BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Community Nursing Center (CNC) berfungsi sebagai penghubung pada

  tingkat pertama antara anggota populasi yang rentan dan juga memberikan sistem pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat (Newman, 2005). CNC menetapkan pedoman untuk memberikan perawatan oleh organisasi yang menyediakan layanan untuk meningkatkan status kesehatan individu, keluarga dan masyarakat melalui akses langsung ke keperawatan (CHAP, 2014).

  Organisasi kesehatan dunia (WHO) membagi keperawatan kesehatan masyarakat menjadi tiga bidang praktek, Hemingway (2012):

  1. Family oriented care (perawatan berorientasi pada keluarga) kebutuhan Keperawatan fokus pada individu dan keluarga dilakukan dengan kesadaran dari penilaian yang seksama terhdap keadaan social dan ekonomi dan kondisi hidup secara keseluruhan keluarga.

  2. Public health action

  Kesehatan

  masyarakat membutuhkan berbagai pengetahuan sosial, politik, dan ekonomi serta pengetahuan dan keterampilan dalam kesehatan perlindungan dan promosi kesehatan. Ketrampilan ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kepemimpinan dan advokasi juga diperlukan untuk menjadi efektif dalam pengembangan masyarakat dan keterlibatan dalam bekerja.

  Tujuan dari penelitian di jurnal ini perlindungan kesehatan sebagai melindungi orang, mencegah bahaya dan mempersiapkan ancaman.

  Sedangkan promosi kesehatan didefinisikan sebgai proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka dan faktor-faktor penentunya dan dengan demikian meningkatkan kesehatan masyarakat.

  3. Policy Making WHO membuat kebijakan dengan jelas menayatakan bahwa perawat harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dan mengelola perubahan. Pemahaman tentang politik sebagai proses sosial dan kapasitas untuk berfikir diperlukan.

  Diplomatik, jaringan, dan keterampilan negosiasi untuk bekerja dengan kelompok yang beragam yang sangat penting.

  Ada tujuh elemen inti untuk perawat umum dalam model Reproduced

  with Permission from the Scottish Government. Sementara banyak

  perawat komunitas yang mengidentifikasi dengan menggunakan model itu. Mereka khawatir kalau mereka diharapkan bekerja dengan sekelompok pasien atau klien dengan berbagai pengalaman dan keahlian masyarakat dan membatasi kebutuhan penerimaan pasien baru yang tidak perludi rumah sakit. Sementara untuk menanggapi perubahan kebijakan yang sedang berlangsung maka konteks layanan

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA mereka didesain ulang dan menjebatani kesenjangan antara rumah sakit, masayarakat dan perawatan tersier.

  Meeting healtjh needs Working directly with

of communities people

Adopting public health Nurses working

  Supporting approaches to in the anticipatory care protecting the public community Multi disciplinary

  Supporting self-care Co-ordinating services team working

  Gambar. 2.3 Seven core elements (Scottish Executive 2006)

Reproduced with Permission from the Scottish Government).

Perubahan yang terjadi dimasyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, dan sistem dimasyarakat. Ada beberapa model berubah (Ervin, 2002), yaitu:

  1. Model berubah Kurt Lewin Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari: 1) Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan, dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk melakukan perubahan. 2) Change, yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok.

  3) Refreezing, meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil, melalui pemantauan dan evaluasi.

  2. Strategi berubah Chin & Benne

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Strategi berubah sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengkaji status individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah. Strategi untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan tahap proses berubah. Menurut model ini, untuk melakukan perubahan diperlukan strategi perubahan, yaitu:

  3. Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan dikomunitas perlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan yang diperoleh dengan adanya perubahan tersebut. Contoh: adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi dimasyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan bahaya merokok melalui media, seperti poster, leaflet, modul data kejadian kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korban akibat rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu. 1) Normative reedukatif, yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan norma yang ada dimasyarakat.

  2) Power coercive, yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik maupun sanksi ekonomi. Misalnya, sanksi terhadap perokok yang merokok di tempat umum berupa denda atau kurungan.

  4. First order and secon order change

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Menurut model ini, first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam sistem, sedangkan pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya.

  2.1.1 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan. Menurut WHO, terdapat tiga strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan sesungguhnya tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat pada umumnya,dimana pemberdayaan secara umum merupakan suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, mengatasi, memelihara, melindungi serta meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.

