Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG

SEKS PRANIKAH DI SMK BISNIS MANAJEMEN

PERSATUAN AMAL BAKTI III MEDAN ESTATE

TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH :

NIM 071000206

IRWANI EVINA HARAHAP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMK BISNIS MANAJEMEN PERSATUAN

AMAL BAKTI III MEDAN ESTATE TAHUN 2010

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM 071000206

IRWANI EVINA HARAHAP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKSUAL PRANIKAH DI SMK BISNIS MANAJEMEN PERSATUAN

AMAL BAKTI III MEDAN ESTATE TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM 071000206

IRWANI EVINA HARAHAP

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

Asfriyati SKM, MKes

NIP. 197012201994032001 NIP. 195812021991031001 Drs. Abdul Jalil Amri Arma, MKes.

Penguji II Penguji III

dr. Ria Masniari Lubis, MSi.

NIP. 195105201987032001 NIP. 197610052009122003 Maya Fitria, SKM,MKes

Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 196108311989031001 Dr.Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi masih sangat rendah, dimana remaja kurang memahami dan mengetahui pentingnya kesehatan reproduksi seringkali perilaku remaja mengarah pada tindakan seks pranikah.

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang seks pranikah dan risikonya di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate. Populasi dalam penelitian adalah siswa putri kelas 1 dan 2 SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Medan Estate dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 responden.

Hasil penelitian menunjukkan 100% remaja putri yang berpengetahuan kurang baik, 80,6% remaja putri bersikap baik mengenai permasalahan seks pranikah, dan 19,4% remaja yang bersikap cukup baik mengenai seks pranikah.

Diharapkan bagi pihak sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk mendiskusikan dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, kegiatan konsultasi kesehatan bagi remaja putri dan melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja tenntang masalah seks pranikah secara benar dan tepat sehingga remaja lebih mengetahui dan dapat memahami tentang pentingnya kesehatan reproduksi agar tidak melakukan hubungan seks pranikah sehingga tercipta reproduksi yang sehat bagi remaja puteri.


(5)

ABSTRACT

Indisposed sexual behaviour among adolescent especially adolescent which has not married tend to increase. Adolescent knowledge about health of reproduction still be very low, where adolescent unable to comprehend and knows the importance of health of reproduction often behavior of adolescent leads to action of sex pranikah.

This research is research of survey having the character of descriptive with aim to know image of knowledge and position of adolescent putri about sex pranikah and its(the risk in SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate. Population in research is student putri class 1 and 2 SMK BISNIS MANAJEMEN PERSATUAN AMAL BAKTI III MEDAN MEDAN ESTATE and sample in this research amounts to 62 responders.

Result of research shows 100% adolescent putri which unfavourable is knowledgeable, 80,6% well-disposed putri adolescent about problems of sex pranikah, and 19,4% adolescent acting is good enough about sex pranikah.

Expected for the side of school to perform [a] meeting with old fellow to discuss and gives sanitary information reproduced adolescent, activity of health consultancy for adolescent putri and does cooperation with Field Town Public Health Service and Puskesmas in carrying out counselling activity of health of reproduction of adolescent tenntang sex problem pranikah correctly acurate and so that adolescent is more getting the picture and knowingly about the importance of health of

reproduction in order not to do coitus pranikah causing is created healthy reproduction for female adolescent.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irwani Evina Harahap

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/04 Mei 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Willem Iskandar No.126 Medan

RiwayatPendidikan

1. Tahun 1991-1997 : SD ATTAUFIQ Medan 2. Tahun 1997-2000 : SMP NEGERI 12 Medan

3. Tahun 2000-2003 : SMU SWASTA RAKSANA MEDAN 4. Tahun 2003-2006 : Akademi Kebidanan Sehat Medan 5. Tahun 2007-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Riwayat Pekerjaan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi. selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Drs.Abdul Jalil Amri Arma, MKes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kependudukan dan Kesehatan


(8)

6. Kepala Sekolah SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate beserta staf yang telah banyak membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan proposal ini.

7. Ayahanda Amrun Harahap dan ibunda Saniyah, SPdI yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dan do’a dalam cintanya di setiap langkah penulis, kakakku Zahrani Harahap, SPd dan adik-adikku tersayang Fathul Jannah Harahap dan Miftahul Jannah Harahap beserta keluarga besar yang juga turut memberikan dukungan moril dan sprirituil kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat terbaikku icha, aim, dan kiki. Terimakasih atas semangat, motivasi dan dukungan yang tidak henti-hentinya kalian berikan, semoga hati kita disatukan dalam Cinta-Nya dan dipisahkan dalam Kasih-Nya.

