Status Gizi Bayi Ditinjau Dari Pemberian Asi Eksklusif, Pemberian MP-Asi Dan kelengkapan Imunisasi Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

(1)

STATUS GIZI BAYI DITINJAU DARI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PEMBERIAN MP-ASI DAN KELENGKAPAN IMUNISASI

DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2008

Oleh :

NIM : 031000018 RONI ARIANTO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

STATUS GIZI BAYI DITINJAU DARI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PEMBERIAN MP-ASI DAN KELENGKAPAN IMUNISASI

DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM : 031000018 RONI ARIANTO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

STATUS GIZI BAYI DITINJAU DARI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PEMBERIAN MP-ASI DAN KELENGKAPAN IMUNISASI

DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM : 031000018 RONI ARIANTO

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 17 Desember 2008 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ernawati Nasution, SKM, Mkes

NIP. 132126844 NIP. 131695307

dr. Mhd. Arifin Siregar, MS

Penguji II Penguji III

Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi

NIP. 132049788 NIP. 131803342

Dra. Jumirah, Apt, MKes

Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 131124053 dr. Ria Masniari Lubis, Msi


(4)

ABSTRAK

Memburuknya gizi anak dapat saja terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya, pemberian MP-ASI yang belum sesuai bila dilihat dari ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya, serta kelengkapan imunisasi dasar yang didapat oleh balita. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui status gizi bayi 7-12 bulan di tinjau dari pemberian ASI Eksklusif, MP ASI dan kelengkapan imunisasi pada bayi (7-12) bulan di Kecamatan Medan Selayang.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah bayi umur 7-12 bulan yang berjumlah 80 orang dengan responden ibu yang memiliki bayi (7-12 bulan). Data diperoleh dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan Persentase bayi (7-12 bulan) yang memperoleh ASI Eksklusif adalah 11,25 %, dan yang tidak memperoleh ASI Eksklusif 88,75%. Bayi (7-12 bulan) yang memperoleh MP-ASI kategori baik adalah 70 %, kategori sedang 20%, dan kategori kurang 10%. Bayi (7-12 bulan) yang memperoleh imunisasi lengkap adalah 82,50 %, dan yang tidak lengkap 17,50 %. Penilaian status gizi terdapat 77,50 % bayi (7-12 bulan) dengan status gizi baik, 16,25 % dengan status gizi kurang, 6,25 % dengan status gizi lebih.

Kepada masyarakat diharapkan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kesadarannya untuk memberikan MP-ASI dengan tepat dan membawa anaknya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap agar anak tumbuh sehat. Masih ditemukan anak umur 7-12 bulan yang menderita gizi kurang oleh karena itu perlu perhatian dari semua pihak baik pemerintah dengan kegiatan lintas sektoral maupun lintas program dan masyarakat dengan meningkatkan kepekaan sosialnya agar betul betul dapat melakukan penanganan masalah gizi sehingga kasus gizi kurang dan gizi buruk dapat segera ditanggulangi.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skkripsi ini dengan judul “Status Gizi Bayi Ditinjau Dari Pemberian ASI Ekslusif, Pemberian MP ASI dan Kelengkapan Imunisasi di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes dan Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Kepala Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat beserta seluruh Staf Bagian Gizi Kesehatan Mayrakat.

4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai di FKM USU

6. Ibu dr. Farida Surbakti selaku Kepala Puskesmas PB Selayang II.

7. Bapak M. Reza Hanafi S.STP.MAP selaku Camat di Kecamatan Medan Selayang.

8. Bapak Drs.Lilik Selaku Kepala Bagian Umum Kantor Kecamatan Medan Selayang dan beserta seluruh Staf Pegawai yang telah banyak membantu penulis melakukan penelitian ini.


(6)

9. Teristimewa kepada Ayahanda Abdul Malik dan Ibunda Nurmaini, abang dan adikku (Efriton, Riye Ardila) yang telah banyak memberi dukungan dan semangat untuk terus mengejar cita-cita.

10.Bapak dan Ibu Mertuaku (Bpk Supermis dan Ibu Nurmeli) yang telah memberi semangat untuk terus maju dan berjuang keras dalam mencapai cita-cita.

11.Istriku tercinta Dewi Mifitri, SE dan anak buah hati papa tersayang Maulana Azki Asshidiq yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.

12.Saudara iparku (bang Dedi Irawan, Dede Efendi, Deliyus Irman, Demi Susanti, dan si Kecil Raudatul Fitri, terima kasih atas motivasi dan dukungannya

13.Sanak Famili dan Keluarga Besar di Jake yang banyak memberikan nasehat dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan studi ini.

14.Teman-teman seperjuangan (fadli, Edwin, Alm. Aan, Indah, Icha) terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya selama ini.

15.Teman-teman di Ipmakusi (Rustam, Mela, Yandre) terima kasih atas bantuan dan dukungan nya.

16.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis banyak mengucapkan terima kasih atas dukungan, kerja sama dan doanya.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2008 Penulis


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Roni Arianto

Tempat/Tanggal lahir : Jake, 3 Mei 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah Jumlah Anak : 1 Orang Jumlah Saudara : 2 Orang

Alamat Rumah : Jalan Sukarno-Hatta Desa Jake Taluk Kuantan Riau Riwayat Pendidikan : 1. SD N 029 Kebun Nenas Jake

1990-1996

2. SLTP N 7 Taluk Kuantan 1996-1999

3. SMU N Plus Provinsi Riau 1999-2002


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

ABSTRAK ... ii

Riwayat Hidup Penulis ... iii

Kata Pengantar ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 5

1.3.1. Tujuan Umum... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. ASI ... 7

2.1.1. Pengertian ASI... 7

2.1.2. Komposisi ASI ... 7

2.1.3 ASI Eksklusif ... 13

2.2. Makanan Pendamping ASI ... 13

2.3. Imunisasi ... 15

2.3.1. Pengertian Imunisasi ... 15

2.3.2. Jenis Imunisasi Dasar yang Wajib di Indonesia ... 16

2.3.3. Jadwal Pemberian Imunisasi ... 16

2.4. Penilaian Status Gizi ... 17

2.5. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif ... 18

2.6. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian MP-ASI ... 19

2.7. Status Gizi Bayi Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi ... 20

2.8. Kerangka Konsep ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian... 23

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2. Waktu Penelitian... 23

3.3. Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1. Populasi ... 23

3.3.2. Sampel ... 24

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 25


(9)

3.4.2. Metode Pengumpulan Data ... 26

3.5. Instrumen Penelitian ... 26

3.6. Definisi Operasional ... 26

3.7. Aspek Pengukuran ... 27

3.8. Pengolahan dan Teknik Analisa Data ... 29

3.8.1. Pengolahan Data ... 29

3.8.2. Teknik Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1. Letak Geografis ... 30

4.1.2. Keadaan Penduduk ... 30

4.2. Karakteristik Ibu (Responden) ... 33

4.2.1. Umur ... 33

4.2.2. Suku ... 33

4.2.3. Agama ... 34

4.2.4. Pendidikan Terakhir ... 34

4.2.5. Pekerjaan ... 35

4.2.6. Pendapatan Keluarga ... 35

4.3. Karakteristik Bayi ... 36

4.3.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 36

4.4. Pemberian ASI ... 37

4.4.1. Pemberian ASI Eksklusif ... 37

4.4.2. Pemberian Kolostrum ... 37

4.5. Pemberian MP-ASI ... 38

4.5.1. Pemberian MP-ASI Menurut Jenis Makanan Berdasarkan Umur ... 38

4.5.2. Pemberian MP-ASI Menurut Tekstur Makanan Berdasarkan Umur ... 39

4.5.3. Pemberian MP-ASI Menurut Frekuensi Makanan Berdasarkan Umur .. 39

4.5.4. Pemberian MP-ASI Menurut Porsi Makanan Berdasarkan Umur ... 40

4.5.5. Kategori Pemberian MP-ASI Menurut Umur ... 41

4.6. Imunisasi yang didapat Bayi (7-12 bulan) ... 41

4.6.1. Pemberian Imunisasi Menurut Umur ... 41

4.6.2. Kelengkapan Pemberian Imunisasi Imunisasi... 43

4.7. Status Gizi ... 43

4.8. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif ... 44

4.9. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian MP-ASI ... 44

4.10.Status Gizi Bayi Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi ... 45

BAB V PEMBAHASAN ... 46

5.1. Pemberian ASI Eksklusif ... 46

5.2. Pemberian MP-ASI ... 47

5.3. Kelengkapan Pemberian Imunisasi ... 49

5.4. Status Gizi ... 50

5.5. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif ... 50


(10)

5.7. Status Gizi Bayi Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

Kuesioner Penelitian Master Data Responden Master Data Bayi Crosstabs

Surat Permohonan Izin Penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi yang wajib di Indonesia ... 17 Tabel 2.2. Prinsip Pemberian MP-ASI... 20 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2008 ... 30 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir

di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008... 31 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan

Medan Selayang tahun 2008 ... 31 Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan Medan

Selayang tahun 2008 ... 32 Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kecamatan

Medan Selayang tahun 2008 ... 32 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan

Medan Selayang tahun 2008 ... 33 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Kecamatan

Medan Selayang tahun 2008 ... 33 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Kecamatan

Medan Selayang tahun 2008 ... 34 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008 ... 34 Tabel 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan

Medan Selayang tahun 2008 ... 35 Tabel 4.11.Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008 ... 35 Tabel 4.12.Distribusi Jenis Kelamin Bayi (7-12 bulan) Berdasarkan Kelompok

Umur di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008 ... 36 Tabel 4.13.Distribusi Bayi (7-12 bulan) Menurut Menurut Pemberian

ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008 ... 37 Tabel 4.14.Distribusi Bayi (7-12 bulan) menurut pemberian Kolostrum

di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008 ... 37 Tabel 4.15. Distribusi Bayi Menurut Jenis MP-ASI yang Diberikan

Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.16. Distribusi Bayi Menurut Tekstur MP-ASI yang Diberikan

Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.17. Distribusi Bayi Menurut Frekuensi MP-ASI yang Diberikan

Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.18. Distribusi Bayi Menurut Porsi MP-ASI yang Diberikan Berdasarkan

Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.19. Distribusi Bayi Menurut Kategori Pemberian MP-ASI Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.20. Distribusi Bayi Menurut Pemberian Imunisasi Berdasarkan Umur di


(12)

Tabel 4.21. Distribusi Bayi Menurut Kelengkapan Imunisasi berdasarkan umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.22. Distribusi Bayi Menurut Status Gizi berdasarkan umur di Kecamatan

Medan Selayang tahun 2008 ... 43 Tabel 4.23. Distribusi bayi (7-12 bulan) Menurut Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.24. Distribusi Bayi (7-12 bulan) menurut Pemberian MP-ASI dengan Status

Gizi di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ... 45 Tabel 4.25. Distribusi Bayi (7-12 bulan) menurut Kelengkapan Imunisasi dengan


(13)

ABSTRAK

Memburuknya gizi anak dapat saja terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya, pemberian MP-ASI yang belum sesuai bila dilihat dari ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya, serta kelengkapan imunisasi dasar yang didapat oleh balita. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui status gizi bayi 7-12 bulan di tinjau dari pemberian ASI Eksklusif, MP ASI dan kelengkapan imunisasi pada bayi (7-12) bulan di Kecamatan Medan Selayang.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah bayi umur 7-12 bulan yang berjumlah 80 orang dengan responden ibu yang memiliki bayi (7-12 bulan). Data diperoleh dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan Persentase bayi (7-12 bulan) yang memperoleh ASI Eksklusif adalah 11,25 %, dan yang tidak memperoleh ASI Eksklusif 88,75%. Bayi (7-12 bulan) yang memperoleh MP-ASI kategori baik adalah 70 %, kategori sedang 20%, dan kategori kurang 10%. Bayi (7-12 bulan) yang memperoleh imunisasi lengkap adalah 82,50 %, dan yang tidak lengkap 17,50 %. Penilaian status gizi terdapat 77,50 % bayi (7-12 bulan) dengan status gizi baik, 16,25 % dengan status gizi kurang, 6,25 % dengan status gizi lebih.

Kepada masyarakat diharapkan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kesadarannya untuk memberikan MP-ASI dengan tepat dan membawa anaknya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap agar anak tumbuh sehat. Masih ditemukan anak umur 7-12 bulan yang menderita gizi kurang oleh karena itu perlu perhatian dari semua pihak baik pemerintah dengan kegiatan lintas sektoral maupun lintas program dan masyarakat dengan meningkatkan kepekaan sosialnya agar betul betul dapat melakukan penanganan masalah gizi sehingga kasus gizi kurang dan gizi buruk dapat segera ditanggulangi.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal. Sasaran yang akan dicapai, meningkatnya kemandirian masyarakat untuk memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatannya, meningkatnya kemampuan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien, terciptanya lingkungan fisik dan sosial yang sehat, menurunnya prevalensi empat masalah gizi yang sama, khusus nya pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita (DepKes, 2000).

Di Indonesia sebagaimana halnya dengan negara-negara berkembang lainnya, masalah kesehatan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh dua persoaalan utama yaitu keadaan gizi yang tidak baik dan merajalelanya penyakit infeksi. Anak yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menderita infeksi yang menyebabkan terjadinya diare. Sebaliknya adanya penyakit diare dapat dengan cepat menurunkan tingkat gizi anak. Bahkan kebiasaan ibu untuk menghentikan pemberian ASI ataupun makanan lain semasa anak menderita diare, akan lebih memperburuk gizi anak. Gizi dan infeksi merupakan lingkaran setan yang menjadi penyebab kematian sebagian besar bayi dan anak balita (Moehji,1998).

Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu program yang dicanangkan pemerintah adalah program inmunisasi. Program tersebut merupakan salah satu intervensi utama yang berhasil guna dalam upaya kelansungan hidup anak. Dalam kaitan dengan tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi adalah satu


(15)

bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan kematian bayi dan balita (Depkes RI, 1999).

Bayi dan balita merupakan kelompok masyarakat yang paling peka terhadap kekurangan gizi. Dari data yang telah terkumpul dari negara-negara maju dengan jelas menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara tingakat sosial ekonomi dengan berat badan bayi yang dilahirkan. Mereka yang lahir dari ibu dengan status ekonomi yang rendah biasanya menghasilkan bayi prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mempunyai berat badan 300-400 gram lebih ringan dari bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang cukup ekonominya (Hananto W,2002).

Memburuknya gizi anak dapat saja terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah membawa pengaruh terhadap banyak ibu untuk tidak menyusui bayi mereka, padahal makanan pengganti yang bergizi tinggi, jauh dari jangkauan ekonomi mereka. Pengaruh buruk itu kian hari kian jauh menjalar ke daerah pedesaan, dan dapat dibuktikan dengan berkurangnya jumlah ibu yang menyusui bayi mereka dari tahun ketahun. Keadaan ini juga membawa pengaruh buruk terhadap tingkat gizi bayi. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi apabila ibu cukup mengetahui kelebihan ASI sebagai makanan bagi bayi dan bahaya yang mungkin timbul akibat pengganti ASI dengan makanan buatan lain.

Menyusui merupakan aspek sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi yang optimal sekaligus mempertahankan kesehatan ibu setelah bersalin. Selain itu menyusui merupakan proses alamiah,


(16)

namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (DepKes, 2002).

ASI mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sejak lahir bayi seharusnya hanya diberi ASI saja sampai usia 6 bulan, yang disebut sebagai ASI Ekslusif. Setelah bayi mencapai usia 6 bulan selain ASI diberikan pula makanan pendamping ASI (MP ASI) dalam bentuk jumlah yang sesuai dengan pertambahan umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga berusia 2 tahun (DepKes, 2003).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Terdapat kaitan yang sangat erat antara status gizi dan konsumsi makanan. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for

Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal

penting yang harus dilakukan yaitu : pertama memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera dalam 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara Eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan , secara sosial


(17)

budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan yang murah dan mudah diperoleh dari daerah setempat (indegenous food) (Dinkes Propsu, 2006)

Dalam pemberian makanan bayi perlu diperhatikan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya. Adanya kebiasaan pemberian makanan bayi yang tidak tepat, antara lain : pemberian makanan yang terlalu dini atau terlambat, makanan yang diberikan tidak cukup dan frekuensi yang kurang.

Pemberian makanan tambahan terlalu dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan seperti diare, muntah, dan sulit buang air besar. Bila pemberian makanan terlalu lambat mengakibatkan bayi mengalami kesulitan belajar mengunyah, bayi tidak menyukai makanan padat dan bayi kekurangan gizi (Cott, 2000)

Pemberian makanan bayi di Indonesia masih belum sesuai dengan umurnya. Masih banyak ibu yang memberikan makanan terlalu dini atau terlambat kepada bayinya. Terdapat 32% ibu memberikan makanan tambahan kepada yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur nasi, pisang dan 69% terhadap bayi yang berumur 4-5 bulan (SurKesNas, 2000) dan hanya 25% bayi yang berumur 6-8 bulan yang pernah diberikan telur dan daging (Latif, 2000).

Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005 dengan menggunakan analisis antropometri balita menyatakan bahwa sekitar 10,45% balita di Sumatera Utara berstatus Gizi buruk. Dengan jumlah balita sebanyak 1.215.253 orang, maka diperkirakan sekitar 126.994 balita berada dalam kelompok yang dikhawatirkan menjadi lost generation (BPS, 2006). Di kota Medan sendiri dalam Profil Seksi Pangan dan Gizi Sub. Dinas Kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kota


(18)

Medan tahun 2006, berdasarkan laporan gizi buruk dari RSU Pirngadi Patroli Kesehatan tahun 2005 jumlah balita gizi buruk sebanyak 121 orang, dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 373 orang dan 8 orang diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Selayang. Kemudian berdasarkan laporan PSG (Penilaian Status Gizi) yang berasal dari Posyandu di masing-masing Puskesmas di kota Medan, dengan memakai Indikator BB/U sebanyak 856 (0,54%) balita di kota Medan di kategorikan gizi buruk dan sebanyak 6169 (3,85%) balita gizi kurang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah “bagaimana status gizi bayi (7-12 bulan) di tinjau dari pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, dan kelengkapan imunisasi di kecamatan Medan Selayang tahun 2008.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran status gizi bayi (7-12 bulan) di tinjau dari pemberian ASI Eksklusif, MP ASI dan kelengkapan imunisasi di Kecamatan Medan Selayang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif pada bayi (7-12 bulan)

2. Mengetahui gambaran pemberian makanan pendamping ASI pada bayi (7-12 bulan).

3. Mengetahui gambaran kelengkapan pemberian imunisasi. 4. Mengetahui status gizi bayi (7-12 bulan).


(19)

5. Mengetahui gambaran Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Bayi (7-12 bulan)

6. Mengetahui gambaran pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi bayi(7-12 bulan)

7. Mengetahui gambaran Kelengkapan Imunisasi dengan Status Gizi Bayi(7-12 bulan)

Manfaat Penelitian

2. Bagi Puskesmas, sebagai bahan masukan untuk evaluasi program peningkatan pemberian ASI secara Eksklusif, pemberian MP-ASI yang baik dan pemberian Imunisasi dasar lengkap.

3. Diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan gizi bagi masyarakat di lokasi penelitian tentang penatalaksanaan perbaikan gizi bayi.

