PENGARUH PENDIDIKAN SEKS DENGAN METODE BUZZ GROUP TERHADAP PERAN PENDIDIK ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK DI SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS DENGAN METODE BUZZ GROUP

  

TERHADAP PERAN PENDIDIK ORANG TUA DALAM

PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK

DI SURABAYA

  PENELITIAN

  PRA-EXPERIMENTAL

Oleh:

Ardilah Dwiagus Safitri

  

NIM. 131511123020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2017

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS DENGAN METODE BUZZ GROUP

  

TERHADAP PERAN PENDIDIK ORANG TUA DALAM

PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK

DI SURABAYA

  PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL Untuk Memperoleh Gelajar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

  

Oleh:

Ardilah Dwiagus Safitri

NIM. 131511123020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

  

2017 Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

  Surabaya, 2 Februari 2017 Yang Menyatakan

  Ardilah Dwiagus Safitri NIM. 131511123020 ii

  

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

  Sebagai civitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Ardilah Dwiagus Safitri NIM : 131511123020 Porgram Studi : Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk diberikan kepada

  Non-Exsclusive

  Universitas Airlangga Hak Bebas Royakti Non-Eksklusif (

  Royalty-Free Right ) atas karya saya yang berjudul:

  Buzz Group Terhadap Peran “Pengaruh Pendidikan Seks Dengan Metode

Pendidik Orang Tua Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Anak Di

Surabaya

  

  Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alih media/format,

  database

  mengelola dalam bentuk pangkalan data ( ), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Surabaya, 2 Februari 2017 Yang Menyatakan

  Ardilah Dwiagus Safitri NIM. 131511123020 iii

BUZZ GROUP PENGARUH PENDIDIKAN SEKS DENGAN METODE

  

TERHADAP PERAN PENDIDIK ORANG TUA DALAM

PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK

DI SURABAYA

  Oleh: Ardilah Dwiagus Safitri

  NIM. 131511123020 SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL JANUARI 2017 Oleh

  Pembimbing Ketua Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep.

  NIP. 197910132010122001 Pembimbing

  Setho Hadisuyatmana, S.Kep.Ns., M.NS (CommHlth&PC) NIP. 198505252016113101

  Mengetahui a.n. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

  Wakil Dekan I Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes

  NIP. 196808291989031002 iv

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS DENGAN METODE BUZZ GROUP

  v

  

TERHADAP PERAN PENDIDIK ORANG TUA DALAM

PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK

DI SURABAYA

  Oleh: Ardilah Dwiagus Safitri

  NIM. 131511123020 Telah diuji

  Pada tanggal 2 Februari 2017 PANITIA PENGUJI Ketua : Dr. Makhfudli, S.Kep.Ns., M.Ked.Trop.

  (...…………….) NIP. 197902122014091003 Anggota : 1. Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep.

  (...…………….) NIP. 197910132010122001

  2. Setho Hadisuyatmana, S.Kep.Ns., M.NS (CommHlth&PC)

  (...…………….) NIP. 198505252016113101

  Mengetahui, a.n. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

  Wakil Dekan I Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes

  NIP. 196808291989031002 Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan bimbingan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

  Buzz Group

  judul Terhadap Peran

  “Pengaruh Pendidikan Seks Dengan Metode Pendidik Orang Tua Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Anak Di Surabaya”.

  Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

  Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya dengan hati yang tulus kepada:

  1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

  2. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

  3. Elida Ulfiana, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing I yang telah sabar membimbing untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  4. Setho Hadisuyatmana, S.Kep.Ns., M.NS (CommHlth&PC) selaku pembimbing II yang telah membimbing dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  5. Seluruh staf pendidikan, perpustakaan dan tata usaha Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga atas segala bantuan yang diberikan dari awal pembuatan proposal hingga skripsi ini selesai. vi vii

  6. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah memberikan fasilitas pengambilan data awal yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

  7. Tenaga pengajar Pos PAUD Kuncup Bunga Surabaya yang telah memfasilitasi dan membantu saya dalam melakukan pengumpulan data.

  8. Orang tua/wali murid di Pos PAUD Kuncup Bunga Surabaya yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data yang saya lakukan.

  9. Bayu Febriandhika Hidayat, Amd. Kep. dan Rihmaningtyas, Amd. Kep. yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi asisten peneliti dalam pengambilan data.

  10. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Teman-teman B18 yang telah menemani dalam berjuang dan memberikan dukungan dalam selama proses penyusunan skripsi ini.

