smk10 AkuntansiIndustri AliIrfan
(2)
Ali Irfan
AKUNTANSI
INDUSTRI
JILID 1
(3)
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang
AKUNTANSI
INDUSTRI
JILID 1
Untuk SMK
Penulis : Ali Irfan Perancang Kulit : TIM
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
IRF IRFAN, Ali
a Akuntansi Industri Jilid 1 untuk SMK oleh Ali Irfan ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
x, 132 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A ISBN : 978-602-8320-08-5 ISBN : 978-602-8320-09-2
(4)
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK
(5)
Akuntansi adalah sebuah disiplin yang terus berkembang. Baik dalam tataran akademis maupun praktis. Perkembangan dalam tataran praktis terutama dipicu oleh perkembangan dunia bisnis yang—dalam era kesejagadan yang didukung oleh perkembangan teknologi informasi—terus berubah dengan kecepatan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Kondisi seperti ini tentu saja berpengaruh pula terhadap praktik-praktik akuntansi.
Pada situasi seperti ini lulusan sekolah kejuruan—termasuk dari program studi akuntansi—dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai agar dapat bersaing dalam pasar kerja yang relevan. Oleh karena itulah diharapkan buku ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kompetensi yang dimaksud. Manfaat buku ini diharapkan tidak hanya akan diperoleh para siswa, namun juga bagi para guru dan staf pengajarnya, maupun bagi masyarakat yang berminat pada bidang akuntansi pada umumnya. Pengalaman Penulis sebagai praktisi pada DU/DI serta akademisi di bidang akuntansi dan pajak diharapkan pula akan dapat sedikit mewarnai buku ini.
Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesai-kannya buku ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Dr. Joko Soetrisno, MM, Direktur Pembinaan SMK DEPDIKNAS. 2. Dr. Rosidi, MM.,Ak, Rektor Universitas Gajayana Malang.
3. Drs. Agus Sambodo, SH, BKP, Konsultan Pajak dan Dosen Universitas Gajayana Malang.
4. Drs. Ahmad Dahlan, MSA., Ak., BKP., Konsultan Pajak dan Dosen Universitas Gajayana Malang.
5. Ima, serta semua staf dan karyawan Cipta Jasatama Management
& Tax Consultants Malang.
Akhirnya, masukan berupa kritik dan saran amat diharapkan agar dapat terus menyempurnakan karya yang penuh kelemahan ini. Semoga Allah SWT meridhai amal kita semua.
Penulis
(6)
Pengantar Direktur Pembinaan SMK i
Pengantar Penulis ii
Lembar Pengesahan iii
Daftar Isi iv
Sinopsis vii
Deskripsi Isi Penulisan viii
Peta Kompetensi ix
BAGIAN 1
Akuntansi untuk Perusahaan Manufaktur 1
Bab 1 Akuntansi untuk Perusahaan Manufaktur 2 Karakteristik Perusahaan Manufaktur 2 Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur 4
Akuntansi Perusahaan Manufaktur 8
Membuat Laporan Beban pokok produksi (Cost of
Goods Manufactured Statement) 12
Istilah Baru (Glosari) 26
Laporan Beban pokok produksi (Cost of Goods
Manu-factured Statement): Laporan Beban pokok produksi Selama Satu Periode
28 Menghitung Beban pokok produksi dan Beban
pokok penjualan
28 Prosedur Akuntansi Biaya (Cost Accounting
Procedure)
33
Istilah Baru (Glosari) 34
Tugas 35
Bab 2 Beban pokok produksi Pesanan (Job Order Costing)
44 Penentuan Biaya Berdasarkan Pesanan dan
Penentuan Biaya Berdasarkan Proses
46 Ilustrasi Sistem Akuntansi Biaya Perpetual 48 Penerapan Job Order Costing di Departemen 64
(7)
Contoh Soal dan Penyelesaiannya 66
Bahan untuk Tugas 73
Bab 3 Beban pokok produksi Proses (Process Costing) 87 Penekanan Akuntansi Berdasarkan Proses 89 Contoh Akuntansi Biaya Berdasarkan Proses 90
Istilah Baru (Glosari) 96
Bahan Untuk Tugas 96
Laporan Beban pokok produksi Berdasarkan Proses 104 Tujuan Laporan Beban pokok produksi 105 Tahapan dalam Laporan Beban pokok produksi 105
Istilah Baru (Glosari) 110
Contoh Soal dan Penyelesaiannya 110
Bahan Untuk Tugas 113
BAGIAN 2
Akuntansi untuk Industri Tertentu dan Masalah-Masalah Khusus
122
Bab 1 Akuntansi Untuk Sewa Guna Usaha (Leasing) 124
Terminologi (Glosari) 126
Pengertian Leasing 127
Keuntungan Leasing 128
Klasifikasi Leasing 129
Perbedaan Antara Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lainnya
132
Akuntansi Leasing 134
Formula yang Digunakan untuk Menghitung Pembayaran Leasing
135
Prosedur Mekanisme Leasing 136
Perlakuan Akuntansi oleh Lessee Menurut PSAK No. 30
137 Penyusutan Menurut Perpajakan Indonesia 138 Aspek Perpajakan yang Berkaitan dengan Leasing 139
Pokok Perjanjian Leasing 144
Soal Latihan 165
Bab 2 Akuntansi Untuk Perusahaan Konstruksi 169
Terminologi (Glosari) 169
Metode Akuntansi 171
Metode Persentase Penyelesaian 173
Penyajian Laporan Keuangan pada Metode Persentase Penyelesaian
180
Metode Kontrak Selesai 183
Kerugian dalam Kontrak Jangka Panjang 185
Kerugian dalam Tahun Berjalan 186
Kerugian pada Kontrak yang Merugi 187
Aspek Perpajakan 190
Bab 3 Akuntansi untuk Koperasi 194
(8)
Karakteristik Badan Usaha Koperasi 195
Usaha dan Jenis-Jenis Koperasi 196
Terminologi (Glosari) 197
Perlakuan Akuntansi 198
Tahap Pencatatan Akuntansi Koperasi 212
Bab 4 Akuntansi untuk Perbankan 227
Gambaran Umum Usaha 228
Karakteristik Usaha Perbankan 228
Jenis Jasa Perbankan 229
Terminologi (Glosari) Khusus dalam Perbankan 233 Perlakuan Akuntansi dalam Perbankan 235
Akuntansi Aktiva 235
Akuntansi Kewajiban 250
Akuntansi Ekuitas 259
Akuntansi Pendapatan & Beban 261
Pelaporan Keuangan pada Bank 262
Kerangka Laporan Keuangan Bank 264
Bab 5 Akuntansi Perbankan Syariah 276
Akuntansi Perbankan Syariah 277
Keunikan Perbankan Syariah 280
Jenis Produk Bank Syariah 282
Terminologi (Glosari) dalam Perbankan Syariah 293 Perlakuan Akuntansi dalam Perbankan Syariah 300
Akuntansi Aktiva 300
Akuntansi Kewajiban 338
Bab 6 Akuntansi untuk Konsinyasi 343
Pengertian Penjualan Konsinyasi 343
Akuntansi Penjualan Konsinyasi 344
Bagaimana Kalau Barang yang Dititipkan (Barang Konsinyasi) masih tersisa?
350
Soal dan Penyelesaian 355
Bab 7 Akuntansi untuk Penjualan Angsuran 358
Pengertian Penjualan Angsuran 358
Perhitungan Bunga (Interest) pada Penjualan Angsuran dan Pencatatannya
359
Perlakuan Akuntansi Lainnya 363
Pembatalan Penjualan Angsuran 368
Laporan Keuangan 370
Penjualan Barang Tidak Bergerak 372
Penjualan Barang Bergerak 375
Laporan Keuangan Jika Perusahaan Melakukan Penjualan Reguler dan Penjualan Angsuran
378
Soal dan Penyelesaian 380
Bab 8 Akuntansi untuk Kantor Pusat dan Kantor Cabang
383
Akuntansi Kantor Agen 384
Akuntansi Kantor Cabang 388
Soal dan Penyelesaian 395
(9)
dan Kantor Cabang
Pengiriman Barang Dagangan ke Kantor Cabang dengan Nota di Atas Harga Pokok
400 Pengiriman Uang atau Barang Dagangan Antar
Kantor Cabang
403
Soal dan Penyelesaian 406
Bab 10 Hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang di Luar Negeri
409
Pengertian 409
Penjabaran ke Dalam Mata Uang yang Dipakai Kantor Pusat
410 Tahap-Tahap dalam Penyusunan Laporan
Keuangan Gabungan
410
Aspek Perpajakan 416
Soal dan Penyelesaian 418
Penutup 421
(10)
Praktik akuntansi berkembang seiring dengan perkembangan dunia usaha yang amat cepat. Hal ini tidak dapat dihindari, karena salah satu fungsi akuntansi adalah sebagai penyampai informasi finansial bagi para pengambil keputusan yang berkepentingan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sendiri, sebagai dasar dan acuan dalam penerapan akuntansi, juga terus berubah dan direvisi seiring dinamika dunia bisnis.
Buku ini akan mencoba memberikan pemahaman tentang akuntansi pada perusahaan manufaktur, perusahaan/industri tertentu yang makin banyak pelakunya dalam praktik, serta akuntansi untuk masalah-masalah tertentu. Penyusunan buku ini juga didorong oleh pengamatan Penulis berdasarkan pengalaman sekitar tujuh tahun sebagai asesor uji kompetensi bidang akuntansi SMK di Jawa Timur, yang memberikan kesan bahwa siswa belum diberikan materi terkini sesuai yang diterapkan oleh Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) berdasarkan SAK. Boleh jadi hal ini disebabkan oleh minimnya literatur yang dapat dijadikan rujukan oleh para guru di SMK.
Pembahasan buku ini meliputi “semua” jenis akuntansi yang dihadapi oleh DU/DI dengan memperhatikan praktiknya di Indonesia yang sesuai dengan SAK; yang terdiri dari:
) Akuntansi Untuk Perusahaan Manufaktur.
) Akuntansi Untuk Sewa Guna Usaha (Leasing).
) Akuntansi Untuk Perusahaan Konstruksi.
) Akuntansi Untuk Perbankan.
) Akuntansi Untuk Koperasi.
) Akuntansi Untuk Konsinyasi.
) Akuntansi Untuk Penjualan Angsuran
) Akuntansi Untuk Kantor Pusat dan Kantor Cabang.
Buku ini juga dilengkapi juga dengan contoh-contoh kasus agar dapat lebih memahami materi yang dibahas serta dapat dipakai oleh guru sebagai latihan untuk siswa.
(11)
Buku ini ditulis dengan maksud mendekatkan siswa kepada dunia praktik akuntansi pada dunia kerja yang nantinya akan mereka masuki. Dari pengalaman penulis berinteraksi dengan SMK selama hampir sepuluh tahun—baik sebagai asesor uji kompetensi, pendamping praktik kerja industri, maupun sebagai instruktur bidang akuntansi dan perpajakan bagi guru-guru SMK—kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru dan siswa adalah kurangnya literatur dan bahan bacaan yang dapat dipakai sebagai acuan untuk memahami akuntansi dan pajak sesuai perkembangannya dalam dunia praktik pada DU/DI. Amat jarang—kalau tidak dapat dikatakan belum ada—buku pegangan pengajaran di SMK yang membahas secara komprehensif materi akuntansi yang dikaitkan langsung dengan aspek perpajakannya, seperti yang nantinya akan mereka temui ketika mereka bekerja, sehingga dengan buku dan bahan ajar yang ada para guru memberikan materi yang sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan praktik pada DU/DI. Ironisnya, siswa SMK sebenarnya disiapkan dan ‘diproses’ agar nantinya mampu langsung bekerja pada bidang yang relevan dengan yang mereka pelajari di SMK. Oleh karena itu buku ini diharapkan dapat berkontribusi untuk sedikit menutup celah yang menganga tersebut.
Sistematika penyajian buku ini adalah sebagai berikut. Bagian 1 terdiri dari tiga bab yang membahas akuntansi untuk perusahaan manufaktur. Bagian 2 berisi sepuluh bab yang membahas akuntansi pada industri tertentu, misalnya akuntansi untuk perusahaan konstruksi, akuntansi untuk koperasi, maupun akuntansi untuk perbankan. Selain itu dibahas pula akuntansi untuk masalah-masalah khusus tertentu seperti akuntansi untuk leasing, penjualan angsuran, konsinyasi. Diharapkan materi yang dibahas dapat memberikan pemahaman yang cukup lengkap dan komprehensif, namun diusahakan pula agar materi yang diberikan tidak terlalu advance, sehingga masuk ke wilayah yang seharusnya diberikan untuk S1. Kendati sudah diusahakan sedemikian rupa, namun bisa jadi, secara tidak disadari pembahasan materi telah memasuki wilayah tersebut. Yang ingin dituju sebenarnya adalah, sebagaimana telah dinyatakan di depan, agar siswa memperoleh gambaran tentang praktik-praktik akuntansi pada berbagai bidang usaha yang saat ini makin banyak dan beragam serta berkembang pesat aplikasinya; dan nantinya “rimba” seperti itulah yang akan menjadi lahan kerja selepas siswa dari SMK.
(12)
1. Peta Kompetensi
K1. Mengelola Proses Kredit K2. Mengelola Kartu Piutang
K3. Mengelola Kartu Persediaan Supplies K4. Mengelola Kartu Persediaan Barang Jadi K5. Mengelola Administrasi Gaji & Upah K6. Mengelola Kartu Biaya Produksi
K7. Mengelola Kartu Persediaan Bahan Baku K8. Mengelola Administrasi Kas Bank K9. Mengelola Administrasi Dana Kas Kecil K10. Mengelola Kartu Aktiva Tetap
K11. Mengelola Buku Jurnal K12. Mengelola Buku Besar
K13. Mengelola Kartu Persediaan Barang Dagangan 2. Jenis Pekerjaan yang ada di DU/DI
P1. Pemegang Buku di Perusahaan Manufaktur P2. Pemegang Buku di Perusahaan Konstruksi P3. Pemegang Buku di Perusahaan Leasing
P4. Pemegang Buku di Perusahaan Dagang secara Angsuran P5. Pemegang Buku di Perusahaan Dagang secara Konsinyasi P6. Pemegang Buku di Perusahaan yang Memiliki Kantor Cabang P7. Pemegang Buku di Perusahaan Perbankan
P8. Pemegang Buku di Perusahaan Koperasi
Analisis Relevansi Kompetensi Terhadap Jenis Pekerjaan
Skor Tingkat Relevansi Kompetensi
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Σ
K1 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K2 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K3 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K4 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K5 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K6 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K7 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K8 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K9 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K10 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K11 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K12 4 4 4 4 4 4 4 4 32
K13 4 4 4 4 4 4 4 4 32
52 52 52 52 52 52 52 52
Keterangan Skor:
- Skor 4 = jika kompetensi tersebut sangat relevan - Skor 3 = Jika kompetensi tersebut relevan - Skor 2 = Jika kompetensi tersebut kurang relevan - Skor 1 = Jika kompetensi tersebut tidak relevan
Kompetensi Pekerjaan
(13)
Manufaktur Konstruksi Leasing Dagang Perbankan Koperasi K3. Mengelola Kartu Persediaan Supplies K3. Mengelola Kartu Persediaan Supplies K3. Mengelola Kartu Persediaan Supplies K3. Mengelola Kartu Persediaan Supplies K3. Mengelola Kartu Persediaan Supplies K3. Mengelola Kartu Persediaan Supplies K5. Mengelola Administrasi Gaji & Upah
K5. Mengelola Administrasi Gaji & Upah
K5. Mengelola Administrasi Gaji & Upah
K4. Mengelola Kartu Persd. Barang Jadi K5. Mengelola Administrasi Gaji & Upah
K5. Mengelola Administrasi Gaji & Upah K6. Mengelola Kartu Biaya Produksi K8. Mengelola Administrasi Kas Bank K8. Mengelola Administrasi Kas Bank K5. Mengelola Administrasi Gaji & Upah
K8. Mengelola Administrasi Kas Bank K8. Mengelola Administrasi Kas Bank K7. Mengelola Kartu Persediaan Bahan Baku K9. Mengelola Administrasi Dana Kas Kecil K9. Mengelola Administrasi Dana Kas Kecil K9. Mengelola Administrasi Dana Kas Kecil K9. Mengelola Administrasi Dana Kas Kecil K9. Mengelola Administrasi Dana Kas Kecil K8. Mengelola Administrasi Kas Bank K10. Mengelola Kartu Aktiva Tetap K10. Mengelola Kartu Aktiva Tetap K10. Mengelola Kartu Aktiva Tetap K10. Mengelola Kartu Aktiva Tetap K10. Mengelola Kartu Aktiva Tetap K9. Mengelola Administrasi Dana Kas Kecil K13. Mengelola Kartu Persd. Barang Dagangan K10. Mengelola Kartu Aktiva Tetap K1. Mengelola Proses Kredit K2. Mengelola Kartu Piutang K11. Mengelola Buku Jurnal K12. Mengelola Buku Besar
KLUSTERISASI KOMPETENSI PROGRAM KEAHLIAN
AKUNTANSI
(14)
S
e
ri
A
k
u
n
tan
si
In
d
u
st
ri
u
n
tu
k
S
e
k
o
la
h
M
e
n
e
n
g
ah
K
e
ju
ru
a
n
Akuntansi
untuk
Perusahaan
M
anufaktur
Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan
Ditjen Manajemen Dikdasmen
Departemen Pendidikan Nasional
(15)
Drs. Ali Irfan, MSA., Ak., BKP.
Drs. Dwi Winarno, MM.
Editor: Drs. I Cenik Ardana, MM., Ak.
(16)
AKUNTANSI untuk
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
AKUNTANSI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
; Ka ra kte ristik Pe rusa ha a n Ma nufa ktur
; Ma sa la h Khusus Pe rusa ha a n Ma nufa ktur
; Akunta nsi Pe rusa ha a n Ma nufa ktur
; Me m b ua t La po ra n Be b a n po ko k pro duksi
; Me ng hitung Be b a n p o ko k pro d uksi da n Be b a n po ko k pe njua la n
(17)
AKUNTANSI UNTUK
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Tujuan Pengajaran
Buku ini akan membahas karakteristik, akuntansi khusus dan pelaporan operasi perusahaan manufaktur . Tujuan pengajaran dari buku ini adalah agar para siswa dapat:
1. Memahami karakteristik perusahaan manufaktur
2. Memahami masalah khusus akuntansi perusahaan manufaktur 3. Mencatat transaksi-transaksi produksi
4. Membuat laporan beban pokok produksi.
Karakteristik Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan
yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan ini sering disebut proses produksi. Kegiatan produksi, apabila digambarkan akan nampak seperti di bawah ini:
(18)
Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya (cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi. Bab ini akan membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni penetapan beban pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.
Weygandt et al (1996: 848)
Gambar di atas menunjukkan karakteristik khusus perusahaan manufaktur yang membedakannya dengan jenis perusahaan lain seperti perusahaan dagang atau perusahaan jasa. Perbedaan tersebut terletak pada persediaan-persediaannya, biaya pabrikasi (manufacturing costs),
-
+ =
= an
(19)
biaya produksi dan beban pokok produksinya. Kita juga bisa memahami perbedaan dalam komponen perhitungan beban pokok penjualan pada sebuah perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang melalui penggambaran di bawah ini.
Weygandt et al (1996: 847)
Komponen penambah dalam beban pokok penjualan untuk perusahaan dagang diperoleh dari pembelian barang dagangan yang ditambahkan ke persediaan barang dagangan yang telah dimiliki. Pada perusahaan manufaktur, komponen penambah persediaan awal barang jadi diperoleh dari harga pokok pabrikasi/beban pokok produksi yang dibebankan selama proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi berlangsung. Setelah barang yang tersedia untuk dijual (baik pada perusahan dagang maupun pada perusahaan manufaktur) dikurangi dengan persediaan akhir, maka didapatlah beban pokok penjualan.
Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur
Dibandingkan dengan perusahaan dagang, masalah khusus dalam akuntansi perusahaan manufaktur adalah persediaan, biaya
pabrikasi (manufacturing costs), biaya produksi dan beban pokok
produksi.
Persediaan (Inventory)
Berdasarkan perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari tiga macam, yakni:
Perusahaan Perusahaan Dagang
(20)
1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) 3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang ada pada tanggal neraca. Bahan baku adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan dalam proses terdiri dari biaya bahan baku dan biaya-biaya manufaktur lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai. Untuk menyelesaikannya masih diperlukan tambahan biaya. Persediaan barang jadi terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-barang yang telah selesai diproduksi, tetapi belum dijual. Sebuah perusahaan manufaktur dengan demikian harus menyediakan tiga perkiraan untuk persediaan.
Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)
Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama suatu periode disebut biaya manufaktur (manufacturing cost), atau lebih dikenal dengan biaya pabrik. Biaya ini digunakan untuk menyelesaikan barang yang masih sebagian selesai di awal periode, barang-barang yang dimasukkan dalam proses produksi periode itu dan barang-barang yang baru dapat diselesaikan sebagian di akhir periode. Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya bahan baku (raw materials cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja lansung (direct labor cost) adalah biaya untuk tenga kerja yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan rokok (Sigaret Kretek Tangan = SKT).
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya-biaya pabrik
selain bahan baku dan tenga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan. Contoh biaya overhead pabrik adalah: (1) bahan pembantu (kadang-kadang disebut: bahan tidak langsung (indirect materials) misalnya perlengkapan pabrik (mur, baut dan pelitur dalam perusahaan mebel); (2) tenga kerja tidak langsung (indirect labor) yaitu tenaga kerja yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor; (3) pemeliharaan dan
(21)
perbaikan (maintenance and repair); (4) listrik, air telepon dan lain-lain.
Ketiga jenis biaya manufaktur ini dapat dihubungkan dan dilihat keterkaitannya dengan memperhatikan bagan yang diilustrasikan di bawah ini.
Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya pabrikasi
(manufacturing cost), kemudian dikurangi dengan persediaan barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi adalah semua biaya yang
(22)
berhubungan dengan proses produksi. Tiga komponen biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir periode. Biaya overhead ini seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini biasanya dinikmati bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam situasi tertentu dapat pula disebut sebagai biaya bersama (common cost).
Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sering
pula disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya yang
merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat dengan mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering pula
disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang
dikeluarkan atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost), yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair. Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban masing-masing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban pemasaran/ penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat mengklasifikasikan setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur.
Beban pokok produksi(Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode
disebut beban pokok produksi barang selesai (cost of goods
(23)
pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu periode dilaporkan dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap pengikhtisaran yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi 2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian 6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup 8. Pembuatan neraca saldo penutup 9. Pembuatan jurnal balik
Bab ini tidak akan membahas tahap demi tahap siklus tersebut. Pembahasan perusahaan manufaktur di sini lebih pada menguraikan tahap-tahap tersebut secara garis besar saja. Penekanan diberikan pada
proses akuntansi untuk masing-masing akun/rekening/perkiraan
perusahaan manufaktur (ketiga istilah ini dipakai seluruhnya, secara bergantian, sepanjang pembahasan dalam buku ini untuk menunjukkan bahwa ketiganya merupakan istilah yang lazim dipakai sehari-hari dalam praktik pada DU/DI). Namun demikian, tetap diharapkan bahwa pemaparan berikut ini telah mencakup semua pemahaman minimal yang diperlukan untuk dapat menjalankan proses akuntansi pada sebuah perusahaan manufaktur.
Bahan Baku (Raw Materials)
Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas (untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan baku
(24)
dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain yang berhubungan, misalnya potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk produksi tidak dicatat. Pemakaian bahan baku selama suatu periode dihitung sebagai berikut:
Data diperoleh
dari perkiraan Perhitungan Contoh
Persediaan bahan baku Persediaan pada awal periode Rp 1.000.000,00
Ditambah
Pembelian Pembelian selama perode Rp 24.000.000,00 +
sama dengan
….. Bahan baku tersedia untuk produksi Rp 25.000.000,00
Dikurangi
Persediaan bahan baku Persediaan pada akhir periode (Rp 5.000.000,00) -
sama dengan
Pemakaian bahan baku selama periode Rp 20.000.000,00
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku hanya digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode. Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal dan akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan mengadakan penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir) dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan tersendiri untuk biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
Biaya Overhead Pabrik (Overhead)
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu, tenga keja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening tersendiri di buku besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku besar hanya disediakan satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik sebagai rekening induk (sesungguhnya). Rincian
(25)
biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead pabrik, misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku pembelian. Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan harus dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode diperoleh dengan jalan melakukan penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana menghitung nilai persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah bahwa nila ini terdiri dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya pabrikase yang telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan. Untuk mencatat nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal dan membebankannya ke proses produksi. Sementara itu, jurnal penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada pada akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Di bawah ini (pada halaman berikut) diberikan ilustrasi tentang alur pembebanan biaya ke dalam proses produksi hingga pengakuan beban pokok penjualan. Alur ini digambarkan dalam bentuk hubungan di antara buku besar perkiraan-perkiraan yang terkait dengan proses produksi dalam sebuah perusahaan manufaktur. Kita dapat melihat di situ, apa saja perkiraan yang terkait dan harus dibuatkan jurnalnya selama proses produksi berlangsung, dan kapan masing-masing perkiraan tersebut harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu saja, ilustrasi tersebut menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika perusahaan menerapkan metode perpetual untuk persediaannya.
(26)
Persediaan Barang Jadi 7.Harga Pokok Brg yg selesai dikerjakan 8.Beban pokok penjualan Persd. Bahan Baku dan
Pembantu 1.Pembelian 4.Bahan
yang terpakai
Persediaan Barang dalam Proses 4.Bahan Baku
terpakai 5.TKL yg
digunakan 6.Taksiran Overhead dbebankan 7.Harga Pokok Brg yg selesai dikerjakan
Tenaga Kerja Pabrik 2.TK Pabrik
yg terjadi/ dibebanka n
5.TK Pabrik yg
diguna-kan Beban pokok penjualan
8.Harga Pokok Penjual-an Overhead Pabrik Overhead yg sesungguh-nya terjadi: 3.Depresiasi Asuransi Reparasi 4.Bhn Pemban-tu yg diguna-kan 5.TK tdk lgsng
yg digunakan 6.Taksiran Overhead yang dibe-bankan Yang Diakumulasikan/ Ditambahkan
Yang Dibebankan dalam Proses Produksi
1.Pembelian bahan baku
2.Tenaga kerja pabrik yg terjadi
3.Overhead Pabrik yang terjadi
4. Bahan baku yg diguna-kan 5. TK pabrik yg
diguna-kan
6. Taksiran overhead yg dibebankan
7. Barang jadi yg selesai dan diakui
8. Beban pokok penjualan yg diakui 4
5
6
7
(27)
Membuat Laporan Beban pokok produksi
(C
ost of Goods
M
anufactured Statement
)
L
APORANB
EBAN POKOK PRODUKSI(C
OST OFG
OODSM
ANUFACTUREDS
TATEMENT).
Kegiatan produksi selama periode dilaporkan dalam laporan beban pokok produksi. Laporan ini merupakan perhitungan harga pokok barang yang telah selesai diproduksi selama suatu periode.
Jurnal dan Buku Besar
Untuk menggambarkan pencatatan dan pelaporan beban pokok produksi dalam sebuah perusahaan pabrik, anggaplah bahwa transaksi-transaksi berikut ini terjadi di PT Surya Dunia Abadi, sebuah perusahaan manufaktur.
Pembelian Bahan Baku
Selama tahun 200A, PT Surya Dunia Abadi membeli secara kredit bahan baku seharga Rp 1.440.000,00. Potongan pembelian, retur pembelian dan pengurangan harga serta transaksi-transaksi lain yang berhubungan dengan pembelian bahan baku diabaikan dalam contoh ini. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pembelian tadi, jika dicatat dalam jurnal umum adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Pembln bhn baku 500 1.440.000,00
Hutang dagang 211 1.440.000,00
Ayat jurnal di atas merupakan gabungan transaksi selama setahun. Dalam kenyataannya, pencatatan dilakukan untuk tiap transaksi dalam buku pembelian. Pembayaran hutang dagang tidak diperhatikan lagi dalam ilustrasi ini. Akibat ayat jurnal di atas rekening Pembelian Bahan Baku pada tanggal 31 Desember 200A akan bersaldo debit sebesar Rp 1.440.000,00.
(28)
Pemakaian Tenaga Kerja Langsung
Selama tahun 200A, pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung berjumlah Rp 150.000,00. Gaji yang masih harus dibayar pada akhir tahun berjumlah Rp 23.000,00. Ayat jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Biy. tenaga krja lgsg 501 173.000,00
Bank 111 150.000,00
Hutang biaya 213 23.000,00
Sekali lagi, ayat jurnal di atas adalah gabungan dari seluruh transaksi selama satu tahun. Kenyataannya, pencatatan dilakukan untuk tiap pembayaran dalam buku pengeluaran kas. Sementara itu, gaji yang masih harus dibayar dicatat sebagai ayat jurnal penyesuaian.
Pemakaian Biaya Overhead Pabrik
Dalam tahun 200A biaya overhead pabrik yang dibebankan dalam produksi berjumlah Rp 450.000. Jumlah ini sudah termasuk ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan. Ayat jurnal yang perlu dibuat pada waktu pembelian biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal No.
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Biaya bahan pembantu 502 150.000 Biy. tenaga kerja tdk lgsng 503 140.000 Biaya gaji pabrik 504 40.000 Biy. listrik, air & telp. pabrik 505 37.000 Biaya perlengkapan pabrik 506 15.000
Biaya pemeliharaan dan
perbaikan pabrik
507 50.000 Biaya asuransi pabrik 508 13.000 Biy. overhead pbrk lain-lain 599 5.000
Hutang dagang 211 450.000
Pembayaran hutang dagang dalam buku pengeluaran kas tidak diperlihatkan dalam contoh ini. Juga pembebanan biaya yang berasal dari
(29)
pembayaran di muka. Untuk biaya penyusutan, ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A (A)
Des 31 - Biaya penyusutan pabrik 509 75.000
Akum. penystn mesin 134 75.000
(B)
Biaya penyusutan pabrik 509 9.500 Biy. penystn. penjualan 615 9.500 Biy. Pnystn adm&umum 625 9.500
Akum. Penystn. kend. 135 16.000 Akum. Penystn. perltn. 138 5.000 Dalam contoh perusahaan dagang, penyusutan dicatat melalui jurnal penyesuaian. Ayat jurnal penyusutan tersebut di atas terdiri dari dua bagian. Penyusutan mesin dibebankan seluruhnya dalam biaya
pabrik (manufacturing cost). Sementara itu, penyusutan bangunan,
kendaraan dan peralatan (total Rp 28.500) dialokasikan ke biaya pabrik
(manufacturing cost), penjualan seta administrasi dan umum. Pengalokasian dilakukan berdasarkan penggunaan masing-masing aktiva tetap.
Dalam neraca lajur perusahaan manufaktur terdapat rekening yang belum pernah dibahas sebelumnya, yaitu aktiva tak terwujud. Aktiva tak berwujud adalah aktiva tetap yang secara fisik tidak nyata. Contoh aktiva tak berwujud adalah hak paten dan goodwill. Aktiva tak berwujud, seperti halnya aktiva tetap, harus disusutkan. Penyusutan untuk aktiva tak berwujud disebut amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak berwujud juga dapat dialokasikan ke biaya pabrik (manufacturing cost),
biaya penjualan serta biaya administrasi dan umum. Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat dan mengalokasikan biaya amortisasi adalah sebagai berikut:
Tanggal No.
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Biaya amortisasi pabrik 510 12.500 Biaya amortisasi bag. penjualan 616 6.250 Biy. Amorts. bag. adm. & umum 626 6.250
(30)
Pada halaman-halaman berikut ini ditampilkan neraca lajur milik PT Surya Dunia Abadi seperti nampak dalam Tabel 1-1. Perhatikan rekening-rekening yang dipakai dan bandingkan dengan perusahaan dagang yang pernah dipelajari sebelumnya. Secara garis besar, bagan rekening yang digunakan oleh PT Surya Dunia Abadi adalah sebagai terlihat dalam Tabel 1-2.
(31)
Tabel 1-1
PT. SURYA DUNIA ABADI Kertas Kerja
Tahun berakhir 31 Desember 200A
Neraca Saldo Jurnal Penyesuaian Neraca Saldo Disesuaikan
Laporan Beban pokok produksi
Perhitungan
Laba Rugi Neraca No Nama Perkiraan
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
110 Dana kas kecil 1.000 - - - 1.000 - - - 1.000 - 111 Bank 67.600 - - - 67.600 - - - - - 67.600 - 112 Surat-2 berharga 25.000 - - - 25.000 - - - - - 25.000 - 113 Wesel tagih 20.000 - - - 20.000 - - - - - 20.000 - 114 Piutang dagang 187.900 - - - 187.900 - - - - - 187.900 - 115 Persd. bahan baku 197.000 - (B) 243.000 (A) 197.000 243.000 - - - 243.000 - 116 Persd. Dlm. proses 15.000 - (D) 20.000 (C) 15.000 20.000 - - - 20.000 - 117 Persd. barang jadi 285.000 - (F) 257.000 (E) 285.000 257000 - - - 257.000 - 118 Biy.dibyr. di muka 12.000 - - - 12.000 - - - 12.000 - 120 Investasi jk. Pnjng. 50.000 - - - 50.000 - - - 50.000 -
130 Tanah 75.000 - - - 75.000 - - - 75.000 - 131 Bangunan 150.000 - - - 150.000 - - - - - 150.000 - 132 Akum. penyusutan
bangunan
- 15.000 - - - 15.000 - - - - - 15.000 133 Mesin-mesin 750.000 - - - 750.000 - - - - - 750.000 - 134 Akum. penyusutan
mesin-mesin
- 150.000 - - - 150.000 - - - - - 150.000 135 Kendaran 80.000 - - - 80.000 - - - - - 80.000 - 136 Akum. penyusutan
kendaraan
- 32.000 - - - 32.000 - - - - - 32.000 137 Peralatan 25.000 - - - 25.000 - - - - - 25.000 - 138 Akum. penyusutan
peralatan
- 10.000 - - - 10.000 - - - - - 10.000 140 Aktiva tak berwjd. 50.000 - - - 50.000 - - - 50.000 -
210 Wesel bayar - 95.000 - - - 95.000 - - - - - 95.000 211 Hutang dagang - 145.000 - - - 145.000 - - - - - 145.000 212 Kredit modal kerja - 195.500 - - - 195.500 - - - 195.500
Dipindahkan (subtotal)
(32)
Neraca Saldo Penyesuaian Jurnal Neraca Saldo Disesuaikan pokok produksi Laporan Beban Perhitungan Laba Rugi Neraca No
Perk Nama Perkiraan
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
Pindahan (subtotal) 1.990.500 642.500 520.000 497.000 2.013.500 642.500 - - - - 2.013.500 642.500 213 Hutang biaya - 45.000 - - - 45.000 - - - - - 45.000 220 Kredit investasi - 600.000 - - - 600.000 - - - - - 600.000 310 Saham biasa - 400.000 - - - 400.000 - - - - - 400.000 410 Penjualan - 3.022.000 - - - 3.022.000 - - - - - 3.022.000 500 Pembln bahan baku 1.440.000 - - - 1.440.000 - 1.440.000 - - - - - 501 Biy. T.K. langsung 173.000 - - - 173.000 - 173.000 - - - - - 502 Biy bhn pembantu 150.000 - - - 150.000 - 150.000 - - - - - 503 Biy T.K tdk lngsng 140.000 - - - 140.000 - 140.000 - - - - - 504 Biaya gaji-pabrik 40.000 - - - 40.000 - 40.000 - - - - - 505 Biaya listrik, air,
telepon pabrik
37.000 - - - 37.000 - 37.000 - - -
506 Biy perlngkp pabrik 15.000 - - - 15.000 - 15.000 - - - - - 507 Biy pemelih&
perbaikan Pabrik
50.000 - - - 50.000 - 50.000 - - -
508 Biy asuransi pabrik 13.000 - - - 13.000 - 13.000 - - - - - 509 Biy penystn pabrik 84.500 - - - 84.500 - 84.500 - - - - - 510 Biy amorts pabrik 12.500 - - - 12.500 - 12.500 - - - - - 599 Biy overhead pabrik
lain-lain
5.000 - - - 2.000 - 5.000 - - -
610 Gaji bag. penjualan 75.000 - - - 75.000 - - - 75.000 - - - 611 Biy listrik, air dan
telepon bag. Penjl.
20.000 - - - 20.000 - - - 20.000 - - -
612 Biy perlengkapan bag. Penjualan
25.000 - - - 25.000 - - - 25.000 - - -
613 Biy pemelih. & per-baikan bag. Penjl.
15.000 - - - 15.000 - - - 15.000 - - -
614 Biaya asuransi bag. penjualan
6.000 - - - 6.000 - - - 6.000 - - -
615 Biaya penyusutan bag. Penjualan
9.500 - - - 9.500 - - - 9.500 - - -
616 Biaya amortisasi bag. penjualan
6.250 - - - 6.250 - - - 6.250 - - -
Dipindahkan (subtotal)
(33)
Neraca Saldo Jurnal Penyesuaian Neraca Saldo Disesuaikan pokok produksi Laporan Beban Perhitungan Laba Rugi Neraca No
Perk Nama Perkiraan
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
Pindahan (subtotal) 4.307.250 4.833.000 520.000 497.000 4.330.250 4.833.000 2.160.000 - 156.750 3.022.000 2.013.500 1.811.000 617 Biy iklan & promosi 200.000 - - - 200.000 - - - 200.000 - - - 618 Biy pengiriman 60.000 - - - 60.000 - - - 60.000 - - - 619 Biy penjln lain-lain 4.250 - - - 4.250 - - - 4.250 - - - 620 Gaji bag.adm.& um. 90.000 - - - 90.000 - - - 90.000 - - - 621 Biy listrik, air & telp
bag. adm. & umum
15.000 - - - 15.000 - - - 15.000 - - -
622 Biy prlngkpn bag. Adm.& umum
8.000 - - - 8.000 - - - 8.000 - - -
623 Biy pemelih.& prba- ikn bag.adm.&um.
10.000 - - - 10.000 - - - 10.000 - - -
624 Biy asuransi bag. adm & umum
3.000 - - - 3.000 - - - 3.000 - - -
625 Biy penystn bag. adm & umum
9.500 - - - 6.500 - - - 9.500 - - -
626 Biy. amort bag. adm & umum
6.250 - - - 6.250 - - - 6.250 - - -
628 Biy. adm & umum lain-lain
6.560 - - - 6.560 - - - 6.560 - - -
631 Biaya bunga 113.190 - - - 113.190 - - - 113.190 - - -
4.833.000 4.833.000
421 Ikhtisar beban pokok produksi
- - (A) 197.000 (B) 243.000 197.000 243.000 197.000 243.000 - - - - (C) 15.000 (D) 20.000 15.000 20.000 15.000 20.000
422 Ikhtisar Laba Rugi - - (E) 285.000 (F) 257.000 285.000 257.000 - - 285.00 257.000 - - 1.017.000 1.017.000 5.353.000 5.353.000 2.372.000 263.000 - - - - Harga pokok prod. - 2.109.000 2.109.000 - - -
2.372.000 2.372.000 3.076.500 3.279.000 2.013.500 1.811.000
Laba bersih - 202.500 - - 202.500
(34)
Tabel 1-2 Bagan Rekening PT. SURYA DUNIA ABADI
1xx Aktiva 2xx Kewajiban
11x Aktiva lancar 21x Kewajiban Lancar
12x Investasi jangka panjang 22x Kewajiban jangka panjang 13x Aktiva tetap
14x Aktiva tak berwujud 3xx Modal
5xx Biaya Pabrik 4xx Pendapatan dan Beban
pokok penjualan
6xx Biaya usaha 41x Penjualan
61x Biaya penjualan 42x Beban pokok penjualan 62x Biaya administrasi dan umum 43x Pendapatan lain-lain 63x Biaya lain-lain
Rekening persediaan terdiri dari tiga macam, yakni persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi. Sementara itu, dalam kelompok aktiva tetap terdapat rekening mesin-mesin dengan akumulasi penyusutannya. Rekening mesin-mesin-mesin-mesin digunakan untuk mencatat harga perolehan mesin-mesin pabrik yang digunakan dalam proses produksi. Kelompok rekening aktiva tak berwujud digunakan untuk mencatat nilai buku aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan.
Dalam perusahaan pabrik terdapat kelompok biaya tambahan, yakni biaya pabrik. Seperti telah dijelaskan, kelompok ini untuk menampung biaya-biaya yang terjadi di pabrik. Biaya-biaya tersebut merupakan bagian dari beban pokok produksi. Biaya usaha dibagi dalam kelompok-kelompok: (a) biaya penjualan: (b) biaya administrasi dan umum dan; (c) biaya lain-lain. Pengelompokan biaya berdasarkan atas bagian atau fungsi di mana biaya tersebut harus dibebankan. Biaya-biaya penjualan adalah biaya-biaya yang dibebankan/terjadi pada bagian atau fungsi penjualan dan pemasaran. Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya untuk kegiatan umum perusahaan. Jika ternyata ada sejumlah biaya yang bermanfaat untuk lebih dari satu bagian/fungsi, maka biaya yang bersangkutan perlu dialokasikan.
Dibandingkan dengan neraca lajur perusahaan dagang, ada satu kolom tambahan dalam neraca lajur perusahaan pabrik. Kolom itu ialah
(35)
Laporan Beban pokok produksi. Angka-angka dalam neraca saldo disesuaikan, yang diperlukan untuk menghitung harga pokok barang yang selesai diproduksi, dipindahkan ke kolom ini. Angka-angka dalam kolom itu merupakan dasar untuk menyusun laporan beban pokok produksi.
Jurnal Penyesuaian
Ayat jurnal penyesuaian dalam neraca lajur Tabel 1-1 sudah sangat disederhanakan. Beberapa ayat jurnal penyesuaian yang dibuat dalam perusahaan dagang tidak muncul lagi. Ini memang dirupiahgaja, agar dapat dengan mudah dibedakan dengan yang telah dibahas sebelumnya. Pada dasarnya, perbedaan dengan perusahaan dagang adalah ayat jurnal penyesuaian untuk persediaan bahan baku dan persediaan dalam proses. Rekening-rekening ini tidak ada pada perusahaan dagang.
Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat untuk persediaan bahan baku adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A (A)
Des 31 - Ikhtisar beban pokok produksi 421 197.000
Persediaan bahan baku 115 197.000
(B)
Persediaan bahan baku 115 243.000 Ikhtisar beban pokok
produksi
421 243.000
Ayat jurnal penyesuaian (A) berhubungan dengan persediaan awal bahan baku. Jumlah yang tercantum di neraca saldo merupakan saldo awal rekening tersebut. Jadi, jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk membebankan saldo awal untuk mengganti saldo rekening bahan baku dengan jumlah yang ada pada akhir periode. Dengan ayat jurnal penyesuaian tersebut, dapat dihitung jumlah pemakaian bahan baku. Perhatikan adanya rekening ikhtisar beban pokok produksi. Rekening ini, seperti halnya ikhtisar Laba Rugi, digunakan untuk menutup rekening-rekening biaya pabrik, pembelian bahan baku serta persediaan bahan baku dan persediaan dalam proses. Dari rekening ini dapat dihitung beban pokok produksi.
(36)
Hal yang sama dilakukan terhadap persediaan dalam proses. Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A (C)
Des 31 - Ikhtisar beban pokok produksi 421 15.000
Persediaan dalam proses 116 15.000
(D)
Persediaan dalam proses 116 20.000
Ikhtisar beban pokok produksi 421 20.000
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat untuk persediaan barang jadi tidak berbeda dengan yang telah dibahas dalam perusahaan dagang. Yaitu, yang berhubungan dengan jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagang. Ayat jurnal penyesuaian ini membebankan saldo awal persediaan barang jadi ke beban pokok penjualan, sekaligus mengganti saldonya dengan nilai persediaan akhir. Perhatikan ayat jurnal penyesuaian berikut:
Tanggal Nomor Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A (E)
Des 31 - Ikhtisar Laba Rugi 422 285.000
Persediaan barang jadi 117 285.000
(F)
Persediaan barang jadi 117 257.000
Ikhtisar Laba Rugi 422 257.000
Laporan Keuangan
Dalam neraca lajur perusahaan pabrik terdapat satu kolom tambahan. Yaitu, laporan beban pokok produksi. Angka-angka dalam kolom ini merupakan dasar untuk menyusun laporan beban pokok produksi. Total debit dan kredit kolom ini adalah Rp 2.372.000 dan Rp263.000. Selisih kedua angka tersebut (Rp 2.109.000) merupakan beban pokok produksi. Jumlah ini dipindahkan ke kolom perhitungan
(37)
Laba Rugi untuk menghitung beban pokok penjualan. Prosedur penyelesaian neraca lajur selanjutnya tidak berbeda dengan perusahaan dagang.
Laporan Beban pokok produksi
Ini adalah laporan tentang kegiatan peruahaan manufaktur. Khususnya tentang beban pokok produksi barang. Laporan beban pokok produksi PT. SURYA DUNIA ABADI dalam dilihat dalam Tabel 1-3. Perhatikan hubungan antara laporan beban pokok produksi dengan perhitungan Laba Rugi. Terlihat bahwa beban pokok produksi merupakan bagian dari beban pokok penjualan.
Perhitungan Laba Rugi
Penyusunan perhitungan Laba Rugi dari neraca lajur tidak berbeda dengan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada beban pokok penjualan. Dalam perusahaan dagang, beban pokok penjualan dihitung sebagai persediaan awal ditambah pembelian barang dagang dikurangi persediaan akhir. Untuk perusahaan pabrik, pos pembelian barang dagang diganti dengan beban pokok produksi. Memang, dalam perusahaan pabrik barang yang dijual tidak berasal dari pembelian, tapi dari proses produksi sendiri.
Untuk jelasnya secara garis besar di bawah ini dapat dilihat perbedaan antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.
Perusahaan Dagang Perusahaan Manufaktur
1. Barang yang akan dijual berasal dari pembelian
Barang yang akan dijual berasal dari memproses barang melalui proses produksi tertentu (mengolah bahan baku menjadi barang jadi )
2. Laporan Keuangan untuk Laba-Rugi dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah sebagai berikut: Persediaan awal
Barang dagangan xx
Pembelian xx + B.T.U. Dijual xx Persediaan akhir
Barang dagangan (xx) B. Pokok Penjln xx
Persediaan awal
barang jadi xx
Beban pokok produksi xx + B.T.U. Dijual xx Persediaan akhir
Barang jadi (xx) B. Pokok Penjln xx
(38)
Tabel 1-3
PT. SURYA DUNIA ABADI Laporan Beban pokok produksi Tahun berakhir 31 Desember 200A
Pemakaian bahan baku
Persediaan bahan baku, 1 Januari 200A Rp 197.000
Pembelian bahan baku 1.440.000
Persediaan bahan baku tersedia untuk produksi Rp 1.637.000 Persediaan bahan baku, 31 Desember 200A ( 243.000) Total Pemakaian Bahan Baku Rp 1.394.000 Biaya tenga kerja langsung 173.000 Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu Rp 150.000 Biaya tenga keja tidak langsung 140.000 Biaya gaji-pabrik 40.000 Biaya listrik, air, telepon – pabrik 37.000 Biaya perlengkapan – pabrik 15.000 Biaya pemeliharaan & perbaikan – pabrik 50.000 Biaya asuransi – pabrik 13.000 Biaya penyusutan – pabrik 84.500 Biaya amortisasi – pabrik 12.500
Biaya overhead pabrik lain-lain 5.000 547.000
Total Biaya Pabrik Rp 2.114.000
Persediaan dalam proses, 1 Januari 200A 15.000
Total Biaya Produksi Rp 2.129.000
Persediaan dalam proses, 31 Desember 200A ( 20.000) Beban pokok produksi Rp 2.109.000
Perhatikan Laporan Laba Rugi PT. SURYA DUNIA ABADI yang terlihat dalam Tabel 1.4 pada halaman berikut.
(39)
Tabel 1-4
PT. SURYA DUNIA ABADI Perhitungan Laba Rugi Tahun berakhir 31 Desember 200A
Penjualan (netto) Rp 3.022.000
Beban pokok penjualan:
Persediaan barang jadi, 1 Januari 200A Rp 285.000 Beban pokok produksi 2.109.000 Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp 2.394.000 Persediaan barang jadi, 31 Desember 200A ( 257.000)
Beban pokok penjualan ( 2.137.000)
Laba bruto Rp 885.000
Biaya usaha: Biaya penjualan:
Biaya gaji – bagian penjualan Rp 75.000 Biaya listrik, air telepon – bagian penjualan 20.000 Biaya perlengkapan – bagian penjualan 25.000 Biaya pemeliharaan & perbaikan – bagian penjualan 15.000 Biaya asuransi – bagian penjualan 6.000 Biaya penyusutan – bagian penjualan 9.500 Biaya amortisasi – bagian penjualan 6.250 Biaya iklan dan promosi 200.000
Biaya pengiriman 60.000
Biaya penjualan lain-lain 4.250 421.000 Biaya administrasi dan umum:
Biaya gaji – bag. adm. & umum Rp 90.000 Biaya listrik, air, telepon – bag. adm. & umum 15.000 Biaya perlengkapan – bag. adm. & umum 8.000 Biaya pemelih. & perbaikan–bag. adm. & umum 10.000 Biaya asuransi – bag. adm. & umum 3.000 Biaya penyusutan – bag. adm. & umum 9.500 Biaya amortisasi – bag. adm. & umum 6.250
Biaya adm. & umum lain-lain 6.560 148.310
Laba usaha Rp 315.690
Biaya lain-lain (bunga) ( 113.190)
Laba bersih Rp 202.500
Neraca
Penyusunan neraca yang benar tidak berbeda dengan yang telah dibahas sebelumnya. Karena itu Neraca PT. SURYA DUNIA ABADI, tidak disajikan di sini, demikian juga dengan laporan perubahan saldo labanya.
(40)
Jurnal Penutup
Jurnal penutup yang harus dibuat untuk perusahaan manufaktur tidak berbeda dengan perusahaan dagang yang telah dibahas sebelumnya. Tetapi, termasuk dalam jurnal penutup perusahaan manufaktur adalah penutupan atas rekening-rekening yang berhubungan dengan kegiatan produksi. Perhatikan ayat jurnal penutup di bawah ini:
Tanggal Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
200A
Des 31 - Ikhtisar beban pokok produksi 421 2.160.000
Pembelian bahan baku 500 1.440.000 Biaya tenaga kerja langsung 501 173.000 Biaya bahan pembantu 502 150.000 Biaya tenaga kerja tidak
langsung
503 140.000 Biaya gaji-pabrik 504 40.000 Biaya listrik, air, telepon pabrik 505 37.000 Biaya perlengkapan pabrik 506 15.000
Biaya pemeliharaan &
perbaikan pabrik 507 50.000
Biaya asuransi-pabrik 508 13.000
Biaya penyusutan-pabrik 509 84.500 Biaya amortisasi-pabrik 510 12.500 Biaya overhead pabrik lain-lain 599 5.000
Setelah ayat jurnal penutup tersebut, rekening-rekening biaya pabrik akan bersaldo nol. Sementara itu, Rekening Ikhtisar Beban pokok produksi, setelah jurnal penutup di atas, nampak seperti di bawah ini:
Nama Rekening: Ikhtisar Beban pokok produksi Nomor Perk: 421
Saldo
Tgl. Keterangan Ref D K
D K
200A
Des 31 Penyesn persd. bhn baku aw. JU
11 197.000 197.000 Penyesn persd. Bh.baku akh. JU
11 243.000 46.000 Penyesn. persd. BDP awal JU
11 15.000 31.000 Penyesn. Persd. BDP akhir JU
11 20.000 51.000 Penutupan biaya pabrik JU
(41)
Saldo debit Rekening Ikhtisar Harga Produksi sebesar Rp2.109.000 merupakan harga pokok barang selesai diproduksi. Jumlah ini kemudian ditutup ke Rekening Ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal penutup yang dibuat adalah:
Tanggal
Nomor
Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
199A
Des 31 - Ikhtisar Laba Rugi 422 2.109.000 Ikhtisar beban pokok
produksi
421 2.109.000
Setelah ayat jurnal penutup ini rekening Ikhtisar Beban pokok produksi akan bersaldo nol. Jurnal penutup rekening- rekening penjualan, biaya penjualan serta biaya administrasi & umum ke Perkiraan Ikhtisar Laba Rugi tidak dibahas dalam bab ini. Demikian juga jurnal penutup saldo perkiraan Ikhtisar Laba Rugi ke Rekening Saldo laba. Semua jurnal penutup di atas tidak berbeda dengan yang telah dibahas dalam perusahaan dagang.
Neraca Saldo Penutup dan Jurnal Balik
Pembuatan neraca saldo penutup dan jurnal balik tidak dibahas dalam bab ini, oleh karena tidak berbeda dengan perusahaan dagang yang telah dibahas sebelumnya.
Istilah Baru (Glosari)
Akuntansi biaya (cost accounting): bidang akuntansi yang
berhubungan dengan penetapan beban pokok produksi dalam sebuah perusahaan pabrik/manufaktur (sekarang ini ruang lingkup akuntansi biaya diakui tidak hanya terbatas pada penetapan beban pokok produksi saja, tetapi juga mencakup perencanaan dan pengendalian).
Bahan baku (raw materials): bahan-bahan yang dipakai dalam proses
produksi yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi yang dihasilkan.
(42)
Bahan pembantu (indirect materials): bahan-bahan yang dipakai dalam proses produksi, tetapi tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang jadi yang dihasilkan.
Bahan jadi (finished goods): barang yang telah selesai diproduksi tetapi belum dijual. Biaya yang tercakup di dalamnya meliputi seluruh biaya pabrik.
Biaya pabrik (manufacturing cost): biaya bahan baku, buruh langsung
dan biaya pabrikase yang dibebankan dalam suatu periode.
Biaya overhead prabik (factory overhead cost): biaya-biaya pabrik
selain bahan baku dan barang langsung yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang jadi yang dihasilkan.
Biaya produksi (production cost): Biaya yang dibebankan dalam
proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan dalam proses awal ditambah biaya pabrik.
Tenaga kerja langsung (direct labor): buruh yang mengenai secara
langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi yang dihasilkan.
Tenaga kerja tidak langsung (indirect labor): barang yang biayanya
tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Beban pokok produksi (cost of goods manufactured): biaya pabrik
ditambah dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir. Biaya ini merupakan biaya produksi dari barang yang telah diselesaikan selama suatu periode.
Persediaan dalam proses (work in process): Biaya bahan baku dan
biaya-biaya pabrik lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai.
(43)
Laporan beban pokok produksi (
cost of goods
manufactured statements
)
: Laporan harga
po-kok produksi selama suatu periode.
M
ENGHITUNG
B
EBAN POKOK PRODUKSI
DAN
B
EBAN POKOK PENJUALAN
Tiga Jenis Persediaaan pada Perusahaan Manufaktur/Pabrik
Saudara telah mempelajari bahwa biaya pabrik suatu perusahaan dapat diklasifikasi menjadi tiga kategori umum: (1) bahan baku (bahan dan penolong yang langsung dipergunakan dalam memproduksi/ pembuatan produk); (2) tenaga kerja langsung (tenaga kerja yang berkaitan langsung dengan pembuatan produk, sebagai lawan pengawas dan tenaga kerja tidak langsung), dan (3) overhead pabrik (semua biaya pabrik lainnya kecuali biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung). Ketiga unsur biaya pabrik ini dikumpulkan dalam perkiraan persediaan pada laporan keuangan perusahaan. Neraca perusahaan manufaktur / pabrik biasanya melaporkan ketiga persediaan tersebut:
1. Persediaan bahan baku. Ini menunjukkan harga perolehan bahan baku dan penolong yang masih terdapat dalam persediaan pada tanggal neraca. Bahan baku ini belum dipergunakan untuk membuat produk yang dihasilkan perusahaan.
2. Barang dalam proses/pengerjaan. Ini menunjukkan biaya yang terjadi dalam pembuatan barang yang masih belum selesai pada tanggal neraca. Misalnya, sebuah perusahaan mungkin memiliki 1.000 unit produk yang masih dalam proses pembuatan pada tanggal neraca. Produk ini akan diselesaikan dalam periode berikutnya. Persediaan barang dalam proses biasanya mencakup ketiga unsur biaya – bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
3. Persediaan barang jadi. Ini merupakan total biaya yang terjadi untuk menghasilkan unit produk yang telah selesai tapi belum terjual pada tanggal neraca. Persediaan barang jadi biasanya mencakup ketiga unsur biaya – bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Dengan demikian, sebuah pabrik harus mempunyai pesediaan untuk tiga jenis yang berlainan dan bukannya perkiraan persediaan seperti pada perusahaan dagang.
(44)
Tiga Sistem Akuntansi Perusahaan Manufaktur/ Pabrik
Tiga sistem yang populer untuk membukukan dan melaporkan persediaan dan proses pembuatan adalah:
1. Sistem periodik.
2. Sistem job order cost (biaya pesanan), yang menggunakan metode
perpetual.
3. Sistem process cost (biaya proses), yang juga menggunakan
metode perpetual.
Pada bagian ini selanjutnya akan menguraikan sistem job order dan
sistem biaya proses. Unit ini menguraikan metode periodik untuk melaporkan operasi pabrik.
Dalam sistem periodik, harga perolehan pesediaan ditentukan oleh suatu daftar terinci barang persediaan yang masih ada pada saat penutupan periode akuntansi. Kalau suatu persediaan hanya dapat ditentukan dengan melakukan perhitungan secara fisik dalam suatu jangka waktu tertentu, sistem tersebut dikenal sebagai sistem periodik. Dalam metode periodik untuk melaporkan pesediaan, pada akhir setiap peiode operasi perhitungan persediaan secara fisik harus dilakukan atas bahan baku, barang dalam proses pengerjaan, dan barang jadi. Kemudian, juga pada akhir masa pembukuan, perhitungan juga dilakukan untuk harga barang yang dibuat, dan kemudian untuk harga pokok barang yang dijual. Biaya yang belakangan, seperti saudara ketahui, adalah data yang diperlukan untuk pembuatan ikhtisar Laba Rugi. Marilah pertama kali kita membahas laporan pabrikasi sebuah perusahaan, yang sebenarnya merupakan suatu laporan terinci mengenai rincian biaya barang yang dihasilkan.
Perhitungan Beban pokok produksi
Di bawah ini menunjukkan tiga laporan Bintang Dunia Manufacturing
Corporation (disajikan dalam angka ribuan rupiah) yang sangat bermanfaat bagi manajemennya. Marilah kita mulai pelajaran kita mengenai Sistem Periodik dengan memperhatikan rincian Laporan Pabrikasi perusahaan tersebut untuk tahun yang berakhir 31 Desember 200A. Laporan khusus ini dipergunakan terutama oleh manajemen. Laporan ini melaporkan biaya yang terjadi di pabrik untuk menghasilkan produk perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu.
Item pertama yang terdapat pada laporan tersebut adalah persediaan awal barang dalam proses. Rp 18,000 merupakan total biaya yang tertanam dalam barang dalam proses pada tanggal 1 Januari 200A.
(45)
baku, tenaga kerja langsung, dan untuk overhead pabrik yang sudah dikeluarkan selama tahun yang lalu untuk menyelesaikan barang pada tanggal 1 Januari 200A. Barang ini harus diselesaikan dalam tahun 200A dan biaya lain harus ditambahkan untuk menyelesaikannya. Juga, barang tambahan baru mungkin dimasukkan dalam proses dan diselesaikan selama tahun 200A.
Pembukuan dibuat untuk mengumpulkan biaya dari ketiga unsur biaya pabrik. Perhatikan bahwa pada tanggal 1 Januari 200A terdapat persediaan bahan baku senilai Rp 20,000. Pembelian bahan baku tambahan selama 200A berjumlah Rp 171,000. Menurut sistem periodik, sebuah perkiraan terpisah, Pembelian Bahan Baku, biasanya dipergunakan untuk membukukan pembelian ini. Bahan baku dengan total biaya sebesar Rp 191,000 tersedia untuk dipakai selama tahun 200A. Dengan melakukan penghitungan secara fisik atas bahan baku pada tanggal 31 Desember 200A, manajemen menentukan bahwa Rp119,000 dari persediaan bahan baku ini masih ada dalam pesediaan dan belum dipergunakan pada akhir tahun. Dengan demikian biaya bahan baku yang sebenarnya dipakai dalam produksi berjumlah Rp72,000.
Suatu perkiraan tertentu diadakan untuk mencatat biaya tenaga kerja. Selama tahun tersebut Rp 50,000 biaya tenaga kerja langsung dikeluarkan. Begitu juga, sebuah perkiraan buku besar untuk biaya overhead pabrik mengumpulkan berbagai kategori biaya overhead. Perkiraan ini dapat juga dibuatkan skedul perkiraan pembantu tersendiri untuk overhead pabrik, yang dibuat untuk memberikan rincian biaya overhead agar dapat mengendalikan berbagai jenis biaya overhead. Selama tahun 200A biaya overhead pabrik yang terjadi berjumlah Rp30,000.
(46)
LAPORAN DAN SKEDUL SEBUAH PABRIK (Metode Periodik Dalam Pembukuan Persedian)
Bintang Dunia Manufacturing Corporation LAPORAN BEBAN POKOK PRODUKSI Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200A
(dalam 000)
Barang dalam proses, 1 Januari 200A Rp 18,000 Biaya Pembuatan selama tahun 200A
Bahan baku yang dipergunakan
Bahan baku 1 Januari 200A Rp 20,000
Pembelian bahan baku 171,000
Bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp 191,000 Dikurangi persediaan bahan baku 31 Desember 200A 119,000
Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi Rp 72,000 Biaya tenaga kerja langsung 50,000 Biaya overhead pabrik;
Tenaga kerja tidak langsung Rp 16,000
Listrik 1,000
Utilitas lain-lain 400
Penghapusan atas mesin dan pabrik 10,000 Bahan pembantu yang dipergunakan 600
Assuransi pabrik 1,000
Overhead pabrik lainnya 1,000
Total biaya produksi Rp30,000 Total persediaan awal barang dalam proses
ditambah biaya pembuatan yang terjadi dalam setahun Rp 170,000 Dikurangi barang dalam proses 31 Desember 200A 25,000 Beban pokok produksi yang tahun 200A Rp 145,000
Bintang Dunia Manufacturing Corporation LAPORAN BEBAN POKOK PENJUALAN Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200A
(dalam 000)
Persediaan barang jadi 1 Januari 200A Rp 21,000 Harga pokok barang yang dibuat dalam tahun 200A 145,000 Total harga pokok barang yang siap untuk dijual Rp166,000 Dikurangi persediaan barang jadi 31 Desember 200A 53,000 Beban pokok penjualan/barang yang dijual Rp113,000
(47)
Bintang Dunia Manufacturing Corporation LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200A (dalam 000)
Pendapatan
Penjualan netto Rp200,000
Pendapatan lain-lain 20,000
Total pendapatan Rp220,000
Biaya
Beban pokok penjualan Rp113,000
Biaya penjualan 40,000
Biaya umum dan administrasi 10,000
Total biaya Rp163,000
Laba bersih Rp 57,000
Laba bersih per lembar saham Rp 2,85
Ketiga unsur biaya yang terjadi dalam tahun 200A berjumlah Rp152,000. Ingatlah bahwa Rp 152,000 ini dipergunakan untuk melakukan dua hal: (1) sebagian biaya ini dipergunakan untuk menyelesaikan persediaan awal barang dalam proses produksi, dan (2) sisa lainnya dipergunakan untuk memulai dan menyelesaikan barang baru dan untuk memulai barang lainnya.
Untuk menyelesaikan laporan pabrikasi perusahaan harus melakukan perhitungan fisik atas persediaan yang masih dalam proses pada 31 Desember 200A. Persediaan ini menunjukkan bahwa sebagian barang masih berada dalam proses, dengan total biaya sebesar Rp 25,000. Persediaan akhri barang dalam proses ini dikurangkan dari penjumlahan persediaan awal barang dalam proses dan penambahan biaya pabrikasi selama setahun untuk memperoleh harga pokok barang yang dibuat selama 200A. Perhatikan bahwa kalau barang dalam proses selesai dikerjakan, barang itu akan menjadi barang jadi.
Perhitungan Beban pokok penjualan
Selanjutnya perhatikanlah skedul beban pokok penjualan. Perhitungan ini dimulai dengan persediaan awal barang jadi pada tanggal 1 Januari 200A Rp 21,000. Perusahaan mengetahui dari laporan pabrikasi bahwa barang jadi seharga Rp 145,000 telah dibuat selama 200A. Kalau kedua ini ditambahkan maka harga pokok barang yang tersedia untuk dijual akan berjumlah Rp 166,000. Perhitungan barang jadi secara fisik pada tanggal 31 Desember menunjukkan persediaan barang jadi berjumlah
(48)
Rp53,000. Dengan mengurangkan jumlah ini dari harga barng yang tesedia untuk dijual maka akan diperoleh harga pokok barang yang dijual sebesar Rp 113,000. Angka ini dimasukkan pada ikhtisar Laba Rugi sebagai biaya tahun 200A.
Perusahaan manufaktur yang menggunakan metode periodik untuk membukukan operasi pabriknya mempunyai sejumlah prosedur akhir periode yang sama dengan yang saudara pelajari untuk perusahaan dagang.
RINGKASAN:
Komponen Beban pokok produksi adalah: 1. Bahan Langsung ( direct material )
2. Tenaga Kerja Langsung ( direct labor )
3. Biaya produksi Tak Langsung /Biaya overhead pabrik (Overhead)
P
ROSEDURA
KUNTANSIB
IAYA(C
OSTA
CCOUNTINGP
ROCEDURE)
Aliran biaya dalam proses produksi (Flow of Manufacturing Cost)
1. Pencatatan biaya pembelian bahan baku sebagai bahan untuk diproses lebih lanjut, dan disimpan di gudang sebagai persediaan bahan baku
2. Pemrosesan/pengolahan bahan baku langsung dikombinasikan dengan upah langsung dan overhead pabrik sampai tahap di mana bahan baku tersebut menjadi barang dalam proses (Work in Process)
3. Mengubah barang dalam proses menjadi barang jadi (Finished
Goods) kemudian memindahkan Finished Goods ke gedung sebagai persediaan barang jadi yang akan dijual.
4. Pemindahan Beban pokok penjualan (Cost of Goods Sold) dari
Barang jadi.
Aliran biaya dalam proses produksi dapat ditunjukkan dalam bentuk akun T sebagaimana nampak pada ilustrasi berikut:
(49)
Bahan Baku BB Langsung BB Tdk Lsg
Tenga Kerja TK Lsg TK Tdk Lsg
Overhead
Barang Dalam Proses
Barang Jadi
HPP / CGS
ISTILAH BARU (Glosari)
Cost of goods sold computation– perhitungan beban pokok penjualan.
Dalam sebuah perusahaan manufaktur, beban pokok penjualan dihitung sebagai berikut: persediaan awal barang jadi ditambah barang yang dibuat dalam setahun (menurut laporan pabrikasi) dikurangi dengan persediaan akhir barang jadi; juga dinamakan skedul beban pokok penjualan.
Finished goods inventory – persediaan barang jadi. Sebuah asset
lancar yang terdiri atas biaya yang terjadi dalam pembuatan produk perusahaan (mencakup bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik); persediaan barang jadi terdiri dari produk yang telah siap, tapi belum lagi dijual pada tanggal neraca.
Manufacturing statement – laporan pabrikasi. Sebuah laporan untuk
manajemen yang menunjukkan harga pokok barang yang dibuat selama periode tersebut; persediaa awal barang dalam proses ditambah biaya pembuatan (bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead) dikurangi dengan persediaan akhir persediaan dalam proses sama dengan harga pokok barang yang dihasilkan dalam periode tersebut.
Raw material inventory – persediaan bahan baku. Suatu asset lancar
yang terdiri dari bahan baku dan penolong yang dipergunakan dalam pembuatan produk perusahaan.
(50)
Schedule of factory overhead. Suatu laporan yang berisi semua perkiraan overhead pabrik yang terdapat pada buku pembantu overhead pabrik dengan saldonya; total saldo dari perkiraan ini harus cocok dengan saldo perkiraan overhead pabrik.
Work in process inventory – persediaan barang dalam proses. Asset
lancar yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang terjadi dalam pembuatan produk yang masih belum selesai pada tanggal neraca; juga dinamakan persediaan barang dalam proses.
Tugas
Pertanyaan
1. Sebutkan jenis biaya pabrik yang tercakup dalam beban pokok produksi. Jelaskan masing-masing jenis biaya ini!
2. Sebutkan apakah biaya-biaya di bawah ini termasuk sebagai biaya bahan baku, buruh langsung atau biaya overhead pabrik.
a. Kulit dalam pabrik sepatu
b. Tukang jahit dalam perusahaan konveksi
c. Cengkih dalam perusahaan rokok
d. Buruh pengepakan dalam perusahaan rokok
e. Buruh melinting dalam perusahaan rokok
3. Sebutkan tiga jenis persediaan yang ada dalam perusahaan pabrik! Jelaskan perbedaan antara ketiga jenis persediaan ini!
