HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Berat Di Rsud Dr. Moewardi.

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN
KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL
GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN
DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Disusun Oleh:
AMILIA YUNI DAMAYANTI
NIM : J 310 080 031

PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI

ABSTRAK

AMILIA YUNI DAMAYANTI. J 310 080 031
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM
DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN
HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Pendahuluan. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung selama beberapa tahun) dan
bersifat irreversible. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat morbiditas dan
mortalitas penderita GGK dengan hemodialisis adalah uremia atau peningkatan
kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang memiliki hubungan dengan asupan
makanan terutama makanan sumber protein, baik protein nabati maupun hewani.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan protein
nabati dan hewani dengan kadar ureum dan kreatinin pada penderita gagal ginjal
kronik dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Metode Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan subyek
menggunakan consecutive sampling dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 22
subyek. Asupan protein nabati dan hewani diperoleh dengan menggunakan metode
recall 3 x 24 jam, sedangkan kadar ureum dan kreatinin diperoleh dengan metode

spektrofotometrik. Uji korelasi yang digunakan adalah uji pearson product moment.
Hasil. Asupan protein nabati yang adekuat pada penderita GGK dengan
hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten hanya 4,5% dan
protein hewani 27,3%. Asupan protein nabati yang tidak adekuat sebesar 95,5% dan
protein hewani sebesar 72,7%. Sebagian besar pasien memiliki kadar ureum normal
(63,6 %) dan kadar kreatinin tinggi (86,4 %).
Kesimpulan. Tidak ada hubungan asupan protein nabati dan hewani dengan kadar
ureum dan kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat
jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Kata Kunci : Gagal Ginjal Kronik, Asupan Protein Nabati, Asupan Protein Hewani,
Ureum, Kreatinin.
Kepustakaan : 31 : 1997-2010

DEPARTMENT OF NUTRITION
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
THESIS
ABSTRACT


AMILIA YUNI DAMAYANTI. J 310 080 031
CORRELATION BETWEEN PLANT AND ANIMAL PROTEIN INTAKE TO UREUM
AND CREATININ LEVEL IN CHRONIC RENAL FAILURE (CRF) OUTPATIENTS ON
HEMODIALYSIS AT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO HOSPITAL OF KLATEN.
Background. CRF is a further stage of renal failure which occures slowly,
progressive and irreversible. One of factors which effects the morbidity and mortality
of CRF patients is uremic syndrome, a condition where the level of ureum and
creatinin increase. Which correlates to food intake, especially sources of protein,
both plant and animal protein.
Objective. The aim of the research was to investigase the correlation between plant
and animal protein intake to ureum and creatinin level in CRF outpatients on
hemodialysis at Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital of Klaten.
Research Method. The research was an analytical observasional study with crosssectional approach. Participants of the research were 22 subyects who were
obtained by consecutive sampling. Data of plant and animal protein intake were
obtained by 3 times of 24-hour recall method, while ureum and creatinin level were
obtained by spectrophotometric method. Pearson product moment was used to
analize the correlations of those variables.
Result. The number of outpatients who had adequate plant protein intake was 4,5 %
of total participants. Meanwhile, the one who had adequate animal protein intake
27,3 %. Most of participants had normal ureum level but high creatinin level, which

were 63,6 % and 86,4 % respectively from total participants.
Conclusion. There was not any correlation between plant and animal protein intake
to ureum and creatinin level in CRF outpatients on hemodialysis at Dr. Soeradji
Tirtonegoro Hospital of Klaten.

Keywords

: Chronic Renal Failure, Plant Protein, Animal Protein,
Ureum, Creatinin.

Bibliography

: 31 : 1997-2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat (biasanya berlangsung selama beberapa tahun). Perjalanan

penyakit ginjal stadium akhir hingga tahap terminal dapat bervariasi dari 2-3
bulan hingga 30-40 tahun (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit ginjal kronik saat ini merupakan masalah kesehatan yang
penting mengingat insidennya yang meningkat. Di Indonesia, diperkirakan
jumlahnya 100 penderita per satu juta penduduk dalam setahun (Pernefri, 2003).
Hingga tahun 2015 diperkirakan sebanyak 36 juta orang warga meninggal akibat
gagal ginjal. Penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang diderita oleh
1 dari 10 orang dewasa. Menurut Pernefri 2010 diperkirakan ada 70 ribu
penderita gagal ginjal di Indonesia. Namun yang terdeteksi menderita gagal
ginjal kronik tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (hemodialisis)
hanya sekitar 4000 sampai dengan 5000 saja ini dari jumlah penderita ginjal
yang mencapai 4500 orang. Hasil rekam medik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten menunjukkan bahwa perbandingan jumlah pasien gagal ginjal kronik
dengan hemodialisis antara tahun 2010 dan 2011 terdapat peningkatan jumlah
pasien yang cukup signifikan, yaitu sebesar 25 % (Rekam Medik, 2010/2011).

