PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI.
PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Kimia
Oleh:
WURI INDAH LESTARI
0931010029
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
PENELITIAN
Oleh:
WURI INDAH LESTARI
0931010029
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
(4)
(5)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul
“PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH
DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI”.
Adapun tugas Penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi persyaratan
akademis dalam menempuh program sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penyusun menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tidaklah
mungkin semua itu dapat terlaksana dan tersusun sedemikian rupa, untuk itulah,
pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
bimbingan selama pelaksanaan penyusunan hasil penelitian ini kepada :
1.
Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya kami bisa
menyelesaikan penelitian ini dengan cepat.
2.
Bapak
Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu Ir. Suprihatin, MT selaku Sekretaris Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri UPN ”Veteran” Jawa Timur.
5.
Ibu Ir. Dyah Suci P., MT selaku dosen pembimbing penelitian yang telah
berjasa besar dengan meluangkan banyak waktu untuk menyumbangkan
pikiran, bimbingan, saran, dan motivasi dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini.
(6)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
ii
7.
Ibu Ir. Susilowati, MT selaku dosen penguji penelitian.
8.
Ibu Ir. C. Pujiastuti
selaku Kepala Laboratorium Riset Program Studi
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
9.
Seluruh karyawan dan staff Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran”
Jawa Timur.
10.
Bapak dan ibu serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan
dukungan baik moril, materil, dan spiritual.
11.
Teman
– teman angkatan 2009 A , 2010 , dan 2011 A yang telah banyak
membantu, memberikan informasi dan support selama penyelesaian
penelitian ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan
dan penyusunan hasil penelitian ini, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran
dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Surabaya, Februari 2013
(7)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar... i
Daftar Isi. ... iii
Daftar Tabel. ... v
Daftar Gambar. ... vi
Intisari . ... vii
Bab I : Pendahuluan
I.1. Latar belakang. ... ... ... 1
I.2. Tujuan penelitian. ... ... ... 3
I.3. Manfaat penelitian. ... .. ... 3
Bab II : Tinjauan Pustaka
II.1. Minyak daun cengkeh. ... 4
II.2. Eugenol. ... 6
II.3. Zeolit. ... 8
II.4. Adsorpsi. ... 12
II.5. Mekanisme adsorpsi. ... 12
II.6. Landasan teori. ... 14
II.7. Hipotesis. ... 16
Bab III : Metodologi Penelitian
III.1. Bahan-bahan yang digunakan. ... 17
III.2. Alat- alat yang digunakan. ... 17
(8)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
iv
III.4. Variabel. ... 18
III.5. Prosedur preparasi zeolit. ... 19
III.6. Prosedur penelitian. ... 19
III.7. Skema aktivasi zeolit... 20
III.8. Diagram alir penelitian. ... 21
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
IV.1. Hasil analisa awal. ... 22
IV.2. Hasil penelitian. ... 23
Bab V : Kesimpulan dan Saran
V.1. Kesimpulan. ... 28
V.2. Saran. ... 28
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
(9)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
vii
INTISARI
Minyak daun cengkeh dari hasil penyulingan daun dan ranting tanaman
cengkeh berwarna hitam kecoklatan dan kotor. Bila ditinjau lebih dalam lagi
komponen utama dari minyak daun cengkeh ini mengandung eugenol, yaitu
sekitar 58,69%. Kondisi ini terutama disebabkan oleh adanya ion – ion logam Mg,
Fe, Mn, Pb, dan Zn yang berasal dari daun dan alat penyuling. Masalah tersebut
dapat diatasi dengan proses pemurnian. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kadar eugenol minyak daun cengkeh dengan proses adsorpsi
menggunakan zeolit.
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah zeolit yang sudah dipreparasi
kemudian dioven pada suhu 120
0
C sebelum digunakan. Masukkan minyak daun
cengkeh sebanyak 100 ml kedalam beaker glasss dan dicampur dengan zeolit
dengan macam berat (10, 15, 20, 25, 30 gram) dengan ukuran 100 mesh. Aduk
selama waktu (60, 75, 90, 105, 120 menit) dengan kecepatan 100 rpm dengan
suhu 60
0
C.
Hasilnya disaring sehingga dihasilkan residu dan filtrat. Filtrat yang
mengandung eugenol hasil reaksi dianalisis dengan metode Gas Chromatography.
Berdasarkan penelitian didapatkan kadar eugenol maksimum pada berat zeolit 25
gram dengan waktu 60 menit didapatkan kadar eugenol sebesar 89,94 % dengan
kadar awalnya hanya 58,69 %. Dengan peningkatan mutu minyak daun cengkeh
melalui proses pemurnian, maka akan memberikan peningkatan pendapatan
petani.
(10)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam era yang serba bersaing serta menghadapi krisis ekonomi sekarang
ini peningkatan ekspor non migas amat penting diperhatikan. Minyak cengkeh
terutama yang berasal dari daun cengkeh tampil sebagai salah satu mata dagang
ekspor yang mampu menerobos ke berbagai pasar manca negara. Dari data statisitik
perkembangan ekspor minyak cengkeh Indonesia dalam periode 1986-1997
semakin menurun baik jumlah maupun nilai harga jualnya, hal ini disebabkan
banyak faktor , antara lain adalah mutu minyak cengkeh.
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan
daun dan ranting tanaman cengkeh. Mutu minyak cengkeh ditentukan antara lain
kandungan eugenol dan tampilan warna. Komponen utama minyak daun cengkeh
adalah eugenol (70-80%) dan komponen lain yaitu eugenol asetat, alpha dan betha
carryophylenen sedangkan komponen
– komponen dengan jumlah sangat sedikit
antara lain : metil salisilat, benzaldehida, benzil alkohol, metil-n-amil keton dll.
Guenther (1990).
