ditawarkan ini, diharapkan orang tua
semakin terbantu untuk tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pendidik iman
anak yang pertama dan utama dalam keluarga, sehingga mampu mengembangkan
usaha mendidik anak melalui kesaksian hidup setiap hari dalam kata dan
perbuatan, serta menciptakan suasana yang mendukung perkembangan iman anak.

vii

ABSTRACT

The title this thesis is “PARENTS AWARENESS TOWARD THE
IMPORTANCE OF CHILDREN’S FAITH EDUCATION IN CATHOLIC

FAMILY OF STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO
YOGYAKARTA”. Background of this thesis is the researcher’s concern toward the
importance of children’s fait education, especially parents’ awareness to show the
interest to the children’s faith growth and the development in family. Besides, the
researcher has the point of view that faith education in family is very important
and it is the first and basic place to parents to educate and teach many things that
help the children’s faith growth and the development, especially the faith values
education of Christianity.
Answering the problems showed above, there are two important points that
done by the researcher. Firstly, the researcher did the library research about
parents’ awareness toward the importance of children’s faith education in catholic
family. Secondly, the researcher did the research to know how far parents have
concerned about children’s fait in catholic family. The data of this research is
come from the questionnaires and interviews with the respondent being
researched.
We can know from the result of the questionnaires that 67’5% of
respondent revealed that the first and the basic of children’s faith in family is
parent. Therefore, we can say that there is a positive value from the parent toward
the importance of children’s fait in family.
For the continuity the research result, the researcher suggests catechesis as

one of the efforts to improve the parents’ awareness toward the importance of first
and basic children’s faith in family with the model of life experience and bibles.
Through the program offered here, can help the parents aware more their duty and
responsibility as the educator of first and basic children’s faith, and able to develop
the effort to educate their children from the everyday witness in words and
behaviour, and also create the situations to support the development of children’s
faith.

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus
atas segala cinta dan berkat, serta kesetian-Nya yang telah membimbing dan
menyertai penulis dari awal sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini, begitu banyak kesulitan
dan hambatan yang penulis alami dan rasakan, tetapi semuanya dapat dilalui
dengan sikap yang sabar dan tenang, sehingga segala macam kesulitan dapat
teratasi dengan baik.
Skripsi berjudul ” KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA

PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK STASI
FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA”. Penulis
mencoba mengetengahkan permasalahan yang masih berkaitan dengan pentingnya
pendidikan iman anak dalam keluarga, khususnya perhatian orang tua akan
pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga.
Dalam skripsi ini, penulis bermaksud untuk memberi sumbangan
pemikiran bagi orang tua katolik dalam memperhatikan pentingnya pendidik iman
anak dalam keluarga katolik melalui katekese.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari banyak dukungan dan
perhatian dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, dari hati yang iklas penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:

ix

1. Drs. F.X. Heryatno W, W, SJ., M. Ed, selaku kaprodi yang telah memberi ijin
dan

kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

2. P. Banyu Dewa HS, S., Ag, M. Si, selaku dosen pembimbing utama dan

penguji pertama, yang dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membimbing penulis dari awal penyusunan sampai dengan
pertanggungjawab skripsi ini.
3. Drs. Y. a. C. H. Mardiraharjo, selaku dosen pembimbing akademik dan penguji
dua yang dengan sabar telah menuntun dan membimbing penulis selama masa
studi sampai pertanggungjawab skripsi ini.
4. Drs. H. J. Suhardiyanto., SJ, selaku dosen penguji tiga yang telah membimbing
penulis selama masa studi sampai pertanggungjawab skripsi ini.
5. Keluarga besar IPPAK yang telah membekali penulis dengan berbagai
pengetahuan dan pengalaman serta penyediaan semua fasilitas dan sarana yang
telah mendukung dalam menyelesaikan studi penulis.
6. Para suster SSpS Provinsi Jawa, khususnya para suster komunitas Biara Roh
Suci yang dengan caranya masing-masing telah mendukung penulis dari awal
sampai dengan pertanggungjawaban skripsi ini.
7. Pengurus stasi Florentinus Babarsari yang bersedia menerima penulis untuk
melakukan penelitian dan juga membantu dalam mengumpulkan data-data
serta informasi yang dibutuhkan penulis.

x


8. Ketua lingkungan yang memberi kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan katekese bersama orang tua katolik lingkungan Santo Yusuf
TambakBayan.
9. Teman-teman angkatan 2001 yang dengan caranya masing-masing telah
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Para suster Regio Timor Leste dan Timor yang selalu menyertai penulis
dengan doa-doanya, sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik sampai
dengan pertanggungjawab skripsi akhir.
11. Untuk seluruh anggota keluarga, khususnya bapak dan mama, mama Yuliana,
kakak Mia dan kak Wens, adik Rita sekeluarga, adik Redi, dan adik Warti
yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama masa studi sampai
pertanggungjawaban skripsi akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari segala macam kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ingin
menyempurnakan skripsi ini, sangat penulis terima dengan senang hati dalam
penyempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 8 Juli 2006
Penulis


