149 mochamad fatchur rozi

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016

Pengaruh Suhu Pemanasan pada Sintesis Film Fe3O4/ZnO/ITO
dengan Metode Sol-Gel Terhadap Struktur Kristal, Morfologi, Band
Gap, dan Sifat Photoelectrochemical
MOCHAMAD FATCHUR ROZI, NANDANG MUFTI, YUDYANTO
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang
E-mail: mochamadfatchurrozi@gmail.com

ABSTRAK: Bahan bakar fosil tidak bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan energi
nasional hingga beberapa tahun mendatang. Hal ini karena cadangan bahan bakar fosil semakin
berkurang dan harganya yang terus meningkat. Salah satu sumber energi alternatif, yaitu
Photoelectrochemical cells (PEC) dapat menghasilkan energi listrik, hidrogen untuk bahan bakar
fuell cell, dan sebagai pengurai bahan organik. PEC terdiri dari larutan elektrolit dan dua
elektroda yang salah satunya adalah film Fe3O4/ZnO/ITO. Pada penelitian ini, sintesis film
Fe3O4/ZnO/ITO diawali dengan ekstraksi pasir besi dan hasilnya disíntesis menggunakan metode
kopresipitasi untuk menghasilkan serbuk Fe3O4. Komposit Fe3O4/ZnO yang dilapiskan pada
substrat ITO menggunakan metode sol-gel dan spin coating. Pada penelitian ini dilakukan
variasi suhu pemanasan yaitu 450, 500, 550, 600, dan 650oC. Film yang dihasilkan kemudian
dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM-EDX, UV-Vis spektrofotometer dan pengujian rapat
arus. Hasil analisis XRD menunjukkan adanya fasa baru yang terbentuk, yakni -Fe2O3. Uji

SEM menunjukkan ukuran butir sampel semakin besar seiring naiknya suhu pemanasan. Uji
EDX menunjukkan semua sampel memiliki unsur pembentuk film Fe 3O4/ZnO/ITO, yakni Fe, Zn,
dan O. Nilai band gap film memiliki nilai yang hampir sama, berkisar antara 2,94-3,17 eV.
Sampel dengan suhu pemanasan 600oC memiliki nilai rapat arus paling tinggi, yakni mencapai
70 A/cm2.
Kata Kunci: energi alternatif, photoelectrochemical, film Fe3O4/ZnO/ITO.

PENDAHULUAN
Energi sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan industri seiring meningkatnya
pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia selama 10
tahun terakhir relatif pesat, yaitu rata-rata 5,2 persen per tahun (Hikam, 2015).
Pertumbuhan konsumsi energi ini masih didominasi oleh energi fosil, seperti batu bara,
gas alam dan minyak bumi. Namun, karena sifat bahan bakar fosil yang tidak dapat
diperbarui dan jumlahnya yang terbatas, bahan bakar fosil tidak bisa diharapkan untuk
mencukupi kebutuhan energi yang semakin meningkat.
Secara geografis, Indonesia terbentang dari 6ºLU-11ºLS dan 95ºBT-141ºBT
menjadikan Indonesia memiliki zona serapan matahari relatif banyak dibandingkan
negara-negara lain, yakni sebesar 4800 watt/m2/hari (Zahrok, 2015). Dengan kata lain,
di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan sumber energi baru dan terbarukan
terutama dalam pemanfaatan energi surya. Pemanfaatan energi surya sebagai

pembangkit energi yang sekarang sudah ada adalah sel surya. Namun, sel surya yang
sudah ada memiliki efisiensi rendah. Oleh karena itu, perlu dikembangkan alternatif
baru yang memanfaatkan energi surya sebagai pembangkit energi.
Photoelectrochemical (PEC) merupakan sebuah sel yang dapat mengkonversi energi
surya menjadi sebuah pembawa energi melalui proses elektrokimia dengan bantuan
rangsangan cahaya. PEC dapat menghasilkan listrik secara langsung, dapat
menghasilkan hidrogen melalui pemecahan molekul air, serta dapat menguraikan
bahan organik (Acar dan Dincer, 2014). PEC terdiri dari dua elektroda dan larutan
elektrolit, yang mana satu atau kedua elektrodanya merupakan fotoaktif (Bak dkk,
2002; Yusoff dkk, 2014). Material organik yang bagus di bidang PEC salah satunya
ISBN 978-602-71729-1-9