Sementara itu dewasa ini, masalah yang sering dihadapi oleh petani minyak
khususnya didaerah penghasil cengkeh sangat banyak terdapat penyulingan minyak
daun cengkeh. Namun kualitas minyaknya masih sangat rendah sehingga
harganyapun relatif murah. Adapun penyebab rendahnya kualitas ini karena minyak
daun cengkeh yang dihasilkan masih mengandung pengotor yang kemungkinan
berupa zat warna organik atau anorganik sehingga minyak ini berupa cairan yang
berwarna gelap. Minyak daun cengkeh yang diproduksi dengan alat destilasi yang
dibuat dari stainless steel umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik, akan
tetapi alat ini terlalu mahal sehingga petani memilih menggunakan alat yang terbuat
dari besi
(Guenther, 1990 ; Sastrohamidjojo, 2002), hal ini menyebabkan minyak
daun cengkeh yang dihasilkan berwarna gelap dan keruh, karena terjadi reaksi
(11)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
2
antara logam besi (Fe) dengan minyak. Keadaan tersebut sangat tidak dikehendaki,
karena dapat berpengaruh terhadap produk-produk dari hasil olahan minyak daun
cengkeh tersebut. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu cara yang murah untuk
menghilangkan pengotor pada minyak daun cengkeh sehingga kualitasnya menjadi
lebih baik.
Peningkatan kualitas dan kuantitas minyak daun cengkeh petani dilakukan
melalui modifikasi dan pengembangan proses produksinya, sehingga diharapkan
akan mampu meningkatkan daya saing produk minyak daun cengkeh Indonesia
yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan para petani cengkeh,
menambah pendapatan daerah serta dapat meningkatkan devisa negara.
Salah satu cara agar minyak daun cengkeh mempunyai nilai jual yang tinggi
adalah meningkatkan kadar eugenol dan membuat warnanya cerah (jernih) dengan
cara dilakukan pemurnian (melalui proses adsorpsi). Dari beberapa hasil pemurnian
menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan dengan metoda adsorpsi.
Sastrohamidjojo (2002).
Hasil penelitian Marwati
et al.,
(2005)
menggunakan adsorben bentonit
dengan menggunakan asam sitrat menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
bentonit dari 1 sampai 10 % pada proses adsorpsi minyak daun cengkeh, dapat
meningkatkan kejernihan minyak dari 31,2% menjadi 91,7 %, meningkatkan
kecerahan minyak dari 32,93 menjadi 48,42, meningkatkan kekuningan warna
minyak dari 11,41 menjadi 42,65 dan meningkatkan mutu minyak dari yang tidak
memenuhi standar menjadi memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia).
Oleh karena itu dilakukan penelitian pemurnian eugenol minyak daun
cengkeh dengan proses adsorpsi menggunakan zeolit yang bertujuan agar
peningkatan konsentrasi zeolit pada proses adsorpsi minyak daun cengkeh, dapat
mencapai kejernihan dan kecerahan minyak yang tinggi sehingga warna pada
minyak tersebut yang awal nya hitam menjadi kekuningan karena adanya aktivasi
dari zeolit.
(12)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
3
I.2. Tujuan penelitian
·
Untuk meningkatkan kadar eugenol minyak daun cengkeh dengan proses
adsorpsi menggunakan zeolit.
·
Untuk membantu para petani cengkeh agar dapat memproduksi minyak
daun cengkeh dengan kadar eugenol yang cukup tinggi.
I.3. Manfaat penelitian
·
Dapat mengetahui adsorben yang dapat menghasilkan kemurnian minyak
daun cengkeh tinggi sesuai standart SNI.
·
Dapat mengetahui teknik pemurnian minyak daun cengkeh menggunakan
adsorben.
·
Dapat meningkatkan kualitas eugenol dari minyak daun cengkeh sehingga
memenuhi standart SNI.
(13)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Minyak daun cengkeh
Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup
banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air dan uap. Minyak daun
cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning - kuningan, mempunyai
rasa pedas, keras dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi
coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan.
Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang
digunakan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun
cengkeh juga digunakan di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu
tertentu yang lebih ketat.
Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna kuning
pucat sesaat setelah disuling dan mudah berubah warna menjadi coklat atau ungu
bila terkena logam besi sehingga minyak ini lebih baik dikemas dalam botol kaca,
drum aluminium atau drum timah putih.
Gambar II.1. Minyak daun cengkeh
Minyak cengkeh (Oleum Caryophillorum) diperoleh dengan cara menyuling
daun, ganggang dan bunga cengkeh yang telah dikeringkan. Komponen utama
minyak daun cengkeh adalah eugenol (78-80%), eugenol asetat (7-17%) dan
caryophyllene (4-12%) dan komponen-komponen lain yang jumlahnya sangat kecil.
(Masada, 1976)
(14)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
5
Tabel II.1.1. Sifat fisik komponen-komponen yang terdapat dalam minyak cengkeh
Komponen
BM (gr/mol)
Td (
0
C)
Berat Jenis (gr/ml)
Eugenol
164,20
252,66
1,0651
Eugenol asetat
206,23
282,00
1,0870
Caryophyllene
204,34
260,50
0,9075
Methyl salisilat
152,14
223,50
-
Methyl-n amyl-keton
114,18
151,50
1,8170
Methyl alkohol
32,04
64,40
0,7914
Furfural
96,08
160,17
1,1616
Methyl benzoat
136,14
199,60
1,0880
Methyl-n-amyl-karbinol
170,50
160,40
0,8187
Furfural alkohol
185,00
170,50
1,1615
Methyl furfural
110,11
185,00
1,0365
Methyl-n-heptol karbinol
144,25
193,50
0,8471
Vanillin
152,14
264,00
1,0560
Sumber : Sani (2000)
Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya, bisa dilakukan
dengan beberapa proses pemurnian baik secara fisika ataupun kimia. Dari beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemurnian bisa meningkatkan kualitas
minyak tersebut, terutama dalam hal warna, sifat fisikokimia dan kadar komponen
utamanya. Proses pemurnian yang akan dibahas adalah untuk pemurnian minyak
daun cengkeh. Dari proses pemurnian bisa dihasilkan warna minyak yang lebih
cerah dan karakteristiknya memenuhi persyaratan mutu standar.
