GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM 2014.

ISSN: 2089-9084

ISM, VOL. 8 NO.1, JANUARI-MARET, HAL

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP
KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014
A.A. Indah Permatasari
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
aaindahpermatasari@gmail.com
ABSTRAK
Gizi kurang masih merupakan masalah di Indonesia. Prevalensi gizi kurang pada balita di
Indonesia adalah 13,0%. Desa Tangkup mengalami peningkatan drastis terhadap angka prevalensi gizi
kurang dari sepuluh desa yang ada di Sidemen. Hasil kunjungan lapangan pemegang program gizi
Puskesmas Sidemen terhadap kasus-kasus gizi kurang maupun gizi buruk yang ada di wilayah
Kecamatan Sidemen, pemberian ASI non ekslusif merupakan faktor yang paling sering dijumpai.
Penelitian menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif cross-sectional. Sampel penelitian adalah
ibu yang memiliki balita di Desa Tangkup. Jumlah sampel 70 orang dipilih menggunakan metode
simple random sampling.
Distribusi status gizi balita menunjukkan sebagian besar balita memiliki status gizi baik (82,9%),
sedangkan 17,1% memiliki status gizi kurang. Responden dengan praktik pemberian ASI yang baik,
85% memiliki balita dengan status gizi baik, sedangkan responden dengan praktik pemberian ASI

tidak baik, 20% memiliki balita dengan status gizi kurang. Simpulan penelitian ini adalah balita
dengan gizi kurang cenderung lebih banyak terjadi pada ibu yang menerapkan praktik pemberian ASI
yang tidak baik pada balita.
Kata kunci: status gizi balita, praktik pemberian ASI
BREASTFEEDING PRACTICE AND NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN
TANGKUP VILLAGE SIDEMEN DSTRICT KARANGASEM REGENCY BALI 2014
ABSTRACT
Undernutrition is still a problem in Indonesia. The prevalence of malnutrition children under
five in Indonesia is 13.0%. Tangkup village has increased dramatically against the prevalence of
malnutrition than ten villages in Sidemen. The results of field visits holder nutrition program PHC
Sidemen on cases of undernutrition and malnutrition in the District of Sidemen, parenting is the most
common factor. The study design was cross – sectional quantitative descriptive. Samples are mothers
who have children in the Tangkup village. The number of samples of 70 peoples elected using simple
random sampling method. Distribution of nutritional status shows most children have a better
nutritional status (82.9 %), while 17.1 % have less nutritional status. Respondents with good a good
breastfeeding practices, 85 % have children with good nutritional status, while respondents with not
good breastfeeding practices, 20 % have children with undernutrition. The conclusions of this
research are children with under nutrition are more likely in women who did not apply good
breastfeeding practices to their children.
Keywords: nutritional status of children under five years old, breastfeeding

PENDAHULUAN
Kualitas sumber daya manusia merupakan
paduan yang serasi dan seimbang antara fisik,
mental (rohani) dan sosial. Salah satu penentu

kualitas manusia adalah terpenuhinya kebutuhan
gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan.1
Masalah gizi di Indonesia masih didominasi
oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), anemia
zat besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
1
http://isainsmedis.id/ojs/

ISSN: 2089-9084

ISM, VOL. 8 NO.1, JANUARI-MARET, HAL

(GAKY), dan Kurang Vitamin A (KVA).2 Kurang gizi
banyak dialami pada anak balita, wanita hamil dan
menyusui di Indonesia. Tiga golongan ini disebut

golongan rawan gizi. Anak balita termasuk
golongan masyarakat yang paling mudah
menderita kelainan gizi, karena pada usia ini anak
sedang dalam proses berkembang yang sangat
pesat sehingga membutuhkan zat-zat gizi yang
cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Keadaan
yang demikian menyebabkan kondisi zat gizi anak
sering tidak mencukupi baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya.3
Prevalensi gizi buruk pada balita di Indonesia
adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah
13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target
rencana pembangunan jangka menengah untuk
pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun
target Millenium Development Goals pada tahun
2015 (18,5%) telah tercapai pada tahun 2007.
Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi
buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional.4
Gizi kurang bertanggung jawab atas angka
kematian tertinggi pada anak-anak dan memiliki

efek fisiologis jangka panjang. Kekurangan gizi
pada anak-anak telah dikaitkan dengan gangguan
perkembangan mental dan prestasi sekolah serta
kelainan perilaku.2
Masalah gizi secara garis besar disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor
tidak
langsung.
Faktor
langsung
yang
mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan
(energi dan protein) dan penyakit penyerta.
Sedangkan faktor tidak langsung adalah tingkat
pengetahuan,
tingkat
pendidikan,
tingkat
pendapatan,
pola

asuh,
sosial
budaya,
ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan
faktor lingkungan.5
Prevalensi status gizi balita di Bali menurut
berat badan dibanding usia untuk gizi buruk
mencapai 1,7%, gizi kurang mencapai 9,2%.6 Data
dari pemantauan status gizi balita program gizi
pada bulan Februari 2013 diketahui di wilayah
kerja PuskesmasSidemen dari jumlah balita 2664
yang ditimbang terdapat 38(1,4%) balita
mengalami gizi kurang, dan 9 (0,3%) balita
mengalami gizi buruk. Pada pemantauan yang
dilakukan pada bulan Maret 2014 terjadi
peningkatan prevalensi balita yang mengalami gizi
kurang menjadi 62 (2,7%) balita dari 2238 balita
yang ditimbang dan 8 (0,3%) yang mengalami gizi

buruk. Peningkatan yang terjadi sebanyak dua kali

lipat pada prevalensi gizi kurang di Kecamatan
Sidemen. Desa Tangkup mengalami peningkatan
drastis terhadap angka prevalensi gizi kurang dari
sepuluh desa yang ada di Sidemen. Pada bulan
Februari 2013 dari 268 balita yang ditimbang, 3
(1,1%) diantaranya menderita gizi kurang. Pada
bulan Maret 2014 dari 217 balita yang ditimbang,
15 (6,9%) diantaranya mengalami gizi kurang,
terjadi peningkatan sebanyak 6 kali lipat.
Pemantauan terakhir yang dilakukan pada bulan
September 2014, didapatkan jumlah balita dengan
gizi kurang sebanyak 23 balita (10,3%) dari 223
balita yang ditimbang, meningkat 1,5% dibanding
bulan Maret 2014. Peningkatan drastis prevalensi
gizi kurang di Desa Tangkup perlu mendapatkan
perhatian serius agar dapat dilakukan intervensi
awal sehingga mampu mencegah balita-balita yang
mengalami gizi kurang ini agar tidak jatuh ke gizi
buruk karena akan memerlukan penanganan yang
lebih sulit dan memberikankomorbiditas yang lebih

tinggi.7
Kunjungan lapangan yang dilakukan oleh
pemegang program gizi PuskesmasSidemen
terhadap balita –balita dengan gizi kurang di Desa
Tangkup diketahui pemberian ASI non eksklusif
yang merupakan faktor yang paling banyak
dijumpai. Berdasarkan data profil Puskesmas
Sidemen desa Tangkup merupakan daerah terjauh
dari PuskesmasSidemen, dari data profil
PuskesmasSidemen diketahui Desa Tangkup
berjarak 12 km dari PuskesmasSidemen dengan
waktu tempuh sekitar 45 menit. Hal ini
menyebabkan pihak Puskesmas sulit untuk
menjangkau Desa Tangkup sehingga masyarakat
kurang mendapatkan pengetahuan dan pendidikan
mengenai informasi pemberian ASI dan tidak
mampu menerapkan pemberian ASI ekslusif baik
kepada balita.8
Sebagian besar ibu di Desa Tangkup bekerja
sebagai penenun kain, apabila hal ini juga dialami

oleh ibu balita akan menyebabkan kurangnya
waktu yang tersedia untuk memberikan
pengasuhan dan kurangnya waktu untuk
mengakses informasi mengenai cara pemberian
ASI yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran praktik pemberian ASI terhadap status
gizi balita Desa Tangkup Kecamatan Sidemen,
Kabupaten Karangasem.
2
http://isainsmedis.id/ojs/

ISSN: 2089-9084

ISM, VOL. 8 NO.1, JANUARI-MARET, HAL

METODE
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah
status gizi balita disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor

langsung yakni asupan makanan (energi dan
protein) dan penyakit penyerta. Sedangkan faktor
tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial
budaya,
ketersediaan
pangan,
pelayanan
kesehatan dan faktor lingkungan.9
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif cross-sectionalstudy untuk mengetahui
gambaran pola asuh terhadap status gizi balita di
Desa Tangkup, KecamatanSidemen ,Kabupaten
Karangasem.
Penelitian dilakukan di Desa Tangkup,
Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem pada
bulan Oktober 2014.Variabel terikat penelitian ini
adalah status gizi balita. Status gizi balita didapat
dengan membandingkan berat badan balita
berdasarkan umur dengan standar rujukan

WHO/NCHS. Balitadikatakan memiliki status gizi
baik
jika
berat
badan
balita/
umurberadadalamrentang-2
Standar
Deviasi
sampai +2 Standar Deviasi berdasarkan kurva
WHO/NCHS dan status gizi kurang jika berat badan
balita/umur < -2 Standar Deviasi berdasarkan
kurva WHO/NCHS. Variabel bebas penelitian ini
yaitu ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan
kepada bayi, termasuk kolostrum sejak dilahirkan
selama 6 bulan tanpa menambahkan dan atau
mengganti minuman lain, seperti susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur dan
nasi (WHO, 2011). Data didapatkan dengan

menggunakan kuesioner dengan pertanyaan
terstruktur yang mengacu pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Afifah pada tahun
2007.10 Ibu dikatakan memiliki pemberian ASI
eksklusif yang baik bila memiliki riwayat pemberian
ASI eksklusif pada balita hingga usia minimal 6
bulan, pemberian ASI non ekskusif bila ibu tidak
memberikan ASI eksklusif pada usia balita kurang
dari 6 bulan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh balita
di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten
Karangasem. Sampel dalam penelitian ini adalah
balita di Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen,
Kabupaten Karangasem yang merupakan bagian
dari populasi yang telah dipilih. Kriteria inklusi

adalah ibu yang memiliki balita (1-5 tahun), dapat
berkomunikasi dengan baik, ibu adalah pemberi
perawatan utama dalam keluarga, terdaftar
sebagai warga Kecamatan Sidemen, Kabupaten
Karangasem dan berdomisili di Kecamatan
Sidemen, dan setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling
dengan metode kocok. Besar sampel ditentukan
berdasarkan rumus Stanley Lameshow dan
didapatkan hasil 67 orang dan dibulatkan menjadi
70 orang untuk menghindari berkurangnya sampel
bila ada yang drop out karena berbagai alasan.
Sampel penelitian yang terpilih selanjutnya
ditetapkan sebagai responden untuk memperoleh
informasi tentang gambaran pola asuh balita
terhadap status gizi balita di Desa Tangkup,
Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem.
Instrumen penelitian berupa kuesioner
dengan pertanyaan yang terstruktur. Data
diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner)
yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tujuan
penelitian yang dilakukan. Pertanyaan dalam
kuesioner dibagi dalam beberapa bagian, yaitu
karakteristik ibu balita (tingkat pendidikan, status
pekerjaan dan pendapatan keluarga) dan
pemberian ASI eksklusif.
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan
melalui tahap-tahap editing, scoring, tabulating
dan entry data. Kemudian dianalisis menggunakan
analisis univariat dan tabulasi silang.
HASIL
Karakteristik Responden
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 70
orang yang tersebar dalam 4 banjar di wilayah
Desa Tangkup. Pada tabel 1 menunjukkan dari 70
responden, hampir sebagian menyelesaikan
pendidikan formal di tingkat yang rendah (tidak
sekolah sampai sekolah dasar) yakni berjumlah 29
orang (41,4%). Berdasarkan status pekerjaan,
sebagian besar responden yakni 50 orang (71,4%)
berstatus bekerja dan sebagian besar responden
yakni 56 orang (80%) memiliki pendapatan di
bawah UMK (Rp 1.542.600,00).
Tabel 1. Karakteristik Sampel
Karakteristik
Jumlah
(n)

Persentase
(%)

3
http://isainsmedis.id/ojs/

ISSN: 2089-9084

Pendidikan ibu
rendah
menengah
tinggi
Total
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
Bekerja
Total
Penghasilan
UMK
Total

ISM, VOL. 8 NO.1, JANUARI-MARET, HAL

29
27
14
70

41,4
38,6
20,0
100

20
50
70

28,6
71,4
100

56
14
70

80
20
100

Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita dan Praktek
Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita
Variabel
Jumlah (n) Persentase (%)
Status gizi balita
82,9
58
Gizi baik
17,1
12
Gizi kurang
Total
70
100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Praktik Pemberian ASI
Eksklusif
Variabel
Jumlah (n) Persentase (%)
Praktek Pemberian ASI ekslusif
Baik
30
42,9
Tidak baik
40
57,1
Total
70
100
Distribusi status gizi balita pada tabel 2
menunjukkan sebagian besar balita memiliki status
gizi baik (82,9%), sedangkan sebanyak 17,1%
memiliki status gizi kurang.
Praktek pemberian ASI Eksklusif tidak
dijalankan dengan baik oleh 57,1% responden
seperti yang terlihat dalam tabel 3, namun jumlah
ini tidak jauh berbeda dengan responden yang
belum menjalankan ASI Eksklusif dengan optimal
yakni sebesar 42,9%.
Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Praktek
Pemberian ASI
Status gizi balita dilihat berdasarkan
karakteristik responden, pada balita dengan status
gizi yang kurang, persentase gizi kurang lebih tinggi
pada ibu yang memiliki pendidikan yang rendah
(24,1%), status pekerjaan tidak bekerja (20%) dan

pendapatan keluarga yang rendah (21,4%).
Pendidikan ibu berkaitan dengan status kesehatan
balita, di mana ibu dengan pendidikan tinggi akan
mampu mengenali penyakit dan mencari
pengobatan untuk anak-anak mereka, mampu
membaca petunjuk medis untuk pengobatan
penyakit dan menerapkan pengobatan anak, serta
lebih mudah menerima obat-obatan yang
modern.8 Penghasilan keluarga merupakan salah
satu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan
pangan di dalam keluarga.11
Status gizi balita bila dilihat berdasarkan ASI
eksklusif yang diberikan ibu, responden dengan
praktek pemberian ASI Eksklusif baik, 85,0%
memiliki balita dengan status gizi baik. Responden
dengan pola asuh tidak baik, 20,0% memiliki balita
dengan status gizi kurang.
Tabel 4. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan
Karakteristik Sampel.
Karakteristik
Gizi
Gizi baik
Total
kurang
n (%)
n (%)
n (%)
Pendidikan terakhir
Rendah
7 (24,1)
22 (75,9)
29 (100)
Menengah
5 (18,5)
22 (81,5)
27 (100)
14 (100)
Tinggi
0 (0)
14 (100)
Status pekerjaan
Tidak bekerja
4 (20)
16 (80)
20 (100)
Bekerja
8 (16)
42 (84)
50 (100)
Pendapatan
UMK
0
14 (100)
14 (100)
Tabel 5. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan
Praktek Pemberian ASI Eksklusif
Praktek
Gizi baik
Gizi
Total
Pemberian
n (%)
kurang
n (%)
Asi Eksklusif
n (%)
Baik
34
6
40
(85,0)
(15,0)
(100%)
Tidak Baik
24
6
30
(80,0)
(20,0)
(100%)
PEMBAHASAN
Gambaran status gizi yang diperoleh
menunjukkan persentase balita dengan gizi kurang
pada penelitian ini (17,1%) lebih tinggi
dibandingkan persentase gizi kurang di Desa
4
http://isainsmedis.id/ojs/

ISSN: 2089-9084

ISM, VOL. 8 NO.1, JANUARI-MARET, HAL

Tangkup pada bulan September 2014 yakni 10,3%.
Hal ini menunjukkan Adanya potensi peningkatan
persentase balita gizi kurang di Desa Tangkup.
Persentase balita gizi kurang lebih tinggi
pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yang
baik kepada balita. Status gizi yang optimal terjadi
bila anak mendapatkan akses terhadap makanan
yang kaya nutrisi, beragam, dan terjangkau; pola
asuh yang tepat; pelayanan kesehatan yang baik,
dan lingkungan yang sehat termasuk air bersih,
praktek kebersihan yang baik, serta sanitasi.
Faktor-faktor ini secara langsung mempengaruhi
asupan nutrisi dan terjadinya penyakit.11
Pemberian ASI yang tidak eksklusif dalam
pemenuhan nutrisi keluarga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan balita. Penelitian
oleh Afifah (2007) mendukung bahwa banyak
faktor yang berperan dalam kegagalan praktek
pemberian ASI eksklusif. Faktor pendorong
gagalnya pemberian ASI Eksklusif adalah
kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif,
sehingga ibu tidak memiliki motivasi yang kuat
untuk memberikan ASI Eksklusif. Dengan melihat
tingginya persentase ibu yang tidak memberikan
praktik pemberian ASI yang baik namun memiliki
balita dengan status gizi baik, sehingga praktik
pemberian ASI bukan merupakan satu-satunya
faktor yang berpengaruh terhadap status gizi
balita.10
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik
simpulan, yaitu sebagian besar balita memiliki
status gizi baik (82,9%). Balita dengan status gizi
kurang lebih banyak ditemukan pada ibu yang
menerapkan praktek pemberian ASI yang tidak
baik kepada balita (20%).

3. Skalicky, A., Meyers, A.F., dkk. Child Food
Insecurityand Iron DeficiencyAnemia inLowIncomeInfantsandToddlersin
The
United
States.Maternal and Child Health Journal,
2006;10(2):177-185.
4. Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Jakarta: Direktorat Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat. 2008.
5. Depkes RI. Pedoman Strategi KIE Keluarga
Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta:Direktorat Gizi
Masyarakat. 2007.
6. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta:
Depkes RI. 2010.
7. Data
Pemantauan
Gizi
di
Wilayah
PuskesmasSidemen. Profil PuskesmasSidemen.
2013 dan 2014.
8. Abuya, B. A., Ciera J., Kimani-Murafe E. Effect of
mother’seducation on child’snutritional status
inslums
of
Nairobi.
BMC
Pediatrics.
2012;12(80):1-10.
9. Engle P., Lhotská L., Armstrong H. The Care
Initiative: Assesment, Analysis, and Action
toImprove Care for Nutrition. New York:
UNICEF. 1997.
10. Afifah D. (2007), “Studi Kualitatif Tentang
Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik
Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan
Tembalang”,
Available:
http://eprints.
undip.ac.id
/17024/1/Diana_Nur_Afifah.pdf
(Accessed : 2014, Oktober 26).
11. UNICEF. Improving Child Nutrition. 2013.
Available: http://www.unicef.org/ gambia/
Improving_Child_Nutrition__the_achievable_i
mperative_for_global_progress.pdf(Accessed :
2014, Oktober 26).

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Gizi Seimbang Menuju hidup Sehat
Bagi Balita. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
2005.
2. Moehji, S. Ilmu Gizi: Pengetahuan Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Papas Sinar Siranti. 2005.

5
http://isainsmedis.id/ojs/

Dokumen yang terkait

Gambaran Status Gizi Anak Balita di Tinjau Dari Pola Pengasuhan Pada Ibu Pekerja dan Bukan Pekerja di Desa Buluh Cina Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2000

0 44 68

Gambaran Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi Dan Status Gizi Anak Usia 0 - 24 Bulan Di Desa Alue Awe Kecamatan Muara Dua Kabupaten Aceh Utara

0 28 49

Perbedaan Status Gizi Balita yang Berada di Wilayah Kerja Posyandu Madya dengan Posyandu Purnama di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

2 54 72

Status Gizi Bayi Ditinjau Dari Pemberian Asi Eksklusif, Pemberian MP-Asi Dan kelengkapan Imunisasi Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

1 43 77

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN STATUS GIZI Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 2 10

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 3 20

PENDAHULUAN Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 3 6

PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DESA SIDEMEN KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM.

1 3 51

KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA SIDEMEN KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM 2013.

0 0 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI DESA KEMBARAN

0 0 17