  12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan proposal ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

  Semoga Allah membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Saya sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi saya berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi profesi keperawatan.

  Surabaya, 2 Februari 2017 Penulis viii

Life is hard so you must try harder if you don’t want to fail.

BUZZ GROUP

  

PARENT EDUCATOR’S ROLE IN PREVENT CHILD SEXUAL ABUSE

IN SURABAYA

  

Pra-Experimental Study in Pos PAUD Kuncup Bunga Surabaya

  ARDILAH DWIAGUS SAFITRI

  

Introduction: Child abuse is one of the worldwide problems that carries a mental,

  psychical, and psychological consequences to its victims. Parents hold a central role to educate children about sex and related matter to make them aware from the abuse. This study analyzed the influence of sex education for parents through buzz group to improve their roles in preventing child abuse. Method: The design used

  .

  in this study was a one-group pre-experimental with pre-post test This study involved 30 parents to students who went to Pos PAUD Kuncup Bunga, one of the preschool in Surabaya, as respondents. The data were collected using self- administered questionnaire by Chen & Chen (2005) and then analyzed using Wilcoxon signed rank test with significance level of

  α=0,05. Result: The result shows that the buzz group method is effective to increase parent educator‟s role in prevent child sex abuse in Surabaya (p= 0,014). Discussion: The sex education stimulate s parents‟ awareness and roles in prevent their child from becoming the victim of sexual abuse. This result suggest that buzz group is effective as method to improve parents‟ role to educate their children in preventing sexual abuse. Further studies are suggested to involve control group and observe the impact of the education.

  Keyword: buzz group, sex education, parent’s role, child abuse

  ix

  Halaman Halaman Judul dan Prasyarat Gelar ......................................................................... i Lembar Pernyataan.................................................................................................. ii Halaman Pernyataan............................................................................................... iii Lembar Persetujuan ................................................................................................ iv Lembar Penetapan Panitia Penguji.......................................................................... v Ucapan Terima Kasih ............................................................................................. vi Moto ..................................................................................................................... viii

  Abstract

  .................................................................................................................. ix Daftar Isi.................................................................................................................. x Daftar Tabel .......................................................................................................... xii Daftar Gambar ...................................................................................................... xiii Daftar Lampiran ................................................................................................... xiv Daftar Singkatan.................................................................................................... xv

  ................................................................................... 1

  BAB 1 PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

  1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 5

  1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

  1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 6

  1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 6

  1.4 Manfaat ............................................................................................. 6

  1.4.1 Teoritis ................................................................................... 6

  1.4.2 Praktis ..................................................................................... 7

  

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8

  2.1 Anak Prasekolah ............................................................................... 8

  2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah ................................................. 8

  2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah ............... 8

  2.2 Kekerasan Seksual Anak ................................................................ 12

  2.2.1 Pengertian Kekerasan Seksual Anak .................................... 12

  2.2.2 Jenis Kekerasan Seksual Anak ............................................. 13

  2.2.3 Faktor Risiko Kekerasan Seksual......................................... 15

  2.2.4 Tanda dan Gejala Anak Korban Kekerasan Seksual............ 16

  2.2.5 Dampak Kekerasan Seksual ................................................. 17

  2.2.6 Pelaku Kekerasan Seksual Potensial .................................... 19

  2.2.7 Korban Kekerasan Seksual Potensial ................................... 21

  2.2.8 Tata Laksana Kekerasan Seksual ......................................... 21

  2.2.9 Pencegahan Kekerasan Seksual ........................................... 24

  2.3 Orang Tua ....................................................................................... 35

  2.3.1 Pengertian Orang Tua .......................................................... 35

  2.3.2 Peran Orang Tua .................................................................. 35

  2.4 Pendidikan Kesehatan ..................................................................... 37

  2.4.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan ........................................ 37

  2.4.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan .............................................. 38

  2.4.3 Metode Pendidikan Kesehatan ............................................. 39

  2.4.4 Media Pendidikan Kesehatan ............................................... 39 x

  Buzz Group

  2.5.1 Pengertian Buzz Group ......................................................... 40

  2.5.2 Persayaratan Metode Buzz Group ........................................ 41

  Buzz Group

  2.5.3 Kelebihan Metode ............................................ 41

  Buzz Group

  2.5.4 Langkah-Langkah Metode ............................... 42

  Health Belief Model

  2.6 Teori .............................................................. 44

  2.7 Keaslian Penelitian ......................................................................... 47

  

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN . 55

  3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 55

  3.2 Hipotesis ......................................................................................... 56

  