  Menurut Depkes RI, pemberdayaan masyarakat dirumuskan sebagai upaya fasilitas yang bersifat non-instruktif, dimana melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, mereka akan mampu mengidentifikasi, merencanakan, dan melakukan pemecahan masalah-masalah kesehatan setempat, fasilitas dari lintas sektor dan LSM. Selanjutnya bahwa tujuan yang akan dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, lebih berdaya dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

  Sasaran utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa suatu

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan dan menyadari bahwa suatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan (Depkes RI, 2006)

  Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberi bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development).

  2.1.2 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Khusus untuk bidang kesehatan tentu saja mengenai hal-hal yang terkait dengan peningkatan kesehatan. Adapun pendekatan yang ditempuh di lapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah,yakni :

  1. Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)

  2. Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui kegiatan pelatihan. Pada tahapan ini diharapkan setelah penyebaran informasi, para tokoh masyarakat itu setelah memiliki pengetahuan dan perilaku positif nantinya akan dapat dicontoh oleh masyarakat. Selain itu biasanya pada tahap ini akan terjalin dukungan sosial.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3. Pada tahap selanjutnya, petugas bersama-sama tokoh, masyarakat melakukan penyuluhan dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada.

  2.1.3 Arah Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Mengacu pada tujuan pembangunan jangka panjang bidang untuk kesehatan yaitu:

  1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

  2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.

  3. Peningkatan status gizi masyarakat.

  4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas), serta 5. Pengembangan keluarga berkualitas.

  Pelaksanaan dan pembinaan peberdayaan masyarakat bidang kesehatan, secara umum ditujukan pada meningkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Secara khusus ditujukan pada:

  1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.

  2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri.

  3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, dan

  4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2.1.4 Metode Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Dalam upaya mencapai tujuan pembedayaan masyarakat dibidang kesehatan diperlukan peran fasilitator, dimana fasilitator bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan kepada masyarakat penerimaan manfaat.

  Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya dibidang kesehatan. Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.

  Mengingat keberadaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang sangat beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut tidaklah paten dengan menggunakan suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pemberayaan masyarakat. Bahkan dalam banyak kasus penerapan metode dalam suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat harus menggunakan beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi. Untuk itu, seorang fasilitator harus mampu memilih metode yang paling tepat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan mengkonteksitualisasikan inovasi yang dimilki ke dalam budaya masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat yang dilaksankannya.

  Dalam pelaksanakan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus bisa memilih metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA setempat, dalam pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus memperhatikan beberapa prinsip beikut:

  1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk berpikir kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya.

  2. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat sehingga tidak banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul keadaan penerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukan beberapa contoh nyata tentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan dilingkungan pekerjaannya sendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya.

  3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan pemberdayaan akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya kepada mereka yang diakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh masyarakat.

  4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat karena suasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan masyarakat.

  5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu dan kualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakat.

  2.1.5 Kemitraan dalam Kesehatan Masyarakat Untuk merealisasikan visi & misi pembangunan kesehatan, tidak mungkin hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja. Masalah kesehatan, merupakan dampak dari semua sektor pembangunan. Pertimbangan lain masalah kesehatan

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA juga merupakan sesuatu yang kompleks yang dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu, masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan pihak swasta.

  Pemerintah/Kemenkes tetap sektor yang paling bertanggung jawab (leading sector), namun dalam implementasi program, kebijakan bersama sektor lain. Sektor kesehatan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor terkait.

  2.1.5.1 Pengertian Kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing. Kemitraan dibidang kesehatan adalah kemitraaan yang dikembangkan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

  2.1.5.2 Syarat Kemitraan 1) Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan 2) Saling mempercayai dan saling menghormati 3) Harus saling menyadari pentingnya arti kemitraan 4) Ada kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yang sama 5) Berpijak pada landasan yang sama 6) Kesediaan untuk berkorban

  2.1.5.3 Landasan Kemitraan (7 Saling) 1) Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing

  (structure) 2) Saling memahami kemampuan masing-masing anggota (capacity)

  3) Saling menghubungi (linkage) 4) Saling mendekati (proximity); kekeluargaan & pertemanan (freindship) 5) Saling terbuka dan bersedia membantu (openes) 6) Saling mendorong dan saling mendukung (synergy) 7) Saling menghargai (reward)

  2.1.5.4 Tujuan Kemitraan 1) Tujuan Umum

  Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya.

  2) Tujuan Khusus (1) Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi peran masing-masing dalam pembangunan kesehatan.