4. Sebagai pengalaman yang sangat berharga sekaligus tambahan pengetahuan bagi penulis.

5. Dengan terwujudnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran serta referansi bagi rekan-rekan mahasiswa khususnya para peneliti berikutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI

2.1.1. Pengertian ASI

ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi segera setelah lahir. ASI mempunyai kelebihan baik ditinjau dari segi gizi dan daya kekebalan tubuh. ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi (DepKes RI, 2003).

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Sebenarnya ASI tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus mulai diberikan makanan padat, ASI dapat diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun (DepKes RI, 2003).

2.1.2. Komposisi ASI

Komposisi ASI dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya masa laktasi, nutrisi, diet, dan jenis bangsa/ras. Komposisi ASI pada masa laktasi dibedakan menjadi 3, yang terdiri dari :

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali dikeluarkan oleh kelenjar susu dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, cairan tersebut sifat nya kental dan berwarna kuning karena mengandung betakarotin. Kolostrum lebih banyak mengandung protein terutama γ globulin, mineral terutama natrium, kalium dan


(21)

vitamin yang larut dalam lemak. γ globulin pada kolostorum merupakan antibodi

yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai bayi berusia 6 bulan (DepKes RI, 2005).

2. Air Susu Peralihan

Merupakan peralihan kolostrum dan ASI mature. Air susu ini diproduksi pada hari ke 4-7 sampai dengan hari ke 10-14 masa laktasi. Kadar protein pada susu ini semakin menurun, sedangkan kadar lemak, karbohidrat serta volume semakin bertambah.

3. Air Susu Mature

Air susu ibu yang diseksresikan pada hari ke 10-14 dan seterusnya. Air susu mature merupakan cairan putih kekuningan yang disebabkan oleh warna garam kalsium kaseinat, riboflavin, dan karotin. ASI ini tidak menggumpal bila dipanaskan (Akre, 1994).

Komposisi gizi dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk masa 4-6 bulan. Komposisi gizi tersebut mempunyai arti besar sekali untuk bayi. Zat-zat yang terkandung dalam ASI antara lain :

1. Air

ASI mengandung sekitar 88 gram air per 1 gram ASI. Air berguna untuk melarutkan zat yang terdapat di dalamnya sehingga tidak menyebabkan keadaan hiperkalsemia dan hipernatremia (Roesli, 2000).

2. Protein

Susu ibu terdiri dari 1,1 % protein. Protein ini terdiri dari casein dan whey


(22)

Pada ASI laktabumin 60% dan 40%. Protein lain yang ditemukan dalam ASI adalah

lysozymdan dan laktoferin yang mempunyai peranan sebagai anti infeksi (DepKes,

2005).

Laktoglobulin yang ada pada protein susu mengandung protein tinggi yang dibutuhkan bayi, dan semua ini mengandung antibody terhadap segala macam penyakit (Penny, 1997).

3. Lemak

Sumber energi utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah lebih tinggi. Hal ini berguna untuk membentuk enzim yang diperlukan untuk mengendalikan kadar kolesterol dikemudian hari. Juga variasi dalam jumlah dan tipe lemak ASI sangat penting pada perkembangan normal susunan saraf pusat (Suharjo, 1996).

Selain itu ASI juga mengandung DHA dan AA yang jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari (DepKes, 2005).

4. Karbohidrat

ASI mengandung laktosa lebih tinggi (6,5-7%) dari susu sapi. Laktosa dibagi dalam 2 bagian, yaitu galaktosa dan glukosa. Galaktosa merupakan bahan yang sangat diperlukan lapisan myelin serat-serat urat saraf. Laktosa dalam usus akan


(23)

mengalami peragian hingga membentuk asam laktat. Adanya asam laktat dalam usus bayi memberi manfaat berupa :

Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis.

− Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan berbagai asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin dalam usus.

Memudahkan terjadinya pengendapan Calsium Caseinat (protein susu).

− Memudahkan berbagai jenis mineral seperti kalsium, pospor, magnesium (DepKes, 2003).

5. Mineral

Kandungan mineral dalam ASI lebih kecil dibandingkan kandungan mineral dalam susu sapi (1:4). Karena kandungan mineral yang tinggi pada susu akan menyebabkan terjadinya beban osmolar yaitu tinggi kadar mineral dalam tubuh (Pudjiadi, 2000).

6. Vitamin

Kadar vitamin dalam ASI diperoleh dari asupan makanan ibu yang harus cukup dan seimbang. ASI mengandung vitamin A yang tinggi dan vitamin D yang rendah. Sehingga bayi yang premature atau bayi yang kurang mendapatkan sinar matahari , dianjurkan untuk diberi suplementasi vitamin D. ASI mengandung vitamin C yang lebih banyak dari susu sapi, kecuali jika makanan ibu kekurangan vitamin C. vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. Didalam ASi juga terdapat vitamin E, terutama dalam kolostrum (Suharjo,1996).


(24)

7. Faktor-faktor Anti infeksi

Susu ibu mengandung antibodi dan bahan-bahan lain yang dapat mencegah infeksi dalam tubuh bayi. Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam pencernaan bayi karena tahan terhadap asam. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi juga rendah. Faktor-faktor pelindung terdiri atas berbagai macam

imunoglobin, lysozym, laktoperoksid, faktor pertumbuhan lactobasilus, substansi

streptococus , makrofag dan dan lemak (DepKes, 2005).

Imuglobulin

Semua macam imunoglobulin terdapat pada ASI seperti Ig A, Ig E, Ig G, Ig M. imunoglobulin A kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum. Sekretori Ig A tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam pencernaan (DepKes RI, 2005).

Lysozym

Lysozym adalah enzim yang memecah dinding bakteri. Lysozym merupakan salah

satu enzim yang terdapat dalam ASI sebnyak 6-300 mg/100 ml, dan kadarnya biasa naik 3000-5000 kali lebih banyak dibandingkan kadar lisozym dalam susu sapi. Enzim ini aktif mengatasi bakteri E.coli dan salmonella (DepKes RI, 2005).

Laktoperoksidase

Laktoperoksidase merupakan enzim bersama-sama peroksidase hidrogen dan ion tiosinat membantu membunuh streptococcus (Pudjiati, 1999).


(25)

Faktor Bifidus

Sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen dan menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat petumbuhan bakteri yang merugikan. Kotoran bayi menjadi bersifat asam yang berbeda dari kotoran bayi yanm meminum susu formul (DepKes RI, 2005)

Faktor anti staphilococus

Merupakan asam lemak dan melidungi bayi terhadap gangguan bakteri staphilococus.

Laktoferin dan Transferin

Kedua zat ini tedapat dalam ASI walaupun tidak banyak. Protein-protein tersebut mempunyai kapasitas pengikat zat besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukan.

Komponen komplemen

Sistem komplemen terdiri atas 11 protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain, dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibodi, produk kuman dan enzim. Dalam kolostrum terdapat konentrasi CO yang tinggi hingga dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti.

Lipase


(26)

2.1.3. ASI Eksklusif

ASI Ekslusif adalah perilaku dimana bayi sampai dengan umur 6 bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa makanan tambahan dan atau minuman lain kecuali sirop obat (DepKes RI, 2003).

Sedangakan menurut WHO/Unicef (2001) pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja, langsung atau tidak langsung (diperas).

Secara keseluruhan pemberian ASI Eksklusif mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Hanya ASI sampai umur 6 bulan

2. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir

3. Tidak memberikan makanan pralakteal seperti air gula atau air tajin kepada bayi baru lahir

4. menyusui sesuai kebutuhan bayi (on demand)

5. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari hari pertama, yang bernilai gizi) kepada bayi

6. Menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari Cairan lain yang diperbolehkan hanya vitamin/mineraldan obat sesuai anjuran dokter. 2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi (Sulistijani, 2001). Sedang menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2006), MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.


(27)

Tujuan pemberian Makanan Pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi terus menerus.

Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan bayi sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini, para orang tua dianjurkan untuk memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian makanan dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak yang bersangkutan menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa (Husaini dan Aswar, 1984 dalam Krisnatuti, 2007).

Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi sudah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan ( Setengah Padat) (Arisman, 2004). Selain itu saat bayi berumur enam bulan keatas, sistem pencernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase enzim amilase dan sebagainya juga telah diproduksi sempurna pada saat ia berumur enam bulan (Anonim, 2005). Agar makanan pendamping ASI dapat diberikan efisien, sebaiknya diberikan secara bertahap dan hati-hati, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental (Arisman, 2004).


(28)

Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dijadikan bubur.

Makanan pendamping ASI dapat dibuat sendiri untuk bayi dengan menggunakan bahan pangan lokal, dengan harga yang murah dan mudah didapat serta bentuknya lebih bervariasi (Krisnatuti, 2007).

2.3. Imunisasi

2.3.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak yang diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dalam imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Imunisasi merupakan upaya pemberian ketahanan tubuh yang dibentuk melalui vaksinasi (pemberian vaksin) maka jika ada antigen berupa virus atau kuman masuk ke dalam tubuh secara langsung, tubuh akan membentuk antibodi (Markum, 1997).

Ada dua jenis kekebalan terhadap penyakit yaitu :

1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specifik Resistance) yaitu pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata, reflek tertentu seperti batuk dan bersin.

2. Kekebalan Spesifik (Specifik Resistance) yaitu kekebalan yang diperoleh dari dua sumber yaitu :

a. Kekebalan Genetik, berasal dari simber genetik biasanya berhubungan dengan ras ( warna kulit dan kelompok etnis).

b. Kekebalan yang diperoleh (acquired immunity), diperoleh dari luar tubuh individu.


(29)

Dalam hal ini Imunisasi termasuk dalam jenis kekebalan spesifik yang diperoleh.

2.3.2. Jenis Imunisasi Dasar yang Wajib di Indonesia 1. BCG (Bacillus Calmete Guerin)

Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycrobakterium tuberculosis.

2. DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

Vaksin DPT melindungi anak terhadap penyakit Difteri yang disebabkan oleh

Corynebacterium diphteriae, penyakit Pertusis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertusis, penyakit tetanus yang disebabkan oleh Clostridium tetani.