9. Rekan-rekan sepeminatan di Departemen Kependudukan dan Biostatistik dan semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT senatiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Medan, Juli 2010


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 7

2.2 Sikap ... 8

2.2.1 Ciri-ciri Sikap ... 10

2.2.2 Fungsi Sikap ... 11

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sikap... 12

2.3 Remaja ... 12

2.3.1 Pengertian ... 12

2.3.2 Pembagian dan Batasan Usia Remaja ... 13

2.3.3 Karakteristik Masa Remaja ... 14

2.3.4 Permasalahan Dalam Masa Remaja ... 16

2.4 Seks Pranikah ... 21

2.4.1 Risiko Hubungan Seks Masa Remaja ... 22

2.4.2 Masalah Kesehatan Reproduksi... 24

2.5 Variabel yang Diteliti ... 25

BAB 3 MEODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi dan Waktu ... 27

3.2.1 Lokasi ... 27

3.2.2 Waktu ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Sampel ... 27


(10)

3.4.1 Data Primer... 29

3.4.2 Data Sekunder ... 29

3.5 Definisi Operasional ... 29

3.6 Aspek Pengukuran ... 30

3.6.1 Pengetahuan ... 30

3.6.2 Sikap ... 30

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 31

3.8 Teknik Analisis Data... 32

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.2 Karakteristik Responden ... 34

4.3 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Seks Pranikah ... 36

4.4 Sikap Remaja Putri Tentang Seks Pranikah ... 39

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Seks Pranikah ... 43

5.2 Sikap Remaja Putri Tentang Seks Praniakh ... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Besar Sampel setiap Kelas di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 ... 29

Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan Kelas di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 ... 33

Tabel 4.2 Distribusi Umur Remaja Putri di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.3 Distribusi Kebiasaan Mencari Informasi Kesehatan Pada Remaja Putri di

SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.4 Distribusi Topik Kesehatan yang pernah didapat Remaja Putri SMK

Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.5 Distribusi Pengalaman Pacaran Remaja Putri di SMK Bisnis Manajemen

Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Remaja Putri di SMK Bisnis Manajemen

Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.7 Distribusi Indikator Pengetahuan Seks Pranikah Pada Remaja Putri

Tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.8 Distribusi Sikap Remaja Putri di SMK Bisnis Manajemen Persatuan

Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.9 Distribusi Indikator Sikap Remaja Putri Tentang Seks Pranikah di SMK

Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010 Remaja Putri ... 39 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Pengetahuan Remaja Putri di SMK

Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

ABSTRAK

Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi masih sangat rendah, dimana remaja kurang memahami dan mengetahui pentingnya kesehatan reproduksi seringkali perilaku remaja mengarah pada tindakan seks pranikah.

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang seks pranikah dan risikonya di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate. Populasi dalam penelitian adalah siswa putri kelas 1 dan 2 SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Medan Estate dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 responden.

Hasil penelitian menunjukkan 100% remaja putri yang berpengetahuan kurang baik, 80,6% remaja putri bersikap baik mengenai permasalahan seks pranikah, dan 19,4% remaja yang bersikap cukup baik mengenai seks pranikah.

Diharapkan bagi pihak sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk mendiskusikan dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, kegiatan konsultasi kesehatan bagi remaja putri dan melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja tenntang masalah seks pranikah secara benar dan tepat sehingga remaja lebih mengetahui dan dapat memahami tentang pentingnya kesehatan reproduksi agar tidak melakukan hubungan seks pranikah sehingga tercipta reproduksi yang sehat bagi remaja puteri.


(14)

ABSTRACT

Indisposed sexual behaviour among adolescent especially adolescent which has not married tend to increase. Adolescent knowledge about health of reproduction still be very low, where adolescent unable to comprehend and knows the importance of health of reproduction often behavior of adolescent leads to action of sex pranikah.

This research is research of survey having the character of descriptive with aim to know image of knowledge and position of adolescent putri about sex pranikah and its(the risk in SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate. Population in research is student putri class 1 and 2 SMK BISNIS MANAJEMEN PERSATUAN AMAL BAKTI III MEDAN MEDAN ESTATE and sample in this research amounts to 62 responders.