Karolina Bikan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... iv
MOTTO............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA........................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan .............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 6
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 6
E. Metode Penulisan........................................................................................ 7
BAB II. PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK
DALAM KELUARGA ...................................................................... 8

xii

A. PENDIDIKAN IMAN ANAK .................................................................... 8
1. Pengertian Pendidikan Iman anak ........................................................... 8
a. Pendidikan Anak.................................................................................. 9
b. Iman..................................................................................................... 10
2. Perlunya Pendidikan Iman Anak............................................................. 12
3. Tujuan Pendidikan Iman Anak................................................................ 15
4. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak ................................................... 17
B. SITUASI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA ............. 18
1. Ditinjau Dari Orang Tua.......................................................................... 18
a. Kebiasaan Mengajak Anak Untuk Berdoa Bersama ........................... 18
b. Kebiasaan Mengajak Anak Untuk Terlibat dalam Kegiatan
Gereja dan Lingkungan ....................................................................... 19
c. Kebiasaan Anak Untuk Membaca dan
Mendengarkan Sabda Tuhan ............................................................. 21
2. Ditinjau Dari Pandangan Gereja.............................................................. 21
a. Pendidikan Dilihat dari Perjanjian Lama............................................. 21
b. Pendidikan Dilihat dari Perjanjian Baru.............................................. 22
C. PENDIDIKAN IMAN DILIHAT DARI DOKUMEN GEREJA................ 23
1. Catechesi Tradendae................................................................................ 23
a. Anak-anak Kecil .................................................................................. 23
b. Anak-anak ........................................................................................... 24
2. Gravissimum Educationis....................................................................... 24

xiii

3. Apostolicam Actuositatem ..................................................................... 25
4. Familiaris Consortio ............................................................................... 26
BAB III. GAMBARAN UMUM TENTANG SITUASI
ORANG TUA DALAM MENDIDIK IMAN ANAKNYA
DI STASI FLORENTINUS BABARSARI
PAROKI BACIRO YOGYAKARTA............................................... 28
A. SITUASI UMUM STASI FLORENTINUS BABARSARI
PAROKI BACIRO ..................................................................................... 28
1. Pembagian Lingkungan.......................................................................... 29
2. Jumlah Umat........................................................................................... 30
3. Mata Pencaharian Umat ......................................................................... 30
4. Situasi Pendidikan Umat ........................................................................ 31
5. Macam-macam Kegiatan........................................................................ 31
a. Kegiatan Rutin.................................................................................... 32
b. Kegiatan Insedental ............................................................................ 32
c. Kegiatan Sosial ................................................................................... 33
B. PENELITIAN MENGENAI SITUASI ORANG TUA DI STASI
FLORENTINUS BABARSARI DALAM MENDIDIK
IMAN ANAKNYA ..................................................................................... 34
1. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 34
2. Permasalahan Penelitian........................................................................... 35
3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 36

xiv

4. Metode Penelitian..................................................................................... 36
5. Instrumen Penelitian................................................................................. 37
6. Responden Penelitian ............................................................................... 37
7. Waktu dan Tempat ................................................................................... 37
8. Variabel Penelitian ................................................................................... 39
C. LAPORAN HASIL PENELITIAN ............................................................. 39
1. Identitas Responden ................................................................................. 40
2. Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Iman Anak......................... 42
3. Kesulitan-kesulitan Orang Tua dalam Mendidik Iman Anak .................. 48
D. PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN ........................................ 51
1. Identitas Responden ................................................................................. 52
2. Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Iman Anak......................... 53
3. Kesulitan-kesulitan Orang Tua dalam Mendidik Iman Anak .................. 57
E. RANGKUMAN ........................................................................................... 59
1. Pandangan Orang Tua tentang Pendidikan Iman
Anak dalam Keluarga............................................................................. 60
2. Upaya Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga ......... 60
3. Komunikasi dalam Keluarga ................................................................... 61
BAB IV. KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU USAHA DALAM
MENINGKATKAN KESADARAN ORANG TUA AKAN
PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK
DALAM KELUARGA .................................................................... 62

xv

A. POKOK-POKOK PENGERTIAN KATEKESE ........................................ 62
1. Pengertian Katekese .................................................................................. 62
2. Tujuan Katekese ........................................................................................ 64
3. Isi Katekese ............................................................................................... 65
4. Model-model Katekese.............................................................................. 66
a. Model SCP............................................................................................. 67
b. Model Pengalaman Hidup ..................................................................... 68
c. Model Biblis .......................................................................................... 69
d. Model Campuran Pengalaman Hidup dan Model Biblis....................... 71
e. Model Katekese Sotarae ........................................................................ 72
B. USULAN PROGRAM KATEKESE........................................................... 73
1. Pengertian Program ................................................................................ 73
2. Latar Belakang Program......................................................................... 74
3. Tujuan Program...................................................................................... 75
4. Usulan Tema........................................................................................... 75
5. Pemilihan Model Katekese..................................................................... 77
C. PENJABARAN PROGRAM....................................................................... 78
D. CONTOH PERSIAPAN KATEKESE ........................................................ 81
1. Contoh 1 .................................................................................................. 81
2. Contoh 2 .................................................................................................. 88

xvi

E. EVALUASI.................................................................................................. 94
1. Refleksi Persiapan Pelaksanaan Katekese............................................... 94
2. Refleksi Pelaksanaan Katekese ................................................................ 94
3. Refleksi Setelah Pelaksanaan Kegiatan.................................................... 96
BAB V. PENUTUP.......................................................................................... 98
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 98
B. SARAN........................................................................................................ 100
1. Saran Khusus............................................................................................ 100
2. Saran Umum............................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 102
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat ijin penelitian.
Lampiaran 2 : Surat ijin orang tua.
Lampiran 3 : Kuesioner.
Lampiran 4 : Wawancara.
Lampiran 5 : Struktur Kepengurusan.
Lampiran 6 : Tugas dari masing-masing pengurus
lampiran 7 : Lagu-lagu
Lampiran 8 : Teks Familiaris Consortio.
Lampiran 9 : Teks Bacaan Injil Matius.