3. Polio

Vaksin polio melindungi anak dari penyakit polio (Poliomyelitis) yang disebabkan oleh virus.

4. Campak

Melindungi anak dari penyakit campak (measles) yang disebabkan oleh virus dari golongan Paramyxo virus.

5. Hepatitis B

Melindungi anak terhadap penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh virus. 2.3.3. Jadwal Pemberian Imunisasi

Berbagai vaksin tersedia untuk menangkal bermacam-macam penyakit dengan cara pemakaian dan permberian yang berbeda. Ada vaksin yang perlu dikombinasiakan, ada juga yang diberikan dalam bentuk suntikan tunggal. Pemberian


(30)

nya ada yang cukup sekali, ada yang harus dibagi dalam beberapa dosis selama beberapa bulan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi yang wajib di Indonesia

Vaksin Pemberian Interval Umur

BCG 1x - 0-1 bulan

DPT 3x 4 minggu

minimum

2-4 bulan

POLIO 4x 4 minggu 0-4 bulan

CAMPAK 1x - 9-11 bulan

HEPATITIS B 3x 1 & 2 1 bulan 1 & 3 1 bulan

0-4 bulan Sumber : Depkes RI 2008

2.4. Penilaian Status Gizi

Status Gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu antara konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi : antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung meliputi survey konsumsi makanan , statistik vital dan faktor ekologi.

Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Antropometri gizi adalah hubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri yang digunakan adalah dengan menggunakan indeks BB/U (berat badan menurut umur). Berat badan adalah salah satu parameter yang


(31)

memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya penyakit infeksi dan menurunnya nafsu makan sehingga parameternya sangat labil (Supariasa, 2002).

Untuk menilai status gizi dengan menggunakan indeks BB/U yang dikonversikan dengan baku rujukan WHO-NCHS dimana status gizi dapat dibagi 4 kategori :

1. Gizi baik bila nilai skor Z terletak antara -2 SD ≤ Z < +2 SD 2. Gizi kurang bila nilai skor Z terletak antara -3 SD ≤ Z < -2 SD 3. Gizi buruk bila nilai skor Z < -3 SD

4. Gizi lebih bila nilai skor Z ≥ +2 SD

2.5. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Meningkatnya penggunaan susu formula untuk makanan bayi, dapat menimbulkan berbagai masalah di negara-negara berkembang. Misalnya yang terkenal dengan trias Jeliffe yang terdiri dari : kekurangan kalori proterin tipe marasmus, moniliasis pada mulut, dan diare karena infeksi. Angka kesakitan dan kematian akibat diare di negara-negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-lebih pada anak yang mendapat susu formula, angka tersebut Lebih-lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI. Hal ini disebabkan karena nilai gizi ASI yang tinggi, adanya antibodi pada ASI, sel-sel lekosit, emzim, hormon dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi (Soetjiningsih, 1997).

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Data SUSENAS menunjukkan status gizi kurang pada


(32)

balita menurun dari 37,5 % pada tahun 1989 menjadi 26,4 % pada tahun 1999. tetapi untuk kasus gizi buruk terjadi peningkatan yaitu 6,3 % pada tahun 1989 menjadi 11,4 % pada tahun 1995 (DepKes RI, 2002)

Dari penelitian Manoho di Deli Serdang tahun 2005 diketahui bahwa praktek pemberian ASI berhubungan dengan pertumbuhan anak. Semakin rendah tingkat pemberian ASI makin tinggi angka pertumbuhan anak kategori gizi kurang, baik dilihat dari indeks BB/U maupun PB/U. Pada penelitian Suharyono dan Hariarti di Jakarta tahun 1978 bahwa status gizi baik lebih tinggi pada kelompok yang diberi ASI yaitu 43,8% dari pada susu buatan 33,5%.

Hal ini didukung oleh penelitian Firdaus dkk di Aceh tahun 1996 terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan pemberian ASI, dimana 10,1 % yang mendapat ASI menderita gizi kurang bila dibandingkan dengan 27 % yang diberi PASI dengan atau tanpa ASI menderita gizi kurang.

2.6. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI sebaiknya diberikan pada umur yang tepat yakni pada saat usia anak 6 bulan. Resiko pemberian MP-ASI sebelum umur 6 bulan ialah ( Pudjiadi, 2005) :

1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas 2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut 3. Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan

4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewaran atau zat pengawet yang tidak diinginkan


(33)

Sebaliknya penundaan pemberian MP-ASI akan menghambat pertumbuhan karena energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi kebutuhannya lagi (Pudjiadi, 2005).

Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Prinsip Pemberian MP-ASI

6-8 bulan 8-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan

Jenis

1 jenis bahan dasar (6 bulan) 2 jenis bahan

dasar (7 bulan)

2-3 jenis bahan dasar (disajikan secara terpisah atau dicampur)

3-4 jenis bahan dasar (sajikan secara terpisah atau dicampur Makanan keluarga (tanpa garam, gula, hindari penyedap, hindari santan dan gorengan) Tekstur

Semi cair (dihaluskan atau pure), secara

bertahap kurangi campuran air sehingga menjadi semi padat Lunak (disaring) dan potongan makanan yang dapat digenggam dan mudah larut Kasar (dicincang). Makanan yang dipotong dan dapat digenggam. Padat Frekuensi

Makanan utama : 1-2 x/hari, camilan 1x/hari Makanan utama: 2-3x/hari. Camilan 1x/hari Makanan utama: 3/hari. Camilan 2x/hari Makanan utama: 3/hari. Camilan 2x/hari Porsi 1-2 st, secara bertahap

ditambahkan 2-3 sm makanan semi padat. Potongan makanan seukuran sekali gigit 3-4 sm makanan semi padat yang kasar. Potongan makanan seukuran sekali gigit

5 sm makanan atau lebih

ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi

Sumber : Safitri, 2007

2.7. Status Gizi Bayi Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi

Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh anak akan membawa pengaruh terhadap gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah menurunnya


(34)

nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang diberikan ibunya. Penolakan terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat gizi dalam tubuh anak. Keadaan akan berangsur memburuk jika infeksi itu disertai muntah yang mengakibatkan hilangnya zat gizi. Kehilangan zat gizi dan cairan akan semakin banyak apabila anak juga menderita diare. Adanya muntah dan diare dengan sangat cepat akan mengubah tingkat gizi anak ke arah gizi buruk (Moehji, 1998).

Dengan imunisasi anak akan terhindar dari penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan reaksi antigen-antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, dan bahan kimia yang mungkin akan merusak tubuh (Markum, 1997).

Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan dapat juga mengganggu produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak dapat dicerna dengan baik dan ini berarti penyerapan zat gizi akan mengalami gangguan sehingga dapat memperburuk keadaan gizi. Adanya penyakit infeksi dalam tubuh akan membawa pengaruh terhadap gizi anak sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah menurunnya nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang diberikan ibunya, penolakan terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat gizi kedalam tubuh anak. Adanya infeksi mengakibatkan terjadinya penghancuran jaringan tubuh, baik oleh bibit penyakit itu sendiri maupun penghancuran untuk memperoleh protein yang diperlukan untuk pertahanan tubuh ( Moehji, 2003).

Penelitian Renika di kecamatan Medan Baru tahun 2006 menyatakan terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi balita. Dari 40 balita yang diimunisasi lengkap terdapat 4 orang dengan status gizi kurang dan buruk. Sementara


(35)

Pemberian ASI -ASI Eksklusif -Tidak ASI Eksklusif

11 balita yang imunisasinya tidak lengkap terdapat 8 balita dengan status gizi kurang dan buruk.

2.8. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti dapat digambarkan sebagai berikut

Daya tahan tubuh terhadap penyakit

variabel yang diteliti

variabel tidak diteliti

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberian ASI, Pemberian MP-ASI dan Pemberian Imunisasi. Variabel terikat adalah Status Gizi bayi (7-12 bulan).

Pemberian MP ASI

Pemberian Imunisasi -Lengkap

-Tidak Lengkap

Status Gizi Bayi (7-12 Bulan)


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, yaitu melihat gambaran pemberian ASI, pemberian MP-ASI, pemberian imunisasi serta status gizi bayi (7-12 bulan) di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008.

Disain penelitian ini adalah cross sectional, dimana data dikumpulkan pada saat tertentu.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan, dengan pertimbangan bahwa masih ada ditemukan kasus gizi buruk dan kurang yang ditemuka n di Kecamatan Medan Selayang. Hal ini berdasarkan laporan Pemantauan Status Gizi tahun 2008 Puskesmas PB-Selayang II ditemukan 2 % bayi (7-12 bulan) menderita gizi kurang dan gizi buruk.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2008. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh bayi pada saat penelitian berumur 7-12 bulan dengan tujuan untuk mengetahui bayi telah diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dan melihat tata cara pemberian MP-ASI yang sesuai menurut umur bayi.