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................... 57

  4.1 Desain Penelitian ............................................................................ 57

  4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling .................................................... 57

  4.2.1 Populasi ................................................................................ 57

  4.2.2 Sampel .................................................................................. 57

  4.2.3 Sampling .............................................................................. 58

  4.3 Variabel Penelitian ......................................................................... 58

  4.3.1 Variabel Independen ............................................................ 58

  4.3.2 Variabel Dependen ............................................................... 58

  4.4 Definisi Operasional ....................................................................... 58

  4.5 Instrumen Penelitian ....................................................................... 61

  4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 61

  4.7 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 62

  4.8 Analisis Data................................................................................... 64

  4.9 Kerangka Kerja ............................................................................... 66

  4.10 Etik Penelitian................................................................................. 67

  4.10.1 Persetujuan ( Informed consent )............................................ 67

  Anonimity

  4.10.2 Tanpa nama ( ) ...................................................... 67

  Confindentiality

  4.10.3 Kerahasiaan ( ) ............................................ 67

  4.11 Keterbatasan ................................................................................... 68

  

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 69

  5.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 69

  5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 69

  5.1.2 Data Umum .......................................................................... 70

  5.1.3 Data Khusus ......................................................................... 71

  5.2 Pembahasan .................................................................................... 74

  

BAB 6 KESIMPULAN ..................................................................................... 83

  6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 83

  6.2 Saran ............................................................................................... 83 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 85 Lampiran ............................................................................................................... 89 xi

  

Tabel 2.1 .................................................................................. 47Tabel 2.2 Keaslian Penelitian Pengaruh Pendidikan Seks Dengan Metode Buzz

  

  

  

Tabel 4.1 ........................................................ 57Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengaruh Pendidikan Seks Dengan

  

  

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Di Pos Paud Kuncup Bunga

  

Tabel 5.2 Distribusi Peran Pendidik Orang Tua Dalam Pencegahan Kekerasan

  

Tabel 5.3 Distribusi Kategori Peran Pendidik Orang Tua Dalam Pencegahan

  

  xii

  xiii

Gambar 2.1 Jenis Sentuhan ........................................................................................... 26Gambar 2.2 Teori Health Belief Model ......................................................................... 47Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konseptual Pengaruh Pendidikan Seks Dengan

  

  

  

  

  

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Pengaruh Pendidikan Seks Dengan Metode Buzz

  

  

  

  

  Lampiran 1 Surat Rekomendasi Penelitian ....................................................... 89 Lampiran 2 Surat Permohonan Fasilitas Pengambilan Data Penelitian ............ 90 Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ....................................................................... 91 Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian ........................................................... 92 ................................................................................. Lampiran 5 Sertifikat Etik

  93 Lampiran 6 Lembar Penjelasan Penelitian Bagi Responden ............................. 94 Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responen Penelitian ( Informed

  Concent) ......................................................................................... 96 Buzz

  Lampiran 8 Kuesioner Pengaruh Pendidikan Seks Dengan Metode

  Group

  Terhadap Peran Pendidik Orang Tua Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Anak ................................................................ 97

  Lampiran 9 Self-Administered Quesionnaire .................................................... 100 Lampiran 10 Satuan Acara Kegiatan (SAK) ....................................................... 101

  Flipchart

  Lampiran 11 ......................................................................................... 112 Booklet............................................................................................ Lampiran 12

  119 xiv

  BPPKB : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

  Child Protective Service

  CPS : DKT : Diskusi Kelompok Terarah ECPAT : End Child Prostitution, Child Pornography, Trafficking of

  Children for Sexual Pusposes Health Belief Model

  HBM :

  IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia Komnas PA : Komite Nasional Perlindungan Anak KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia KTD : Kehamilan Tidak Diinginkan LBH : Lembaga Bantuan Hukum GN AKSA : Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak NPSCC : The National Society for the Prevention of Cruelty to Children P2TP2A : Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Polrestabes : Kepolisian Resor Kota Besar SAK : Satuan Acara Kegiatan UNICEF :

  The United Nations Children’s Fund

  WHO : World Health Organization xv

  

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kekerasan seksual pada anak mengalami tren yang meningkat di Indonesia.

  Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu program pencegahan kekerasan seksual yang berguna untuk melindungi anak dari ancaman kekerasan seksual, salah satunya melalui pendidikan seks usia dini. Sebagai sumber informasi pertama bagi anak, orang tua memiliki peran yang penting dalam memberikan pendidikan mengenai tubuh, seksualitas, dan keselamatan anak (Brown dan Saied- Tessier, 2015). Namun, 46,3% orang tua diketahui cenderung tidak berperan aktif dalam memberikan pendidikan seks kepada anak (Fisnawati, Indriati dan Elita, 2015).