Result of research shows 100% adolescent putri which unfavourable is knowledgeable, 80,6% well-disposed putri adolescent about problems of sex pranikah, and 19,4% adolescent acting is good enough about sex pranikah.

Expected for the side of school to perform [a] meeting with old fellow to discuss and gives sanitary information reproduced adolescent, activity of health consultancy for adolescent putri and does cooperation with Field Town Public Health Service and Puskesmas in carrying out counselling activity of health of reproduction of adolescent tenntang sex problem pranikah correctly acurate and so that adolescent is more getting the picture and knowingly about the importance of health of

reproduction in order not to do coitus pranikah causing is created healthy reproduction for female adolescent.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Kehidupan yang penuh gejolak ini sering sekali membuat kaum muda terjerumus pada “perilaku seks bebas” bahkan “menyimpang”. Cinta dan seks merupakan salah satu masalah terbesar dari remaja dimanapun di dunia ini. Kehamilan remaja, keguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat merupakan akibat buruk dari petualangan cinta dan seks yang salah di saat remaja. (Boyke, 2005)

Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14 – 23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 – 18 tahun (Fuad dkk, 2003). Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2003).

Hasil penelitian pada 1038 remaja berumur 13-17 tahun tentang hubungan seksual menunjukkan 16% remaja menyatakan setuju dengan hubungan seksual, 43%


(16)

menyatakan tidak setuju dengan hubungan seksual, dan 41% menyatakan boleh-boleh saja melakukan hubungan seksual (Planned Parenthood Federation of America Inc, 2004). Data Depkes RI (2006), menunjukkan jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia sekitar 43 juta (19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar satu juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah remaja usia 10-24 tahun mencapai sekitar 60.901.709 atau 30% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 201.241.999 jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani dan mental spiritual. Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja, pada usia dini sudah terjebak dalam perilaku reproduksi tidak sehat, diantaranya adalah seks pra nikah. (Depkes RI, 2000)

Hasil survei dari 33 provinsi di Indonesia pada 2008 menunjukkan bahwa 63% remaja SMP dan SMA pernah berhubungan seks. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu penelitian tahun 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah, sehingga remaja rentan terhadap risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS. Departemen kesehatan tahun 2008 menyebutkan, dari 15.210 penderita HIV/AIDS 54% adalah remaja (Boyke, 2009).

Berdasarkan hasil survei Komnas Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2007 terungkap sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU yang disurvei mengaku pernah melakukan ciuman, petting, dan


(17)

oral seks. Dan, sebanyak 62,7% anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak perawan. Serta 21,2% remaja SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi. Dan lagi, 97% pelajar SMP dan SMA yang disurvei mengaku suka menonton film porno (Eman, 2008).

Hasil survei yang dilakukan oleh Annisa Fondation cukup mengejutkan karena 42,3 % pelajar perempuan telah melakukan hubungan seks pra-nikah. Siaran pers lembaga independen yang bergerak dibidang kemanusian dan kesejahteraan gender ini, menerangkan sebanyak 42,3 persen pelajar di Cianjur sudah hilang keperawanannya saat duduk di bangku sekolah. Parahnya, mereka yang terlibat kegiatan seks bebas itu bukan berarti karena tidak mengerti atau tidak paham nilai agama atau budi pekerti. Sebab hampir 90 persen dari mereka mengaku praktik hubungan seksual di luar nikah merupakan perbuatan dosa yang seharusnya dihindari (Hidayatullah, 2007).

Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 - 12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Boyke mengatakan, 16 - 20% dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun 1980-an angka itu berkisar 5 - 10% (Boyke, 2009).


(18)

Proses perkembangan pola tingkah laku remaja secara tidak langsung berhubungan dengan peran orangtua dalam memberikan dasar pendidikan agama, budi pekerti/sopan santun, kasih sayang, rasa aman dan membiasakan remaja selalu mematuhi peraturan yang ada di lingkungannya (Hurlock, 2007).

Menurut Sarwono (2006), pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah dibuktikan 83,7% remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya 3,6% yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi. Begitu juga dengan Dadang (2008) yang mengatakan bahwa terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi seringkali mengarah pada tindakan seks pranikah.