(37)

Berdasarkan data Puskesmas PB selayang II, bayi (7-12 bulan) yang terdaftar dan memiliki KMS berjumlah 399 orang pada bulan November 2008.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian bayi pada saat penelitian berumur 7-12 bulan. Besar sampel ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo,2002) :

2 ) ( 1 N d

N n + = 2 ) 1 , 0 ( 399 1 399 + = n 95 , 79 =

n =80 Orang Keterangan :

=

n Besar sampel =

N Besar populasi =

d Tingkat Kepercayaan yang diinginkan (0,1)

Dari perhitungan rumus di atas diperoleh besar sampel sebanyak 79,95 (dibulatkan menjadi 80 orang bayi (7-12 bulan). Untuk masing-masing kelurahan, pemgambilan sampel dilakukan dengan cara Proporsional Alocation Methode (Gasperz, 1991) :

n N Nh nh= ×

12 80 399 60 = × =

nh sampel Kelurahan PB selayang I

14 80 399 72 = × =


(38)

17 80 399 84 = × =

nh sampel Kelurahan Tanjung Sari

10 80 399 51 = × =

nh sampel Kelurahan Asam Kumbang

12 80 399 58 = × =

nh sampel Kelurahan Beringin

15 80 399 74 = × =

nh sampel Kelurahan Sempakata

Keterangan : =

nh besar sampel setiap Kelurahan =

Nh populasi tiap Kelurahan =

n total sampel =

N total populasi

Yang menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu memiliki bayi yang terpilih sebagai sampel. Sampel dipilih dengan cara Simple Random Sampling. 3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara terhadap sampel dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi :

− Data identitas responden

− Pemberian ASI

− Pemberian MP-ASI

− Kelengkapan imunisasi


(39)

2. Data sekunder adalah data gambaran umum kecamatan medan selayang yaitu data mengenai jumlah penduduk, karakteristik penduduk dan geografis.

3.4.2. Metode Pengumpulan Data.

1. Data identitas responden dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terdiri dari 7 pertanyaan.

2. Pemberian ASI Eksklusif diketahui melalui pertanyaan dengan menggunakan kuesioner.

3. Pemberian MP-ASI diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner

4. Kelengkapan Imunisasi diperoleh dengan melihat KMS bayi dan wawancara menggunakan kuesioner

5. Untuk status gizi bayi (7-12 bulan) terlebih dahulu diketahui berat badan

6. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas dan Profil Kecamatan Medan Selayang. 3.5. Instrumen Penelitian

1. Daftar Pertanyaan (kuesioner)

2. Timbangan dacin dengan ketelitian 0,1 kg, kapasitas 20 kg 3.6. Definisi Operasional

1. Pemberian ASI adalah perilaku pemberian ASI secara Eksklusif dan tidak Eksklusif.

2. Pemberian MP-ASI adalah gambaran mengenai tindakan ibu dalam pemberian MP-ASI dilihat dari jenis,tekstur, frekuensi dan porsi yang disesuaikan dengan umur bayi(7-12 bulan).


(40)

Tekstur adalah MP-ASI berdasarkan bentuk makanan yaitu cair, lunak, padat.

Frekuensi adalah keseringan pemberian MP-ASI

Porsi adalah banyaknya MP-ASI yang diberikan

3. Kelengkapan imunisasi adalah imunisasi yang diberikan kepada bayi(7-12 bulan) seseuai dengan anjuran pemerintah yang disesuaikan dengan umur bayi (7-12 bulan).

4. Status Gizi Bayi adalah keadaan yang dapat memberikan petunjuk tentang keadaan gizi bayi yang diukur berdasarkan indeks BB/U menurut standar WHO-NCHS.

3.7. Aspek Pengukuran 1. Pemberian ASI

Diketahui dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner. Kuesioner pemberian ASI terdiri dari 2 pernyataan kriteria Pemberian ASI Eksklusif. ASI Ekskluisf jika pernyataan nomor 1 dan 2 dijawab ya. Tidak ASI Eksklusif jika salah satu atau 2 pernyataan tersebut tidak dijawab tidak.

2. Pemberian MP-ASI

Komponen tindakan pemberian MP-ASI terdiri dari 9 pertanyaan dengan tipe jawaban berskala likert yaitu terus menerus dilakukan (TM) diberi skor 4, sering dilakukan (S) diberi skor 3, kadang-kadang dilakukan (KK) diberi skor 2, tidak pernah dilakukan(TP) diberi skor 1. Kecuali untuk pertanyaan no 4 pada pemberian MP-ASI anak usia 6-8 bulan, 8-9 bulan, diberi skor 4 untuk yang tidak pernah dilakukan. Skor 3 untuk yang kadang-kadang dilakukan, skor 2 untuk yang sering


(41)

dilakukan, dan skor 1 untuk yang selalu dilakukan. Skor tertinggi adalah 36 dan terendah adalah 4.

Berdasarkan kriteria di atas tindakan pemberian MP-ASI dikategorikan atas 3 (Arikunto, 2002) :

1. Baik, bila nilai responden > 75% dari nilai maksimal yaitu > 27 poin

2. Sedang, bila nilai responden 40 - 75% dari nilai maksimal yaitu 14-27 poin 3. Kurang, bila nilai responden < 40% dari nilai maksimal yaitu < 14 poin 3. Imunisasi

− Lengkap apabila bayi (7-12 bulan) telah mendapatkan imunisasi sesuai dengan umurnya secara lengkap.

− Tidak lengkap apabila bayi (7-12 bulan) telah mendapatkan imunisasi sesuai dengan umurnya, tetapi ada satu atau lebih imunisasi yang belum diterima. 4. Status Gizi Bayi

Diukur dengan menggunakan simpangan baku (Z-Skor) dengan menggunakan rumus :

Rujukan Baku

Simpang Nilai

Rujukan Baku

Median NIlai

Subjek Individu

Nilai Skor

z− = −

Status Gizi menurut WHO-NCHS sebagai berikut : Berdasarkan Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Status gizi buruk dengan nilai Z-skor < -3 SD

− Status gizi kurang dengan nilai Z-skor ≥−3SDs/d <−2SD − Status gizi baik dengan nilai Z-skor ≥−2SD s/d +2SD − Status gizi lebih dengan nilai Z skor ≥ +2 SD


(42)

3.8. Pengolahan dan Teknik Analisa Data 3.8.1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputerisasi yaitu : pengeditan, melihat dan memeriksa apakah pertanyaan telah terisi, dapat dibaca dan apakah ada kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses pengolahan data. Data yang dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk distribusi frekeunsi.

3.8.2. Teknik Analisa data

Setelah semua data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, selanjutnya data tersebut dianalisa secara deskriptif.


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Kecamatan Medan Selayang secara geografis terletak di wilayah Barat Daya Kota Medan yang terdiri dari 6 kelurahan, dengan luas wilayah 23,79 Km2 dan batas-batas wilayah sebagai berikut :

− Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal

− Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor

− Sebelah Timur : Kecamatan Medan Polonia

− Sebelah Barat : Kecamatan Medan Sunggal dan Kabupaten Deli Serdang.

4.1.2. Keadaan Penduduk

Penduduk di Kecamatan Medan Selayang berjumlah 91.489 jiwa.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah %

1 0 – 1 1266 1,38

2 1 - 4 5782 6,32

3 5 - 6 3200 3,49

4 7 - 12 10169 11,12

5 13 - 15 5870 6,42

6 16 - 18 6018 6,58

7 19 - 25 12882 14,08

8 26 - 35 14737 16,11

9 36 - 45 13566 14,83

10 46 - 50 7308 7,99

11 51 - 60 10691 11,68

Jumlah 91.489 100,00


(44)

Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa kelompok umur penduduk terbanyak adalah pada kelompok umur 26-35 tahun dengan jumlah 14737 (16,11 %) dan kelompok umur penduduk yang terendah adalah pada umur 0-1 tahun dengan jumlah 1266 (1,38 %).

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Pendidikan Terakhir Jumlah %

1 Belum Sekolah 8609 9,41

2 Tidak Tamat SD 1540 1,68

3 Tamat SD 16205 17,72

4 SLTP/Sederajat 22197 24,27

5 SLTA/Sederajat 34640 37,86

6 Akademi(D1-D3) 5458 5,96

7 S1/S2/S3 2840 3,10

Jumlah 91.489 100,00

Sumber : Profil Kecamatan Medan Selayang Tahun 2007

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa pendidikan terakhir penduduk terbanyak adalah SLTA/Sederajat dengan jumlah 34.640 orang ( 37,86 %) dan pendidikan terakhir penduduk yang paling sedikit adalah tidak tamat SD yakni sebanyak 1540 orang (1,68 %).

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Pekerjaan Jumlah %

1 Tni/polri 1501 8,13

2 Pns 2991 16,20

3 Buruh/swasta 7096 38,44

4 Sopir 703 3,81

5 Pedagang 2717 14,72

6 Pengemudi becak 740 4,02

7 Tukang batu 601 3,25

8 Tukang kayu 405 2,19

9 Montir 225 1,22

10 Dokter 140 0,76

11 Peternak 43 0,23

12 Pengusaha 948 5,14

13 Penjahit 144 0,78

14 Pengrajin 205 1,11

Jumlah 18.459 100,00


(45)

Berdasarkan pekerjaan, yang ditunjukkan pada tabel 4.3 di atas diketahui bahwa pekerjaan penduduk yang terbanyak adalah Buruh/Swasta sebanyak 7096 orang(38,44 %), sedangkan pekerjaan penduduk terendah adalah peternak yakni sebanyak 43 orang (0,23 %).

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Agama Jumlah %

1 Islam 55233 60,37

2 Kristen Protestan 25554 27,93

3 Budha 1097 1,20

4 KristenKatolik 8216 8,98

5 Hindu 1389 1,52

Jumlah 91489 100,00

Sumber : Profil Kecamatan Medan Selayang Tahun 2007

Agama yang paling banyak dianut di Kecamatan Medan Selayang berdasarkan tabel 4.4 adalah agama Islam yakni sebanyak 55233 orang (60,37 %) dan yang paling sedikit adalah agama Budha yaitu 1097 orang (1,20 %)

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Suku Jumlah %

1 Melayu 11768 12,88

2 Jawa 32931 35,99

3 Karo 20859 22,80

4 Mandailing 2560 2,79

5 Batak 18311 20,01

6 dll( Aceh, Minang, China, India ) 5060 5,53

Jumlah 91489 100,00

Sumber : Profil Kecamatan Medan Selayang tahun 2007

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa suku jawa merupakan suku terbanyak di Kecamatan Medan Selayang dengan jumlah 32931 orang (35,99 %) dan yang paling sedikit adalah suku Mandailing yakni sebanyak 2560 orang (2,79 %).