F-M-79

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
adalah ZnO karena karakteristik transparansi, dan dispersi yang tinggi (Huang dkk,
2011; Fan dkk, 2013).
ZnO memiliki efisiensi fotokatalitik rendah dan tingkat photocorrosion tinggi. Oleh
karena itu, perlu digabungkan dengan material lain yang secara efektif dapat
meningkatkan aktivitas fotokatalitik. -Fe2O3 merupakan salah satu material yang

memiliki aktivitas fotokatalitik tinggi (Chen dkk, 2015) yang mungkin cocok dengan
ZnO. -Fe2O3 salah satunya dapat diperoleh dengan cara pemberian pengaruh suhu luar
pada serbuk Fe3O4 yang nantinya akan teroksidasi. Menurut Wang dkk, (2013) Fe3O4
mampu meningkatkan efisiensi konversi sel surya polimer hingga 13%. Berdasarkan
karakteristik dari sifat ketiga material di atas, kombinasi Fe 3O4, -Fe2O3, dan ZnO
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi konversi pada PEC.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dari ekstraksi pasir besi, kemudian pasir besi yang sudah
diekstraksi dilarutkan ke dalam HCl dan difiltrasi, larutan hasil filtrasi dititrasi dengan
NH4OH. Larutan yang diperoleh, didiamkan hingga terbentuk endapan kemudian dicuci
dan dikeringkan. Selanjutnya dilakukan sintesis pembentukan prekursor Fe 3O4/ZnO
dengan metode sol-gel. Prekursor Fe3O4/ZnO yang terbentuk lalu dilapiskan pada
substrat ITO, kemudian dilakukan proses pemanasan selama 2 jam. Film yang
dihasilkan dikarakterisasi dengan XRD, SEM-EDX, UV-Vis spektrofotometer kemudian
diukur nilai rapat arus menggunakan metode 2 elektroda.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil XRD Film Fe3O4/ZnO

Gambar 1. Pola Difraksi Film Fe3O4/ZnO/ITO dengan Variasi

Suhu Pemanasan 450, 500, 550, 600, dan 650 oC

Dalam penelitian ini, XRD digunakan untuk mengetahui pola difraksi film
Fe3O4/ZnO/ITO berdasarkan variasi suhu pemanasan 450, 500, 550, 600, dan 650 oC
selama 2 jam yang ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1, teramati
bahwa terdapat beberapa fasa yang terbentuk, yakni magnetit (Fe3O4), zink oksida
(ZnO), dan hematit ( -Fe2O3). Fasa -Fe2O3 terbentuk karena terjadi oksidasi pada Fe3O4
akibat suhu pemanasan yang diterapkan pada film Fe3O4/ZnO/ITO. Selain itu, terjadi
peningkatan intensitas puncak ZnO (002) ketika mencapai suhu pemanasan 600 oC dan
menurun ketika mencapai suhu 650oC. Intensitas puncak difraksi menunjukkan tingkat
kristalinitas suatu material (Lee dkk, 2014). Hal ini mengindikasikan bahwa
kristalinitas ZnO mencapai titik tertinggi ketika mencapai suhu pemanasan 600 oC.
ISBN 978-602-71729-1-9

FM-80

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Hasil SEM-EDX Film Fe3O4/ZnO/ITO

c)


b)

Gambar 2. Morfologi Film Fe3O4/ZnO/ITO berdasarkan Variasi Suhu Pemanasan
a. 450oC, b. 500oC, c. 550oC, d. 600oC, dan e. 650oC
Tabel 1. Ukuran Butir Rata-rata Sampel berdasarkan Variasi Suhu Pemanasan
Sampel
Ukuran butir
rata-rata (nm)

450oC
34,48

500oC

550oC

33,25

35,16


600oC

650oC

43,10

45,69

Tabel 2. Komposisi Unsur Film Fe3O4/ZnO/ITO Hasil Karakterisasi EDX
Suhu Pemanasan
(oC)
450
500
550
600
650

Fe
6,99

6,62
4,53
5,68
8,68

Komposisi Unsur (%)
O
12,03
13,09
14,82
14,00
13,48

Zn
75,10
75,29
76,46
75,75
75,03


Rasio Fe/Zn
0,09
0,08
0,06
0,07
0,11

Dalam penelitian ini hasil karakterisasi SEM digunakan untuk mengetahui
morfologi dan ukuran butir film Fe3O4/ZnO/ITO berdasarkan variasi suhu pemanasan
yang disajikan dalam Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa partikel
nano sampel tumbuh seragam dan ukuran butir yang ditemukan bervariasi dengan
semakin naiknya suhu pemanasan yang diterapkan. Ukuran butir butir film
Fe3O4/ZnO/ITO dengan variasi suhu pemanasan 450, 500, 550, 600, dan 650oC hasil
analisa SEM disajikan dalam Tabel 1.
Komposisi unsur film Fe3O4/ZnO/ITO hasil karakterisasi EDX berdasarkan variasi
suhu pemanasan 450, 500, 550, 600, dan 650oC dirangkum dalam Tabel 2. Berdasarkan
Tabel 2 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara suhu pemanasan dengan
komposisi unsur Fe3O4/ZnO, namun bukan merupakan hubungan yang linier. Komposisi
Fe turun dari suhu pemanasan 450oC ke 550oC, kemudian naik lagi sampai suhu
pemanasan 650oC. Penurunan komposisi Fe terjadi karena proses oksidasi Fe 3O4

menjadi -Fe2O3 yang ditunjukkan dengan komposisi unsur O yang semakin meningkat.
Komposisi unsur Zn dalam Tabel 2 mengindikasikan komposisi ZnO di dalam sampel,
sedangkan komposisi unsur Fe mengindikasikan komposisi oksida Fe.
Karakterisasi Sifat Optik Film Fe3O4/ZnO/ITO
Gambar 3. Absorbansi Film Fe3O4/ZnO/ITO dengan Variasi Suhu Pemanasan

Tabel 3. Nilai Absorpsi Film Fe3O4/ZnO/ITO berdasarkan Variasi Suhu Pemanasan

ISBN 978-602-71729-1-9

Suhu
Pemanasan
(oC)
450
500
550
600
650

Panjang Gelombang

(nm)
370
370
370
370
360

Absorpsi
1.691
1,501
1.019
1,335
1,733

FM-81

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Gambar 4. Nilai band gap Film Fe3O4/ZnO/ITO berdasarkan Variasi Suhu Pemanasan
Tabel 4. Nilai Band Gap Film Fe3O4/ZnO/ITO berdasarkan Variasi Suhu Pemanasan
Suhu Pemanasan (oC)


Band Gap (eV)

450
500
550
600
650

2,94
3,17
3,00
2,97
3,03

Berdasarkan Gambar 3, secara umum nilai absorpsi untuk semua sampel menurun
untuk panjang gelombang yang semakin besar. Pada panjang gelombang yang lebih
rendah memiliki absorpsi tinggi yang menunjukkan karakteristik penyerapan ZnO.
Tabel 3 menunjukkan nilai absorpsi film Fe3O4/ZnO/ITO berdasarkan variasi suhu
pemanasan. Pada sampel dengan suhu pemanasan 550oC memiliki nilai absorpsi paling
rendah. Hal ini karena komposisi Fe yang terkandung dalam sampel sedikit. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Wang dkk, (2009) yang menyatakan bahwa, nilai absorpsi
rendah dengan semakin berkurangnya komposisi Fe pada film ZnO.
n
Gambar 4 menyajikan ekstrapolasi dari grafik hubungan antara hv  dan αhv  dan
Tabel 4 menunjukkan nilai band gap film Fe3O4/ZnO/ITO berdasarkan variasi suhu
pemanasan 450, 500, 550, 600, dan 650oC. Nilai band gap relatif hampir sama pada
variasi suhu pemanasan, yakni berada pada kisaran 2,94-3,17 eV. Pada suhu
pemanasan 450oC, film Fe3O4/ZnO/ITO memiliki nilai band gap paling rendah. Hal ini
karena fasa Fe3O4 (0,1 eV) relatif lebih banyak, sehingga menyebabkan nilai band gap
kecil (Roychowdhury dkk, 2013). Selain fasa, ukuran butir juga berpengaruh pada nilai
band gap, yaitu nilai band gap semakin kecil seiring ukuran butir yang semakin besar
(Yang dkk, 2010). Film dengan suhu pemanasan 500oC memiliki ukuran butir paling
kecil, yang mengakibatkan nilai band gap besar (3,17 eV) dan juga menunjukkan
karakteristik dari ZnO (3,2 eV).
Densitas Photocurrent Film Fe3O4/ZnO/ITO

Arus yang dihasilkan oleh film Fe3O4/ZnO/ITO dalam sel PEC diukur menggunakan
ampermeter. Pengujian dilakukan dengan metode pengukuran 2 probe di bawah
penerangan sinar matahari dengan intensitas 82.000-84.000 lux pada pukul 11.30-12.30
WIB. Hasil pengujian arus dalam keadaan terang diberikan pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3, nilai rapat arus semakin besar seiring dengan naiknya suhu
pemanasan. Namun, rapat arus mengalami penurunan setelah suhu pemanasan di atas
600oC. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel dengan suhu pemanasan 600oC
memiliki sifat photoelectrochemical baik yang ditunjukkan dengan nilai rapat arus
berkisaran 70 A/cm2.