(15)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
6
Tabel II.1.2. SNI untuk minyak daun cengkeh
Sumber : Jayanudin dan Nuryoto (2009)
Tabel II.1.3. Kandungan eugenol hasil analisa awal
Sumber : Hasil penyulingan dari Wonosalam, Jombang
II.2. Eugenol
Eugenol adalah suatu senyawa fenol dengan rumus C
10
H
12
O
2
diperoleh dari
minyak cengkeh atau sumber lain. Berupa cairan berbentuk minyak, tidak
berwarna, atau sedikit kekuningan dan akan menjadi coklat jika kontak dengan
udara. Kekentalan dan warna eugenol akan meningkat apabila selama penyimpanan
kontak dengan udara dan sinar. Dari rumus bangunnya eugenol adalah suatu
alkohol siklis monohidrat (alkohol tersier) atau suatu fenol, sehingga dapat bereaksi
dengan basa kuat. Eugenol sulit larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.
Sumber alaminya dari minyak cengkeh. Aromanya menyegarkan dan pedas seperti
bunga cengkeh kering, sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan
mulut. Menurut
(Guenther, 1990)
menyatakan bahwa eugenol larut dalam 5:6
No.
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
1.
Keadaan warna
-
Kuning coklat tua khas
minyak cengkeh
2.
Densitas
g/ml
1,0250
–
1,0609
3.
Indeks bias pada
suhu 28
0
C
-
1,52
–
1,54
4.
Kelarutan dalam
etanol
-
1 : 2 jernih
5.
Eugenol total
% . v/v
Min 78
SENYAWA
KADAR
(16)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
7
dengan alkohol 50%, 2:3 dengan alkohol 60% dan 1:2 dengan alkohol 70%.
Eugenol secara luas digunakan pada berbagai industri antara lain :
1.
Industri kosmetik pewangi parfum dan pewangi sabun.
2.
Industri farmasi untuk obat analgesik gigi, turunan eugenol untuk obat
penyakit paru-paru, tipus, kolera dan penenang saraf.
3.
Industri makanan dan minuman digunakan sebagai pengawet dan
pengharum.
4.
Sebagai bahan pembuatan iso-eugenol.
Sifat-sifat kimia Eugenol :
§
Mempunyai berat jenis 1,0651 – 1,072 gr/ml.
§
Indek bias 1,5410 – 1,5439.
§
Titik beku 10,3
0
C dan titik didih 252,66
0
C pada tekanan 1 atm.
§
Liquida tidak berwarna hingga kekuningan, warna berubah menjadi
coklat bila berhubungan dengan udara.
§
Larut dalam alkohol, kloroform, n-hexane dan sedikit larut dalam air.
Gambar II.2. Rumus bangun eugenol
Anonim,
2012,”
Pengetahuan
tentang
Eugenol”,
(Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Eugenol), diakses 18 Maret 2012 17.00 WIB.
Eugenol diperoleh dari pengolahan minyak cengkeh yaitu dengan mencampur
larutan NaOH atau KOH 3%, eugenol larut dalam larutan basa sedangkan
komponen
– komponen lain tidak larut. Dengan adanya kompleks eugenol maka
minyak berwarna hitam kecoklatan. Timbulnya warna hitam kecoklatan pada
minyak daun cengkeh merupakan warna gabungan dari logam Fe, Mg, Mn, Zn, Pb.
(17)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
8
Logam Fe merupakan penyebab warna coklat atau ungu jika berhubungan dengan
minyak daun cengkeh (EOA, 1975), dan mnghasilkan warna kuning oranye dalam
suatu cairan dan juga merubah warna cairan dari kuning menjadi merah. Logam Mn
mempunyai kemampuan untuk membentuk warna merah anggur atau hijau. Logam
Mg mempunyai kemampuan untuk membentuk warna biru. Pb merupakan logam
berwarna coklat kehitaman. Sedangkan logam Zn dapat menimbulkan warna karat
(Muller et al., 1997). Dengan demikian maka gabungan dari kemungkinan warna
yang dapat ditimbulkan dari logam-logam tersebut, maka warna yang dihasilkan
dari kompleks eugenol-logam menjadi hitam kecoklatan.
Isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh dengan larutan NaOH 4% pada
suhu 48
0
C dan waktu pengadukan 30 menit dihasilkan eugenol dengan kemurnian
98 %. Semakin tinggi tekanan vacum, maka hasil distilat semakin bagus baik warna
(jernih dan bau khas) maupun kemurniannya. Hasil terbaik dicapai pada kemurnian
eugenol 99,932% dicapai pada kondisi operasi tekanan vacum 20 in Hg, tinggi
packing 56 cm, pada pemanasan medium. (Sani, 2000)
Pemucatan minyak daun cengkeh dapat dilakukan dengan proses adsorpsi
menggunakan bentonit 10%, yang diduga melalui mekanisme pengikatan logam
bebas dalam minyak. Proses pengkelatan menggunakan asam sitrat menggunakan
asam sitrat 0,6% dapat dilakukan untuk memucatkan minyak daun cengkeh, melalui
mekanisme pengikatan logam dari gugus eugenol.
Dilihat dari kadar logam, kadar eugenol dan sifat fisikokimia minyak
(standar mutu minyak), proses adsorpsi minyak daun cengkeh menunjukkan hasil
yang lebih baik dari pada pengkelatan. (Marwati, 2005)
II.3. Zeolit
Zeolit merupakan mineral alumina silikat terhidrat yang tersusun atas
tetrahedral-tetrahedral alumina (AlO
4
5-
) dan silika (SiO
4
4-
) yang membentuk
struktur bermuatan negatif dan berongga terbuka/berpori. Muatan negatif pada
kerangka zeolit dinetralkan oleh kation yang terikat lemah. Selain kation, rongga
zeolit juga terisi oleh molekul air yang berkoordinasi dengan kation.
(18)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
9
Gambar II.3.1. Zeolit
Rumus umum zeolit adalah
M
x/n
[(AlO
2
)
x
(SiO
2
)
y
].mH
2
O
Dimana M adalah kation bervalensi n.
(AlO
2
)
x
(SiO
2
)
y
adalah kerangka zeolit yang bermuatan negatif.
H
2
O adalah molekul air yang terhidrat dalam kerangka zeolit.
Gambar II.3.2. Komponen Zeolit
Zeolit pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu zeolit alam dan
zeolit sintetik. Zeolit alam biasanya mengandung kation-kation K
+
,Na
+
, Ca
2+
atau
Mg
2+
sedangkan zeolit sintetik biasanya hanya mengandung kation-kation K
+
atau
Na
+
. Pada zeolit alam, adanya molekul air dalam pori dan oksida bebas di
permukaan seperti Al
2
O
3
, SiO
2
, CaO, MgO, Na
2
O, K
2
O dapat menutupi pori-pori
atau situs aktif dari zeolit sehingga dapat menurunkan kapasitas adsorpsi maupun
sifat katalisis dari zeolit tersebut. Inilah alasan mengapa zeolit alam perlu diaktivasi
terlebih dahulu sebelum digunakan.
(19)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
10
II.3.1. Karakteristik zeolit
Sifat zeolit terdehidrasi sebagai adsorben dan penyaring molekul,
dikarenakan strukturnya yang berongga, sehingga mampu menyerap sejumlah besar
molekul yang berukuran sesuai. Pusat - pusat aktif tersebut akan mengikat
molekul-molekul basa secara kimiawi. Zeolit juga bersifat penukar ion karena keberadaan
kation logam alkali dan alkali tanah.
Aktivasi zeolit merupakan salah satu tahapan penting, agar sifat adsorben
zeolit meningkat. Sifat adsorben zeolit berhubungan dengan jumlah dan besar
pori-pori pada permukaan zeolit (surface area). Sifat fisik dan kimia yang telah diketahui
dari spesifikasi zeolit adalah kandungan alumina-silika. Zeolit dilakukan
penghalusan ukuran sampai 100 mesh, dilakukan 2 tahap penting yaitu penentuan
kadar air dan aktivasi zeolit itu sendiri.
Aktivasi zeolit dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang menutupi
rongga yang menyebabkan daya tukar ion dan kapasitas adsorpsi menjadi tidak
optimal. Ada dua cara yang umum digunakan dalam proses aktifasi zeolit, yaitu
Aktivasi secara fisis berupa pemanasan zeolit. Pemanasan bertujuan untuk
menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit sehingga luas
permukaan zeolit akan bertambah. Pemanasan dilakukan selama 2-3 jam, dan kimia
dengan menggunakan pereaksi NaOH atau H
2
SO
4
. Selanjutnya didinginkan dalam
udara terbuka. Proses ini bertujuan untuk membersihkan permukaan pori,
membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang dapat
dipertukarkan. (
Komariah, 2004)
Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini merupakan zeolit alam, sehingga
perlu preparasi dan aktivasi agar kemampuan adsorbansinya semakin meningkat.
Aktivasi dilakukan untuk menghilangkan kotoran, mineral, partikel yang masih
menempel pada permukaan zeolit dan juga menghilangkan molekul air yang masih
ada dalam pori-pori zeolit.
Alasan kami menngunakan zeolit adalah jika dilihat dari penelitian
terdahulu memang kadar eugenolnya lebih tinggi dari pada penelitian kami, tetapi
berdasarkan kadar logam yang terserap, penelitian kami lebih banyak logam
–
(20)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
11
logam yang terserap dari pada penelitian terdahulu yang menggunakan bentonit.
Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel II.3.1. Perbandingan penyerapan kadar minyak dengan adsorben yang
berbeda
Nama
logam
Sebelum pemurnian
(ppm)
Sesudah pemurnian
(ppm)
Konversi (%)
Bentonit
Zeolit
Bentonit
Zeolit
Bentonit
Zeolit
Mg
Fe
Mn
Pb
Zn
590
240
29
10
2
0,11
7,88
0,18
0,81
3,05
350
121
22
Tt
Tt
0,01
0,49
0,02
0,05
0,16
40,7
50,1
24,1
100
100
90,9
93,7
88,8
93,8
94,7
Sumber : Marwati (2005)
A.
Asam sulfat
Asam sulfat, H
2
SO
4
, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Kegunaan
utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air
limbah dan pengilangan minyak. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak
dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis.
v
Sifat kimia asam sulfat :
·
Sifat Rumus molekul H
2
SO
4
.
·
Massa molar 98,08 g/mol .
·
Penampilan cairan bening, tak berwarna, tak berbau .
·
Densitas 1,84 g/cm
3
, cair .
(21)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
12
·
Titik didih 337
°
C, 610 K, 639
°
F.
·
Terlarut dalam air.
·
Keasaman (p
K
a)
−
3 .
·
Viskositas 26,7 cP (20
°
C) .
·
Titik nyala tak ternyalakan.
Anonim, 2010,” Asam Sulfat”, (Online), (http//www.chemistry.com/content),
diakses 28 April 2010 09.00 WIB.
II.4. Adsorpsi
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari
suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben).
Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia yang
merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap sehingga tidak
mungkin terjadi proses yang bolak-balik.
Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat
adalah substansi yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini
berupa senyawa karbon.
II.5. Mekanisme adsorpsi
Dalam proses adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben
padatan atau cairan terhadap adsorbat atom-atom, ion-ion, atau molekul-molekul
gas atau cairan lainnya, yang melibatkan ikatan intra molekuler diantara keduanya.
Melalui proses pengikatan tersebut, maka proses adsorpsi dapat menghilangkan
warna dan logam.
Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul
meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia
dan fisika. Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat
atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada proses
adsorpsi terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
(22)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
13
1.
Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film
yang mengelilingi adsorben.
2.
Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion
process).
3.
Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (pore
diffusion process).
4.
Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan
adsorben (proses adsorpsi sebenarnya).
Faktor
–
faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara lain sifat adsorben, sifat
adsorbat, waktu kontak antara adsorben dan adsorbat, pH, suhu. Dengan demikian
maka, proses adsorpsi dapat menghilangkan warna dan logam.
Minyak daun cengkeh + adsorben
Pengadukan dengan pemanasan sesuai waktu yang ditentukan
Penyaringan
Minyak
Gambar II.5. Diagram alir pemurnian minyak dengan adsorben
Secara umum keseimbangan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :
L
+
+ S
-
LS
L
= logam
S
= senyawa
(23)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
14
II.6. Landasan Teori
Sebelum digunakan sebagai adsorben, zeolit alam harus diaktifkan terlebih
dahulu agar jumlah pori-pori yang terbuka lebih banyak sehingga luas permukaan
pori-pori bertambah. Zeolit yang cocok untuk adsorben yaitu apabila diaktifkan
akan memberi rasio Si/Al yang tinggi (10-100). Zeolit dengan rasio Si/Al tinggi
bersifat hidrofob . (
Surtati ,2009)
Agar kapasitas adsorpsi zeolit tidak mengalami penurunan,
molekul-molekul air harus dikeluarkan dari dalam rongga zeolit, yaitu dengan cara
pemanasan hingga temperatur 150
0
C. Adsorpsi dapat terjadi karena adanya
interaksi antar gaya pada permukaan padatan adsorben dengan molekul-molekul
adsorbat. (
Kasmadi ,2002)
Mekanisme terserapnya adsorbat pada adsorben terjadi melalui 4 tahap,
yaitu :
1.