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. DAFTAR SINGKATAN KITAB SUCI.

Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia ditambah
dengan Kitab-Kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika
Indonesia (Konferensi Wali Gereja Indonesia,1993).

B. DAFTAR SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA.
AA

: Apostolicam

Actuositatem,

dekrit

konsili

vatikan

II tentang

kerasulan awan
CT

: Catechesi Tradendae, Anjuran Aspostolik Sri Paus Yohanes Paulus II
kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese
masa kini, 16 oktober 1979.

DCG

: Directorium Catechisticum Generale, Direkterium Kateketik Umum,
diterbitkan oleh konggregasi Suci Para klerus, 29 Februari 1972.

FC

: Familiaris Consortio, Amanat Apostolik Paus Yohanes Paulus Ke II
tentang Keluarga Kristiani Dalam Dunia Modern, 22 November
1981.

GE

: Gravissimum Educationis, pernyataan konsili vatikan II tentang
Pendidikan Kristen.

xviii

KHK

: Kitab Hukum Kanonik, yang diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II,
tanggal 25 Januari 1983.

C. DAFTAR SINGKATAN LAIN
Art

: Artikel.

Bdk

: Bandingkan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
KAS

: Keuskupan Agung Semarang.

KWI

: Konferensi Wali Gereja Indonesia.

KK

: Kepala Keluarga.

NTT

: Nusa Tenggara Timur.

NO

: Nomor.

PPL

: Program Pengalaman Lapangan.

PS

: Puji Syukur.

PIA

: Pendidikan Iman Anak

RT

: Rukun Tetangga.

RW

: Rukun Warga.

SD

: Sekolah Dasar.

SMP

: Sekolah Menengah Pertama.

SMA : Sekolah Menengah Atas.
SSpS : Servarum Spritus Sancte (Konggregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus).
Sr

: Suster.

xix

St

: Santo.

USD

: Universitas Sanata Dharma.

WIB

: Waktu Indonesia Barat.

xx

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peran dan tanggungjawab orang tua sebagai pendidik iman anak yang
pertama dan utama dalam keluarga nampaknya makin terabaikan di masyarakat
jaman sekarang ini. Alasan kesibukan orang tua, baik karena desakan kebutuhan
ekonomi, profesi, dan hobi, sering menyebabkan kurang adanya kedekatan antara
orang tua dengan anak-anaknya dalam keluarga. Kondisi demikian apabila tidak
disadari lama kelamaan akan menjadi penghalang terhadap kedekatan hubungan
antara orang tua dengan anak-anaknya, berarti terganggulah hubungan pengaruh
di antara mereka.
Sementara itu kita semua mengetahui bahwa rumah adalah tempat yang
cocok dan menyenangkan bagi anak untuk bermain, belajar untuk menemukan
nilai-nilai positif, yang mendukung perkembangan iman anak dalam keluarga
yang berguna bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan orang lain. Karena anak
yang masih kecil, lebih banyak berada di rumah dari pada di tempat lain.
Orang tua dalam konteks ini mempunyai posisi yang sah dan sangat
menentukan dalam penanaman nilai-nilai iman pada anak di dalam keluarga
(Wignyasumarta, 2000: 158). Tentu saja pendidikan yang diselenggarakan oleh
sekolah, Gereja dan pemerintah tidak bisa diabaikan, tetapi yang menjadi dasar
pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga adalah orang tua.

2

Dalam realitas hidup masyarakat khususnya keluarga seperti jaman
sekarang ini, kedekatan antara orang tua dan anak ada kecenderungan mulai
berkurang. Tidak mengherankan jika banyak anak lari dari keluarga untuk
mencari

jati

dirinya,

dan

akhirnya bersentuhan dengan hal-hal yang

membahayakan masa depan mereka. Anggapan yang keliru di masyarakat, bahwa
pendidikan sama dengan sekolah, telah membawa para orang tua mempercayakan
sepenuhnya pendidikan putra-putrinya kepada para guru di sekolah. Mereka lupa
bahwa waktu terbanyak bagi pembentukan sikap, prilaku, dan iman anak
semestinya berada di dalam keluarga bukan di luar keluarga.
Orang tua sebagai pemegang peranan yang terbesar dalam keluarga
seharusnya tetap memberi perhatian dan kasih sayang serta menasehatinya bila
anak berbuat sesuatu yang kurang baik. Dalam buku prilaku anak usia dini
dikatakan bahwa:
“ Orang tua perlu menunjukan perhatian dan kasih sayangnya, tetapi
sekaligus bersikap tegas kalau anak berbuat yang kurang sepantasnya.
Perlu diingat, tegas tidak berarti kasar atau dengan kata-kata yang
menyakitkan hati. Anak perlu dialihkan perhatiannya pada hal lain yang
sangat menariknya apabila ia hendak merebut permainan adiknya atau
temannya. Anak juga perlu dilatih untuk mengendalikan diri serta
berempati pada apa yang dirasakan orang lain bila diganggu atau disakiti.
Yang perlu digarisbawahi adalah anak akan belajar memahami orang lain,
kalau ia merasa dipahami. Ia akan bersikap kasar, kalau ia sering
mendapatkan perlakuan kasar” (Laksmi Gamayanti, 2003:134).
Oleh karena itu, sejak kecil anak perlu dididik tentang pelbagai hal oleh
orang tua misalnya, orang tua mengajarkan anaknya tentang nilai-nilai kehidupan
di antaranya nilai cinta kasih, sosial, budaya, budi pekerti, moral, pergaulan dan

3

nilai pendidikan yang berguna bagi pembentukan mental dan kepribadian iman
anak itu sendiri. Dengan demikian anak akan lebih mudah mengingat dan
menghafal apa yang telah diajarkan orang tuanya. Karena itu, orang tua
hendaknya memiliki iman yang dapat diandalkan agar mereka mampu menjadi
pendidik iman yang baik yang bisa mengarahkan dan mendidik anak sesuai
dengan taraf perkembangannya.
Tugas pendidikan berakar dalam panggilan asli suami-istri untuk
mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Bila orang tua dalam kasih
dan karena kasih melahirkan pribadi baru yang dipanggil untuk tumbuh dan
berkembang, maka orang tua bertanggungjawab mengemban tugas membantunya
menjadi manusia seutuhnya.
“ Karena mereka memberi kehidupan kepada anak-anaknya, maka para orang
tua mengemban tugas mahaberat mendidik anak dan sebab itu mereka harus
diakui pendidik pertama dan utama. Tugas pendidik ini begitu penting
sehingga bila tidak ditunaikan, sulit dapat dilengkapi. Para orang tua wajib
menciptakan lingkungan keluarga, yang dijiwai cinta kasih terhadap Allah dan
manusia, sehingga membantu pendidikan pribadi dan sosial anak-anak yang
utuh. Sebab itu keluarga adalah sekolah pertama keutamaan-keutamaan sosial
yang dibutuhkan tiap masyarakat. Terutama di dalam keluarga kristen, yang
dilengkapi rahmat dan tugas sakramen perkawinan, anak-anak sejak dini harus
diajar memandang dan menyembah Allah serta mencintai sesama sesuai iman
yang diterima dalam permandian.
Dalam keluarga anak-anak mendapat pengalaman pertama baik sekitar
masyarakat manusia yang sehat, maupun sekitar gereja. Akhirnya melalui
keluarga, anak-anak mulai perlahan-lahan dihantar masuk ke dalam pergaulan
para warga dan ke dalam umat Allah. Oleh karena itu para orang tua harus
sadar betapa pentingnya keluarga yang benar-benar kristen untuk kehidupan
dan kemajuan umat Allah sendiri. Maka mereka harus diakui pendidik
pertama dan utama anak-anaknya. Tugas pendidikan ini begitu menentukan
sehingga hampir tak tergantikan bila tidak ada”. (GE art 3)

4

Dari sakramen perkawinan, seharusnya tugas pendidik iman anak dalam
keluarga kristen sungguh mendapat perhatian penting dalam pelayanan Gereja.
Gereja sungguh memberi perhatian khusus pada orang tua untuk membangun para
anggotanya. Maka orang tua mempunyai kewajiban dan tanggungjawab yang
berat dalam mengusahakan pendidikan yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan iman anak. Bantuan orang lain berupa pengajaran dan pelatihan
sangat mendukung kehidupan anak dalam mengembangkan internalisasi dan
sosialisasi nilai-nilai dalam hidup sehari-hari. Walaupun ada bantuan dari orang
lain yang memperkaya iman anak, tetapi orang tua tetap menjadi pendidik iman
anak yang pertama dan utama dalam keluarga.
Berdasarkan pengalaman penulis yang sering kali hadir dalam misa setiap
hari Minggu dan terlibat dalam kegiatan lingkungan dan melihat keaktifan anak
dalam mengikuti Sekolah Minggu dan kegiatan lingkungan begitu sedikit dan
berdasarkan wawancara secara informal dengan koordinator PIA, penulis
mempunyai keprihatinan tersendiri. Penulis melihat bahwa faktor pengetahuan,
pemahaman dan perhatian orang tua dalam pendidikan iman anak merupakan
faktor yang perlu dikaji untuk menangani permasalahan pendidikan iman anak.
Mensikapi permasalahan di atas penulis mencoba untuk mengikuti perayaan
misa pada hari Minggu pagi dan kegiatan lingkungan khususnya doa rosario
untuk mengetahui situasi umat stasi Babarsari khususnya orang tua dalam
pendampingan iman anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keterlibatan ini dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh orang tua sadar

5

dalam memberi perhatian kepada anaknya untuk terlibat dalam doa lingkungan
dan sekolah Minggu. Melihat permasalahan di atas ini, maka penulis berani
mengangkat judul skripsi: “KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA
PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK STASI
FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA”.
Melalui judul ini, penulis ingin mengajak para orang tua katolik stasi
Florentinus Babarsari untuk lebih memperhatikan pendidikan iman anak dalam
keluarga, terutama melibatkan anak-anak untuk terlibat aktif dalam setiap
kegiatan hidup menggereja.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN
1. Sejauh mana Gereja mengartikan pendidikan iman anak bagi orang tua katolik
dalam keluarga?
2. Sejauh mana orang tua katolik menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga?
3. Apa dasar utama orang tua katolik menyelenggarakan pendidikan iman anak
dalam keluarga?
4. Sumbangan katekese macam apa yang dapat membantu orang tua dalam
memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga?

6

C. TUJUAN PENULISAN
Skipsi ini ditulis dengan tujuan:
1. Mengetahui sejauh mana Gereja telah memperhatikan pendidikan iman anak
dalam keluarga.
2. Membantu meningkatkan kesadaran orang tua akan tugas dan tanggungjawab
mereka sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.
3. Mengetahui sejauh mana orang tua katolik telah memperhatikan pendidikan iman
anak dalam keluarga.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua dan kepada mereka yang
berkecimpung dalam pendampingan iman anak dalam keluarga melalui katekese.
5. Memenuhi persyaratan ujian kelulusan Sarjana Strata Satu (1) IPPAK Sanata
Dharma Yogyakarta.

D. MANFAAT PENULISAN
Skripsi ini ditulis dengan maksud:
1. Memberi masukan kepada orang tua agar mereka semakin menyadari tugas dan
tanggungjawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam menghayati pendidikan
iman anak dalam keluarga.
3. Memberi motivasi pengembangan katekese bagi orang tua katolik dalam
memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga?

7

E. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini analisis deskriptif, yaitu
memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan jalan
pemecahan yang tepat. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan menggunakan
angket dan wawancara terhadap orang tua sebagai responden. Selain itu penulis
akan menggunakan studi pustaka yang mendukung judul skripsi yang telah
ditulis.

8

BAB II
PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK
DALAM KELUARGA

Dalam bab II ini lebih pada kajian pustaka yang akan penulis uraikan dalam
dua bagian yaitu bagian pertama tentang pendidik iman anak yang meliputi,
pengertian pendidikan iman anak, perlunya pendidikan iman anak, tujuan pendidikan
iman anak dan bentuk-bentuk pendidikan iman anak.
Bagian kedua tentang situasi pendidikan iman anak dalam keluarga yang
ditinjau dari orang tua yang meliputi, kebiasaan mengajak anak untuk berdoa
bersama, kebiasaan mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan gereja dan
lingkungan, dan kebiasaan anak untuk membaca dan mendengarkan Kitab Suci.
Ditinjau dari pandangan Gereja yang meliputi, pendidikan dilihat dari Perjanjian
Lama, pendidikan dilihat dari Perjanjian Baru, dan pendidikan dilihat dari dokumen
Gereja.

A. PENDIDIKAN IMAN ANAK

1. Pengertian Pendidikan Iman Anak.

Di sini penulis akan menguraikan tentang dua kata yaitu “ Pendidikan”
dan“Iman”dengan pengertiannya masing-masing.

9

a. Pendidikan Anak.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia dalam upaya pengajaran dan latihan (Departemen
pendidikan dan kebudayaan, 1988: 204). Mengingat bahwa pendidikan
berlangsung seumur hidup, dimana setiap orang berhak memperoleh pendidikan
pada tahap hidup, maupun dalam perjalanan hidup imannya.
Pelaksanaan pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dalam keluarga saja,
melainkan pendidikan itu dapat belangsung di beberapa tempat antara lain
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga pendidikan tersebut memiliki
perbedaan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat terpadu artinya, pendidikan
yang diterima anak bersifat menyeluruh apa yang diterima anak dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat merupakan rangkaian dari suatu proses yang
berlangsung seumur hidup.
Dari semua tempat tersebut, yang menjadi pendidikan anak yang pertama
adalah keluarga. Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pertumbuhan dan
perkembanbangan iman anak di sekolah dan masyarakat, sebab itu orang tua
sebagai penanggungjawab iman anak dalam keluarga bertanggung jawab dan
berkewajiban untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi
pembentukan mental dan kepribadian anak itu sendiri.

10

Dalam anjuran Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus ke II
mengatakan demikian:
“Tugas mendidik berakar dalam panggilan suami istri untuk berperan serta
dalam karya penciptaan Allah, karena orang tua telah menyalurkan
kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk
mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai
pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas
mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dilengkapi. Sebab
merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga, yang
diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama
sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan
sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan
pertama keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan oleh setiap
masyarakat.
Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik anak bersifat hakiki,
karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusia. Selain itu bersifat
asali dan utama terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan,
karena keistimewaan cinta kasih antara orang tua dan anak-anak. Lagi
pula tidak bergantian dan tidak dapat diambil alih, dan karena itu tidak
dapat diserahkan kepada orang-orang lain atau direbut oleh mereka”
(Familiaris Consortio, 1993: 60-61).

b. Iman.
Penulis akan menguraikan pengertian iman dalam dua bagian yaitu bagian
pertama dilihat dari kamus bahasa Indonesia yaitu iman merupakan kepercayaan
atau keyakinan kepada Allah (Departemen pendidikan dan Kebudayaan,
1988:326).
Sedangkan bagian kedua dilihat dari Ensiklopedi Perjanjian Baru yaitu iman
adalah jawaban pribadi atas prakarsa Allah yang dikenal dalam firman-Nya dan
dalam campur tangan Allah demi keselamatan. Iman bukan hasil refleksi manusia