  Fisnawati, Indriati dan Elita (2015) menyatakan bahwa pengetahuan orang tua yang cukup dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan pencegahan dalam kekerasan seksual anak. Namun, 55% orang tua memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kekerasan seksual pada anak (Kelrey, 2013). Dengan demikian, usaha peningkatan pengetahuan orang tua tentang kesehatan seksual melalui pendidikan seks dibutuhkan. Tetapi, upaya peningkatan pengetahuan orang tua sebagai pendidik untuk pencegahan kekerasan seksual belum diketahui.

  Tabachnick dan Pollard (2016) menemukan bahwa lebih dari 38% orang Afrika Amerika, hampir 50% orang Kaukasia, dan lebih dari 40% orang Latin melaporkan mengalami kekerasan seksual pada masa kanak-kanak. Kasus kekerasan seksual pada anak juga mengalami peningkatan di Indonesia. Tercatat

  1

  2 Namun, End Child Prostitution, Child Pornography, Trafficking of Children for

  Sexual Pusposes Indonesia

  (ECPAT, 2016) pada tahun 2014 melaporan bahwa kekerasan seksual anak meningkat menjadi 1.217 kasus. Jawa Timur dilaporkan sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki angka kejadian kekerasan seksual yang cukup tinggi. Pada tahun 2012, Polda Jawa Timur melaporkan pada tahun 2012 terdapat 76 kasus kekerasan seksual pada anak, kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 198 kasus dan tahun 2014 menjadi 47 kasus (Anggono, 2015). Kota Surabaya tercatat sebagai daerah dengan kasus kekerasan seksual anak tertinggi di provinsi ini dengan jumlah 58 kasus terjadi pada tahun 2011, 70 kasus pada tahun 2012, 76 kasus pada tahun 2013, 75 kasus pada tahun 2014, 60 kasus pada tahun 2015 dan hingga November 2016 terdapat 74 kasus (Polrestabes Surabaya, 2016).

  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2014) menyatakan bahwa korban kekerasan seksual pada anak mulai terjadi pada usia 0-5 tahun dengan pravalensi sebesar 7,7%. Pravalensi kejadian kekerasan seksual anak meningkat kepada usia yang lebih dewasa, hal ini ditunjukkan bahwa korban kekerasan seksual anak pada usia 6-12 tahun meningkat menjadi 33%. Dengan demikian, upaya pencegahan kekerasan seksual sejak dini dibutuhkan. Sehingga pemberian pendidikan seks kepada kelompok orang tua yang memiliki anak usia dini dapat mencegah terjadinya kekerasan seksual.

  Tidak ada suatu ukuran yang dapat memahami alasan orang yang melakukan kekerasan seksual pada anak. Namun, umunya interaksi kompleks dari faktor emosional, situasional, perkembangan, dan psikologis, yang mungkin mengalami

  3 anak-anak dapat berkontribusi untuk meningkatkan motivasi individu untuk melakukan kekerasan seksual anak (Tabachnick dan Pollard, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Romantika (2014) di Kabupaten Wonogiri menemukan beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual pada anak, diantaranya kurangnya pendidikan agama yang kuat pada anak, kurangnya perhatian orang tua, kurangnya kepedulian masyarakat dalam bertetangga, kurangnya pendidikan seks pada anak sesuai usia, kemiskinan, pengangguran, pergaulan bebas, gaya hidup, hilangnya karakter dan budaya bangsa, serta globalisasi informasi.

  Kekerasan seksual pada anak dapat memberikan dampak yang serius bagi korban. Korban dapat mengalami masalah fisik, gangguan emosi, perubahan perilaku hingga gangguan perkembangan, atau bahkan kecacatan. Selain itu, korban juga bisa mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, terinfeksi oleh penyakit menular seksual, mengalami gangguan organ reproduksi, serta trauma psikis yang mendalam (IDAI, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningtyas, Rokhmah dan Nafikadini (2013) menunjukkan bahwa anak yang mengalami kekerasan seksual mengakibatkan anak merasa sudah ternodai, kotor, berdosa, dan malu kepada tetangga. Hal ini juga memengaruhi aktualisasi diri dan relasi interpersonal korban dengan lingkungan sosial cenderung kurang baik.

  Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kejahatan seksual anak di Kota Surabaya telah gencar dilakukan. Penggalakan Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak (GN Aksa) dengan memberikan pelatihan kepada para guru dan para kader Bina Keluarga Bahagia telah dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya

  4 tersampaikan secara merata kepada seluruh masyarakat.

  Orang tua sebagai pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak. Orang tua diharapkan memberikan pendidikan seks langsung kepada anak sebelum anak berinteraksi dengan lingkungannya. Namun, kurangnya pengetahuan orang tua serta kurangnya interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak menjadi faktor penyebab belum tersampaikannya pendidikan seks sejak usia dini di lingkungan keluarga (Safita, 2013). Oleh karena itu, peningkatkan pengetahuan orang tua diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kekerasan seksual yang dapat terjadi pada anak. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan orang tua, salah satunya melalui pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode yang mampu menstimulasi peran aktif peserta, salah satunya adalah metode buzz group (Nuristia, 2014) .

  Buzz group

  merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif et al. dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat (Salim , 2014).

  buzz group

  Selain itu, juga dinilai lebih efektif jika dibandingkan metode pendidikan kesehatan yang lain. Hasil penelian Nurista (2014) menunjukkan bahwa metode buzz group memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan perilaku masyarakat dibandingkan dengan metode ceramah. Selain itu, hasil penelitian Winancy, Raksanagara dan Fuadah (2015) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode buzz group dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat secara lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah atau brainstorming .

  5 Health Belief Model ditentukan oleh keyakinan pribadi dari persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mencegah terjadinya penyakit. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor interpersonal yang memengaruhi perilaku kesehatan.

  perceived seriousness,

  HBM dibangun oleh beberapa konstruksi, diataranya

  

perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers cues to action,

  ,

  

motivating factors, dan self-efficacy. Cues to action memengaruhi perilaku

  manusia melalui beberapa pemicu, diantaranya peristiwa, pendidikan kesehatan, atau hal-hal yang membuat orang merubah perilakunya (Hayden, 2014). Dalam kasus pencegahan kekerasan seksual anak, pendidikan kesehatan berupa

  buzz group

  pendidikan seks melalui metode diberikan kepada orang tua dengan harapan orang tua akan merasa adanya ancaman ( perceived threat ) kekerasan seksual yang dapat terjadinya kepada anak, sehingga orang tua akan melaksanakan perannya sebagai pendidik untuk dapat mencegah terjadinya kekerasan seksual anak. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sangat penting untuk memacu terjadinya perubahan perilaku sehingga dengan menggunakan konsep teori HBM dapat terwujud peran pendidik orang tua yang dapat menciptakan sikap kewaspadaan terhadap terjadinya kekerasan seksual pada anak.

1.2 Rumusan Masalah

  buzz group

  Bagaimana pengaruh pendidikan seks dengan metode terhadap peran pendidik orang tua dalam pencegahan kekerasan seksual anak berdasarkan

  Health Belief Model (HBM)

  pendekatan di Surabaya?

  6

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  buzz group

  Menjelaskan pengaruh pendidikan seks dengan metode terhadap peran pendidik orang tua dalam pencegahan kekerasan seksual anak berdasarkan

  Health Belief Model (HBM) pendekatan di Surabaya.

  1.3.2 Tujuan Khusus Menjelaskan peran pendidik orang tua dalam pencegahan kekerasan seksual 1.

  buzz group

  anak sebelum diberikan pendidikan seks dengan metode di Surabaya.

  Menjelaskan peran pendidik orang tua dalam pencegahan kekerasan seksual 2.

  buzz group

  anak setelah diberikan pendidikan seks dengan metode di Surabaya.

  buzz gorup

  Menjelaskan pengaruh pendidikan seks dengan metode terhadap 3. peran pendidik orang tua dalam pencegahan kekerasan anak di Surabaya.

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

  Hasil penelitian ini memberikan solusi alternatif untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak melalui pendidikan seks dengan metode buzz group terhadap orang tua

  7

1.4.2 Praktis

  Tenaga Pengajar Pos PAUD di Surabaya 1. Teknik dan materi dalam penelitian ini memberikan dasar bagi tenaga pengajar Pos PAUD untuk dapat memberikan pendidikan seks kepada orang tua murid dalam mencegah kekerasan seksual pada anak. Responden 2. Responden dalam penelitian ini mendapatkan pendidikan seks melalui

  buzz group metode untuk mencegah kekerasan seksual pada anak.