  (2) Meningkatkan komunikasi antar sektoral. (3) Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan

  (4)

  Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bersama tercapainya upaya kesehatan yang efisien dan efektif.

  2.1.5.5 Langkah-langkah Kemitraan 1) Penjajakan/persiapan; identifikasi mitra yang potensial untuk diajak bermitra dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi bersama.

  2) Penyamaan persepsi; pertemuan awal, agar masing-masing memahami kedudukan, tugas, peran dan fungsi.

  3) Pengaturan peran; peran berbeda, pengaturan peran dibicarakan bersama, ada kesepakatan tertulis secara jelas. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4) Komunikasi intensif; untuk menjalin dan mengetahui perkembangan program perlu komunikasi teratur dan terjadwal, apabila ada masalah penting dilakukan penanganan secara cepat dan tepat. 5) Melaksanakan kegiatan; kegiatan yang disepakati dilaksanakan sesuai rencana kerja.

  6) Pemantauan dan penilaian; evaluasi pelaksanaan upaya penanggulangan masalah kesehatan.

  2.1.5.6 Pilar Kemitraan Mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan 3 tahap yaitu; 1) Tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri.

  2) Tahap kedua adalah kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah.

  3) Tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi.

  2.1.5.7 Indikator Keberhasilan 1) Input

  (1) Banyaknya mitra yang terlibat (2) Sumber daya yang tersedia (3) Proses pertemuan-pertemuan / lokakarya (4) Kesepakatan bersama (5) Kontribusi mitra (6) Frekuensi pertemuan (7) Jumlah kegiatan

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA (8) Keberlangsungan

  2) Output (1) Terbentuknya jaringan kerja (2) Tersusun program dan pelaksanaan kegiatan bersama (3) Percepatan upaya (4) Efektifitas (5) Efisiensi

  3) Hasil (1) Membaiknya indikator derajat kesehatan (2) Peran tenaga kesehatan dalam kemitraan bidang kesehatan (3) Initiator; memprakarsai kemitraan (4) Motor atau dinamisator; sebagai penggerak kemitraan melalui pertemuan, kegiatan bersama, dan lain-lain (5) Anggota aktif; berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif (6) Peserta kreatif; memberi masukan, ide, pendapat.

  (7) Fasilitator; memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga kemitraan dapat berjalan lancer.

  (8) Pemasok input teknis; memberi masukan program kesehatan dukungan sumber daya; sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada

  2.1.5.8 Model Komunitas Sebagai Mitra/Klien (Community as Partner Model) Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane.

  Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Komunitas sebagai klien/partner berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.

  Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005).

  Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

  Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal berupa simbol-simbol berdasarkan perjanjian

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA manusia) verbal maupun non verbal yang disadari maupun tidak disadari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain. Komunikasi adalah proses dimana individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang- lambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Carl. I Hovland).

  Ekonomi adalah sains praktikal tentang sebuah pengeluaran dan pendapatan (Mill. J. S., 1928). Suatu bidang pengajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asa kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berdasakan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efesien.

  Lingkungan adalah Suatu konsep yang memiliki arti beragam pada setiap orang. Di dalam istilah kesehatan lingkungan, lingkungan bukan hanya mencakup alam saja namun juga dunia buatan manusia di rumah, sekolah tempat kerja dan lingkungan tetangga, kesehatan lingkungan bukan hanya pengaruh fisik dan kimia saja tetapi juga faktor sosial dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan kita.

  Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan pemulihan kesehatan.

  2.1.5.9 Konsep Model Community As Partner:

  Model Community As Partner Anderson & McFarlane (2000) merupakan

  pengembangan model Betty Newman, dengan fokus komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan sebagai pendekatan. Model ini menekankan partisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan dan mencegah masalah kesehatan.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Pengkajian pada model ini berdasarkan pada data inti masyarakat, dengan delapan subsistem lain, seperti lingkungan fisik, pendidikan, komunikasi, layanan kesehatan dan sosial, keamanan dan transportasi, ekonomi, rekreasi, serta politik dan pemerintahan. Setelah data dianalisis, ditegakkan diagnosis berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stresor. Fokus intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun, digunakan untuk menurunkan stressor dengan memperkuat garis pertahanan. Ketiga garis pertahanan tersebut akan dilalui oleh stresor manusia yang menyebabkan ketidakseimbangan.

