MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

  

MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN

DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN

REKSOSARI KECAMATAN SURUH

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pembelajaran Islam

Oleh

  

M. FIRDAUS FATCHUR ROZI

NIM. 11110014

JURUSAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA 2015

KEMENTERIAN AGAMA RI

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : M. Firdaus Fatchur Rozi NIM : 11110014 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pembelajaran Agama Islam Judul : MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN

  PESANTREN DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

   Salatiga, September 2015 Pembimbing Rasimin, S.PdI, M.Pd

  NIP 19750713200901011

KEMENTERIAN AGAMA RI

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

  

SKRIPSI

MODERNISASI SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN

DI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTA’ALLIMIN REKSOSARI

KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

  

DISUSUN OLEH

M. FIRDAUS FATCHUR ROZI

NIM: 111 10 014

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pembelajaran Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal …………………… dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kepembelajaran Islam

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Sekretaris Penguji : Penguji I : Penguji II :

  Salatiga, September 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd.

  NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA RI

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : M. Firdaus Fatchur Rozi NIM : 11110014 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pembelajaran Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, September 2015 Yang Menyatakan M. Firdaus Fatchur Rozi.

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Pelajaran paling berharga adalah sebuah perjalanan hidup yang mampu

membuat kita sadar betapa berharganya waktu setelah sekian lama kita menyia-

nyiakannya

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu mendukung, mendo'akan dan 1. memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.

  Almamater tercinta 2. Rekan-rekan Mahasiswa IAIN Salatiga 3.

KATA PENGANTAR

  

ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﲪﺮﻟﺍ ﷲﺍ ﻢﺴﺑ

  Syukur alhamduillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

  Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin. Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “Modernisasi sistem pembelajaran pesantren di pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada :

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pembelajaran Agama Islam IAIN Salatiga.

  4. Bapak Rasimin, S.PdI, M.Pd, selaku sebagai Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

  5. Karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.

  Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

  Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya.

  

Amin – amin yarobbal ‘alamin

  Salatiga, September 2015 Penulis

  M. Firdaus Fatchur Rozi

  

ABSTRAK

  Rozi, M. Firdaus Fatchur. 2015. Modernisasi Sistem Pembelajaran Pesantren di

  Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Skripsi, Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

  Keguruan. Program Studi Pembelajaran Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Rasimin, S.PdI, M.Pd

  Kata Kunci : Sistem Pembelajaran, dan Pesantren Modern

  Menyadari sepenuhnya bahwa mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, maka pengelolaan dan penyelenggaraan pembelajaran pondok pesantren bersumber pada ajaran agama Islam, dalam rangka membangun masyarakat untuk memperkokoh kepribadian bangsa dalam menghadapi dunia modern. Namun pembelajaran di pesantren masih dianggap kurang menyesuaikan dengan era modernisasi, kondisi ini menyebabkan pesantren kurang diminati oleh masyarakat.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana sistem Bagaimana modernisasi sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin, Bagaimana modernisasi sistem pembelajaran khususnya di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang, dan Faktor-faktor apasajakah penghambat dan penunjang modernisasi sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin, modernisasi sistem pembelajaran khususnya di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang serta faktor penunjang dan penghambat modernisasi sistem pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan. Analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin meskipun masih menggunakan kurikulum pondok klasik, namun sudah ada upaya peningkatan pembelajaran agama Islam dalam masyarakat. Sistem pembelajaran yang menggunakan pendekatan sosio-kultural kepada masyarakat sekitar pesantren yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan- kegiatan yang banyak melibatkan masyarakat antara lain, tahlilan (sarwaan) setiap malam jum’at dan kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bergiliran. Faktor penunjang adanya dukungan dan komitmen dari pengasuh untuk berkembang, sedangkan faktor penghambatnya adalah sarana prasarana yang masih kurang, pengurus yang masih menjalankan berbagai peran dalam tugasnya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................. i NOTA PEMBIMBING ............................................................................. ii PENGESAHAN ........................................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................. v KATA PENGANTAR .............................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................ ix DAFTAR TABEL .................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................

  1 B. Rumusan Masalah ................................................................

  7 C. Tujuan Penelitian ..................................................................

  8 D. Kegunaan Penelitian .............................................................

  8 E. Definisi Operasional .............................................................

  9 F. Metode Penelitian .................................................................

  9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren ................................

  15 B. Modernisasi Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren ............

  32 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Sistem Pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin .......

  50 B. Modernisasi Sistem Pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin .........................................................

  63 C. Faktor Penghambat dan Pendukung Modernisasi Sistem Pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin ....................

  69

  BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................

  73 A. Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren ...............................

  73 B. Modernisasi Sistem Pembelajaran di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin..........................................................

  76 C. Faktor Penghambat dan Pendukung Modernisasi Pembelajaran di Ponpes Bustanul Muta’allimin ....................

  84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................

  86 B. Saran ....................................................................................

  88 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

  89 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tingkat Pembelajaran Masyarakat .................................... 50Tabel 3.2 Data Sarana Pembelajaran ................................................. 50

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Daftar Pertanyaan

  2. Surat Ijin Penelitian

  3. Surat Keterangan Penelitian

  4. Daftar Riwayat Hidup

  5. Transkrip Wawancara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang kegiatannya berawal dari pengajian kitab. Secara implicit,

  pondok pesantren dikonotasikan sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, namun tidak berarti pondok pesantren tertutup untuk melaksanakan inovasi. Pada zaman penjajahan Belanda memang mereka menutup diri dari segala pengaruh luar terutama pengaruh barat yang non Islami. Namun di lain pihak pondok pesantren dengan figur kyainya telah berhasil membangkitkan nasionalisme, mempersatukan antar suku-suku yang seagama bahkan menjadi benteng yang gigih melawan penjajahan.

  Menyadari sepenuhnya bahwa mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, maka pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pondok pesantren bersumber pada ajaran agama Islam, dalam rangka membangun masyarakat untuk memperkokoh kepribadian bangsa dalam menghadapi dunia modern. Sedangkan keberadaan pondok pesantren disamping sebagai lembaga pendidikan juga sebagai lembaga masyarakat telah memberi warna dan corak yang khas khususnya masyarakat Islam Indonesia, sehingga pondok pesantren dapat tumbuh dan berkembang bersama-sama masyarakat sejak berabad-abad lamanya. Oleh karena itu kehadiran pondok pesantren dapat diterima oleh masyarakat sampai saat ini (Mastuhu, 2004: 25).

  Dalam perkembangannya sampai sekarang ini pondok pesantren telah mempunyai beberapa bentuk kegiatan pendidikan non formal baik yang berupa pengajian kitab dan keterampilan dan pengambangan masyarakat. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pondok pesantren juga ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang konsekuen anti penjajah.

  Untuk merealisasikan tujuan pendidikan pondok pesantren maka kegiatannya harus dibina dan dikembangkan lebih intensif sesuai dengan tujuannya, sehingga pendidikan yang ada di pondok pesantren dapat dikatakan sebagai bentuk nyata dari firman Allah SWT yang terdapat dalam surat At- Taubah ayat 122 adalah sebagai berikut:

  $tBur * šc % x. tb qãZÏB÷ sß J ø 9$# (#r ã ÏÿYuŠÏ9 p© Z ù!$Ÿ

  2 4 Ÿ w öqn=sù t xÿtR ` ÏB È e@ä. 7ps%ö Ïù   

  öNåk÷ ]ÏiB pxÿͬ!$sÛ × (#qß g¤)xÿtGuŠÏj9 ’ Îû ` ƒÏe$!$# Ç (#r â‘É ‹ YãŠÏ9ur óOß gtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_ u‘ öNÍköŽs9Î) óOß g¯=yès9 šc râ‘x‹ ø ts† ÇÊ ËËÈ

  Artinya:“Tidak sepatutnya orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya

  (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”(Qs. At-Taubah: 122).

  Maksud dari ayat tersebut menjelaskan bahwa yang demikian itu merupakan penjelasan bahwa Allah SWT menghendaki semua penduduk kampung agar berangkat berperang atau sekelompok orang saja dari tiap-tiap Kabilah, jika mereka tidak seluruhnya keluar. Kemudian, hendaklah orang- orang yang berangkat bersama Rasulullah SAW mendalami isi wahyu yang diturunkan kepada beliau, serta memberikan peringatan kepada kaumnya, jika mereka telah kembali, yaitu berkenaan dengan perihal musuh. Dengan demikian, ada dua tugas yang menyatu dalam pasukan tersebut, yaitu yang bertugas mendalami agama yang bertugas untuk berjihad, karena hal itu merupkan fardhu kifayah bagi setiap orang muslim (Suharto, 2011: 58).

  Tafsir lain menjelaskan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah melarang supaya jangan sampai semua kaum muslimin itu pergi berperang, melainkan hendaklah ada juga sebagian yang tinggal untuk menyelenggarakan urusan-urusan lain. Menurut keterangan sebagain ahli tafsir, inilah ayat peperangan yang paling akhir diturunkan, ayat-ayat yang terdahulu selalu mengobarkan semangat berperang, tiap-tiap terdengar komando maka seluruh kaum muslimin merlomba-lomba turut mengambil bagian dan hampir tidak ada orang yang tinggal dirumah, maka turunlah ayat ini. Makna yang dapat kita ambil dari firman Allah tersebut di atas, bahwa dalm kehidupan masyarakat kita terdapat golongan ummat ada yang menuntut dan memperdalam ilmu agama untuk memberi peringatan kepada mereka yang hanya berjuang untuk kepentingan dunia saja.

  Pondok pesantren sebagai suatu sistem pendidikan yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dijadikan tumpuhan dan harapan untuk dijadikan suatu model pendidikan sebagai variasi lain dan bahkan dapat menjadi alternatif lain dalam pengembangan masyarakat guna menjawab tantangan masalah urbanisasi dan pembangunan dewasa ini. Oleh karenanya pondok pesantren dengan fungsinya harus berada di tengah-tengah kehidupan manusia dalam setiap perkembangannya, dan dapat memberi dasar-dasar wawasan dalam masalah pengetahuan baik dasar aqidah maupun dasar syari’ah. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menganjurkan ummat manusia untuk memahami ajaran-ajaran Islam secara tepat agar dapat dijabarkan dalam kehidupan yang nyata.

  Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan dalam pesantren-pesantren walaupun belum berkembang menjadi ilmu yang lebih mapan, telah mampu memberi dasar pola hidup kebudayaan dan peradapan. Disamping untuk mendalami ilmu agama, pondok pesantren sekaligus mendidik masyarakat di dalam asrama, yang dipimpin langsung oleh seorang kyai karena itu peranan pesantren sangat perlu untuk ditampilkan.

  Pada dasarnya pondok pesantren mendidik pada santrinya dengan ilmu agama Islam agar mereka menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu yang mendalam dan beramal sesuai dengan tuntutan agamanya. Namun fungsinya sebagai sosialisasi nilai-nilai dari ajaran Islam ini tidaklah cukup bagi suatu pesantren untuk mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang sudah berkembang dan modern, bahkan untuk bertahan saja ia harus berani beradaptasi dengan arus perubahan-perubahan sosial yang sangat pesat ini. Sehingga secara bertahap sistem pendidikan pesantren mampu berintegrasi dengan sistem pendidikan nasional.

  Namun pada akhir-akhir ini ada kecenderungan dari beberapa pondok pesantren yang tidak hanya membekali santrinya dengan pengetahuan agama saja, akan tetapi sudah mulai membekali santrinya dengan keterampilan-keterampilan seperti pertanian, hal ini terutama didasari oleh adanya tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan itu terampil dan siap pakai. Saat ini bangsa Indonesia sangat giat dalam gerak pembangunan. Hal ini untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia seutuhnya.

  Pondok pesantren sangat memegang peranan penting sebab yang dimaksud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang selalu dapat mengendalikan diri, dapat menjaga keseimbangan matriil dan sprituil antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

  Ilmu yang ditimba para alumni pesantren dari almamater pesantrennya masing-masing sangat cukup untuk bekal hidup bermasyarakat dan berjuang. Ini tentu ditunjang dengan lebih tekunnya santri tempo dulu dan berkah para gurunya yang keikhlasan dan kedalaman ilmunya sangat mumpuni. Suatu hal yang menakjubkan, bahwa Ummat Islam Nusantara yg terjajah selama 3,5 abad dan selalu kalah dalam pertikaian politik dan kekuasaan tapi masih bisa mengembangkan da’wah Islamiyah-nya sehingga sensus penduduk menjadi mayoritas muslim dan transaksi dalam kehidupan masyarakat baik ekonomi atau non ekonomi juga sangat banyak yang dipengaruhi oleh teori fiqih Islami. Ini tidak lepas dari perjuangan pesantren yang bertebaran di pelosok-pelosok tanah air. Kelompok santri memang kalah dalam perebutan kekuasaan dan politik tapi masih berjaya dalam kultur budaya. Banyaknya Pesantren yang berdiri meningkatkan jumlah penduduk Islam menjadi mayoritas di Indonesia. Ironisnya, justru ketika kita sudah merdeka, umat Islam menerima tekanan-tekanan dari kultur budaya, ekonomi dan juga politik sehingga jumlah populasinya mengalami degradasi. Dari sinilah pesantren harus introspeksi diri sendiri agar misi pendidikan, sosial dan da’wahnya tetap eksis di zaman globalisasi ini.

  Sehubungan dengan itu maka diantisipasi bentuk ideal pendidikan pesantren dimasa depan adalah bentuk pendidikan formal yang mengasuh ilmu-ilmu agama islam dan dilaksanakan dalam kultur pesantren artinya berbentuk pendidikan non formal lengkap dengan asrama, kiai, santri dan ustadz yang hidup bersama dengan masjid dan gedung-gedung atau ruang belajar sebagai pusat ruang peribadatan dan pengembangan ilmu-ilmu agama islam. Akan tetapi tidak semua pesantren kuno mau merubah sistem dalam dunia keislaman mereka. Banyak juga pesantren yang tetap menjaga utuh jati diri dan nilai-nilai kesalafan mereka. Didunia yang semakin maju ini mereka tetap bersikukuh untuk tidak mengikuti perkembangan zaman dewasa ini.

  Sehingga dunia pesantren kini terbagi menjadi dua klasifikasi, yakni pesantren

  

salaf dan pesantren modern. Untuk menghadapi dunia modern saat ini

  lembaga-lembaga tersebut memilki tantangan-tantangan tersendiri untuk menjaga eksistensi mereka dengan tetap mempertahankan visi dan misi dari lembaga-lembaga tersebut.

  Pondok pesantren Bustanul Muta’allimin Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebagai salah satu pondok salaf seiring dengan perkembangan zaman memang masih mengajarkan pendidikan berbasis ajaran Islam sebagaimana yang diterapkan pada pondok pesantren salaf pada umumnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan mengungkap masalah berkaitan dengan modernisasi sistem pendidikan pesantren khususnya di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang.

  B. Rumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

  1. Bagaimana sistem pendidikan Pondok Pesantren di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang?

  2. Bagaimana modernisasi system pendidikan pesantren di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang?

  3. Faktor-faktor apa sajakah penghambat dan pendukung dalam mewujudkan modernisasi sistem pendidikan di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah

  1. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang

  2. Untuk mengetahui modernisasi sistem pendidikan pesantren di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang.

  3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang dalam mewujudkan modernisasi sistem pendidikan pesantren di Ponpes Bustanul Muta’allimin Reksosari Suruh Kabupaten Semarang

D. Kegunaan Penelitian

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang relevansi system pendidikan pesantren di era modernisasi dan dari penelitian ini diharapkan dapat memberkan manfaat secara praktis maupun teoritis.

  1. Secara Teoritik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kajian keilmuan terutama berkaitan dengan sistem pendidikan di pesantren.

  2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

  a. Bagi pesantren, sebagai masukan dan informasi mengenai pentingnya implementasi pendidikan pesantren untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman.

  b.

   Hasil penelitian dapat diterapkan langsung oleh masyayikh yang berkaitan dengan system pendidikan di pesantren.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut :

1. Modernisasi Modernisasi berasal dari kata modern artinya sesuai dengan masa kini.

  Modernisasi diartikan suatu paham atau gerakan untuk menyesuaikan dengan keadaan saat ini (Surayin, 2009: 281)

  2. Sistem Pendidikan Pesantren Sistem Pendidikan merupakan suatu kesatuan yang tersusun secara sistematis dalam menjalankan suatu program pendidikan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan (Engkoswara, 2009: 42) Pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai (Dhofier, 2006: 12)

  3. Ponpes Bustanul Muta’allimin Ponpes Bustanul Muta’allimin merupakan salah satu pondok pesantren salafiyah yang berlokasi di Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

F. Metode Penelitian

  1. Pendekatan Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan fenomena secara mendalam untuk mengkaji masalah yang diteliti (Sugiyono, 2009: 4).

  2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin Desa Reksosairi Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Waktu penelitian dimulai bulan Maret 2015 sampai dengan April 2015.

  3. Subjek Penelitian

  Dalam penelitian ini dipilih sebanyak 10 orang warga, yaitu kepala dusun dan modin, serta pengasuh pondok pesantren, santri dan masyarakat sebagai subjek penelitian. Subjek yang telah dipilih tersebut diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

  4. Metode Pengumpulan Data

  Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergantung beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan tujuan dan permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/ metodologi, ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri.

  Dalam penelitian yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Kedua teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti dalam rangka memperoleh informasi saling melengkapi.

  a. Wawancara Wawancara yaitu melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian dengan sistematis (wawancara terstruktur).

  Dalam wawancara ini, pertanyaan dan jawaban akan bersifat verbal atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran dari wawancara adalah warga, kepala desa, tokoh masyarakat dan sumber lainnya yang relevan.

  b. Studi dokumentasi Dokumentasi yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan untuk melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber bukan dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan untuk mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dokumentasi pembelajaran di pesantren.

  c. Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap proses/ tahapan dalam kegiatan pembelajaran di pondok pesantren.

  Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan data yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan “masing- masing peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing-masing”, namun demikian Lincoln dan Guba dalam Rianse (2009) mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi tahap orientasi, explorasi, dan member check. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut: a. Tahap Orientasi

  Pada saat ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan kelembaga- lembaga yang menjadi lokasi penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian, serta memilih jumlah informan awal yang memadai untuk memperoleh informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna menyusun kerangka penelitian dan teori-teori. Melakukan wawancara awal untuk memperoleh informasi yang bersifat umum yang berkenaan dengan ruang lingkup penelitian ini.

  b. Tahap Eksplorasi Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu pengasuh pondok pesantren, santri dan masyarakat yang ada di sekitarnya.

  c. Tahap Member check Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dan dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas data. Pengecekan data-data ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: Mengecek ulang data-data yang sudah terkumpul, baik data yang terkumpul dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data atau informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data yang terkumpul tersebut belum lengkap. Meminta penjelasan kepada pihak terkait tentang data siswa yang melanjutkan serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

  Tujuan utama penelitian ini adalah memahami perilaku manusia dalam konteks tertentu. Sebagai konsekuensi dari tujuan, sifat dan pendekatan penelitian kualitatif tersebut, maka proses dan teknik analisa data yang ditempuh peneliti cenderung beragam. Kualitas konseptual, kreativitas dan intuisi peneliti menentukan keberhasilan analisanya. Sesuai dengan sifat penelitian yang naturalistic-

  fenomenologis kualitatif, tentunya semua informasi yang dijaring

  dengan berbagai macam alat dalam studi ini berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainya yang berkaitan. Tentu tidak semua data itu dipindahkan dalam laporan penelitian, melainkan dianalisis dengan menggunakan prosedur menurut Sugiyono (2009) yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil keputusan dan verifikasi. Analisis data dalam penelitian naturalisti kualitatif menurut Rianse (2009) adalah proses mengatur data untuk ditafsirkan dan diketahui maknanya.

  a. Reduksi Data Tahap ini dilakukan dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen, sehingga dapat ditemukan hal- hal pokok dari proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian.

  b. Display Data Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal- hal pokok yang ditemukan dalam susunan yang sismatis, yaitu data disusun dengan cara menggolongkannya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehingga tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan dan trasformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulan- kesimpulan yang singkat, padat dan bermakna (Sugiyono, 2009: 16).

  c. Verifikasi Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil- hasil penelitian dengan teori- teori para ahli (Sugiyono, 2009: 17). Terutama teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya dengan temuan- temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan proses member-chek mulai dari tahap orientasi sampai dengan kebenaran data terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

1. Sejarah Pondok Pesantren

  Keberadaan pesantren berperan sebagai media transformasi kultural yang menyeluruh. Pimpinan pesantren dan para santrinya mampu menjadikan dirinya sebagai penjaga gawang terjadinya kemerosotan moralitas. Kekuatan peranan kultural pesantren itu dapat terjadi karena didukung olehy sistem nilai pesantren atau kultur pesantren.

  Dengan jumlah sekitar 27.000 pesantren pada tahun 2012-2013, pesantren telah memberikan pelayanan pendidikan kepada 3,65 juta santri. Hal ini membantu program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah dan sekaligus berpartisipasi dalam pembangunan di bidang pendidikan nasional. Potensi lain yang dimiliki pesantren adalah potensi sosial ekonomi kemasyarakatan. Dengan ragam potensi itu, pesantren telah ikut serta dalam pengembangan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Peran pesantren dalam pembangunan masyarakat dapat dirasakan dari apa yang dilakukan oleh pesantren seperti pengembangan pendidikan mandiri, pembangunan sosio-kultural, dan pengembangan sumber daya kemasyarakatan (Bawono, 2010: 3).

  Mengkaji pesantren memiliki sejarah yang panjang. Pesantren sangat terkait erat dengan Islamisasi di Nusantara. Pesantren merupakan salah satu penopang utama masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Sebagai jaringan penggerak Islam di Nusantara, pesantren telah memerankan secara optimal sebagai episentrum penyebaran Islam.

  Eksistensi pesantren dengan demikian,tidak dapat lepas dari sejarah perkembangannya. Pesantren menjadi warisan umat Islam Indonesia yang lahir dari bawah bersama umatnya dan memperlihatkan keaslian Indonesia (indigenous) (Bawono, 2010: 5).

  Dengan variasi proses dan perkembangannya masing-masing, pesantren tumbuh dan berkembang dengan pesat. Secara kuantitaif kini terdapat puluhan ribu pesantren dengan variasi bentuk dan unsur yang dimilikinya. Secara kualitatif terdapat ragam fungsi dan peran yang dimainkannya dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Dari aspek unsur, kiai, santri, masjid, pondok, dan kitab adalah lima unsur utama yang dimiliki oleh sebuah pesantren. Bahkan sebagian ahli memandang, kelima unsur itu merupakan lima rukun pesantren atau pancasila pesantren.