Berpindahnya solid dari larutan menuju lapisan sekitarnya adsorben (bulk
transport
).
2.
Solut terdifusi melalui lapisan tipis (
film diffusion
).
3.
Difusi solut melalui pori atau kapiler menuju sisi adsorben (
diffusion pore
).
4.
Penyerapan solute pada permukaan adsorben.
Zeolit mengalami dehidrasi apabila dipanaskan. Meskipun struktur kerangka
zeolit akan menyusut, kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan yang nyata,
karena molekul H2O dapat dikeluarkan secara reversibel. Sifat zeolit terdehidrasi
sebagai adsorben dan penyaring molekul, dikarenakan strukturnya yang berongga,
sehingga mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran sesuai. Metode
adsorpsi merupakan proses penyerapan suatu zat (adsorbat) pada permukaan suatu
bahan penyerap (adsorben). Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh
permukaan adsorben padatan atau cairan terhadap adsorbat atom-atom, ion-ion atau
(24)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
15
molekul-molekul lainnya. Dengan demikian, proses adsorpsi dapat menghilangkan
warna gelap dan logam.
Dalam permurnian minyak daun cengkeh dengan proses adsorpsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1.
Bahan penyerap
Bahan yang digunakan untuk menyerap mempunyai kemampuan
berbeda-beda, tergantung dari bahan asal dan juga metode aktivasi yang digunakan misalnya
seperti zeolit.
2.
Waktu pengadukan
Diduga semakin lama waktu pengadukan semakin besar kandungan logam
yang terserap, sehingga hasil yang diperoleh dalam meningkatkan nilai kejernihan
minyak dapat menjadi sempurna.
3.
Karakteristik adsorban
Ukuran partikel zeolit mempengaruhi tingkat adsorpsi, tingkat adsorpsi naik
dengan adanya penurunan ukuran partikel. Luas permukaan, ukuran pori-pori, dan
komposisi kimia dari adsorben mempengaruhi penyerapan. Ukuran partikel yang
baik untuk proses penyerapan antara 100 / 200 mesh.
4.
Aktivasi zeolit
Aktivasi secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam
klorida atau asam sulfat yang bertujuan untuk membersihkan permukaan pori,
membuang senyawa pengganggu dan menata kembali letak atom yang dapat
dipertukarkan. Digunakan asam sulfat yang merupakan asam yang memiliki
bilangan H
+
lebih tinggi dibandingkan asam klorida dan asam sitrat (C
6
H
8
O
7
).
Sedangkan aktivasi secara kimia mekanismenya adalah penetralan atau pencucian
terhadap zat pengotor. Cara kimia mempunyai keunggulan karena pada cara ini
terdapat proses pengeringan dan pemanasan pada suhu dan waktu yang sama
(25)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
16
dengan aktivasi cara pemanasan, sehingga dalam aktivasi cara kimia berarti pula
telah melakukan aktivasi dengan cara fisika.
5.
pH
Derajad keasaman mempengaruhi adsorpsi karena pH menentukan tingkat
ionisasi larutan, pH yang baik berkisar antara 8-9.
II.7.
Hipotesis
Metode pemurnian yang dilakukan pada penelitian ini adalah proses
adsorpsi minyak daun cengkeh dengan menggunakan zeolit. Proses adsorpsi
menggunakan zeolit sebagai adsorben dapat meningkatkan kadar eugenol. Semakin
tinggi berat zeolit kadar eugenol yang di hasilkan semakin tinggi.
(26)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
17
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Bahan
–
bahan yang digunakan
III.1.1. Bahan utama
·
Minyak daun cengkeh didapat dari Wonosalam, Jombang dengan kadar
eugenol yaitu 58,69 %.
·
Zeolit alam dengan kadar SiO
2
sebesar 51,71 %.
III.1.2. Bahan pendukung
·
H
2
SO
4
1 N 156 ml
·
NaOH 20 gram
·
Aquadest sebagai penetralisir
III.2. Alat
–
alat yang digunakan
Beaker glass
Motor pengaduk
Water bath
Pompa vacum
Ayakan 100 mesh
Gelas ukur
Sepatula
Neraca analitik
Kertas saring
Corong
Oven
Kertas pH
(27)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
18
III.3. Gambar Alat
III.4. Peubah / Variabel
III.4.1. Variabel yang ditetapkan
1.
Minyak daun cengkeh
= 100 ml
2.
Ukuran zeolit
= 100 mesh
3.
Putaran pengaduk
= 100 rpm
4.
Suhu
= 60
0
C
Ø
Aktivasi zeolit
1.
Putaran pengaduk
= 125 rpm
2.
Berat
= 500 gr
3.
H2SO4 1 N
= 5000 ml
4.
Suhu
= 90
0
C
5.
Waktu
= 2 jam
III.4.2. Variabel yang dijalankan
1.
Berat zeolit aktif
= 10, 15, 20, 25, 30 gram
(28)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
19
III.5. Prosedur preparasi zeolit
III.5.1. Preparasi zeolit
Zeolit alam yang akan digunakan dihaluskan kemudian diayak sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu 100 mesh. Timbang masing-masing
zeolit sesuai variabel yaitu 10, 15, 20, 25, 30 gram, kemudian cuci menggunakan
aquadest, lalu saring dengan pompa vacum. Masukkan zeolit yang sudah dicuci tadi
kedalam larutan H
2
SO
4
1 N yang sudah diencerkan dengan perbandingan 1 gram
zeolit dalam 10 ml larutan diaduk selama 2 jam dengan suhu 90
0
C dan kecepatan
putaran pengaduk 125 rpm. Setelah diaduk lalu disaring dan dicuci dengan aquadest
serta tambahkan larutan NaOH 2N sampai pH netral (diukur pH air bekas
cuciannya dengan kertas pH). Saring kembali untuk dapat memisahkan filtrat
dengan residu. Kemudian residu dikeringkan dalam oven pada temperatur 110
0
–
120
0
C selama 2 jam dan filtratnya dibuang.