  Reaksi manusia terhadap stresor digambarkan melalui tiga garis pertahanan (fleksibel, normal, resistan). Asuhan keperawatan yang bertujuan mempertahankan keseimbangan berupa intervensi promosi bertujuan mempertahankan keseimbangan berupa intervensi promosi (intervensi primer) dilakukan apabila terdapat gangguan pada garis pertahanan fleksibel guna meningkatkan kesehatan dan menyeimbangkan garis pertahanan normal.

  Intervensi yang bersifat prevensi (intervensi sekunder) berupa deteksi dini adanya gangguan pada garis pertahanan kesehatan normal. Sementara itu, intervensi kuratif rehabilitasi (intervensi tersier) dilakukan apabila terdapat gangguan pada garis pertahanan resistan.

  2.2.1 Pengertian nursing center

  Nursing center merupakan pengelolaan terpadu dalam pelayanan,

  pendidikan, dan penelitian keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA yang ada secara optimal. Dalam nursing center selalu diupayakan untuk memandang keperawatan sebagai satu kesatuan yang utuh, sehingga nursing

  center memiliki karakteristik tertentu (Suharyati, 2002).

  Konsep nursing center pertama kali dicetuskan dalam seminar nasional keperawatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati sewindu Program Studi ilmu Kedokteran Universitas Padjajaran (PSIK FK Unpad) tanggal 23 Maret tahun 2002. Dalam seminar nasional yang dilanjutkan dengan loka karya tersebut, konsep nursing center mendapatkan masukan dan kritik yang sangat positif dari peserta semiloka, yang digunakan untuk memperbaiki konsep yang telah ada.

  Pada tahun yang sama, Nursing center diuji cobakan penerapannya di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, dengan melibatkan dua institusi pendidikan keperawatan, yaitu PSIK FK Unpad dan Akademi Keperawatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dan berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.

  Tahun 2003, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat membentuk Tim Pengembangan Keperawatan Komunitas Propinsi Jawa Barat dan memberikan dukungan dana untuk pengembangan daerah uji coba baru maupun untuk penyusunan buku pedoman teknis dan pengelolaan nursing center dan Keperawatan Komunitas. Pengalaman penerapan nursing center juga telah disosialisasikan secara nasional pada Workshop Nasional Pemantapan Pengelolaan Keperawatan Dasar (Peskesmas) di Kabupaten/Kota dalam mendukung Desa Siaga, pada tanggal 25-27 Juli 2007 di Bogor, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Depkes RI.

  Penelitian yang dilakukan oleh Mundinger terhadap 1316 pasien diare pelayanan kesehatan menunjukkan tidak adanya berbedaan bermakna dalam hasil pelayanan pada pasien yang dilayani oleh Nurse Practisioner (Vivian De Back, 2000). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Mundinger menyarankan agar pendidikan keperawatan ditekankan pada upaya pencegahan penakit, promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan serta upaya mengkoordinasikan sumber- sumber yang ada dimasyarakat.

  2.2.2 Tujuan Nursing Center

  Nursing center memiliki tujuan khusus sebagai berikut :

  1. Teridentifikasinya kebutuhan klien dan mahasiswa atau peserta latihan baik aktual maupun potensial untuk itu perlu dipersiapkan instrumen pengkajian yang komprehensif, valid dan reliable yang juga dapat digunakan untuk penelitian.

  2. Tersusunnya rencana pelayanan dan pengalaman belajar lapangan yang terpadu, dalam hal ini kebutuhan belajar mahasiswa atau peserta latihan sesuai dengan kebutuhan pelayanan klien.

  3. Terselenggaranya pengalaman belajar lapangan dan pelayanan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama.

  4. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi pengalaman belajar dan pelayanan keperawatan.

  5. Tersusunnya rencana penelitian keperawatan dan pelaksanannya.

  6. Tersusunnya rencana pengembangan keperawatan berdasarkan kajian ilmiah. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Melihat tujuan yang hendak dicapai oleh nursing center seperti tersebut diatas, maka perlu ditetapkan criteria nursing center yang baik.

  Adapun kriteria nursing center yang baik adalah sebagai berikut :

  1. Memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan komunitas dan kebutuhan belajar mahasiswa atau peserta latihan secara terpadu.