11

tetapi merupakan buah cuma-cuma yang dihasilkan oleh kuasa Allah oleh Roh
Kudus dalam diri kita (Xavier Leon, 1990:282).
Melihat bahwa iman merupakan jawaban pribadi manusia atas prakarsa
yang dikenal dalam firmanNya, maka dalam pengalaman kongkret setiap hari
manusia perlu menanggapi setiap sapaan Tuhan dalam hidupnya sehari-hari,
sehingga dalam situasi apapun manusia tetap setia dan beriman pada Allah.
Beriman kepada Allah berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada kuasa Tuhan.
Dalam buku ilmu kateketik dikatakan bahwa seorang beriman adalah:
“ Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah,
mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah
kebenaran, menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan
dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan
kebenaran Allah” (Telaumbanua, 1999: 44)
Untuk sampai pada iman yang mendalam dan penyerahan diri seutuhnya
pada Tuhan, maka manusia perlu membiasakan diri terus menerus menghadirkan
bimbingan Roh Kudus dalam seluruh peristiwa hidupnya, dan membiarkan
hidupnya dipimpin oleh-Nya, karena melalui dan di dalamnya hidup kita semakin
terarah dan akhirnya memampukan kita untuk semakin percaya dan berharap pada
Tuhan yang adalah kebenaran.
Boleh dikatakan orang yang beriman kepada Tuhan berarti menyerahkan
seluruh hidupnya hanya untuk Tuhan, dan tanpa ada suatu paksaan melainkan
suatu keyakinan penuh dan sukarela. Oleh karena itu iman sesungguhnya adalah,
penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa

12

melainkan “dengan sukarela” seperti yang ditulis dalam buku Iman Katolik
(Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1996:128).

2. Perlunya Pendidikan Iman Anak
Melihat situasi jaman yang semakin maju karena ditandai dengan berbagai
macam

perkembangan

teknologi

dan

informasi

yang

begitu

canggih.

Perkembangan yang semakin pesat ini tentunya mempunyai dampak yang besar
pula dalam kehidupan manusia sekarang ini. Berbagai macam persoalan yang
selalu saja terjadi seperti pergaulan bebas, aborsi, narkoba, pembunuhan, dan
permokasaan. Dari persoalan tersebut tentu saja akan mempengaruhi sikap hidup
manusia yang di dalamnya adalah pendidikan iman dan tatanan nilai akan
berubah dan bergeser juga.
Oleh karena itu, orang tua sebagai pendidik iman anak yang pertama dan
utama dalam keluarga perlu memperhatikan setiap perkembangan sikap dan
prilaku anak dalam keluarga. Perkembangan sikap dan prilaku yang dimaksudkan
disini adalah perkembangan fisik, mental, dan spiritual.
Awal kehidupan dan lingkungan utama anak adalah keluarga. Dalam
keluarga ini, anak belajar dasar-dasar kepribadian, sikap, dan prilaku yang akan
dipergunakan untuk berhubungan dengan orang lain di luar keluarga (Adiyanti,
2003: 93). Apabila orang tua telah memperhatikan dasar-dasar kepribadian, sikap,
dan prilaku anak dalam keluarga dengan memberi kasih sayang dan perhatian

13

penuh, maka iman anak akan bertumbuh dan berkembang kearah yang lebih baik
terutama ketika anak berada di luar keluarga.
Namun dalam kehidupan setiap hari sering kali orang tua salah mengartikan
peran mereka sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga. Mereka berpikir bahwa, tugas yang paling pertama dan utama adalah
mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan memberi uang dan
materi tugas mereka dianggab sudah selesai tanpa ada waktu sedikit pun untuk
berdialog dan bersahabat dengan anak-anak untuk mengetahui situasi hidup
mereka, jadi tidak mengherankan bila anak-anak mereka lebih mengasihi
pembantu dari pada orang tuanya sendiri.
Dalam buku pedoman Gereja katolik Indonesia dikatakan bahwa:
“Arus besar di dalam masyarakat sering menciptakan gambaran seakanakan yang terpenting dalam hidup adalah mengumpulkan uang dan materi,
kedudukan dan kekuasaan. Lalu tidak sedikit orang tua yang mengira
bahwa dengan menyediakan materi bagi keluarga tugasnya selesai.
Padahal anak pertama-tama memerlukan perhatian, kehangatan, dan
kemesraan hubungan dengan orang tua dan saudara-saudara mereka.
Anak-anak memerlukan keleluasaan isi hati, emosi dan pengalaman
kepada orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus menyediakan diri dan
harus juga dapat bertindak sebagai sahabat bagi anak-anaknya. Orang tua
perlu mengunakan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan
kedewasaan anak.
Mereka perlu dilatih supaya bersikap dan bertindak secara bertanggung
jawab. Apabilah anak tidak menemukan suasana kerasan tersebut di dalam
keluarga, mereka akan lari ketempat lain, kepergaulan di luar rumah, yang
mungkin akan membahayakan perkembangan jasmani dan rohaninya “
(Pedoman Gereja Katolik Indonesia, 1995: 23)
Dokumen ini sangat jelas mengutarakan bagaimana perlunya perhatian
orang tua akan pentingnya pendidikan iman anak serta peran dan tanggungjawab