Sekolah merupakan lingkungan sekunder bagi remaja setelah lingkungan keluarga. Mengingat sekolah memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk perilaku remaja, selayaknyalah sekolah sebagai lembaga pendidikan dpat membantu untuk memberikan pengarahan dan penjelasan tentang seks pranikah dan kesehatan reproduksi secara baik dan benar.

SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal bakti (PAB) III berada di Kecamatan Medan Estate , SMK Bisnis Manajemen PAB III memiliki jumlah siswa sebanyak 268 orang yang terbagi atas dua jurusan yaitu; Jurusan Administrasi Perkantoran (PK) berjumlah 138 orang, dan Jurusan Akuntansi (AK) berjumlah 130 orang. Dengan jumlah siswa puteri sebanyak 258 orang dan putera sebanyak 10 orang memiliki rentang usia 15-19 tahun atau masih tergolong dalam usia remaja.

SMK Bisnis Manajemen PAB III letaknya dekat dengan daerah perkotaan, strategis dengan pusat perbelanjaan (keramaian) sehingga situasi ini memberi peluang bagi mereka mengakses berbagai jenis informasi baik melalui media massa, cetak, VCD, buku, dan film porno, maupun elektronik dan didukung dengan semakin


(19)

maraknya fasilitas internet yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Masalah yang sering muncul di SMK Bisnis Manajemen PAB III adalah ketidak disiplinan para siswa seperti : terlambat datang ke sekolah, sering bolos dan masalah ketidak hadiran untuk mengikuti pelajaran yang tidak memiliki alasan yang tepat (absen).

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMK Bisnis Manajemen PAB III, dari 15 orang hanya 9 orang yang tahu tentang seks pranikah. Dan belum pernah diadakannya seminar ataupun pendidikan tentang seks pranikah dan kesehatan reproduksi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja putri tentang seks pranikah di SMK Bisnis Manajemen PAB III Medan Estate tahun 2010.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, masih rendahnya pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang seks pranikah.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang seks pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang seks pranikah di SM K Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate. 2. Untuk mengetahui sikap remaja putri tentang seks pranikah di SMK


(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi/sumber informasi bagi pihak sekolah dalam membina remaja putri sehingga remaja putri dapat memahami tentang pentingnya kesehatan reproduksi agar tidak melakukan hubungan seks pranikah sehingga tercipta reproduksi yang sehat bagi remaja puteri.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, bisa juga didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: (Notoatmodjo, 2003)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


(22)

3. Aplikasi (Aplication)

Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (1994) dapat dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah kearah yang lebih baik.

2.2. Sikap

Menurut L.L Thurston, sikap sebagai tindakan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologis. Objek psikilogis

meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologis apabila ia suka atau


(23)

memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologis bila ia tidak suka (Ahmadi, 1999).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan diri kepada sesuatu atau menyebabkan kita menolaknya. Sikap berfungsi menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan dan pernyataan kepribadian seseorang.

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Menerima (Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang tinggi.

Menurut Allport (1954) bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1. Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.


(24)

2. Kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu konsep. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosional memegang peranan yang sangat penting.

Teori menyatakan tindakan seseorang dipengaruhi oleh sikapnya. Kalau kita berhasil merubah sikap seseorang, maka ia akan merubah perilakunya. Tetapi dalam praktek hal ini tidak selamanya benar. Memang hubungan antara sikap dan tindakan sangat kompleks dan kabur. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Jadi tidak mutlak harus ada perubahan sikap dulu, baru ada perubahan perilaku. Namun demikian secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007).

2.2.1. Ciri-ciri Sikap

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan

banyak objek.


(25)

f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan

dengan pengetahuan (Sunaryo, 2004). 2.2.2. Fungsi Sikap

Menurut Attkinson, R.L, dkk, dalam Sunaryo (2004), sikap memiliki lima fungsi yaitu :

1. Fungsi instrumental, fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan keadaan keinginan.

2. Fungsi pertahanan ego, fungsi sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

3. Fungsi nilai ekspresi, fungsi sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu. 4. Fungsi pengetahuan, fungsi sikap ini membantu individu untuk memahami

dunia, yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, dan ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan.

5. Fungsi penyesuaian sosial, fungsi sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini sikap yang diambil individu tersebut akan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sikap

1. Faktor internal berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal


(26)

yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu pembentukan sikap. Faktor internal ini menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat dan perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus (faktor fisiologis).

2. Faktor eksternal berasal dari luar diri individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti : alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun non elektronik (Sunaryo, 2004).

2.3. Remaja

2.3.1. Pengertian

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja merupakan suatu individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari kertergantungan menjadi relatif mandiri (Notoatmodjo, 2007).

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari kata Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007).


(27)

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Remaja secara umum dianggap mencakup individu berusia 10 sampai 19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda (Glasier dan Gebbie, 2005).

2.3.2. Pembagian dan Batasan Usia Remaja

Menurut Konopka dan Ingersoll yang dikutip oleh Agustiani (2006) bahwa masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Masa remaja awal (12 -15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan perannya sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya memiliki peran yang penting. Dimasa ini remaja juga mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3. Masa remaja akhir (19-21 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan diterima orang dewasa.


(28)

Menurut Hurlock (2006) secara umum masa remaja dibagi dua bagian yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, sedangkan akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun yaitu usia matang secara hukum.

2.3.3. Karakteristik Masa Remaja

Hurlock (2007) menyatakan bahwa masa remaja mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut meliput i:

1. Masa remaja sebagai periode penting

Ada periode yang penting karena akibat fisik dan psikologis. Sebagian remaja mengalami kejadian pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perkembangan mental yang cepat. Semua kejadian perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada periode ini status remaja menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa remaja, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Disisi lain, status remaja yang tidak jelas tersebut memberikan keuntungan karena status tersebut memberi ruang dan waktu mereka untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sikap yang paling sesuai bagi dirinya.


(29)

Saat perubahan fisik berlangsung dengan cepat maka akan terjadi juga perubahan sikap dan perilaku dengan cepat dan sebaliknya.

4. Masa remaja sebagai masa bermasalah

Berbagai masalah yang terjadi dimasa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ada dua alasan penyebabnya yaitu remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah yang dihadapinya karena pada masa kanak-kanak segala masalah diselesaikan oleh orang tua ataupun guru. Alasan kedua para remaja merasa telah mandiri sehingga menolak bantuan orang tua atau guru dengan alasan ingin mengatasi masalahnya sendiri. Karena tidak mampu maka banyak kegagalan yang seringkali disertai dengan akibat yang tragis.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja adalah suatu upaya untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya di masyarakat. Salah satu cara memunculkan identitas adalah dengan menggunkan simbol status yang modah terlihat seperti model pakaian, gaya hidup dan pergaulan, jenis kendaraan dan lain-lain.

6. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Ada anggapan bahwa masa remaja adalah masa yang sangat bernilai tetapi sangat disayangkan banyak yang menjadikannya sebagai sesuatu yang bernilai negatif. Anggapan yang menyatakan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan banyak kalangan dewasa takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal.


(30)

Remaja memandang dirinya dan orang lain seperti yang diinginkannya dan bukan sebagaimana adanya, terutama dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga terhadap teman-teman dan keluarganya. Kondisi ini menyebabkan meningginya emosi terutama di awal masa remaja. Semakin cita-citanya tidak realistis maka individu tersebut semakin menjadi pemarah.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja mulai lebih memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

2.3.4. Permasalahan Dalam Masa Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, psikologik dan sosial. Ada dua aspek pokok dalam perubahan remaja yaitu (Hurlock, 2007):

1. Perubahan fisik atau biologis

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal. Antara remaja perempuan dengan laki-laki kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda.


(31)

2. Perubahan psikologis

Masa peralihan ini seringkali menghadapkan remaja tersebut pada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak dan di lain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak perilaku remaja yang aneh atau canggung dan kalau tidak dikontrol bisa mengakibatkan kenakalan remaja.

Pada masa remaja labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual mereka cenderung membuat mereka berpikir kritis, tersalur melalui perbuatan yang bersifat eksperimen dan eksploratif. Tindakan dan sikap remaja ini dapat berakibat konstruktif dan berguna, tetapi sering kali ada faktor dari luar diri remaja yang mempengaruhi potensi yang ada pada remaja tersebut dimanfaatkan kearah perbuatan yang negatif.

Determinan dalam proses perkembangan remaja dapat dibedakan atas dua faktor yaitu mempengaruhi kehidupan remaja secara langsung seperti faktor dari keluarga, sekolah dan tetangga. Sementara faktor secara tidak langsung berupa struktur sosial, ekonomi, politik dan budaya lingkungan.

Menurut Dalyono (2005), lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan remaja, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat remaja bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung kepada keadaan lingkungan remaja itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.


(32)

Secara garis besar ada dua tekanan pokok yang berhubungan dengan kehidupan remaja yaitu: tekanan dari dalam diri remaja meliputi tekanan psikologis dan emosional. Sedangkan tekanan dari luar diri remaja meliputi teman sebaya, orang tua, guru dan masyarakat.

Permasalahan yang dihadapi remaja dari segi seksualitas atau perilaku seksualnya sebagian besar diakibatkan adanya perubahan fisik dan psikologis. Para remaja yang melakukan hubungan seksual akan dihadapkan pada hal-hal yang bersifat negatif seperti; kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan penularan penyakit seksual. Selain itu akibat dari seorang gadis yang tiba-tiba hamil akan mengalami ketegangan mental, kebingungan dan juga cemohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Menurut Sarwono yang dikutip oleh Widiastuti (2008) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja antara lain :

1. Pengalaman Seksual

Makin banyak pengalaman mendengar, melihat dan mengalami hubungan seksual, maka makin kuat stimulasi yang dapat mendorong munculnya perilaku seksual. Misalnya, media massa (film, internet, gambar atau majalah porno), obrolan dari teman atau pacar tentang pengalaman seks, melihat orang-orang yang tengah berpacaran atau melakukan hubungan seksual.

2. Faktor kepribadian

Seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, kemampuan membuat keputusan dan nilai-nilai yang dimiliki.

3. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan

Orang yang memiliki penghayatan yang kuat tenang nilai-nilai keagamaan, integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan perilaku seksual yang


(33)

selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif.

4. Berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol, penanaman nilai moral dan keterbukaan komunikasi. Remaja rentan dalam melakukan perilaku seks yang menyimpang salah satunya faktor ketidaktahuan orang tua dalam memberikan pendidikan seks secara dini serta adanya sikap mereka menabukan pembicaraan seks pada anak-anaknya, sikap yang cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seks.

5. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab.

Beberapa ahli berpendapat bahwa remaja semata-mata bersikap lebih terbuka dalam membicarakan seks dibandingkan oleh para pendahulunya dengan cara sembunyi-sembunyi. Data tersebut menunjukkan perubahan yang pasti dalam hal perilaku seksual. Menurut Sorensen, dikut ip oleh Atkinson (2002) dalam suatu survei nasional terhadap remaja usia 13-19 tahun pada tahun 1973 menemukan bahwa 59% remaja pria dan 45% remaja wanita sudah mendapat pengalaman seks yang sebagian besar dari mereka belum mencapai usia 16 tahun. Dan menurut Zelnik dan Katner yang dikutip oleh Atkinson (2002) survei tahun 1976 menemukan bahwa 55% dari remaja wanita berusia 19 tahun yang di wawancarai sedah mendapat pengalman seks.

Perubahan standar seks nampaknya tidak mengarah kearah promiskuitas yang lebih besar. Meskipun menurut sebagian besar anak laki-laki mengalami hubungan


(34)

seks dengan beberapa pasangan, dan sebagian besar anak perempuan mengatakan bahwa mereka membatasi hubungan seks mereka dengan seorang laki-laki saja yang pada waktu itu mereka cintai. Mereka mengira bahwa seks adalah bagian dari cinta dan bagian dari hubungan intim serta tidak perlu selalu dibatasi oleh ikatan perkawinan.

Seks yang ternyata menjadi bahan pembicaraan menarik di kalangan remaja sekarang, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Hal ini dikarenakan mereka sedang mengalami gejolak yang dahsyat. Dorongan seks yang kuat adalah salah satu masalah terberat yang selalu di alami oleh setiap remaja. Meningkatnya minat terhadap seks, ketertarikan terhadap lawan jenis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan masa remaja. Perasaan ini terus mendorong remaja melakukan komunikasi, menjalin pertemanan, atau berkencan dengan lawan jenis. Kadang-kadang implus seks yang kuat mendorong mereka berkhayal atau bermimpi tentang seks dan lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang remaja puteri melepaskan keperawananya hanya untuk kesenangan semata. (Surbakti, 2008)

Pada umumnya, banyak dari responden pria yang telah melakukan seks pranikah, namun mereka tetap menginginkan wanita yang masih perawan hingga saat menikah. (Setiawan, 2009)

2.4 Seks Pranikah

Menurut Sarwono (2003), seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan


(35)

perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).

Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir ini telah disaksikan adanya perubahan yang sangat besar dalam sikap terhadap kegiatan seksual. Pandangan mengenai hubungan seksual pranikah sekarang lebih terbuka dan bebas dibandingkan dengan pandangan masa lalu. Para remaja mendapatkan tontonan seks yang merangsang dalam majalah, televisi, dan bioskop, tanpa ada batasnya. Metode pencegahan kelahiran yang berhasil dan adanya sarana menggugurkan mengurangi perasaan takut hamil. Semua perubahan ini sekarang memberi lebih banyak kebebasan kepada individu yang baru matang. (Atkinson, 2002)

2.4.1 Risiko Hubungan seks masa remaja

Banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut Surbakti (2008), jika seorang remaja hamil, ia memikul tiga kesulitan sekaligus yang datang pada saat bersamaan, yakni :

1. Menyangkut keremajaan mereka sendiri

Sebagai remaja mereka sedang mencari identitas. Mungkin sekali mereka sedang gelisah, cemas dan bingung dalam pencarian identitas tersebut. Pada saat


(36)

pergumulan keremajaan mereka belum tuntas, kehamilan akan menambah persoalan baru dan menambah kebingungan mereka.

2. Menjadi orang tua pada masa remaja

Dapat dibayangkan betapa sulitnya seorang remaja harus berperan menjadi orang tua bagi bayinya, sementara sebagai remaja, mereka sendiri masih labil dan sangat membutuhkan bimbingan dari orang tuanya perihal keremajaannyaa. Melahirakan usia remaja memiliki risiko bagi dirinya dan bayi yang dilahirkannya. Karena ia akan sulit untuk merawat bayinya, bahkan kemungkian besar bayinya akan terlantar dan sulit mengharapkan ia mampu memberikan pola asuh yang baik terhadap bayinya.

3. Terpaksa menikah dini

Hamil muda menyebabkan remaja perempuan harus meninggalkan bangku sekolah. Kalau ia menikah dengan remaja laki-laki yang menghamilinya, pasangannya juga harus berhenti sekolah. Bagaimana mereka harus membiayai rumah tangga mereka sedangkan mereka tidak bekerja. Situasi ini akan membuat mereka stress sehingga memicu persoalan berikutnya.

Menurut Sarwono(2003), perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :

1. Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.

2. Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.


(37)

3. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut

4. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

2.4.2. Masalah Kesehatan Reproduksi

Kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Selain itu mereka juga tidak memiliki akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi. Informasi biasanya hanya dari teman dan/atau media, yang biasanya sering tidak akurat. Hal inilah yang menyababkan remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman, IMS, kekerasan/pelecehan seksual, dan lain-lain (Widyastuti,dkk, 2009).

Menurut Widyastuti (2009), ada beberapa masalah seksualitas yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi bagi wanita, yaitu:


(38)

1. Ketidakmatangan secara psikologis dan biologis.

Secara psikologis usia yang belum matang tentu belum siap menghadapi permasalahan yang akan dihadapi dalam sebuah perkawinan, sementara secara biologis pada usia remaja organ-organ reproduksi belum siap karena masih berkembang sehingga ketika seorang remaja hamil akan mengalami risiko lebih tinggi dalam persalinan akibat belum sempurnanya perkembangan panngulnya, selain itu beberapa hasil penelitian menunjukan melakukan hubungan seks diusia dini dapat meningkatkan risiko kanker serviks.

2. Risiko komplikasi dan kematian ibu dan janin lebih besar.

Kehamilan pada usia dini biasa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bias sampai pada kematian.

3. Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri.

Sebagai remaja mereka sedang mencari identitas. Mungkin mereka sedang menikmati pergaulan dengan kelompoknya. Mungkin sekali mereka sering gelisah, cemas, dan bingung dalam pencarian identitas tersebut. Dapat dipastikan tidak ada remaja yang siap menerima kehamilan dan siap menjadi orang tua, status yang sama sekali tidak mereka pahami. Pada saat pergumulan keremajaan mereka belum tuntas,hilangnya keperawanan yang mengakibatkan kehamilan akan menambah persoalan baru dan menambah kebingungan mereka, serta merenggut dengan paksa masa remaja yang seharusnya diisi dengan berbagai aktivitas untuk persiapan masa depan.