  2. Memberikan arahan pengkajian

  3. Memberikan arah dalam analisa dan perencanaan

  4. Memberikan arahan implementasi

  5. Memfasilitasi evaluasi

  6. Merupakan garis besar kurikulum suatu pendidikan (dalam hal mi pendidikan keperawatan komunitas)

  7. Representasi kerangka kerja penelitian untuk pcngcmbangan teori maupun praktik.

  2.2.3 Karateristik Nursing Center Sesuai dengan batasan nursing center, maka yang menjadi ciri utama

  nursing center adalah:

  1. Keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi program penidikan, pelayanan, dan penelitian atau pengembangan keperawatan. Keterpaduan pengelolaan dalam pendidikan, pelayanan, dan penelitian keperawatan diperlukan untuk mencapai sinergitas dalam setiap langkah pengelolaan.

  2. Dengan keterpaduan pengelolaan maka akan terjadi pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara optimal. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran, keterbukaan dan kebersamaan dalam menghadapi

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA pelaksanaan tugas pelayanan, pendidikan, dan penelitian yang dipandang sebagai tanggung jawab bersama.

  3. Untuk dapat mengoptimalisasikan seluruh potensi yang ada tersebut, diperlukan persepsi seluruh personal yang terlibat terhadap keperawatan komunitas baik eksternal maupun internal keperawatan komunitas.

  4. Secara internal keperawatan, persamaan persepsi dapat diperoleh melalui membangun masyarakat ilmiah keperawatan komunitas, dimana seluruh anggota profesi bersatu padu dalam mengembangkan keperawatan komunitas baik dalam teori maupun praktik.

  5. Secara eksternal, persamaan persepsi juga mutlak diperlukan dari seluruh stake holder yang terkait dengan semua upaya kesehatan masyarakat melalui kolaborasi dengan berbagai sektor (Suharyati, 2007).

  2.2.4 Nursing Center sebagai Model Keperawatan Komunitas Model adalah suatu ide atau gagasan yang dijelaskan dengan menggunakan simbol dan visualisasi fisik. Model konseptual keperawatan merupakan rancangan terstruktur yang terdiri dari berbagai konsep yang memilki hubungan spesifik dan dapat digunakan sebagai landasan dalam praktik keperawatan.

  Nursing center sebagai model keperawatan komunitas beranjak dari

  berbagai asumsi dasar yang berkaitan dengan pelayanan, pedidikan, dan penelitian-penelitian pengembangan keperawatan komunitas.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.2 Model Nursing Center (Suhariyati, 2007)

  2.2.5 Asumsi Dasar Nursing Center Kualitas pelayanan keperawatan komunitas menjadi tanggung jawab seluruh anggota profesi keperawatan. Untuk dapat memikul tanggung jawab profesi, maka anggota keperawatan komunitas dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai, yang hanya dapat ditumbuh kembangkan melalui proses pendidikan yang memungkinkan pengembangan potensi maksimal bagi calon perawat dan pembinaan selama kehidupan karirnya sebagai perawatan. Pelayanan dan pendidikan keperawatan komunitas merupakan satu kesatuan utuh yang harus dikembangkan secara logis dan sistematis serta berkesinambungan melalui penelitian ilmiah.

  Berdasarkan ketiga asumsi dasar tersebut diatas, disusunlah model pelayanan keperawatan komunitas yang menggambarkan hubungan antara konsep keperawatan komunitas sebagai sistem, caring, serta penelitian pendidikan, organisasi profesi dan pelayanan keperawatan komunitas dalam seluruh proses pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

  2.2.6 Konsep yang Digunakan untuk Menyusun Model Nursing Center Model Nursing Center, disusun berdasarkan delapan konsep utama, yaitu konsep pelayanan keperawatan sebagai sistem, konsep pendidikan orang dewasa , konsep organisasi profesi, konsep caring, dan konsep penelitian keperawatan serta masyarakat. keenam konsep utama dihubungkan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk model nursing center.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2.2.7 Tahapan Pengembangan Nursing Center

  1. Tahap Initial/Persiapan Dalam tahap initial atau tahap persiapan dilakukan sosialisasi tentang konsep nursing center kesemua pihak terkait untuk memperoleh komitmen dan dukungan.

  2. Tahap Begining/Awal Tahap awal mulai diidentifikasi dan dipersiapkan berbagai faktor pendukung pelaksanaan nursing center baik perangkat keras maupun perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan.

  3. Tahap Working/Kerja

  Nursing center pada tahap ini sudah dapat dimulai sesuai kesiapan

  sumber dan kebutuhan yang ada. Pada tahun pertama biasanya kegiatan difokuskan pada pelayanan dan pendidikan. Sedangkan kegiatan penelitian baru dapat dimulai setelah kegiatan pelayanan dan pendidikan berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data dasar dari hasil pendataan atau survei mawas diri yang dilakukan oleh masyarakat didampingi oleh staf puskesmas, mahasiswa atau peserta pelatihan dan dosen.