III.6. Prosedur penelitian
1.
Zeolit yang sudah dipreparasi kemudian dioven pada suhu 120
0
C sebelum
digunakan.
2.
Masukkan minyak daun cengkeh sebanyak 100 ml kedalam beaker glasss
dan dicampur dengan zeolit sebanyak yang telah ditentukan dengan ukuran
100 mesh.
3.
Aduk selama waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan motor
pengaduk dengan kecepatan 100 rpm dengan suhu 60
0
C selama waktu yang
sudah ditentukan.
4.
Kemudian saring minyak daun cengkeh menggunakan kertas saring
sehingga diperoleh filtrat dan residu.
(29)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
20
III.7. Skema aktivasi zeolit
Aquadest
Kecepatan 125 rpm
pH 7
Oven 110-120
0
C
selama 2 jam
Zeolit alam
Haluskan
Ayakan 100 mesh
Timbang zeolit
500 gr
Pencucian
Larutan H
2
SO
4
1N
5000 ml
Pengadukan 2 jam
pada suhu 90
0
C
Pencucian
1 gr zeolit dalam
10 ml larutan
Filtrat
Zeolit aktif
Keringkan
Residu
Saring
(30)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
21
III.8. Diagram alir penelitian
Zeolit aktif 10, 15, 20, 25,30 gr
Kecepatan 100 rpm
Minyak daun cengkeh
100 ml
Buang
Pengadukan 60, 75, 90,
105, 120 menit
Analisa
(31)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil analisa awal
Bahan baku yang digunakan berupa zeolit alam yang harus di periksa
terlebih dahulu komposisi yang ada didalamnya. Komposisi yang kami analisa
mengandung banyak unsur, diantaranya yaitu kandungan SiO
2
dan Al
2
O
3
yang
memiliki kadar paling besar dibandingan dengan yang lain.
Adapun hasil dari analisa bahan baku yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel IV.1.1. Hasil analisa awal kandungan zeolit
No.
Kandungan
% berat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
SiO
2
Al
2
O
3
K
2
O
Na
2
O
MgO
CaO
Fe
2
O
3
H
2
O
51,71
29,62
4,05
3,06
1,82
5,06
2,15
2,21
Sumber : Balai penelitian dan konsultasi Surabaya (2012)
Dengan kandungan tersebut kita dapat mengetahui seberapa besar daya
serap zeolit dalam memurnikan minyak daun cengkeh hingga di peroleh kandungan
eugenol yang tinggi.
Dari hasil analisa awal kadar eugenol dari minyak daun cengkeh di peroleh
dari Universitas Brawijaya, Malang diketahui kadar eugenol dari minyak daun
cengkeh adalah 58,69% dengan acuan metode Gas Chromatografi (GC).
(32)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
23
Tabel IV.1.2. Kadar logam minyak daun cengkeh sebelum & setelah pemurnian
(kadar eugenol terbaik)
No.
Nama logam
Kadar logam sebelum
pemurnian (ppm)
Kadar logam setelah
pemurnian (ppm)
1.
2.
3.
4.
5.
Mg
Fe
Mn
Pb
Zn
0,11
7,88
0,18
0,81
3,05
0,01
0,49
0,02
0,05
0,16
Sumber : Balai penelitian dan konsultasi Surabaya (2013)
Logam
– logam tersebut berasal dari daun dan alat penyuling. Akumulasi
logam dalam daun terjadi karena penyerapan logam dari tanah melalui akar dan
penyerapan logam dari udara melalui stomata. Dengan proses pemurnian
menggunakan zeolit 25 gram dengan waktu pengadukan 60 menit , kadar logam
yang terkandung pada minyak daun cengkeh mengalami penurunan logam Mg
(90,9 %), Fe (93,7 %), Mn (88,8 %), Zn (94,7 %), dan Pb (93,8 %).
IV.2. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditabelkan seperti berikut :
Tabel IV.2.1. Hasil perbandingan antara kadar eugenol dan berat zeolit
Waktu adsorpsi
(menit)
Berat zeolit (gr)
% Kadar eugenol
60
10
15
20
25
30
61,56
82,79
73,25
89,94
73,76
(33)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
24
75
10
15
20
25
30
61,74
80,22
74,39
86,37
71,63
90
10
15
20
25
30
61,92
77,66
75,53
85,12
69,50
105
10
15
20
25
30
63,51
79,61
80,4
87,63
74,55
120
10
15
20
25
30
65,11
81,56
85,26
88,78
79,60
Pada tabel IV.2.1 hasil pemurnian dengan kadar eugenol tertinggi terjadi pada
waktu pengadukan 60 menit dengan berat zeolit 25 gram.
(34)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
25
Gambar IV.1. Hubungan hasil kadar eugenol dengan berat zeolit
Pembahasan :
Kadar eugenol awal yang dimiliki oleh para petani minyak sebelum
dimurnikan adalah sekitar 50
–
70 %. Sedangkan minyak daun cengkeh milik kami
sebelum dimurnikan mempunyai kadar eugenol sebesar 58,69 %. Ditinjau dari segi
ekonomi zeolit lebih murah disbanding dengan bentonit dan keberadaannya banyak
tersebar di Indonesia. Daya serap zeolit pun tidak jauh beda dengan bentonit.
Setelah dilakukan proses adsorpsi menggunakan zeolit ternyata hasil tertinggi yang
dapat diperoleh yaitu sebesar 89,94 %, seperti ditunjukkan pada gambar IV.1.
Dari gambar IV.1 dapat dilihat bahwa hasil kadar eugenol dipengaruhi oleh
berat zeolit.Untuk berat zeolit 10 gram, peningkatan kadar eugenol mencapai 4 %
dari berat zeolit awal. Sedangkan pada berat zeolit 15 gram kadar eugenol
mengalami penurunan sebesar 21 %. Pada variasi berat zeolit 20 dan 25 gram
mengalami turun - naik kadar eugenol sebesar 18 % dan 28 %. Dan berat zeolit 30
gram mengalami peningkatan kadar eugenol sebesar 16 %.
