Perspektif Perempuan Dalam Politik.

'iNI;/lii

'1

ex.. NON UNI'AO

)

/ ,

Pikiran Rakyat
.
.

o Senin
1
17
( ) Jail

2


19
(i

Selasa

G)

3

18

0

P('/I

Kamis

0

24


25

JU/nat

0

11

12

67--R-n-g--ffi-'

5

20

21

Mal


0

Rabu

()

Ali'

22

(I

23

MI'l

'./1/11

(I


JI/I

26

\") A!1s

0

Sabtu

13

27

28

(") 51'11

\)


Perspektif Perempuan
Oalam Politik
Oleh Caroline Paskarlna
GaOMBANG

demokratisasi

mem-

bawa perubahan dalam banyak dimensi relasi kekuasaan, termasuk
membawa masuk wacana kesetaraan gender dalam penyelenggaraan
pemerintahan,
Wacana soal itu sebenarnya bukan hal baru bagi kaum perempuan
Indonesia. Sejak 1912, sudah berdiri organisasi Putri Merdiko di Batavia,
yang menjadi bukti kebangkitan emansipasi perempuan. Gerakan perempuan juga berkembang di Magelang, Jepara, Pemalang, Surabaya,
Bandung, bahkan sampai ke Minangkabau (Sadli, 2005). Semangat tersebut mencerminkan pe~uangan untuk kesetaraan gender bukan
hal baru dan tidak tepat bila ada yang menganggapnya sebagai akibat dari pengaruh paham negara Barat.
Kesetaraan gender sering kali hanya dimaknai sebagai perluasan hak dan peluang bag! perempuan untuk berpartisipasi dalam ranah publik. Wacana' kesetaraan gender sebenarnya memiliki makna yangjauh lebih luas ketimbang sekadar memasukkan perempuan ke sektor publik.
Yang dikehendaki dari wacana ini, adanya relasi yang seimbang

antara laki-takidan perempui'ln dalam pengambilan keputusan yang
akan berdampak .pada keduanya. Oleh karena itu, wacana ini menjadi sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Setiap
kebijakan publik yang dihasilkan sebagai landasan dalam tata kelola pemerin~han harus menjamin keadilan dan kepedulian terhadap kepentingan-kepentingan para pihak yang akan terkena dampak penerapan kebijakan tersebut.
Keterwakilan perempuan dalam ranah pengambilan kebijakan,
khususnya di lembaga legislatif, menjadi penting sebagai media untuk memperjuangkan kepentingan perempuan agar tetap terlindungi. Hal ini tercermin dari asumsi yang melandasi lahirnya kebijakan afirmatif kuota 30% bagi perempuan dalam jabatao-jabatan
publik, y~kni bahwa "perempuan akan lebih baik memahami persoalan perempuan dan lebih mengerti bagaimana mempe~uangkan
kepentingan perempuan" (Soejipto, 2005).
Permasalahannya, kebijakan afirmatif lebih memfokuskan pada
keterwakilan perempuan secara fisik, yang diindikasikan dengan
peningkatan jumlah perempuan di partai politikdan di lembaga-lembaga pemerintahan, Padahal, yang jauh leblh penting, bagaimana
agar iSLHSU
dan perspektif perempuan mewarnai lebih banyak suI>
stansi kebijakao-kebijakan publik,
Perspektif perempuan terhadap suatu masalah politik diharapkan akan memunculkan keberpihakan yang-Iebih kuat terhadap isu
kesejahteraan keluarga, pendidikan, kesehatan, anti kekerasan dan
lingkungan. Sementara ini, yang lebih banyak muncul ke permukaan adalah isu-isu yang sifatnya cenderung maskulin, seperti isu
pertahanan, kekuatan ekonomi, politik, dan militer. Nilai lebih dari
para calon dan anggota legislatif perempuan sesungguhnya terfetak pada kemampuannya untuk menyusupkan karakter kepedulian
dan toleransi dari iSLHSU
feminim tersebut dalam kebijakao-kebijakan publik. Dan, bukan malah te~ebak dalam dinamika politik maskulin yang hanya mementingkan kekuasaan pribadi, kelompok, atau

partainya. Dengancara inilah,perempuandapat meinbuat perbedaan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Penting untuk dipahami, karakter feminim dan maskulin dalam
isu politik tidak terkait dengan jenis kelamin. Baik laki-takimaupun
perempuan bisa mempe~uangkan iSLHSU
feminim, namun kehadiran para anggota legislatif perempuan seharusnya bisa lebih berperan nyata dalam mempe~uangkan masuknya iSLHSU
tersebut dalam
agenda kebijakan. Untuk itu, yang lebih diperfukan sekarang bukan
. sekadar peningkatari jumlah anggota legislatif perempuan, melainkan mempe~uangkan keterwakilan politikdalam bentuk pengadopsian iSLHSU
feminim dalan) kebijakan publik. Dengan demikian, keterwakilan politikperempuan tidak dimaknai sebatas fisik, tetapi Iebih utama dalam bentuk isu dan kepentingan. ***

h__

____
Penulls, dosen Jurusan IImu Pemerintahan FISIP Unpad.

-

-

-


Okt

(
Minggu

14

15
29
()

ffl
30

Nov

~
31


(") 01 -;

.