  4. Tahap Terminal Tahap terminal dilakukan evaluasi dan perbaikan atau modifikasi sesuai hasil tahap kerja yang telah dilakukan. Evaluasi dan modifikasi dilakukan baik terhadap perencanaan maupun proses pelaksanaan dan hasil yang

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA didapat. Pada tahap ini perlu dilakukan kerjasama lintas sektor seperti pendidikan, dinas kesehatan, puskesmas, pemda, dan sektor terkait.

  5. Tahap Adopsi

  Nursing center yang telah berlangsung beberapa waktu dan telah

  dievaluasi serta dianggap bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, biasanya akan dikembangkan di daerah lain. pada tahap ini nursing

  center yang lama dapat melakukan fungsi pendamping dan bimbingan bagi nursing center yang baru memasuki tahap persiapan dan awal.

  2.2.8 Pelayanan Keperawatan Komunitas sebagai Suatu Sistem Sebagai suatu system, keperawatan komunitas memiliki supra sistem dan sub sistem. Supra sistem keperawatan komunitas adalah keperawatan dan kesehatan serta pembangunan nasional. Sedangkan sub sistem keperawatan komunitas adalah pendidikan, pelayanan, penelitian, serta organisasi profesi dan

  

caring serta masyarakat seluruh komponen sub sistem keperawtan komunitas

  saling pengaruh mempengaruhi. Untuk lebih jelasnya keenam sub sistem keperawatan komunitas akan dibahas lebih rinci.

  Keperawatan komunitas, merupakan sintesa ilmu keperawatan dengan kesehatan masyarakat yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit di kelompok masyarakat. Peningkatan kesehatan dilakukan dengan berbagai tingkatan upaya yang terdiri dari tingkat promosi, prevensi, restorasi (untuk pelayanan kesehatan dasar dan referal) serta rehabilitasi. Sedangkan pencegahan penyakit meliputi tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tertier.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Pencegahan primer merupakan perlindungan khusus untuk meningkatkan kesehatan dan penyakit, misalnya makan makanan sehat dan imunisasi serta olahraga. Pencegahan sekunder adalah identifikasi dini dan treatement terhadap masalah kesehatan yang timbul, misalnya skrining masalah kesehatan yang terjadi di suatu kelompok masyarakat dan upaya penanggulangannya. Pencegahan tertier merupakan pengembalian fungsi optimal klien setelah mengalami sakit, misalnya setelah tirah baring yang cukup lama, klien dilatih untuk duduk, berdiri, dan berjalan secara bertahap.

  Dalam melakukan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit tersebut, perawat komunitas mempunyai berbagai peran, yaitu peran yang berorientasi pada individu dan pada kelompok. Sasaran kegiatan merupakan konsep yang jelas tentang siapa atau apa yang dilakukan untuk rnencapai tujuan.

  Untuk dapat mencapai tujuan nursing center, maka yang menjadi sasaran utama adalah peserta didik/pelatihan keperawatan dan klien (individu, keluarga, kelompok khusus maupun masyarakat umum) dan semua umur. Sedangkan yang dilakukan nursing center adalah kegiatan pelayanan, pendidikan dan atau pelatihan dan penelitian pengembangan keperawatan.

  Perubahan paradigma ini menempatkan perawat pada posisi kunci dalam peran dan fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain yang dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996). Perubahan peradigma pelayanan

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kesehatan dari kuratif kearah promotif dan preventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Pender dengan menghasilkan karya tentang Health Promotion

  Model atau model promosi kesehatan.

  Health Promotion Model atau Model Promosi Kesehatan pertama kali dikembangkan oleh Nola J. Pender pada tahun 1987 dan direvisi pada tahun 2006.

  Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu hal yang logis dan ekonomis.