Dengan berat zeolit 15 gr dan 20 gr, penyerapan masih kurang sempurna
karena jumlah adsorben yang kecil sehingga permukaan rongga tidak terserap
optimal. Berat zeolit 25 gr merupakan kondisi ideal bagi adsorben untuk dapat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
5
10
15
20
25
30
35
Kadar eugenol minyak daun cengkeh
(%)
Berat Zeolit (gram)
Proses adsorpsi
60 menit
75 menit
90 menit
105 mnit
120 menit
(35)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
26
menyerap kandungan logam Fe yang paling besar. Kondisi berat 30 gr penyerapan
masih lebih kecil dibandingkan berat 25 gr.
Hal itu disebabkan karena sifat zeolit aktif yang mudah menyerap
kandungan logam Fe yang menyebabkan kekeruhan pada minyak daun cengkeh dan
dapat terserap sehingga minyak akan menjadi jernih. Dari grafik di atas kondisi
optimum yang diperoleh yaitu pada zeolit 25 gr.
Dibandingkan dengan gambar IV.2 dapat dilihat bahwa berat zeolit lebih
berpengaruh dibandingkan dengan lamanya waktu adsorpsi. Karena di dalam
gambar IV.1 dapat dilihat hasil kadar eugenol cenderung meningkat dalam variasi
berat zeolit.
Gambar IV.2. Hubungan hasil kadar eugenol dengan waktu adsorpsi
Pembahasan :
Dari gambar IV.2 terlihat bahwa pada waktu 60 menit, penyerapan yang
terjadi oleh adsorben belum terlalu banyak, kapasitas penyerapan akan terus
meningkat seiring berjalannya waktu pengadukan. Hingga pada waktu adsorpsi 90
menit, kerja adsorpsi berjalan dengan efektif dari efisiensi dan daya serap yang
tinggi.
Hasil kadar eugenol dipengaruhi oleh waktu adsorpsi. Semakin lama waktu
adsorpsi maka kadar eugenol cenderung semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
45
60
75
90
105
120
135
Kadar eugenol minyak daun cengkeh
(
%
)
Waktu adsorpsi (menit)
10 gram
15 gram
20 gram
25 gram
30 gram
(36)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
27
penurunan kandungan logam yang terserap sehingga hasil yang diperoleh dapat
meningkatkan kejernihan minyak dan memungkinkan penyerapan adsorben yang
semakin besar sehingga kadar eugenol yang dihasilkan semakin tinggi. Akan tetapi,
waktu adsorpsi yang terlalu lama, juga akan menurunkan kemampuan adsorben
dalam mengadsorpsi zat terlarut. Hal ini dapat terlihat pada saat berat zeolit 25
gram. Dari grafik di atas dapat diambil waktu adsorpsi optimum pada 60 menit.
Dengan berkurangnya logam dalam minyak maka dihasilkan eugenol murni
yang berwarna kuning
(Sastrohamidjojo, 2002)
. Perubahan warna tersebut terjadi
karena penurunan kadar eugenol berwarna gelap dan kenaikan konsentrasi eugenol
dalam minyak daun cengkeh.
(37)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1.
Peningkatan mutu minyak daun cengkeh hasil penyulingan Kabupaten
Wonosalam dari kandungan eugenol pada minyak daun cengkeh sebelum
dan setelah penambahan adsorben terjadi kenaikan yang cukup tinggi yaitu
sekitar 31,25 % dari kadar eugenol awal yaitu 58,69% menjadi 89,94% .
2.
Hasil terbaik yang dihasilkan pada proses adsorpsi yaitu pada kondisi :
Berat zeolit
: 25 gr
Waktu adsorpsi
: 60 Menit
Kadar
: 89,94 %
3.
Pada proses adsorpsi penyerapan logam pengotor pada minyak daun
cengkeh dapat diserap secara maksimal dengan menggunakan zeolit yang
sudah di aktivasi terlebih dahulu untuk diperoleh kandungan eugenol yang
tinggi. Oleh sebab itu zeolit mampu memurnikan kandungan eugenol lebih
tinggi untuk meningkatkan mutu minyak daun cengkeh sesuai standart SNI.
V.2. Saran
1.
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pengolahan
lain dengan variabel
–
variabel yang berbeda.
2.
Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan aktivator yang
berbeda, terutama pada proses aktivasi harus lebih detail lagi.
(38)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
(39)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
DAFTAR PUSTAKA
[EOA] Essential Oil Association of USA. 1975.
EOA Specifications and standards
.
New York : EOA, diakses 20 Desember 2012 15.00 WIB.
Guenther, E., 1990,
“
Minyak Atsiri
”
, Jilid IV b, U.I. Press, Jakarta, diakses 6
Desember 2012.
Jayanudin dan Nuryoto, 2009,
“
Pengolahan Limbah Dun Cengkeh Menjadi Minyak
Atsiri dengan Penyulingan Ua
p
”
, Penelitian Dosen Muda, Unitirta, Banten,
diakses 8 Maret 2012 15.00 WIB.
Kasmadi,
Inc.,
2002,
”
Activated
Carbon
”
,
Osmonics,
Inc.,
(http://www.osmonics.com/products/page842.htm), diakses 20 Juni 2001,
diakses 13 Januari 2012 22.00 WIB.
Komariah, 2004,
”
Pengaruh Suhu Kalsinasi pada Proses Aktivitasi Zeolit Alam
Sumber manjing Wetan Sebagai Adsorben Ion Kadmium
”
,
Skripsi tidak
diterbitkan, Universitas Negeri Malang, diakses 13 Maret 2012 13.00 WIB.
Marwati, T., M.S. Rusli, E. Noor dan E. Mulyono. 2005.
Peningkatan mutu minyak
daun cengkeh melalui proses pemurnian
. Jurnal Penelitian Pascapanen
Pertanian. 2 (2), diakses 15 Januari 2012 21.00 WIB.
Masada, Y., 1976,
“
Analysis of Essensial Oil by Gas Chromatography and Mass
Spectrometry
”
, Hallted PressBook, John Willey and Sons, Inc., London,
diakses 7 April 2012 19.00 WIB.
Muller B, Klager W, Kubitzki G. 1997.