2.1 Anak Prasekolah

  8 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah

  Anak prasekolah adalah periode anak usia 3 sampai 5 tahun. Anak prasekolah dipersiapkan untuk mengalami perubahan gaya hidup menuju masa sekolah melalui kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman periode perpisahan yang pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan anak lain dan orang dewasa, penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental, dan meningkatnya rentang perhatian dan memori (Wong

  et al.

  , 2008).

  2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah 1.

  Perkembangan biologis Pertumbuhan fisik pada anak prasekolah cenderung melambat dan semakin stabil. Berat badan rata-rata pada anak usia 3 tahun adalah 14,6 kg, dan anak usia 4 tahun adalah 16,7 kg, dan pada usia 5 tahun adalah 18,7 kg. Pertambahan berat badan rata-rata per tahun sekitar 2,3 kg. Pertumbuhan tinggi badan juga terus berlangsung pada anak prasekolah. Tinggi badan rata-rata anak usia 3 tahun adalah 95 cm, pada usia 4 tahun adalah 103 cm, dan pada usia 5 tahun adalah 110 cm. Pertambahan tinggi badan rata-rata per tahun sekitar 6,75 sampai 7,5 cm (Wong et al. , 2008).

  9 dicapai oleh anak. Selain itu anak-anak memiliki kontrol otot dengan baik dan mau berpartisipasi dalam kegiatan bermain dengan penuh semangat. Anak menjadi semakin mahir dengan kemampuan yang dimiliki diperiode sebelumnya (Price dan Gwin, 2014). Pada perkembangan motorik kasar, anak mulai mengalami penghalusan koordinasi mata, tangan dan otot dalam beberapa area. Pada usia 3 tahun anak mampu mengendarai sepeda roda tiga, berjalan jinjit, berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik dengan seimbang, dan lompat jauh. Pada usia 4 tahun anak mampu melakukan loncatan dan lompatan dengan satu kaki dengan lancar serta menangkap bola dengan baik. Pada usia 5 tahun anak mampu melompat tali dengan kaki bergantian, mulai bermain papan luncur dan berenang. Perkembangan motorik halus anak prasekolah terwujud pada peningkatan manipulasi keterampilan anak, seperti menggambar dan berpakaian (Wong et al. , 2008). Perkembangan psikososial 2.

  Pada perkembangan psikosial, anak prasekolah mulai mempelajari kebenaran dari kesalahan dan kebaikan dari keburukan sebagai permulaan moralitas. Selain itu, anak berada dalam stadium belajar energik dimana anak bermain, bekerja, dan hidup sepenuhnya dan merasakan kepuasan dalam aktivitas mereka. Pada periode ini, perkembangan superego menjadi et al. tugas psikososial utama anak (Wong , 2008).

  Anak prasekolah mulai memiliki rasa inisiatif. Anak percaya bahwa belajar adalah hal yang menyenangkan, anak juga suka mencoba aktivitas dan pengalaman yang baru. Konflik timbul ketika inisiatif anak dikritik atau

  10 akan terbawa dikemudian hari dan memengaruhi kemampuan anak untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah (Price dan Gwin, 2014). Perkembangan kognitif 3.

  Salah satu karakteristik dari periode prasekolah adalah sifat egosentris. Egosentris adalah tipe berpikir dimana anak memiliki kesulitan untuk melihat sudut pandang selain yang mereka miliki (Price dan Gwin, 2014).

  Sifat egosentris juga berkontribusi dalam komunikasi anak, dimana anak berasumsi bahwa setiap orang berpikir seperti yang mereka pikirkan dan penjelasan singkat mengenai pikiran mereka membuat keseluruhan pikiran et al. mereka dipahami oleh orang lain (Wong , 2008).

  Pengetahuan dan pemahaman anak prasekolah masih terbatas dengan pengalaman mereka. Hal ini yang dapat menimbulkan kesalahpahaman pada anak. Salah satu kesalahpahaman yang terjadi pada anak prasekolah adalah animisme, yaitu sebuah kecenderungan mengatributkan kehidupan pada benda mati. Kesalahpahaman lain yang mungkin terjadi adalah artifisialisme, yaitu berpikiran bahwa dunia dan semua yang ada didalamnya diciptakan oleh manusia (Price dan Gwin, 2014).