Etiologi gagal ginjal kronik diantaranya adalah penyakit Diabetes Mellitus,
iritasi kulit eritrematosis, tekanan darah tinggi, penyakit glumerulus disebut juga
glumerulenophritis, penyakit tersumbatnya fungsi ginjal disebut juga dengan batu
ginjal, dan kebiasaan buruk penggunaan obat jalan (Budiyanto, 2002). Kemudian

secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif
yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum (Sudoyo dkk,
2006).
Tahapan gagal ginjal kronik dapat dibagi menurut beberapa cara, antara
lain dengan memperhatikan faal ginjal yang masih tersisa. Bila faal ginjal yang
masih tersisa sudah minimal dan usaha-usaha pengobatan konservatif berupa
diet, pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain tidak memberi pertolongan
yang diharapkan lagi, keadaan tersebut diberi nama gagal ginjal terminal (GGT).
Pada stadium ini terdapat akumulasi toksin uremia (ureum dan kreatinin) dalam
darah yang dapat membahayakan kelangsungan hidup pasien (Sudoyo dkk,
2006).
Sindrom GGK merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka
kejadian yang masih tinggi, etiologi luas dan komplek, sering tanpa keluhan
maupun gejala klinik kecuali sudah terjun ke stadium terminal (gagal ginjal
terminal) (Sudoyo dkk, 2006). Menurut Budiyanto (2002) kegagalan ginjal
dikarenakan kerusakan ginjal ditandai dengan gejala adanya protein dalam urin
(proteinuria atau albuminuria), darah dalam urin (hematuria) dan kenaikan tingkat
ureum atau kreatinin (sisa produksi metabolisme protein) dalam darah.

Ureum dan kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme protein yang

dikeluarkan oleh ginjal. Pada pasien GGK terjadi sindrom uremik dimana terjadi
penumpukan ureum dan kreatinin dalam darah, sehingga diperlukan terapi
hemodialisis untuk mengeluarkan racun tersebut. Asupan protein baik protein
nabati yang mengandung asam-asam amino essensial yang kurang lengkap dan
protein hewani dengan nilai biologi tinggi yang mengandung asam-asam amino
essensial lengkap dapat memberi pengaruh yang berbeda pada kadar ureum
dan kreatinin karena memiliki kandungan asam amino dan nilai biologi yang
berbeda pula (Mahan, 2004).
Prosedur hemodialisis menyebabkan kehilangan zat gizi, seperti protein,
sehingga asupan harian protein seharusnya juga ditingkatkan sebagai
kompensasi kehilangan protein, yaitu 1,2 mg/kg BB ideal/hari. Lima puluh persen
protein hendaknya bernilai biologi tinggi (Almatsier, 2006: Kresnawan, 2005).
Terapi hemodialisis pada penderita gagal ginjal kronik merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh akan terjadi
penumpukan zat-zat berbahaya dari tubuh hasil metabolisme dalam darah
(Budiyanto, 2002). Selain asupan makan, BUN, kreatinin, berat badan, dan
albumin harus dimonitor. Berdasarkan hasil penelitian William et.al (2004):Araujo
et.al (2006) diketahui bahwa terdapat hubungan antara asupan protein dengan
kreatinin pasien HD. Sedangkan menurut Azizah Nugraheni (2007) menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara proporsi protein terhadap ureum dan kreatinin

darah pada pasien PGK yang menjalani HD.

Ditinjau dari berbagai latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui
hubungan antara asupan protein nabati dan hewani dengan kadar ureum dan
kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ apakah ada hubungan antara asupan protein nabati dan
hewani dengan kadar ureum dan kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik
dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara asupan protein nabati dan hewani dengan
kadar ureum dan kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik dengan
hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Menghitung jumlah asupan protein nabati penderita gagal ginjal kronik

dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten.

b. Menghitung jumlah asupan protein hewani penderita gagal ginjal kronik
dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten.
c. Menganalisis kadar ureum penderita gagal ginjal kronik dengan
hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
d. Menganalisis kadar kreatinin penderita gagal ginjal kronik dengan
hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
e. Menganalisis hubungan antara asupan protein nabati dengan kadar
ureum pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat
jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
f.

Menganalisis hubungan antara asupan protein nabati dengan kadar
kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat
jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

g. Menganalisis hubungan antara asupan protein hewani dengan kadar

ureum pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat
jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
h. Menganalisis hubungan antara asupan protein hewani dengan kadar
kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat
jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

D. Manfaat
1. Bagi penderita Gagal Ginjal Kronik
Diharapkan dapat memberikan informasi tentang diet yang sesuai
bagi penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan.
2. Bagi instansi Gizi terkait
Diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan
dalam pemberian konseling penderita gagal ginjal kronik rawat jalan terutama
jenis protein yang harus diberikan.
3. Bagi peneliti
Diharapkan peneliti dapat lebih memperdalam ilmu pengetahuannya di
bidang gizi.

E. Kerangka Teori


Faktor prerenal

Faktor renal

Faktor postrenal

Peningkatan
kadar ureum

Dialisis

Penyakit
sistemik
GGK
Asupan protein
nabati

Peningkatan
kadar kreatinin

Transplantasi
ginjal

Asupan protein
hewani

Lama HD

Obat-obatan

Shock

Kanker

Gagal
jantung

Gambar 1: Kerangka teori
Sumber: Sutedjo, 2009 dan Sudoyo dkk, 2006.

AMI

F. Kerangka Konsep

Kadar ureum
Jumlah asupan zat
gizi:
-

Protein nabati
Protein hewani
Kadar kreatinin

Gambar 2: Kerangka konsep

G. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan antara asupan protein nabati dengan kadar ureum penderita
gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
b. Ada hubungan antara asupan protein nabati dengan kadar kreatinin
penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten.
c. Ada hubungan antara asupan protein hewani dengan kadar ureum penderita
gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
d. Ada hubungan antara asupan protein hewani dengan kadar kreatinin
penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten.