PENDAHULUAN Peran Keharmonisan Keluarga Dan Konsep Diri Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas
dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar
dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan
internet boleh jadi mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah.
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang
belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual
aktif bervariasi antara usia 14 – 23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 – 18
tahun (Fuad, 2003). Penelitian tersebut juga diperkuat oleh hasil riset yang telah
dilakukan oleh BKKBN (2007) menyatakan bahwa remaja mempraktekkan seks
pranikah. Hasil survei tersebut dikutip dilakukan pada rentang tahun 2002-2006
terhadap 2.880 remaja dan bisa dipastikan bahwa 2007 akan meningkat. Perilaku
seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam,
mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi,
berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada
di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah
baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2010).
Siswi SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara yang usianya berkisar antara 15

tahun sampai 18 tahun, termasuk kategori usia remaja yang mengalami masa
1

2

peralihan dan masa perubahan, yang bukan hanya dalam hal psikis, tetapi juga
fisiknya. Santrock (2002) mempertegas bahwa remaja adalah masa peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai saat anak menunjukkan tanda-tanda
pubertas dan dilanjutkan dengan perubahan-perubahan dari yang bukan seksual
menjadi seksual pada individu. Basri (2004) menyatakan bahwa masa remaja yang
dilalui tidak ubahnya sebagai suatu jembatan penghubung antara masa tenang yang
selalu bergantung pada pertolongan dan perlindungan orang tua dengan masa berdiri
sendiri, bertanggung jawab dan berfikir matang. Permasalahan yang menyebabkan
bingung dan menderita serta tidak mengerti secara pasti tentang apa yang seharusnya
dilakukan adalah dorongan seks yang sedang muncul dan melanda kehidupannya.
Hasil penelitian pada 1038 remaja berumur 13-17 tahun tentang hubungan
seksual menunjukkan 16% remaja menyatakan setuju dengan hubungan seksual,
43% menyatakan tidak setuju dengan hubungan seksual, dan 41% menyatakan bolehboleh saja melakukan hubungan seksual (Planned Parenthood Federation of America
Inc, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia pada tahun
2002 selama kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa 5%-10% wanita dan

18%-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah
dengan pasangan yang seusia mereka (Suryoputro, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian Taufik dan Anganti (2005), mengenai perilaku
seksual remaja SMU di Surakarta dengan sampel berjumlah 1.250 orang, berasal dari
10 SMU di Surakarta yang terdiri dari 611 laki-laki dan 639 perempuan menyatakan
bahwa sebagian besar remaja pernah melakukan ciuman bibir 10,53%, melakukan

3

ciuman dalam 5,6%, melakukan onani atau masturbasi 4,23%, dan melakukan
hubungan seksual sebanyak 3,09%.
Melihat data dicatatan buku kasus di SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara
hampir setiap tahun terdapat siswi yang terpaksa dikeluarkan karena hamil, sebagai
konselor di SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara terinspirasi untuk melakukan
survei, melalui penyebaran angket terhadap siswi kelas XI yang berjumlah 45 siswa
diperoleh hasil pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Hasil Survei Awal Perilaku Seksual Pranikah
Siswi SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara


No.
1.
a.

Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perilaku
Pacaran

Jawaban
Ya

%

Tidak

Jumlah
%

Responden


Ketidak-hadiran Orangtua
Saat ini dilarang pacaran oleh
20
45
25
55
45
orang tua.
b.
Bercerita dengan orang tua
10 34
35
66
45
tentang pacar
2.
Moral-etik (Religius Rendah)
a.
Pacaran merupakan perbuatan
23 51

22
49
45
zina
b.
Tidak berpacaran karena takut
15 34
35
66
45
dosa.
3.
Pergaulan Bebas
a.
Pacaran karena terpengaruh
16 35
27
65
45
teman.

b
Pacaran sudah sejak lulus
21 46
24
54
45
SMP.
4.
Eksposur Media Pornografi
a.
Suka model pacaran di TV
5
40
89
45
11
b.
Pernah melihat film atau VCD
18 40
27

60
45
porno
Sumber: Hasil survei peneliti di SMK Muh.2 Klaten Utara; Selasa, 6 April 2010.

4

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual

di atas merupakan

perilaku yang kalau dibiarkan akan menyimpang. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Willis (1994), bahwa penyimpangan diartikan sebagai suatu outcome dari suatu
proses yang menunjukkan penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap
norma-norma yang ada.
Dengan kondisi tersebut diatas disamping perhatian guru dalam membimbing
siswa agar tidak melakukan perilaku menyimpang, orangtua juga mempunyai peran
dalam

membimbing


anak-anaknya.

Hasil

penelitian

Soetjiningsih

(2006)

menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja
adalah hubungan orangtua-remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat
agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh

yang

signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah
remaja. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah
remaja di antaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan

seksual sebelum menikah banyak di antaranya berasal dari keluarga yang bercerai
atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003).
Hubungan orangtua remaja, mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung
dengan perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian yang dilakukan
Soetjiningsih (2006) menunjukkan, makin baik hubungan orangtua dengan anak
remajanya, makin rendah perilaku seksual pranikah remaja.
Laily dan Matulessy (2004) mengatakan bahwa keluarga yang harmonis
sangat menentukan terciptanya lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan

5

dan menjadi pusat ketenangan hidup. Hurlock (2002) mengatakan bahwa remaja yang
berasal dari keluarga yang penuh perhatian, hangat dan harmonis mempunyai
kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan di
sekitarnya.
Dalam kaitan ini penelitian Maryani (2009) menyatakan bahwa keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi
tumbuh kembangnya anak remaja. Secara ideal perkembangan anak remaja akan
optimal apabila mereka bersama keluarganya yang harmonis, sehingga berbagai
kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi, sebaliknya hubungan keluarga yang

buruk akan berpengaruh kepada mereka karena rintangan perkembangan remaja
menuju kedewasaan itu ditentukan oleh faktor- faktor yang mempengaruhi anak pada
waktu kecil di lingkungan rumah tangga dan lingkungan masyarakat. Jika seorang
individu di masa kanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan bisa
menyebabkan timbulnya kelainan-kelainan berperilaku seperti kenakalan remaja yang
jika tidak terkendali dapat menjerumuskan ke dalam perbuatan negatif, seperti
minum-minuman keras (alkohol), narkoba, dan yang paling fenomenal adalah
perilaku seks bebas atau perilaku seks pranikah. Selain faktor ketidak-harmonisan
keluarga, faktor karakteristik individu yang dapat berpengaruh terhadap perilaku
seksual pranikah adalah konsep diri.
Konsep diri merupakan satu gambaran campuran dari apa yang difikirkan,
pendapat orang-orang mengenai diri dan seperti apa diri yang diinginkan sehingga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan

6

(Burns, 1996). Berdasarkan hasil penelitian Sari (2011) diketahui bahwa ada
hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku seksual
pranikah, sehingga semakin tinggi tingkat konsep diri maka perilaku seksual semakin
rendah, dan sebaliknya.

Konsep diri yang dimiliki remaja akan mempengaruhi perilakunya dalam
hubungan sosial dengan individu lain. Dijelaskan oleh Roger (2000) bahwa konsep
diri yang negatif akan ditunjukkan dengan perilaku negatif, pengetahuan yang tidak
tepat tentang diri, pengharapan yang tidak realistis, harga diri yang rendah, takut tidak
berhasil atau pesimis. Perilaku

tersebut menunjukkan bahwa remaja memiliki

kepribadian yang belum matang dan emosi yang labil, sehingga mudah terpengaruh
untuk melakukan hal-hal negatif, misalnya yaitu melakukan perilaku

hubungan

seksual pranikah.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian tentang peran
keharmonisan keluarga dan konsep diri dalam upaya mencegah terjadinya perilaku
seksual pranikah pada remaja putri di SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada peran keharmonisan keluarga dan konsep diri
terhadap perilaku seksual pranikah remaja putri.
C. Tujuan Penelitian
Untuk menguji secara empiris peran keharmonisan keluarga dan konsep diri
terhadap perilaku seksual pranikah remaja putri.

7

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
khususnya psikologi terutama perilaku seksual pranikah remaja.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orangtua,
pendidik dan remaja mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual remaja. Sebagai bahan referensi bagi psikolog dalam upaya pencegahan
terhadap perilaku seksual pranikah remaja yang mengarah pada perbuatan zina.