14

mereka sebagai orang tua dalam keluarga terutama menciptakan suasana yang
harmonis bersama anak-anaknya, bukan pertama-tama uang dan materi yang anak
inginkan tetapi perhatian dan kasih sayang dari orang tualah yang mereka
harapkan.
Memang kebutuhan yang lain sangat menunjang, tetapi yang paling penting
dan mendasar dalam hidup anak yang masih kecil dalam keluarga adalah
perhatian dan kasih sayang, karena sikap inilah yang akan mempengaruhi seluruh
hidup anak selanjutnya dalam bertindak dan berbuat sesuatu yang lebih berguna
bagi hidupnya.
Sebagai orang tua yang bijaksana perlu memperhatikan bagaimana cara
terbaik yang dapat menciptakan suasana keluarga yang kondusif, terutama
membantu pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga. Anak
akan melihat dan belajar banyak dari kehidupan keluarga di mana mereka tinggal.
Seorang tokoh yang cukup terkenal namanya Dorothy Law Nolti mengatakan:
Jika seorang anak hidup dalam kecaman, ia belajar untuk menyalahkan.
Jika seorang anak hidup dalam permusuhan, ia belajar untuk berkelahi.
Jika seorang anak hidup dalam ketakutan, ia belajar untuk gelisah.
Jika seorang anak hidup dalam belas kasihan, ia belajar mudah
memaafkan dirinya sendiri.
Jika seorang anak hidup dalam ejekan, ia belajar untuk malu.
Jika serang anak hidup dalam kecemburuan, ia belajar bagaimana iri
hati.
Jika seorang anak hidup dalam rasa malu, ia belajar untuk merasa bersalah.
Jika seorang anak hidup dalam jiwa besar dan bersemangat, ia belajar
untuk percaya diri.
Jika seorang anak hidup penuh toleransi, ia belajar untuk setia dan sabar.
Jika seorang anak diterima apa adanya, ia belajar untuk mencintai.
Jika seorang anak hidup dalam suasana rukun, ia belajar untuk mencintai
dirinya sendiri.

15

Jika seorang anak hidupnya dihargai, ia belajar bahwa hal itu sangat
baik berhasil mencapai cita-cita.
Jika seorang anak hidup dalam suasana adil, ia belajar akan kemurahan hati.
Jika seorang anak hidup dalam kejujuran dan lurus hati, ia belajar akan
kebenaran dan keadilan.
Jika seorang anak hidup dalam keamanan, ia belajar mendapatkan kekuatan
dalam dirinya dan dalam diri orang lain di sekitarnya.
Jika seorang anak hidup dalam penuh persahabatan, ia belajar bahwa
dunia ini merupakan suatu tempat untuk hidup.
Jika anak hidup dalam ketentraman, ia akan belajar dalam ketenangan pikiran.
(Widagdo, 2003:56-57)
Oleh sebab itu, orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam
keluarga perlu memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga secara lebih
bijaksana dan bertanggungjawab, terutama bagaimana caranya orang tua
menunjukan kesaksian hidup yang baik dalam keluarga.
Ada pepatah mengatakan bahwa: “Anak-anak tidak pernah menjadi pendengar
yang baik bagi orang tuanya, tetapi mereka dapat menjadi peniru ulung pada
orang tuanya” (Handoko, 2004:71). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa,
kesaksian hidup orang tua dalam keluarga sangat besar pengaruhnya bagi
kehidupan anak dalam keluarga karena, anak lebih banyak melihat dan merekam
apa yang dilakukan orang tua terhadap mereka di dalam keluarga.

3. Tujuan Pendidikan Iman Anak.
Pendidikan iman dalam keluarga bertujuan untuk membantu anak agar
semakin berkembang dan bertumbuh menjadi seorang pribadi yang lebih dewasa
dan bertanggungjawab serta mampu mewujudkan iman dalam pengalaman

16

kongkret sehari-hari melalui kedekatan mereka secara pribadi akan Yesus yang
telah mereka hidupi dalam keluarga.
Oleh karena itu tahap demi tahap anak perlu dibantu dan dibina terusmenerus, sehingga pengalaman iman akan Yesus yang sudah mereka peroleh
dalam keluarga tetap mewarnai seluruh hidup mereka. Dalam Familiaris consortio
artikel 39 menegaskan lagi isi pendidikan Kristen sebagai berikut:
“ Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia,
melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah dibaptis
langkah demi langkah makin menyelami misteri keselamatan, dan dari
hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima,
supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan
kebenaran (Yoh, 4: 23), terutama dalam perayaan Liturgi, supaya mereka
dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam
kebenaran dan kekudusan yang sejati (Ef, 4:22-24), supaya dengan
demikian mereka mencapai kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan
yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef, 4: 13), dan ikut serta
mengusakan pertumbuhan. Kecuali itu hendaklah umat beriman
menyadari panggilan mereka, dan melatih diri untuk memberi kesaksiaan
tentang harapan yang ada dalam diri mereka (Ptr, 3:15), serta mendukung
perubahan dunia menurut tata nilai Kristen”
Artikel ini mempertegas lagi pentingnya tujuan pendidikan iman anak dalam
keluarga. Tempat pelayan dan kesaksian iman anak yang pertama dalam keluarga
adalah orang tua, melalui kesaksian hidup orang tua dalam berdoa bersama,
membaca sabda Tuhan bersama, ke gereja bersama, maka dengan sendirinya
orang tua telah menghantar anak-anaknya untuk sampai pada kepenuhan iman
yang mendalam akan Yesus yang sengasara, wafat, dan bangkit, akhirnya dalam
diri anak tumbuh suatu kerinduan besar untuk semakin mencintai Yesus dalam
hidup mereka setiap hari.