  Model ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan mengubah perilaku mereka saat ini kecuali mereka pertama termotivasi atau cenderung untuk mengambil tindakan (misalnya untuk bergerak menuju terlibat dalam perilaku yang berkelanjutan). Kedua, individu termotivasi harus diaktifkan untuk melakukan tindakan. Ketiga, orang yang mengambil tindakan harus dihargai atau diperkuat. Perilaku yang tidak dihargai tidak akan bertahan (Savelson, 2005)

  2.3.1 Komponen Teori Model Promosi Kesehatan Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut:

  1. Teori Nilai Harapan (Expectancy value Theory) Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya yang akan tetap digunakan dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu: 1) Hasil tindakan bersifat positif 2) Pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang di inginkan

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan perilaku yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada: 1) Pengarahan diri (self direction) 2) Pengaturan diri (self regulation) 3) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy) Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar yaitu: 1) Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai petunjuk untuk tindakan yang akan datang.

  2) Pikiran kedepan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul dan merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu 3) Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan untuk generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu me1akukan trial and error

  4) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan ekstemal untuk menciptakan motivasi dalam bertindak

  5) Refleksi diri, berfikir tentang proses pikir seseorang dan secara aktif memodifikasinya Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan refleksi diri. Kepercayaan diri terdiri dari:

  1) Pengenalan diri (self atribut) 2) Evaluasi diri (self evaluation)

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3) Kemajuan diri (self efficacy)

  Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang berkembang melalui pengalaman, belajar dari pengalaman yang lain, persuasi verbal dan respons badaniah terhadap situasi tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari kemampuan (capability) yang berlebihan yang membentuk kompetensi dan kepercayaan diri. Kemajuan adalah konstruksi sentral dari HPM.

  2.3.2 Asumsi dari Model Promosi Kesehatan

  1. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar mereka tetap hidup dan dapat mengekspresikan keunikannya

  2. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya, termasuk penilaian terhadap kemampuannya

  3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba mencapai keseirnbangan perubahan diri yang stabil.

  4. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.

  5. Individu dalam biopsikososial yang kompleks berinteraksi dengan lingkungannya secara terus menerus

  6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.

  7. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah penting untuk perubahan perilaku

  2.3.3 Proposisi Model Pomosi Kesehatan

  1. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.

  3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan tindakan, suatu mediator perilaku seperti perilaku nyata.

  4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan.

  5. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah hasil positif.

  6. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak

  7. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada.

  8. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.

  9. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau mengurangi keinginan berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan.

  10. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.

  11. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang diharapkan apabila seseorang mempunyai kontrol yang rendah dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  12. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik yang mendorong rnelakukan tindakan kesehatan

Gambar 2.1 Health promotion Model in nursing practice (Pender, 2006)

  2.3.4 Penjelasan Health Promotion Model Pender

  1. Karakteristik dan pengalaman individu Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik dan pengalaman yang dapat mempengaruhi tindakanya. Karakteristik individu atau aspek pengalaman dahulu lebih fleksibel sebagai variabel karena lebih relevan pada perilaku kesehatan utama atau sasaran populasi utama.

  Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu: Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA otomatis. Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self

  efficacy, manfaat, hambatan dan pengaruh aktivitas yang muncul dari

  perilaku tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu ataupun setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut dikemudian waktu.

  Perawat dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut dan meningkatkan kadar efficacy dan pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang positif.

  1) Faktor Personal Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya. Faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara alami oleh target perilaku

  2) Faktor Biologis Personal Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas, status menopause, kapasitas erobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan. 3) Faktor Psikologis Personal

  Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri, motivasi, kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat 4) Faktor social kultural ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5) Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi

  2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific

  Cognitionsand Affect)

  1) Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions) Manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak langsung mendetermin rencana kegiatan untuk mencapai manfaat sebagai hasil. Manfaat tadi menjadi gambaran mental positif atau reinforcement positif bagi perilaku.

  Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan.

  Antisipasi manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi perilaku positif. Berdasarkan teori expecting value atau teori nilai ekspentasi motivasi penting untuk mewujudkan hasil seseorang dari pengalaman dahulu melalui pelajaran observasi dari orang lain dalam perilaku. Individu cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam beraktifitas untuk mendapat hasil yang positif.

  Keuntungan dari penampilan perilaku bisa intristik atau ekstrinstik. Intristik bertambah kesadaran, berkurang rasa kelelahan ekstrinsik reward keuangan atau interaksi positif. Manfaat ekstrinsik perilaku kesehatan menjadi motivasi yang tinggi dimana manfaat instrinsik lebih memotivasi untuk berlangsungnya perilaku sehat. Manfaat penting yang paling diharapkan dan secara tempo berhubungan dengan potensi. Kepercayaan tentang manfaat atau hasil positif dari harapan. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2) Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers to

  Actions)