4. Jelaskan proses produksi yang terdapat dalam perusahaan pabrik dan hubungkan dengan kegiatan akuntansinya!
5. Bagaimana beban pokok produksi dalam sebuah pabrik dihitung? Hubungan antara data yang diperlukan dengan catatan akuntansi yang ada.
6. Jelaskan perbedaan antara bagan perkiraan untuk perusahaan dagang dengan perusahaan pabrik!
(51)
7. Jelaskan perbedaan antara jurnal penyesuaian yang dibuat untuk perusahaan pabrik dan perusahaan dagang!
8. Jelaskan perbedaan antara perhitungan Laba Rugi perusahaan pabrik dengan perusahaan dagang!
9. Informasi apa yang terdapat pada laporan pabrikasi?
10. Bagaimana cara menghitung harga pokok barang yang dijual pada sebuah perusahaan manufaktur?
Latihan
1. Neraca percobaan Merida Plans Inc (data tertentu) pada 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut:
Persediaan bahan baku Rp 20.000.000,00
Pesediaan barang dalam proses 30.000.000,00
Persediaan barang jadi 15.000.000,00
Pembelian bahan baku 200.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 98.000.000,00
Tenaga kerja tidak langsung 63.000.000,00
Tenaga listrik 3.000.000,00
Utilitas lainnya 1.000.000,00
Penyusutan – Pabrik dan mesin-mesin 9.000.000,00
Asuransi pabrik 2.000.000,00
Biaya penjualan 15.000.000,00
Biaya umum 12.000.000,00
Pesediaan akhir, menurut perhitungan secara fisik pada tanggal 31 Desember 2007 adalah:
Bahan baku Rp 32.000.000,00
Barang dalam pengerjaan 36.000.000,00
Barang jadi 21.000.000,00
Diminta:
Buatlah laporan pabrikasi untuk perusahaan tersebut untuk tahun bersangkutan. Juga hitunglah jumlah beban pokok penjualan untuk
(52)
2. Data tertentu untuk operasi setahun dari Bell Company terlihat seperti di bawah ini (dalam ribuan).
Awal Akhir
Bahan baku Rp 10,000 Rp 15,000
Barang dalam proses 31,000 25,000
Pesediaan barang jadi 50,000 51,000
Harga pokok barang yang dibuat Rp 200,000
Total biaya overhead pabrik 20,000
Total biaya tenaga kerja langsung 50,000
Diminta:
Hitunglah total bahan baku yang dipergunakan dalam produksi .
3. Selesaikan kalimat di bawah ini
a. Persediaan awal bahan baku ditambah dengan pembelian bahan baku dikurangi dengan persediaan bahan baku sama dengan ……...
b. Harga pokok barang yang dibuat dikurangi dengan biaya bahan baku yang dipergunakan dalam produksi dikurangi lagi dengan tenaga kerja langsung dikurangi pesediaan awal barang dalam proses ditambah persediaan akhir barang dalam proses sama dengan ……...
c. Harga pokok barang yang dijual ditambah dengan pesediaan akhir barang jadi dikurangi harga pokok barang yang dibuat sama dengan ……...
d. Harga pokok barang yang dijual ditambah persediaan akhir barang jadi dikurangi pesediaan awal barang jadi sama dengan ……...
4. Laporan keuangan dan skedul pendukungnya untuk Bagong Inc. melaporkan jumlah berikut ini untuk tahun 2007:
Harga pokok barang yang dihasilkan Rp 213.000.000,00
Harga pokok barang yang dijual Rp 250.000.000,00
Diketemukan bahwa ketiga pesediaan ternyata salah karena penghitungan persediaan secara fisik yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2007 ternyata tidak efisien.
(1)
120
b. Bukukanlah jurnal dari transaksi di atas.
8. Di bawah ini adalah perkiraan barang dalam proses pengerjaan yang selesai sebagian untuk Department Y untuk minggu yang berakhir 23 Juni 2007.
BARANG DALAM PENGERJAAN – DEPARTEMEN Y
a. Persediaan awal:
Bahan baku Rp 186,000 Tenaga kerja langsung 217,000 Overhead pabrik 173,600 Bahan baku 545,600 Tenaga kerja langsung 986,600
Dipindahkan (200.000 unit)?
62.000 unit – 100% selesai untuk bahan baku dan 70% selesai untuk tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Persediaan akhir 40.000 unit – 90% selesai untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
DIMINTA:
a. Bukukanlah transaksi ini dalam buku harian (1) Pengeluaran bahan baku untuk produksi.
(2) Upah untuk periode yang bersangkutan. Pajak yang dipotongkan berjumlah Rp7,590 dan biaya tenaga kerja tidak langsung berjumlah Rp80,000.
(3) Bebankan overhead pada produksi dengan tarif yang sama dengan biaya tenaga kerja langsung seperti yang ditunjukkan oleh persediaan awal.
(4) Bukukan pemindahan barang dari departemen yang bersangkutan ke barang jadi.
(2)
121
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
(3)
122
Berdasarkan pembahasan di depan, juga dari pengalaman praktik penulis pada DU/DI, salah satu simpulan yang dapat diambil adalah bahwa, pada dasarnya antara perpajakan dan akuntansi saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sayangnya, pada umumnya, pembelajaran perpajakan dan akuntansi di SMK masing-masing berjalan sendiri. Seharusnya antara guru pajak dan guru akuntansi harus memahami kedua ilmu tersebut. Namun harus jujur diakui memang, bahwa problem tersebut tidak hanya ditemui dalam proses pembelajaran di SMK saja. Pada banyak perguruan tinggi problem serupa pun ditemui. Pengajar matakuliah akuntansi tidak atau kurang memahami perpajakan dan sebaliknya pengajar matakuliah perpajakan tidak atau kurang memahami akuntansi karena mungkin mereka berlatar belakang praktisi perpajakan dari Direktorat Jendral Pajak yang sedikit berinteraksi dengan akuntansi.
Sebagai sebuah institusi pendidikan yang tujuannya menghasilkan lulusan yang siap kerja, maka guru dan staf pengajar akuntansi hendaknya memahami dan dapat saling mengaitkan kedua matapelajaran tersebut. Karena kondisi itulah yang akan ditemui ketika lulusan SMK memasuki dunia kerja nyata di bidang akuntansi pada DU/DI, misalnya sebagai pemegang buku pada suatu perusahaan, atau ketika memiliki usaha sendiri dan harus membuat laporan keuangan.
Buku ini mungkin tidak membahas secara lengkap aspek perpajakan yang dikaitkan dengan akuntansinya di setiap bab di depan. Oleh karena itu amat disarankan bagi pengguna buku ini untuk juga merujuk pada buku “Perpajakan untuk SMK” karena dalam buku tersebut, sebaliknya, pembahasan perpajakan dilengkapi dengan perlakuan akuntansi dan pengaruh pajak dalam Laporan Keuangan beserta contoh pengisian SPT Tahunannya.
Bidang akuntansi, sebagaimana peraturan perpajakan, senantiasa berubah dan berkembang. Penulis menyadari hal ini akan berpengaruh
terhadap isi buku ini secara keseluruhan atau sebagian menjadi kurang up to
date. Oleh karena itu, sekali lagi, kami mohon para pembaca untuk ikut serta
memberikan masukan serta meng–up date–nya demi penyempurnaan buku
ini, demi kemajuan peserta didik kita bersama.
(4)
A1
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M Faisal 2005. Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank. Malang: UMM Press.
Anonim.1991. Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991.
Anonim. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Citra Umbara. Anonim. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jakarta: Citra Umbara.
Anwari, Achmad. 1997. Leasing Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Beams, Floyd A. dan Amir Abadi Jusuf. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia. Jakarta Salemba Empat
Bank Indonesia, 2001 Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2001 Jakarta, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting (Edisi 8). Yogyakarta: BPFE.
Brotowidjojo, D., Mukayat. 1991. Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Liberty.
Drebin, Allan R 1989. Advanced Accounting . Jakarta, diedarkan oleh Binarupa Aksara
Edwards, James Don, dan Homer A. Black, 1979. The Managerial and Cost Accountant’s Handbook. Dow Jones Irwin Homewood Illinois.
Hammer, Lawrence H., William K. Carter dan Milton F. Usry. 1993.
Cost Accounting, Cincinnati, Ohio: South-Western College Publishing.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen 1995. Cost Management: Accounting and Control, Cincinnati, Ohio: South-Western College Publishing.
Horngren, Charles T. dan George Foster. 1994. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. New Jersey : Prentice Hall.
Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik. 2007.
Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP-122/MK/IV/2/1974,
(5)
A2
No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974.
Kieso, E., Donald, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2004.
International Edition: Intermediate Accounting. Eleventh Edition. John Wiley & Sons.
Rayburn, Gale. 1999. Akuntansi Biaya: dengan menggunakan Pende-katan Manajemen Biaya, Edisi Keenam Jilid 1 Erlangga Jakarta.
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi: Teori dan Manajemen.
diterjemahkan Sri Djatnika. Jakarta, Salemba Empat
Soekadi, Eddy P. 1990. Mekanisme Leasing. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suparwoto.L.1997. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta BPFE-YOGYAKARTA
Syarief, Agus. 2003. Akuntansi Sekolah Menengah Umum Bandung. CV REGINA
Taswan. 2005. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah. Yogyakarta. UPP AMP YKPN
Thacker, Ronald J. 1987. Accounting Principles. Second Edition.
New York: Mc. Graw Hill. Inc.
Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, dan Walter G. Kell. 1996.
Accounting Principles. 4th Edition. John Wiley & Sons. Widjaya, T., Amin & Djohan, T., Arif. 1997. Akuntansi Leasing.
Jakarta: Rineka Cipta.
Yendrawati, Reni. 2003. Akuntansi Keuangan Lanjutan I, Yogyakarta, EKONISIA
(6)