KESIMPULAN
1. Suhu pemanasan mempengaruhi struktur kristal, yakni terbentuknya fasa -Fe2O3.
Fasa -Fe2O3 terbentuk karena terjadi oksidasi pada Fe3O4 akibat suhu pemanasan
yang diterapkan.
2. Suhu pemanasan mempengaruhi morfologi sampel yang ditunjukkan dengan nilai
ukuran butir cenderung semakin besar seiring naiknya suhu pemanasan.
3. Hasil ekstrapolasi grafik menunjukkan nilai band gap film Fe3O4/ZnO/ITO dengan
suhu pemanasan 450-650oC masing-masing yaitu, 2,94 eV, 3,17 eV, 3,00 eV, 2,97 eV,
dan 3,03 eV.
4. Film dengan suhu pemanasan 600oC memiliki sifat PEC baik yang ditunjukkan
dengan nilai rapat arus berkisaran 70 A/cm2.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI)
yang telah memberikan dana penelitian dari skim PKM-Penelitian.

ISBN 978-602-71729-1-9

FM-82

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
DAFTAR RUJUKAN

Acar, C. and Dincer, I. 2014. Analysis and Assessment of a Continuous-type Hybrid
Photoelectrochemical System for Hydrogen Production. International journal of hydrogen
energy. 39: 15362-15372
Bak, T., Nowotny, J., Rekas, M., and Sorrell, CC. 2002. Photoelectrochemical Hydrogen
Generation from Water using Solar Energy: materialserelated aspects. International
journal of Hydrogen Energy. 27: 991-1002.
Chen, C., Bai, H., Da, Z., Li, M., Yan X., and Jiang, J. 2015. Hydrothermal Synthesis of
Fe2O3/ZnO Heterojunction Photoanode for Photoelectrochemical Water Splitting.
Functional Materials Letters. 8(5): 1550058 (4 pages).
Fan, J., Hao, Y., Cabot, A., Johansson, E.M.J., Boschloo, G., and Hagfeldt, A. 2013. Cobalt
(II/III) Redox Electrolyte in ZnO Nanowire-Based Dye-Sensitized Solar Cells. ACS
Applied Materials and Interfaces. 5: 1902-1906.
Hikam, AS. M. 2015. Ketahanan Energi Indonesia 2015-2025 Tantangan dan Harapan.
Jakarta: CV. Rumah Buku.
Huang, J., Yin, Z., and Zheng, Q. 2011. Applications of ZnO in Organic and Hybrid Solar
Cells. Energy and Environmental Science. 4: 3861.
Lee, K.R., Hsu, Y.P., Chang, J.K., Lee, S.W., Tseng, C.J., and Jang, J.S.C. 2014. Effects of
Spin Speed on the Photoelectrochemical Properties of Fe2O3 Thin Films. International
Journal of Electrochemical Science. 9: 7680-7692.
Roychowdhury, A., Pati, S.P., Mishra, A.K., Kumar, S., and Das, D. 2013. Magnetically
Addressable Fluorescent Fe3O4/ZnO Nanocomposites: Structural, Optical and
Magnetization Studies. Journal of Physics and Chemistry of Solids. 74: 811–818.
Wang, C., Chen, Z., He, Y., Li, L., and Zhang, D. 2009. Structure, Morphology and
Properties of Fe-doped ZnO Films Prepared by Facing-Target Magnetron Sputtering
System. Applied Surface Science. 255: 6881–6887.
Wang, K., Ren, H., Yi, C., Liu, C., Wang, H., Huang, L., Zhang, H., Karim, A., and Gong, X.
2013. Solution-Processed Fe3O4 Magnetic Nanoparticle Thin Film Aligned by an
External Magnetostatic Field as a Hole Extraction Layer for Polymer Solar Cells. ACS
Appl. Mater. Interfaces. 5: 10325−10330.
Yang, S., Liu, Y., Zhang, Y., and Mo, D. 2010. Investigation of Annealing-treatment on
Structural and Optical Properties of Sol-Gel-derived Zinc Oxide Thin Films. Bull. Mater.
Sci. 33 (3): 209-214.
Yusoff, N., Vijay Kumar, S., Pandikumar, A., Huang, N.M., Marlinda, A.R., and An’amt,
M.N. 2014. Core-shell Fe3O4-ZnO Nanoparticles Decorated on Reduced Graphene
Oxide for Enhanced Photoelectrochemical Water Splitting. Ceramics International.
2014.12.084.
Zahrok, Z.L. dan Prajitno, G. 2015. Ekstrak buah murbei (morus) sebagai sensitizer alami
dte-sensitized solar cell (DSSC) menggunakan substrat kaca ITO dengan teknik
pelapisan spin coating. Jurnal sains dan seni. ITS 4(1): 2337-3520.

ISBN 978-602-71729-1-9

FM-83