4. Perkembangan moral

  Perkembangan moral pada anak prasekolah masih berada pada tingkat paling dasar. Pada usia 2 sampai 4 tahun, anak berada pada tahap orientasi hukuman dan kepatuhan dimana anak menilai baik atau buruknya tindakan bergantung pada hasil yang didapat berupa hukuman atau penghargaan. Pada usia 4 sampai 7 tahun, anak berada pada tahap orientasi instrumental naïf

  11 jarang ditujukan untk kebutuhan orang lain (Wong et al. , 2008).

  Perkembangan spiritual 5.

  Anak prasekolah mempelajari tentang keyakinan dan agama melalui orang lain yang bermakna dalam lingkungannya, seperti orang tua. Pada periode ini, pemahaman anak mengenai ritual agama masih terbatas. Namun, anak dapat mengerti kisah sederhana dari kitab suci dan menghapal doa-doa

  et al.

  singkat (Wong , 2008). Anak memiliki pemikiran yang konkret dimana memungkinkan anak untuk menerima Tuhan sebagai teman imajinernya (Price dan Gwin, 2014). Perkembangan citra Tubuh 6.

  Anak prasekolah mengenali bahwa setiap individu mempunyai penampilan yang diinginkan dan tidak diinginkan. Anak juga mengenali perbedaan warna kulit dan identitas rasial. Selain itu, anak mulai mengetahui makna kata “cantik” atau “buruk” dan menyadari bahwa penampilan mereka

  et al.

  dapat mencerminkan pendapat orang lain (Wong , 2008). Perkembangan seksualitas 7.

  Perkembangan seksualitas pada periode prasekolah berperan penting untuk identitas dan kepercayaan seksual individu secara menyeluruh. Pada periode ini, anak membentuk keintiman yang kuat dengan orang tua yang berlawanan jenis sambil mengidentifikasi orang tua yang berjenis kelamin sama. Eksplorasi seksual dapat ditemukan lebih menonjol pada periode ini, et al. terutama dalam eksplorasi dan manipulasi genital (Wong , 2008).

  12 8.

  Selama masa periode prasekolah, anak telah mengatasi ansietas terhadap orang asing dan ketakutan akan perpisahan. Anak mulai dapat berhubungan dengan orang yang tidak dikenal dengan mudah dan menoleransi perpisahan singkat dari orang tua dengan sedikit atau tanpa protes. Namun, anak masih memerlukan keamanan, bimbingan, dan persetujuan dari orang tua. Pada perpisahan lama, anak masih merasa kesulitan, namun mereka sudah dapat merespons dengan baik untuk persiapan antisipasi dan penjelasan konkret. Anak bisa mendapatkan keamanan dan kenyamanan dari benda-benda yang sudah dikenal, seperti mainan, boneka. Anak dapat mengatasi ketakutan, fantasi, dan ansietas yang tidak terselesaikan melalui permainan, terutama jika dipandu dengan objek permainan yang tepat. Pada anak prasekolah juga mulai dapat dipercaya untuk mematuhi peringatan bahaya, meskipun pada usia 3 atau 4 tahun et al. kadang-kadang masih melebihi batas (Wong , 2008).

2.2 Kekerasan Seksual Anak

2.2.1 Pengertian Kekerasan Seksual Anak

  Maharani et al. (2015) menyatakan bahwa kekerasan seksual adalah setiap perbuatan pemaksaan hubungan seksual melalui cara yang tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tertentu. Marcdante et al. , (2014) menyebutkan kekerasan seksual anak adalah keterlibatan anak dalam kegiatan seksual yang belum mereka pahami karena belum mencapai tahap perkembangannya, tidak dapat memberikan

  13 et al. kekerasan seksual adalah penggunaan rayuan atau pemaksaan pada anak untuk terlibat dalam kegiatan seksual secara eksplisit untuk menghasilkan setiap gambaran visual mengenai kegiatan tersebut, pemerkosaan, molestasi, prostitusi, atau inses dengan anak-anak. IDAI (2014) menyatakan bahwa kekerasan seksual adalah kegiatan seksual dengan melibatkan anak yang tidak sepenuhnya memahami dan tidak mampu memberi persetujuan.

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan seksual adalah setiap perilaku yang melibatkan anak dalam kegiatan seksual yang tidak sepenuhnya memahami dan tidak mampu memberikan persetujuan melalui penggunaan rayuan atau pemaksaan. Kegiatan seksual ini biasanya bertujuan untuk mendapatkan kepuasan bagi pelaku (IDAI, 2014).

2.2.2 Jenis Kekerasan Seksual Anak et al.

  Maharani , (2015) mengklasifikasi kekerasan seksual menjadi dua jenis, antara lain: Kontak fisik 1.