(46)

Karakteristik Ibu (Responden) 4.2.1. Umur

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu memiliki bayi umur 7-12 di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Umur (Tahun) Jumlah %

1 20 - 24 6 7,50

2 25 - 29 32 40,00

3 30 - 34 34 42,50

4 35 - 39 8 10,00

Jumlah 80 100,00

Berdasarkan hasil penelitian, umur responden yang terlihat pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa umumnya responden berumur 25-29 tahun 32 orang (40 %) dan 30-34 tahun 34 orang (42,5 %). Yang paling sedikit berumur 20-24 tahun yaitu 6 orang (7,50%). Umur responden yang termuda adalah 21 tahun dan yang tertua 39 tahun.

4.2.2. Suku

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, suku responden dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 4.7. Distribusi Responden berdasarkan Suku di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Suku Jumlah %

1 Jawa 47 58,75

2 Melayu 14 17,50

3 Batak 13 16,25

4 Karo 5 6,25

5 Aceh 1 1,25


(47)

Dari 80 responden yang diteliti, suku paling banyak adalah suku Jawa yakni 47 orang (58,75 %) dan paling sedikit adalah suku Aceh yaitu 1 orang (1,25 %). 4.2.3. Agama

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui agama yang dianut oleh responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8. Distribusi Responden berdasarkan Agama di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Agama Jumlah %

1 Islam 65 81,25

2 Kristen 15 18,75

Jumlah 80 100,00

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa umumnya ibu yang menjadi responden beragama Islam yakni 65 orang ( 81,25 %) dan yang beragama Kristen 15 orang (18,75 %).

4.2.4. Pendidikan Terakhir

Untuk mengetahui pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Pendidikan Jumlah %

1 SD/Sederajat 3 3,75

2 SMP/Sederajat 19 23,75

3 SMA/Sederajat 54 67,50

4 D-1 1 1,25

5 S-1 3 3,75


(48)

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa pendidikan terakhir responden yang terbanyak adalah SMA/Sederajat yakni sebanyak 54 orang (67,5 %) dan yang paling sedikit adalah D-1 sebanyak 1 orang (1,25 %).

4.2.5. Pekerjaan

Berdasarkan data penelitian pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Pekerjaan Jumlah %

1 Ibu Rumah Tangga 71 88,75

2 Pegawai Swasta 7 8,75

3 Buruh Pabrik 1 1,25

4 Penjahit 1 1,25

Jumlah 80 100,00

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang menjadi respoden adalah ibu rumah tangga yakni sebanyak 71 orang (88,75 %) dan 9 orang yang bekerja yakni 7 orang (8,75 %) sebagai pegawai swasta, 1 orang (1,25%) sebagai buruh pabrik dan 1 orang (1,25 %) sebagai penjahit.

4.2.6. Pendapatan Keluarga

Untuk mengetahui pendapatan keluarga responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11. Distribusi Responden berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Pendapatan Keluarga Jumlah %

1 ≥Rp822.205 70 87,50

2 ≤Rp822.205 10 12,50


(49)

Berdasarkan penelitian, pendapatan keluarga yang ditunjukkan pada tabel 4.12 di atas, diketahui bahwa sebagian besar pendapatan keluarga responden ≥ 822.205 sebanyak 70 orang (87,50 %) yang berarti lebih atau memenuhi Upah Minimum Regional (UMR) Kota Medan tahun 2008 (Rp 822.205), dan terdapat 10 orang (12,50%) yang pendapatan keluarganya < Rp 822.205.

Karakteristik Bayi (7-12 Bulan) 4.3.1. Umur dan Jenis Kelamin

Umur bayi dikelompokkan bedasarkan tata cara pemberian MP-ASI yang disesuaikan dengan umur bayi. Dari data yang diperoleh jenis kelamin bayi (7-12 bulan) berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12. Distribusi Jenis Kelamin Bayi Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008

No Kelompok Umur (Bulan)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki perempuan

n % n % n %

1 7 - 8 21 44,68 15 45,46 36 45,00

2 8 - 9 10 21,28 4 12,12 14 17,50

3 9 -12 16 34,04 14 42,42 30 37,50

Jumlah 47 58,75 33 41,25 80 100,00

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.13, umur bayi terbanyak adalah 7-8 bulan yakni sebanyak 36 orang (45 %) dimana terdapat 21 bayi laki-laki dan 15 bayi perempuan dan yang paling sedikit adalah umur 8-9 bulan yakni 14 orang (17,50 %) dimana terdapat 10 bayi laki-laki dan 4 bayi perempuan.


(50)

4.4. Pemberian ASI

4.4.1 Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah bayi (7-12 bulan) yang memperoleh ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.13. Distribusi Bayi (7-12 bulan) Menurut Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

No Pemberian ASI n %

1 ASI Eksklusif 9 11,25

2 4 bulan 16 20,00

3 < 4 bulan 55 68,75

Jumlah 80 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat 55 (68,75 %) bayi (7-12 bulan) diberikan ASI saja pada umur < 4 bulan, 16 (20 %) bayi (7-12 bulan) diberikan ASI saja sampai umur 4 bulan dan hanya 9 (11,25 %) bayi (7-12 bulan) yang diberikan ASI saja sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif).

4.4.2. Pemberian kolostrum

Dari data yang diperoleh jumlah bayi yang memperoleh kolostrum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.14. Distribusi bayi (7-12 bulan) Menurut Pemberian Kolostrum di kecamatan Medan Selayang tahun 2008

No Pemberian Kolostrum n %

1 Memberikan 54 67,50

2 Tidak memberikan 26 32,50

Jumlah 80 100,00

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.16 dapat diketahui bahwa bayi (7-12 bulan) yang diberikan Kolostrum sebanyak 54 orang (67,50 %) dan yang tidak diberikan Kolostrum 26 Orang (32,50 %). Dari 54 orang yang


(51)

mendapat kolostrum terdapat 14 orang bayi yang langsung diberikan ASI satu jam setelah dilahirkan.

4.5. Pemberian MP ASI

Makanan Pendamping ASI sebaiknya diberikan pada umur yang tepat yakni pada saat usia anak 6 bulan karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Jenis, tekstur, frekuensi dan porsi makanan yang diberikan pun harus disesuaikan dengan umur bayi. Pada saat umur 7-8 bulan bayi diberikan makanan dari tepung atau susu dengan tekstur lunak dan cair frekuensi 1-2 x sehari dengan porsi 1-2 sendok dan secara bertahap ditambah. Umur 8-9 bulan berikan makanan lunak seperti nasi tim saring yang dicampur lauk dan sayur frekuensi 2-3 x sehari dengan porsi 2-3 sendok. Umur 9-12 bulan berikan makanan semi padat seperti nasi tim yang dicampur lauk dan sayur frekuensi 3 x sehari dengan porsi 3-4 sendok.

4.5.1. Pemberian MP-ASI menurut Jenis Makanan Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian pemberian MP-ASI menurut jenis makanan berdasarkan umur bayi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15. Distribusi Bayi Menurut Jenis MP-ASI yang Diberikan Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

Jenis MP-ASI

No

Kelompok Umur

bubur nasi + susu/bubur

nasi + lauk/bubur nasi + sayur

tim Saring campuran nasi + lauk + sayur

tim campuran nasi + lauk +

sayur.

sari buah Jumlah

(Bulan) n % n % n % n %

1 7 - 8 29 80,55 6 16,67 1 2,78 36 100,00 2 8 - 9 2 14,28 9 64,29 3 21,43 14 100,00 3 9 - 12 0 0,00 9 30,00 21 70,00 30 100,00 Jumlah 31 38,75 24 30,00 25 31,25 80 100,00


(52)

Dari tabel di atas dapat dilihat bayi umur 7-8 bulan diberikan MP-ASI berdasarkan jenis makanan yang sesuai dengan umur bayi dengan jumlah 29 orang (80,55 %), bayi umur 8-9 bulan dengan jumlah 9 orang (64,29 %) dan bayi umur 9-12 bulan sebanyak 21 orang (70 %).

4.5.2. Pemberian MP-ASI menurut Tekstur Makanan Berdasarkan Umur

Dari data yang diperoleh pemberian MP-ASI menurut tekstur makanan berdasarkan umur bayi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.16. Distribusi Bayi Menurut Tekstur MP-ASI yang Diberikan Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 Tekstur MP-ASI

No

Kelompok Umur

Semi Cair (dihaluskan

atau pure)

Lunak (disaring

Kasar

(dicincang) Jumlah

(Bulan) n % n % n % n %

1 7 - 8 30 83,33 6 16,67 0 0,00 36 100,00 2 8 - 9 4 28,57 9 64,29 1 7,14 14 100,00 3 9 - 12 0 0,00 7 23,33 23 76,67 30 100,00 Jumlah 34 42,50 22 27,50 24 30,00 80 100,00

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa bayi umur 7-8 bulan diberikan MP-ASI berdasarkan tekstur makanan yang sesuai dengan umur bayi berjumlah 30 orang (83,33 %), bayi umur 8-9 bulan sebanyak 9 orang (64,29 %) dan bayi umur 9-12 bulan dengan jumlah 23 orang (76,67 %).

4.5.3. Pemberian MP-ASI menurut Frekuensi Pemberian Makanan Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian pemberian MP-ASI menurut frekuensi pemberian makanan berdasarkan umur bayi dapat dilihat pada tabel berikut.


(53)

Tabel 4.17. Distribusi Bayi Menurut Frekuensi Pemberian MP-ASI yang Diberikan Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

Frekuensi Pemberian MP-ASI

No

Kelompok

Umur 1-2 x sehari 2-3 x sehari 3 x sehari Jumlah

(Bulan) n % n % n % n %

1 7 - 8 35 97,22 1 2,78 0 0,00 36 100,00 2 8 - 9 5 35,71 9 64,29 0 0,00 14 100,00 3 9 - 12 6 20,00 3 30,00 21 70,00 30 100,00 Jumlah 46 57,50 13 16,25 21 26,25 80 100,00

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa bayi umur 7-8 bulan diberikan MP-ASI berdasarkan frekuensi pemberian makanan yang sesuai dengan umur bayi berjumlah 35 orang (97,22 %), bayi umur 8-9 bulan dengan jumlah 9 orang (64,29 %) dan bayi umur 9-12 bulan sebanyak 21 orang (70,00 %).

4.5.4. Pemberian MP-ASI Menurut Porsi Makanan yang Diberikan Berdasarkan Umur

Dari data yang diperoleh pemberian MP-ASI menurut porsi pemberian makanan berdasarkan umur bayi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.18. Distribusi Bayi Menurut porsi Pemberian MP-ASI yang Diberikan Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 Porsi Pemberian MP-ASI No

Kelompok

Umur 1-2 sendok 2-3 sendok 3-4 sendok Jumlah

(Bulan) n % n % n % n %

1 7 - 8 26 72,22 2 5,56 8 2,22 36 100,00 2 8 - 9 2 14,29 7 50,00 5 35,71 14 100,00 3 9 - 12 7 23,33 2 6,67 21 70,00 30 100,00 Jumlah 35 43,75 11 13,75 34 42,50 80 100,00

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa bayi umur 7-8 bulan diberikan MP-ASI berdasarkan porsi pemberian makanan yang sesuai dengan umur bayi


(54)

berjumlah 26 orang (72,22 %), bayi umur 8-9 bulan dengan jumlah 7 orang (50,00 %) dan bayi umur 9-12 bulan sebanyak 23 orang (70,00 %).

4.5.5. Kategori Pemberian MP-ASI Menurut Umur

Berdasarkan penelitian jumlah bayi menurut kategori pemberian MP-ASI berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.19. Distribusi Bayi Menurut Kategori Pemberian MP-ASI Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

Kelompok Pemberian MP-ASI

No Umur Baik Sedang Kurang Jumlah

(Bulan) n % n % n % n %

1 7 - 8 26 72,22 6 16,67 4 11,11 36 100,00 2 8 - 9 9 64,29 3 21,43 2 14,28 14 100,00 3 9 - 12 21 70,00 7 23,33 2 6,67 30 100,00 Jumlah 56 70,00 16 20,00 8 10,00 80 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat pada kelompok umur 7-8 bulan terdapat 72,22 % bayi yang diberikan MP-ASI baik, 16,67 % bayi diberikan MP-ASI sedang dan 11,11 % bayi diberikan MP-ASI kurang. Pada kelompok umur 8-9 bulan terdapat 64,29 % bayi yang diberikan MP-ASI baik, 21,43 % bayi diberikan MP-ASI sedang dan 14,28 bayi diberikan MP-ASI kurang. Pada kelompok umur 9-12 bulan terdapat 70 % bayi diberikan MP-ASI baik, 23,33 % diberikan MP-ASI sedang dan 6,67 % bayi diberikan MP-ASI kurang.

4.6. Imunisasi yang didapat bayi

4.6.1. Pemberian Imunisasi Menurut Umur

Dari data yang diperoleh pemberian imunisasi berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut.


(55)

Tabel 4.20. Distribusi Bayi Menurut Pemberian Imunisasi Berdasarkan Umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

Kelompok Umur (bulan) No Jenis Imunisasi 7 - 8 8 - 9 9 - 12

Cakupan Imunisasi dapat tidak dapat tidak dapat tidak n %

1 BCG 34 2 13 1 27 3 80 92,50 2 HB 0 32 4 11 3 23 7 80 82,50 3 HB 1 36 0 14 0 30 0 80 100,00 4 HB 2 36 0 14 0 30 0 80 100,00 5 HB 3 36 0 14 0 30 0 80 100,00 6 Polio 1 36 0 14 0 30 0 80 100,00 7 Polio 2 36 0 14 0 30 0 80 100,00 8 Polio 3 36 0 14 0 30 0 80 100,00 9 Polio 4 36 0 14 0 30 0 80 100,00 10 DPT 1 34 2 14 0 30 0 80 97,50 11 DPT 2 36 0 14 0 30 0 80 100,00 12 DPT 3 36 0 14 0 24 6 80 92,50 13 DPT 4 36 0 14 0 30 0 80 100,00 14 Campak - - 16 0 30 0 44 100,00

Bayi kelompok umur 7-8 bulan terdapat 4 orang tidak mendapat vaksin HB 0 dan 2 orang diantaranya juga tidak mendapatkan vaksin BCG dan dan DPT 1. Bayi kelompok umur 8-9 bulan terdapat 3 orang tidak mendapatkan vaksin HB 0 dan 1 orang diantaranya juga tidak mendapat vaksin BCG. Bayi kelompok umur 9-12 bulan terdapat 7 orang tidak mendapatkan vaksin HB 0, 6 orang diantaranya juga tidak mendapat vaksin DPT 3 dan 3 orang diantaranya juga tidak mendapat vaksin BCG.


(56)

4.6.2. Kelengkapan Pemberian Imunisasi

Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi berdasarkan umur pada bayi (7-12 bulan) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.21. Distribusi Bayi Menurut Kelengkapan Imunisasi berdasarkan umur di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

Kelompok Kelengkapan Imunisasi No Umur Lengkap Tidak lengkap Jumlah

(Bulan) n % n % n %

1 7 - 8 32 88,89 4 11,11 36 100,00

2 8 - 9 11 78,57 3 21,43 14 100,00

3 9 - 12 23 76,67 7 23,33 30 100,00

Jumlah 66 82,50 14 17,50 80 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat pada kelompok umur 7-8 bulan terdapat 88,89 % bayi telah lengkap diimunisasi dan 11,11 % yang tidak lengkap diimunisasi. Pada kelompok umur 8-9 bulan terdapat 78,57 % bayi telah lengkap diimunisasi dan 21,43 % yang tidak lengkap. Pada kelompok umur 9-12 bulan terdapat 76,67 % bayi telah lengkap diimunisasi dan 23,33 % bayi tidak lengkap diimunisasi.

4.7. Status Gizi

Dari hasil penelitian status gizi bayi berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.22. Distribusi Bayi Menurut Status Gizi berdasarkan umur di Kecamatan Medan Selayang tahun 2008

Kelompok Status Gizi No Umur Kurang Baik Lebih Jumlah

(Bulan) n % n % n % n %

1 7 - 8 4 11,11 31 86,11 1 2,78 36 100,00 2 8 - 9 3 21,43 11 78,57 0 0,00 14 100,00 3 9 - 12 6 20,00 20 66,67 4 13,33 30 100,00 Jumlah 13 16,25 62 77,50 5 6,25 80 100,00


(57)

Tabel di atas menunjukkan bahwa status gizi pada pada kelompok umur 7 – 8 bulan paling banyak berada pada kategori gizi baik yaitu 31 orang (86,11 %), yang paling sedikit pada kategori gizi lebih yaitu 1 orang (2,78 %). Pada kelompok umur 8 – 9 bulan status gizi baik yaitu 11 orang (78,57 %), status gizi kurang 3 orang (21,43 %). Pada kelompok umur 9 – 12 bulan status gizi baik 20 orang (66,67 %), gizi kurang 6 orang (20 %), gizi lebih 4 orang (13,33 %).

4.8. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah bayi (7-12 bulan) menurut pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.23. Distribusi bayi (7-12 bulan) Menurut Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 ASI Eksklusif

No Status Gizi Ya Tidak Jumlah

n % n % n %

1 Kurang 1 7,69 12 92,31 13 100,00

2 Baik 8 12,90 54 87,10 62 100,00

3 Lebih 0 0,00 5 100,00 5 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bayi (7-12 bulan) dengan status gizi baik 87,10 % tidak memperoleh ASI Eksklusif, 12,90 % memperoleh ASI Eksklusif. Status gizi kurang 92,31 % tidak memperoleh ASI Eksklusif, 7,69 % memperoleh ASI Eksklusif. Status gizi lebih, 100 % tidak memperoleh ASI Eksklusif.

4.9. Status Gizi Bayi Berdasarkan Pemberian MP-ASI

Untuk mengetahui jumlah bayi menurut Pemberian MP-ASI dengan status gizi dapat dilihat pada tabel berikut


(1)

III.

Imunisasi

Berilah tanda checklist (

) pada kolom pemberian imunisasi yang telah didapat

sesuai dengan yang tertera di KMS.

Umur Anak Dapat Imunisasi

Jenis Imunisasi bulan

Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12

BCG

Hepatitis B HB0 HB1 HB2 HB3

Polio Polio1 Polio2 Polio3 Polio4

DPT DPT1 DPT2 DPT3

Campak

IV.

A. ASI Eksklusif

PEMBERIAN ASI

Petunjuk Pengisian :

Pada kalimat pernyataan di bawah ini, beri lah tanda cheklist (

) pada kolom

yang telah disediakan.

No

Kriteria Pemberian ASI Eksklusif

Ya

Tidak

1

Ibu memberikan ASI setengah jam atau satu jam setelah bayi lahir

2

Ibu hanya memberikan ASI kepada bayi sampai bayi berumur 6 bulan

B. Tidak ASI Eksklusif

1. Apa yang Ibu berikan ketika anak baru lahir

a. ASI

b. PASI

2. Apakah Ibu memberikan Kolostrum ( ASI yang pertama kali keluar) kepada bayi

Ibu?

a.

Memberikan

b.

Tidak memberikan

3. Sampai umur bayi berapa Ibu memberikan ASI saja pada bayi

a. 6 bulan


(2)

c. < 4 bulan

V.

Petunjuk pengisian :

PEMBERIAN MP ASI

Pada kalimat pernyataan di bawah ini, berilah tanda cheklist (

) pada tempat

yang telah disediakan. Kolom pernyataan yang diisi adalah sesuai dengan umur anak

sekarang. Misalnya umur anak sekarang 6 bulan, maka yang diisi adalah kolom

pernyataan untuk anak usia 6-8 bulan. Jawaban harus sesuai dengan yang Ibu

terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan pilihan :

TP = Tidak pernah dilakukan (0 x seminggu)

KK = Kadang-kadang dilakukan(1-2 x seminggu)

S = Sering dilakukan (3-5 x seminggu)

TM = Terus menerus dilakukan (6-7 x seminggu)

Anak usia 6-8 bulan

No

Pernyataan

TP

KK

S

TM

1

Ibu memberikan ASI sesuka bayi

2

Ibu memberikan MP-ASI 1-2 kali dalam sehari

3

Ibu memberikan makanan lunak dan cair (seperti bubur susu

atau campuran tepung beras dan susu formula, bubur instan)

4

Ibu memberikan makanan lunak saring (contoh : bubur tim

saring)

5

Ibu memberikan MP-ASI sebanyak 1-2 sendok teh untuk sekali

pemberian kemudian secara bertahap ditambah


(3)

6

Komposisi MP-ASI yang ibu berikan terdiri dari

beras/tepung-tepungan + lauk + sayur + sari buah

7

Ibu mencampurkan telur/ikan ke dalam makanan bayi

8

Ibu memberikan makanan selingan (contoh : biskuit bayi, sari

buah) 1 kali dalam sehari.

9

Sebelum ibu memberikan MP-ASI Ibu terlebih dahulu

memberikan ASI/Susu formula kepada bayi.

Anak usia 8-9 bulan

No

Pernyataan

TP

KK

S

TM

1

Ibu memberikan ASI sesuka bayi

2

Ibu memberikan MP-ASI 2-3 kali dalam sehari

3

Ibu memberikan makanan lunak saring (contoh: nasi tim saring)

4

Ibu memberikan makanan semi padat (nasi tim)

5

Ibu memberikan MP-ASI sebanyak 2-3 sendok teh untuk sekali

pemberian

6

Komposisi MP-ASI yang ibu berikan terdiri dari

beras/tepung-tepungan + lauk + sayur + sari buah

7

Ibu mencampurkan telur/ikan ke dalam makanan bayi

8

Ibu memberikan makanan selingan (contoh : biskuit bayi, sari

buah) 1 kali dalam sehari.

9

Sebelum ibu memberikan MP-ASI Ibu terlebih dahulu

memberikan ASI/Susu formula kepada bayi.


(4)

No

Pernyataan

TP

KK

S

TM

1

Ibu memberikan ASI sesuka bayi

2

Ibu memberikan MP-ASI 3 kali dalam sehari

3

Ibu memberikan makanan semi padat (contoh: nasi tim)

4

Ibu memberikan makanan padat seperti makanan keluarga

5

Ibu memberikan MP-ASI sebanyak 3-4 sendok teh untuk sekali

pemberian

6

Komposisi MP-ASI yang ibu berikan terdiri dari

beras/tepung-tepungan + lauk + sayur + sari buah

7

Ibu mencampurkan telur/ikan ke dalam makanan bayi

8

Ibu memberikan makanan selingan (contoh : biskuit bayi, sari

buah) 2 kali dalam sehari.

9

Sebelum ibu memberikan MP-ASI Ibu terlebih dahulu

memberikan ASI/Susu formula kepada bayi.


(5)

MASTER DATA RESPONDEN

NO NAMA UMUR SUKU AGAMA PENDIDIKAN PEKERJAAN

1 LIA 22 JAWA ISLAM SMU IRT

2 JUMITA 31 KARO KRISTEN SMU IRT

3 SULASTRI 34 JAWA ISLAM SD IRT

4 FARIDAH 30 JAWA ISLAM SMU IRT

5 KARTINI 30 JAWA ISLAM SMP IRT

6 HOTLAN BR HUTASOIT 37 BATAK KRISTEN SMU IRT 7 ROMAULI SIMANJUNTAK 37 BATAK KRISTEN SMP 1RT

8 YANTI 34 JAWA ISLAM SMU IRT

9 MASITAH 22 MELAYU ISLAM SMU IRT

10 SITI 38 JAWA ISLAM SMU IRT

11 LINA 26 JAWA ISLAM SMU IRT

12 ENI 32 KARO KRISTEN S-1 IRT

13 MAHDALENI 33 ACEH ISLAM S-1 IRT

14 TIKA 32 BATAK KRISTEN SMU

BURUH PABRIK

15 MARIANI 25 JAWA ISLAM SMU IRT

16 APRIANI 21 KARO ISLAM SMP IRT

17 MARDIAH 37 JAWA ISLAM SMU IRT

18 JULIA 28 JAWA ISLAM D-I

PEG SWASTA 19 ESMIANTA TARIGAN 30 KARO KRISTEN SMU IRT 20 ADELIA MARPAUNG 32 BATAK KRISTEN S-1

PEG SWASTA

21 IDA 33 MELAYU ISLAM SMK IRT

22 YANI 23 JAWA ISLAM SMU IRT

23 JAMILAH 32 JAWA ISLAM SMU IRT

24 WALNATIATI 39 JAWA ISLAM SMU IRT 25 RIKA EFRIDAYANA 27 JAWA ISLAM SMU IRT

26 EMMI 38 JAWA ISLAM SD IRT

27 ITA MINARNI 29 MELAYU ISLAM SMK IRT

28 SUNARTI 31 JAWA ISLAM SMP IRT

29 NUR AINA 29 MELAYU ISLAM SMP IRT 30 AFIATUN KHASANAH 28 JAWA ISLAM SMU IRT

31 KHOFIFAH 31 JAWA ISLAM SMU IRT

32 PIFI ARWIANA 26 JAWA ISLAM SMU IRT 33 ILIN YULIA NINGSIH 28 JAWA ISLAM SMU IRT 34 RAHMA YUNISTI 26 MELAYU ISLAM SMU

PEG SWASTA 35 SEPTIN NAINGGOLAN 32 BATAK KRISTEN SMP IRT 36 RINA HARTATI 26 JAWA ISLAM SMU IRT 37 MALAHAYATI 27 MELAYU ISLAM SMK IRT

38 EVI 23 JAWA ISLAM SMK IRT

39 SURIYANI 27 MELAYU ISLAM SMU

PEG SWASTA


(6)

40 DIANA 28 BATAK KRISTEN SD IRT

41 ZURAIDAH 31 BATAK ISLAM SMU IRT

42 BAITI 27 MELAYU ISLAM SMU

PEG SWASTA

43 FATIMAH 32 JAWA ISLAM SMU IRT

44 SUTIYAH 34 JAWA ISLAM SMP IRT

45 SITI ASMAH 29 JAWA ISLAM SMU IRT

46 SUHARTINI 31 JAWA ISLAM SMK IRT

47 AINA 28 MELAYU ISLAM SMU IRT

48 DEWI ASTUTI 33 JAWA ISLAM SMP IRT

49 SUPIYATI 30 JAWA ISLAM SMU IRT

50 SUKIYEM 33 JAWA ISLAM SMP IRT

51 JULINDA 29 JAWA ISLAM SMU

PEG SWASTA

52 WATINI 28 JAWA ISLAM SMU IRT

53 RAHMANIATI 30 JAWA ISLAM SMU IRT 54 JENI BR TAMPUBOLON 33 BATAK KRISTEN SMU IRT 55 MURNANINGSIH 29 JAWA ISLAM SMU IRT 56 DELIMA HARTATI 31 JAWA ISLAM SMU IRT

57 MAYA SOFA 25 JAWA ISLAM SMU IRT

58 SUSI 26 MELAYU ISLAM SMU IRT

59 MULIANI 31 JAWA ISLAM SMP IRT

60 RUSINI 29 JAWA ISLAM SMU IRT

61 ELMI SADINA 31 MELAYU ISLAM SMU IRT 62 SUSILAWATI DAMANIK 27 BATAK KRISTEN SMU

PEG SWASTA

63 SUMINAH 31 JAWA ISLAM SMP IRT

64 SRI WAHYUNI 28 JAWA ISLAM SMU IRT

65 NURHANA 33 MELAYU ISLAM SMP IRT

66 HAMIDAH 38 BATAK ISLAM SMU IRT

67 RATMI 27 JAWA ISLAM SMK IRT

68 LELI MAYASARI 26 JAWA ISLAM SMU IRT

69 YOSI 28 BATAK KRISTEN SMU IRT

70 NOFRI 30 JAWA ISLAM SMP IRT

71 SRI WATI 29 JAWA ISLAM SMU IRT

72 TIURMANITA 31 BATAK KRISTEN SMP IRT 73 ENDA YUSNITA 29 MELAYU ISLAM SMK IRT

74 HENI 28 MELAYU ISLAM SMU IRT

75 ASLINA BR GINTING 32 KARO KRISTEN SMP IRT 76 HOTMAULI MALAU 24 BATAK KRISTEN SMU IRT

77 MURTINI 31 JAWA ISLAM SMU IRT

78 SUMARTI 29 JAWA ISLAM SMU IRT

79 WARNI 31 JAWA ISLAM SMU IRT


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

1 33 68

Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

13 77 118

Pola Pemberian Pisang Awak (Musa Paradisiaca Var. Awak), Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Desa Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011

12 113 94

Faktor – Faktor Kegagalan Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kisaran Barat Kota Kisaran.

7 48 66

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian Asi, MP-ASI Dan Pola Penyakit Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 36 58

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Dipuskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

0 28 68

Faktor-Faktor Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru 2014

0 39 71

Hubungan Motivasi Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 55 88

STUDI KOMPARASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMBERIAN MP–ASI DINI TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6–8 BULAN DI DESA CATURHARJO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Pemberian Asi Eksklusif dan Pemberian Mp–Asi Dini terhadap Status Gizi pada Bayi U

0 0 14