Metal chelates of citric acid as corrosion
inhibitors for zinc pigment.
Corrosion Sci 39 (8): 1481-1485, diakses 7
September 2012.
Nuryoto, Jayanudin, dan Rudi Hartono, 2011,
“
Karakteristik Minyak Atsiri Dari
Limbah Daun Cengkeh
”
,
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, diakses 18 Februari 09.00
WIB.
Sani, 2000,
”
Meningkatkan Kadar Euganol Dengan Distilasi Packed Column
”
,
(40)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Sastrohamidjojo, H., 2002,
“Kimia Minyak Atsiri
”
,
Buku Ajar FMIPA UGM,
Yogyakarta, diakses 13 Januari 2012 19.00 WIB.
Surtati, 2009,”
Pengaruh Suhu Kalsinasi pada Aktivitas Zeolit Alam terhadap
Kemampuan Mengadsorbsi Ion Besi (III)”, Skripsi Tidak Diterbitkan,
Universitas Negeri Malang, diakses 8 Maret 2012 15.00 WIB.
Anonim, 2010,” Asam Sulfat”, (Online), (http//www.chemistry.com/content), diakses
28 April 2010 09.00 WIB.
Anonim,
2012,”
Pengetahuan
tentang
Eugenol”,
(Online),
(41)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
APPENDIX
1.
Pengenceran larutan H
2
SO
4
1N 2000 ml
Rumus pengenceran :
·
%. .
98 .1,19 .10
98
12 M
·
1
2
0,5
·
V
1
. M
1
= V
2
. M
2
.
2000 .0,5
12
83
Jadi 83 ml larutan H
2
SO
4
diencerkan menggunakan aquadest sampai 2000 ml
Keterangan :
V
1
: Volume bahan sebelum diencerkan ( ml )
V
2
: Volume bahan sesudah diencerkan ( ml )
M
1
: Molaritas bahan sebelum diencerkan ( M )
M
2
: Molaritas bahan sesudah diencerkan ( M )
2.
Pembuatan larutan NaOH 2N 250 ml
(42)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
BE
= Mr / e
= 40 /1 = 40 gram / ekivalen
.
2
40 .0,25
W = 20 gram
Jadi 20 gram NaOH diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai 250 ml
Keterangan :
N
: Normalitas bahan (N)
W
: Berat bahan yang dicari (gram)
BE
: Berat ekivalen
(43)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Pembacaan Hasil Analisa GC (Gas Chromatography)
Sumbu x di kromatgram itu menunujukkan waktu referensi, dan waktu referensi untuk
setiap senyawa itu biasanya spesifik, jadinya bisa digunakan untuk analisa kualitatif
(dengan membandingkan Rate Time sampel dengan Rate Time larutan standar). Rate
Time standar larutan lignosulfonat berkisar 4
–
5 menit, sehingga peak yang berada
antara 4
–
5 menit merupakan peak senyawa lignosulfonat.
Sumbu Y di kromatogram menunujukkan intensitasnya, jadi bisa digunakan untuk
analisa kuantitatif, semakin luas puncaknya semakin besar konsentrasinya.
Peak lignosulfonat memiliki harga intensitas (height) = 81 mikrovolt pada rate time
4,305 menit .
Area sampel = Height x S
= 81 x 58.4567 = 4735
Data Kalibrasi Standar Lignosulfonat
NO
Conc (% Volume)
Area
1
5 %
3665
2
10 %
7341
3
15 %
11010
4
20 %
14125
Konsentrasi Sampel = (Area Sampel / Area Standar) x Konsentrasi Standar
= (4735/3665) x 5%
(44)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
LAMPIRAN
Zeolit
zeolit yang dihaluskan
Pengayakan zeolit
Zeolit 100 mesh
zeolit yang sudah ditimbang
(45)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Penetralan zeolit
pH netral
Pengeringan dengan oven
zeolit aktif yang telah kering
(46)
Program Studi S – 1 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Penyaringan minyak
minyak yang sudah murni
(1)
APPENDIX
1. Pengenceran larutan H2SO4 1N 2000 ml
Rumus pengenceran :
· %. .
98 .1,19 .10
98 12 M
· 1
2 0,5
· V1 . M1 = V2 . M2 .
2000 .0,5
12 83
Jadi 83 ml larutan H2SO4 diencerkan menggunakan aquadest sampai 2000 ml
Keterangan :
V1 : Volume bahan sebelum diencerkan ( ml )
V2 : Volume bahan sesudah diencerkan ( ml )
(2)
BE = Mr / e
= 40 /1 = 40 gram / ekivalen
. 2
40 .0,25 W = 20 gram
Jadi 20 gram NaOH diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai 250 ml
Keterangan :
N : Normalitas bahan (N)
W : Berat bahan yang dicari (gram)
(3)
Pembacaan Hasil Analisa GC (Gas Chromatography)
Sumbu x di kromatgram itu menunujukkan waktu referensi, dan waktu referensi untuk setiap senyawa itu biasanya spesifik, jadinya bisa digunakan untuk analisa kualitatif (dengan membandingkan Rate Time sampel dengan Rate Time larutan standar). Rate Time standar larutan lignosulfonat berkisar 4 – 5 menit, sehingga peak yang berada antara 4 – 5 menit merupakan peak senyawa lignosulfonat.
Sumbu Y di kromatogram menunujukkan intensitasnya, jadi bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, semakin luas puncaknya semakin besar konsentrasinya.
Peak lignosulfonat memiliki harga intensitas (height) = 81 mikrovolt pada rate time 4,305 menit .
Area sampel = Height x S
= 81 x 58.4567 = 4735 Data Kalibrasi Standar Lignosulfonat
NO Conc (% Volume) Area
1 5 % 3665
2 10 % 7341
3 15 % 11010
4 20 % 14125
Konsentrasi Sampel = (Area Sampel / Area Standar) x Konsentrasi Standar = (4735/3665) x 5%
(4)
LAMPIRAN
Zeolit zeolit yang dihaluskan Pengayakan zeolit
Zeolit 100 mesh zeolit yang sudah ditimbang
(5)
Penetralan zeolit pH netral
Pengeringan dengan oven zeolit aktif yang telah kering
(6)
Penyaringan minyak minyak yang sudah murni