  Hal-hal yang termasuk dalam kontak fisik diantaranya pencabulan atau meraba-raba tubuh anak, memasukan alat vital ke dalam tubuh anak, meminta anak untuk memegang atau meraba-raba bagian tubuh pelaku, melakukan sodomi, hingga memerkosa.

  14 2.

  Hal-hal yang termasuk dalam kontak fisik diantarnya mempertontonkan kelamin kepada anak, mempertontonkan gambar atau video tidak senonoh kepada anak, mengambil foto/video anak dalam keadaan tidak senonoh, mengucapkan istilah yang mengandur unsur seks kepada anak, memperjualbelikan atau menyebarluaskan foto/video anak dalam keadaan tidak senonoh, memperjualbelikan foto/video yang mengandung unsur pornografi kepada anak. Wong et al. (2008) membagi kekerasan seksual menjadi beberapa tipe kesalahan perlakuan seksual, yaitu: Inses, yaitu setiap aktivitas seksual fisik yang dilakukan oleh anggota 1. keluarga, tanpa memperdulikan hubungan darah. Pelaku dapat meliputi orang tua angkat, saudara tiri, kakek-nenek, paman, dan tante.

  2. Molestasi, merupakan istilah yang mengandung makna “kebebasan yang tidak senonoh”, seperti menyentuh, mencium, memain-mainkan, masturbasi tunggal atau mutual, atau kontak oral-genital. Ekshibisionisme, yaitu mempertontonkan hal yang tidak senonoh, seperti 3. memperlihatkan genital kepada anak-anak. Pornografi anak, yaitu mengatur dan memotret kegiatan seksual yang 4. melibatkan anak-anak serta meliputi penyebaran media tersebut dalam segala bentuk dengan atau tanpa mengambil keuntungan.

  Prostitusi anak, yaitu tindakan seks yang melibatkan anak dengan tujuan 5. untuk mendapatkan keuntungan dan umumnya dengan berganti-ganti pasangan.

  15 6. yang merupakan pilihan orang dewasa terhadap anak prapuber sebagai cara dalam mencapai kepuasan seksual, meski tidak menunjukkan tipe aktivitas seksual. Pemerkosaan, yaitu segala bentuk pelecehan seksual yang melibatkan 7. korban yang tidak mampu memberikan persetujuan legal karena usia.

2.2.3 Faktor Risiko Kekerasan Seksual

  Beberapa hal yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kekerasan seksual terhadap anak terutama di tingkat keluarga diantaranya adalah rendahnya pengetahuan dan keterampilan pengasuhan, rendahnya tingkat pendidikan, penyalahgunaan alkohol dan narkotika, adanya kejahatan dalam rumah tangga, catatan kejahatan sebelumnya, penyakit kejiwaan, pengangguran dan kemiskinan, panjangnya jam kerja orang tua, stress, isoloasi sosial, kurangnya pengawasan kegiatan dalam rumah tangga, serta ketidakpedulian diantara anggota rumah et al. tangga (Maharani , 2015). IDAI (2016) menyebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual pada anak diantaranya adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap hak anak, pola asuh/pendidikan karakter di rumah, kemiskinan, rendahnya pengetahuan masyarakat, kurangnya sistem database tentang kekerasan seksual anak untuk menskrining potensi tindak kekerasan seksual, penyebaran perilaku jahat antar generasi, ketegangan sosial, penggunaan alkohol dan obat-obatan, isolasi sosial dan lemahnya penegakkan hukum.

  16

2.2.4 Tanda dan Gejala Anak Korban Kekerasan Seksual

  Anak yang menjadi korban kekerasan seksual dapat diwaspadai dengan adanya beberapa perubahan, yaitu meliputi sulit tidur, mimpi buruk, takut terhadap orang dewasa tertentu, rewel tidak jelas, kembali mengompol, tiba-tiba perilakunya berubah, terlihat tidak nyaman, bersikeras menghindari anggota keluarga tertentu, terlihat terus menyimpan rahasia, dan sakit di area intim (Maharani et al. , 2015). Menurut IDAI (2016), terdapat beberapa tanda dini anak yang mengalami kekerasan seksual yang perlu dicurigai oleh orang tua diantaranya anak tiba-tiba sering mengompol, menjadi suka menghisap jempol, menjadi sering melamun, cara jalan yang menjadi aneh, enggan membersihkan alat kelaminnya ketika mandi, enggan memakai celana dalam, dan ketakutan ketika melihat orang asing.