  Dengan demikian, jika salah satu tidak ada maka belum layak disebut pesantren. Ketika sebuah pesantren terdata di Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang diterbitkan oleh pemerintah, dengan dalih telah mendapat surat keputusan atau sertifikat, kemudian memunculkan permasalahan baru. Manakah yang harus dijadikan parameter utama, apakah hanya karena ada bangunan dan penyelenggaraan pendidikan keagamaan sudah disebut pesantren. Atau, karena alasan pragmatis, sebuah lembaga pendidikan diidentifikasi sebagai sebuah pesantren padahal lembaga itu tidak lagi seperti ‘pesantren’ dalam arti yang sebenarnya. Sepertinya, ada ‘ruh’ pesantren yang hilang. Kasus adanya fenomena kekerasan yang berjubah dan dibungkus agama, yang dikaitkan dengan pesantren merupakan problematika yang kompleks. Kasus kekerasan di NTB misalnya, yang diduga dilakukan oleh sebuah pesantren, setelah dikunjungi oleh peneliti ternyata jauh dan bukan pesantren. Kondisi demikian disadari benar oleh Kementerian Agama sehingga perlu ditetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk semacam sertifikasi suatu lembaga untuk layak tidaknya disebut pesantren (Rahardjo, 2004: 12).

  Salah satu ukuran yang dibuat adalah Peraturan Menteri Agama (PMA) No 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, pasal 5 yang menyebutkan Pesantren wajib memiliki unsur-unsur pesantren yang terdiri atas: kiai atau sebutan lain yang sejenis, santri, pondok atau asrama, masjid atau mushalla, dan kitab kuning atau dirasah Islamiyah dengan pola pendidikan muallimin. Kiai adalah guru atau ustadz yang memiliki banyak ilmu pengetahuan sehingga banyak santri (murid) yang ingin menimba ilmu darinya. Santri pesantren adalah murid (siswa) baik yang bermukim di pondok atau asrama pesantren atau yang tinggal di tempat lain untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan bahasa, kitab kuning atau dirasah Islamiyah, pengamalan ibadah, dan pembentukan akhlak karimah selama 24 jam. Pondok atau asrama pesantren adalah tempat tinggal yang memenuhi kebutuhan santri selama masa belajar dengan memperhatikan aspek perlindungan, keamanan, dan kesehatan.

  Masjid atau mushala adalah tempat peribadatan dan/atau pembelajaran santri yang dapat digunakan juga untuk pelaksanaan ibadah masyarakat sekitar pesantren. Kitab (Kitab kuning) adalah kitab kuning atau dirasah

  

Islamiyah yang dipelajari santri dengan pola pendidikan mu’allimin

sesuai dengan kekhasan masing-masing pesantren.

  Selain unsur-unsur pesantren, nilai dan kultur pesantren merupakan aspek yang harus ada dalam suatu pesantren. Model pendidikan, pengajaran dan pengalaman yang dilakukan terus-menerus dalam relasi fungsional internal dan eksternal dipastikan dilakukan dengan nilai-nilai tertentu. Apalagi bahwa pesantren didirikan atas dasar pengembangan ajaran ilahi yaitu agama Islam. Di sinilah nilai-nilai pesantren telah menjadi, meminjam istilah Gus Dur pesantren sebagai sub kultur dengan sistem nilai yang khas. Nilai-nilai seperti keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kedamaian, ukhuwah Islamiyah, kebebasan, menjaga tradisi, menyesuaikan dengan situasi global, kearifal lokal, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika merupakan struktur yang tak terpisahkan dari kultur pesantren.

  2. Tujuan Pondok Pesantren Selama ini belum pernah ada rumusan tertulis mengenai tujuan pendidikan pesantren. Mastuhu merumuskan bahwa tujuan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan dan berakhlaq mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhitmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat seperti rasul yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunnah Nabi)mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan islam dan kejayaan umat islam di tengah-tengah masyarakat(‘izzul Islam wal Muslimin ),dan mencintai Ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia yang muhsin bukan sekedar muslim.Berbagai dasar pendidikan pesantren yang di rumaskan diatas, tentu menjadi dasar yang dimiliki oleh setiap pesantren, karna tanpa dasar tersebut sebuah pesantren akan kehilangan keunikannya sebagai lembaga pendidikan islam tradisional yang berorientasi pada tafaqquh fiddin dan membentuk kepribadian

