DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP NEGERI 1 KEBASEN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BERPIKIR - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang

  dinyatakan dalam peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengolahan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: (1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (2) Berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (3) Sehat, mandiri, dan percaya diri; (4) Toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. Tujuan tersebut diterapkan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan di sekolah, termasuk pembelajaran matematika.

  Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi untuk SMP/MTS, tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika adalah (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)

  

1 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

  Melihat tujuan pembelajaran matematika tersebut, maka matematika memiliki peranan penting dalam membantu siswa agar siap untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dalam kenyataannya permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari tidak semua merupakan permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu.

  Pada dasarnya seorang peserta didik dalam menyelesaikan masalah dibutuhkan proses berpikir yang mendalam.

  Menurut Ahmadi (2009) menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas psikis yang intensional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema.

  Sesorang yang berpikir selalu menjumpai suatu masalah yang harus dipecahkan, memecahkan masalah membutuhkan proses berpikir yang matang agar permasalahan dapat teratasi. Ketika berpikir seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kesimpulan. Maka dari itu, berpikir sangatlah penting dilakukan dalam segala hal, terutama dalam dunia pendidikan.

  Salah satu kemampuan yang akan dikembangkan dari siswa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengolahan dan Penyelenggaraan Pendidikan adalah berpikir kritis. Menurut Kuswana (2012) berpikir kritis merupakan analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. Maksudnya adalah dalam berpikir kritis peserta didik menggunakan beberapa tahap dalam menyelesaikan masalah yang akhirnya akan menentukan bagaimana keputusan dari masalah yang dihadapi. Pemecahan masalah merupakan proses mental tingkat tinggi dan memerlukan proses berpikir yang lebih kompleks termasuk berpikir kritis.

  Deporter dan Hernacki (2015) berpikir kritis yaitu berlatih atau memasukan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk. Menurut Santrock (2010) menyatakan bahwa pemikir kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif, dan melibatkan evaluasi bukti. Secara umum berpikir kritis adalah penentuan secara hati- hati dan sengaja apakah menerima, menolak, atau menunda keputusan tentang suatu pernyataan.

  Peserta didik juga memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang sendiri. Faktor yang dapat menunjang keberhasilan peserta didik tidak hanya cara belajarnya saja, tetapi kualitas pemikirannya sendiri. Untuk itu, mengajarkan dan melatih peserta didik berpikir kritis itu sangat penting dilakukan terutama dalam pembelajaran matematika.

  Pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah peserta didik dituntut untuk menggali dan menunjukkan kemampuan berpikir kritisnya mulai dari memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana permasalahan, dan melihat kembali pemecahan masalah yang telah dilaksanakan. Untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, seorang pendidik harus memperhatikan peserta didik. Karena, masing-masing peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda. Dengan demikian, dalam memahami dan membangun matematika dalam diri siswa dimungkinkan juga dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu hal yang diperhatikan adalah gaya berpikir siswa dimana setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda.

  Menurut Anthony Gregorc gaya berpikir adalah suatu proses berpikir yang memadukan antara bagaimana pikiran menerima informasi dan mengatur informasi tersebut dalam otak (Deporter dan Hernacki, 2015). Menurutnya dalam berpikir, seseorang dipengaruhi oleh dua konsep yaitu konsep tentang obyek/wujud yang dibedakan menjadi persepsi konkret dan abstrak dan kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan acak. Jika kedua konsep itu dikombinasikan, maka dapat dibagi menjadi 4 kelompok gaya berpikir, yaitu sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, dan acak abstrak.

  Pemikir sekuensial konkret bisanya mengalami kesulitan apabila diminta untuk menangkap pelajaran yang bersifat abstrak. Pemikir acak konkret seperti sekuensial konkret berpikir berdasarkan kenyataan tetapi ingin melakukan pendekatan coba-coba. Pemikir acak abstrak biasanya menyerap ide-ide, informasi dan kesan mengaturnya dengan cara refleksi. Pemikir sekuensial abstrak cenderung kritis dan analitis karena memiliki daya imajinasi yang kuat.

  Pada dasarnya semua orang memang tidak bisa diklarifikasikan pada salah satu gaya berpikir tersebut. Namun menurut Deporter dan Hernacki (2015) orang yang termasuk dalam kategori sekuensial abstrak cenderung memiliki dominasi otak kiri, sedangkan orang yang termasuk kategori sekuensial acak termasuk kategori otak kanan. Dengan mengetahui bagaimana gaya berpikir yang dimiliki akan mempermudah dalam memecahkan masalah yaitu dengan memilih solusi yang paling efektif dalam pemecahannya.

  SMP Negeri 1 Kebasen berlokasi di Jalan Raya Bentul, Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas. SMP Negeri 1 Kebasen merupakan salah satu SMP yang berada di Kebasen, dengan jumlah peminat yang cukup banyak. Siswa di SMP Negeri 1 Kebasen berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Dimana keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang ditemui setiap individu yang lahir ke dunia.

  Keluarga sebagai bagian dari suatu kelompok sosial yang mentransformasikan kebiasaan dan tradisi yang ada pada diri siswa sebagai masa pembentukan primer pada awal kehidupan manusia. Berbagai kebiasaan, tradisi, bahasa, dan nilai pada lingkungan keluarga yang berbeda- beda akan menimbulkan gaya berpikir yang berbeda pula. Gaya berpikir yang dimiliki setiap siswa ini akan mempengaruhi siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Dimana dalam menyelesaikan soal matematika siswa dituntut untuk berpikir kritis. Siswa yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang penting dengan baik, berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif.

  Berdasarkan uraian di atas perlunya dilakukan penelitian tentang berpikir kritis dan gaya berpikir siswa. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah gaya berpikir yang dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa terutama ketika siswa tersebut menyelesaikan soal. Selain itu, karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal tersebut di SMP Negeri 1 Kebasen. Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelit ian” Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 1 Kebasen dalam Menyelesaikan Soal Matematika Ditinjau Dari Gaya Berpikir” B.

Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kebasen dalam menyelesaikan soal matematika ditinjau dari gaya berpikir sekuensial konkret, acak konkret, sekuensial abstrak, dan acak abstrak.

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kebasen dalam menyelesaikan soal matematika ditinjau dari gaya berpikir sekuensial konkret, acak konkret, sekuensial abstrak, dan acak abstrak.

D. Manfaat Hasil Penelitian

  1. Bagi Guru Dapat mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dan gaya berpikirnya sehingga dapat membantu dalam merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran.

  2. Bagi Sekolah Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan sebagai salah satu bahan alternatif dalam kemajuan semua mata pelajaran pada umumnya dan mata pelajaran matematika pada khususnya.

  3. Bagi Peneliti Memperoleh pelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian pembelajaran matematika serta dapat menambah wawasan tentang gambaran kemampuan berpikir kritis siswa SMP Negeri 1 Kebasen ditinjau dari gaya berpikirnya.