17

4. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak.
Selain nilai-nilai iman yang ditanamkan dalam keluarga, orang tua juga
perlu menanamkan bentuk-bentuk pendidikan iman lainnya yang bisa membantu
perkembangan dan pertumbuhan iman anak melalui setiap cara yang nantinya
dapat membantu pribadi anak semakin dewasa, mandiri dan bertanggungjawab.
Bentuk-bentuk pendidikan iman anak yang dimaksudkan di sini adalah:
pendidikan sosial, pendidikan keterampilan, dan pendidikan kedisiplinan.
Pendidikan sosial, bagaimana orang tua mengajari anak-anak mereka dalam
bersikap seperti, sikap melayani dengan penuh cinta, sikap untuk bergaul dengan
semua orang, sikap menerima orang lain apa adanya, sikap menghargai, dan sikap
berempati atau tenggang rasa kepada orang lain yang menderita dan mengalami
kesusahan.
Pendidikan keterampilan, bagaimana orang tua mengajari anak-anak untuk
terampil dalam memasak, terampil dalam menjahit, terampil dalam menata bunga
dan menata ruang makan, terampil dalam dekorasi, dan terampil dalam melukis.
Pendidikan kedisiplinan, bagaimana orang tua mengajari anak-anak untuk
disiplin dalam waktu belajar, waktu makan, waktu bermain, waktu bekerja dan
waktu berdoa baik dalam keluarga, lingkungan dan Gereja.
Apabila dalam keluarga orang tua sudah menanamkan pendidikan ini dan
memberikan kepercayaan penuh pada anak-anaknya sejak masih kecil dalam
keluarga, maka anak akan semakin bertanggungjawab dengan sikap hidupnya,
baik di dalam keluarga, sekolah, Gereja, maupun di masyarakat yang lebih luas.

18

B. SITUASI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA

1. Ditinjau dari Orang Tua.
Keluarga merupakan tempat persemaian, pertumbuhan dan perkembangan
iman anak. Dari orang tua, anak mulai mendapat pendidikan iman yang pertama
dan utama, dan mulai mengalami perhatian dan kasih sayang. Perhatian dan kasih
sayang dari orang tua ini merupakan tanda nyata bagi anak yang dikasihi Allah.
Anak adalah milik Tuhan, diserahkan sepenuhnya kepada orang tua untuk
mengasuh dan mendidik mereka. Orang tua dipanggil pada suatu tanggung
jawab baru. Tanggung jawab ini harus diterima sebagai suatu anugerah dari
Allah. Oleh karena itu, orang tua berkewajiban untuk menyampaikan iman
kepada anak-anaknya, mendidik anak dengan kata dan teladan, membantu anak
untuk memilih panggilan hidupnya, serta memelihara dan memupuk panggilan
suci yang mungkin ditemukan dalam diri anak melalui pendidikan yang
diterimanya di dalam keluarga seperti:

a. Kebiasaan mengajak anak untuk berdoa bersama.
Anak merupakan peniru ulung. Sifat peniru inilah yang menjadi modal dasar
bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai iman pada diri anak. Sebelum anak
dapat berpikir dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum sanggup
membedakan hal-hal yang baik dan buruk dalam diri mereka, sebaiknya orang tua

19

sudah membiasakan anak untuk selalu terlibat dalam kegiatan bersama seperti
makan bersama, doa bersama, dan rekreasi bersama.
Karena dengan kebiasaan tersebut yang diterima anak dalam keluarga
sangat penting dalam pembentukan iman anak. Anak sudah banyak mengetahui
dan belajar bagaimana harus berdoa dengan baik walaupun mereka belum terlalu
mengikuti cara berdoa dengan baik dan lancar, tetapi kalau dibiasakan untuk
selalu hadir dalam doa bersama dan terus menerus mengajarkan mereka secara
pelan-pelan tentang tanda salib, doa Bapa Kami, dan doa salam Maria, serta doa
singkat dan sederhana yang mudah dihafal dan dimengerti anak, lama kelamaan
anak akan berdoa dengan lebih baik dan lancar.
Di sini orang tua tidak bisa memaksakan anak-anaknya dengan caranya
sendiri, sebaiknya mengajak anak untuk berdoa melalui sikap dan keteladanan
orang tua, dengan demikian anak akan melihat dan meniru apa yang diperbuat
oleh orang tuanya seperti yang ditulis oleh Anne Maria Zanzucchi (1995 : 49)

b. Kebiasaan mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan Gereja dan
lingkungan.
Pada umumnya orang tua merasa malas dan bosan mengajak anak-anak
mereka hadir dalam perayaan misa dan ibadat lingkungan, karena selalu
mengganggu suasana doa, akhirnya orang tua memutuskan untuk tinggal di
rumah dan tidak mengajak anak lagi untuk hadir dalam perayaan ekaristi dan

20

ibadat lingkungan, padahal anak yang masih kecil senang sekali untuk diajak
bermain dan senang melihat bangunan Gereja yang begitu megah.
Barang- barang kudus yang dilihatnya di dalam Gereja seperti patung,
salib, lilin dan bunga bahkan manusia yang dilihatnya begitu banyak. Sifat
keingintahuan anak sangat besar