  Muslim yang Kaffah (Suharto, 2011: 67)

  3. Tipologi Sistem Pondok Pesantren Ciri-ciri Pesantren secara global hampir sama, namun dalam realitasnya terdapat beberapa perbedaan terutama dilihat dari proses dan substansi yang diajarkan. Adapun tipologi secara garis besar terdapat 2 kelompok yaitu : Pertama, pesantren salafi yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam Klasik sebagai Inti Pendidikan di pesantren Tradisional. Sistim Madrasah di terapkan untuk memudahkan sistem

  

Sorogan yang di pakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama,

  tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Kedua, pesantren Modern yang telah memasukkan pelajaran umum dalam Madrasah yang di kembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum dalam lingkungan pesantren (Rahardjo, 2004: 36).

  Pengelompokan di atas perlu diurai lagi. Mengingat perkembangan pesantren yang sangat pesat akhir ini. Ridwan Natsir (dalam Haidar, 2007: 319) mengelompokkan pesantren menjadi 5 yaitu :

  a. Pesantren salaf, yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (wetonan dan sorogan) dan sistem klasikal.

  b. Pesantren semi berkembang, yaitu pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (wetonan dan sorogan) dan sistem madrasah swasta dengan kurikulum 90 % agama dan 10 % umum

  c. Pesantren berkembang, yaitu pondok pesantren seperti semi berkembang hanya saja lebih fariatif yakni 70 % agama dan 30 % umum

  d. Pesantren moderen, seperti pesantren berkembang yang lebih lengkap dengan lembaga pendidikan sampai perguruan tinggi dan dilengkapi dengan takhassus bahasa arab dan bahasa inggris e. Pesantren ideal, pesantren sebagaimana pesantren moderen hanya saja lembaga pendidikannya lebih lengkap dalam bidang keterampilan yang meliputi teknik, perikanan, pertanian, perbankkan dan lainnya yang benar-benar memperhatikan kualitas dengan tidak menggeser ciri khas pesantren.

  Namun dalam Permenag No.3 Tahun 2012 tentang Pendidikan Keagamaan Islam disebutkan bahwa pesantren sebagai Satuan Pendidikan diselenggarakan dalam bentuk pesantren Salafiyah.

  Pesantren Salafiyah adalah pesantren yang menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan kitab kuning dan sistem pengajaran yang ditetapkan oleh kyai atau pengasuh. Sedangkan Pesantren Khalafiyah dalam peraturan ini masuk dalam pengertian Pesantren Salafiyah.

  Pengertian Tradisional menunjukkan bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan tahun (300-400 tahun) yang lalu dan telah menjadi bagian yang mendalam dari sistem kehidupan sebagian besar umat Islam Indonesiayang merupakan golongan mayoritas bangsa indonesia dan telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan umat bukan tradisional dalam arti tetap tanpa mengalami penyesuaian. Kata salaf atau salafiyyah itu sendiri diambil dari numenklatur Arab salafiyyun untuk sebutan sekelompok umat Islam yang ingin kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Assunnah sebagaimana praktik kehidupan generasi pertama Islam (Assalafussholeh). Pada waktu itu umat Islam sedang mengalami perpecahan dalam bentuk golongan madzhab tauhid hingga beberapa kelompok. Kelompok salafiyun ini mengaku lepas dari semua kelompok itu dan mengajak semua yang telah terkelompok- kelompok menyatu kembali kepada ajaran Al-Quran dan Assunnah.

  Penggunaan kata salaf juga dipakai untuk antonym kata salaf versus kholaf. Ungkapan ini dipakai untuk membedakan antara ulama salaf (tradisional) dan ulama kholaf (modern). Tidak selamanya yang salaf berarti kuno manakala ulama mengajak kembali kepada ajaran Al- Qur,an. Seringkali mereka bahkan lebih dinamis dari yang kholaf karena ulama kholaf banyak diartikan juga untuk menggambarkan ulama yang memiliki orientasi ke salafussholeh.