4. Risiko bertambah untuk melakukan aborsi.

Banyak remaja mengakhiri kehamilannya dengan aborsi. Jika di negara maju yang melegalkan aborsi, biasa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan


(39)

berpengalaman. Di negara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak aman bahkan tidak lazim dan oleh dukun aborsi biasa mengakibatkan dampak negative secara fisik, psikis, dan sosial bila dilakukan secara tidak aman.

2.5. Variabel yang diteliti

Gambar 2.5 Varibel yang diteliti.

Dari variabel diatas, dapat dijelaskan bahwa perkembangan pengetahuan dan sikap yang dimiliki remaja putri mempengaruhi baik buruknya mengenai suatu objek permasalahan yaitu tentang seks pranikah.

1. Pengetahuan tentang seks pranikah. 2. Sikap tentang seks pranikah


(40)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang seks pranikah dan risikonya di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate.

3.2. Lokasi dan Waktu

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Kecamatan Medan Estate.

3.2.2 Waktu

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni tahun 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah siswa putri kelas 1 dan 2 SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Medan Estate yang berjumlah 174 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate tahun 2010. Cara menentukan jumlah sampel, menurut Lemeshow (1997), sebagai berikut:


(41)

Dimana:

N = Besar populasi (174) n = Jumlah sampel d = galat pendugaan (0,1)

Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,96) P = Proporsi Populasi (0,5)

Sehingga :

= 62,09 ≈ 62 orang

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus di atas, maka diketahui besar sampel dari populasi 174 siswa didapat sampel penelitian sebanyak 62 responden.

Perhitungan sampel dilakukan secara proporsional random sampling yaitu sampel dimana setiap sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih. (Lemeshow,dkk, 1997)

=

Dimana :

nh = Besar sampel tiap kelas


(42)

N = Populasi Total n = sampel total

Tabel 3.1. Besar Sampel setiap Kelas di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate

Kelas Jumlah Populasi Besar Sampel

Kelas 1 87 31

Kelas 2 87 31

Jumlah 174 62

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari kantor tata usaha SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate yaitu mengenai data siswa dan gambaran umum SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate.

3.5. Defenisi Operasional

Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian, digunakan defenisi operasional yang dikembangkan dalam uraian di bawah ini : 1. Remaja adalah individu yang berusia antara 15-18 tahun yang merupakan siswa

SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate yang menjadi responden.

2. Pengetahuan adalah sejumlah informasi atau hal yang diketahui dan dimengerti oleh responden tentang seks pranikah.


(43)

3. Sikap adalah penilaian atau pandangan responden terhadap beberapa pernyataan baik positif maupun negatif menyangkut masalah seks pranikah.

4. Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Pengetahuan

Variabel pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan, dengan jawaban benar bernilai 1 dan salah 0. Pembobotan nilai benar pada setiap indikator diseragamkan dengan nilai 5, sehingga skor jawaban responden tertinggi bernilai 71. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, pengetahuan dikategorikan sebagai berikut (Pratomo, 1986) :

a. Baik, jika total skor jawaban >75% atau dalam interval 53 - 71

b. Cukup baik, jika total skor jawaban 40%-75% atau dalam interval 28 - 52 c. Kurang baik, jika total skor jawaban < 40% atau dalam interval 0 – 27 3.6.2 Sikap

Variabel sikap menggunakan skala Likert dengan mengukur melalui 15 pernyataan dengan item jawaban setuju, netral, dan tidak setuju. Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban sikap sebagai berikut (Riduwan, 2007) :

a. Apabila pernyataan positif (2,11,12,14,dan 15) bobot nilai pada item; Sangat setuju : 5

Setuju : 4

Netral / ragu-ragu : 3 Tidak setuju : 2 Sangat tidak setuju : 1


(44)

b. Apabila pernyataan negatif (1,3,4,5,6,7,8,9,10,dan 13), maka skor : Sangat setuju : 1

Setuju : 2

Netral / ragu-ragu : 3 Tidak setuju : 4 Sangat tidak setuju : 5

Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, sikap dikategorikan sebagai berikut (Pratomo, 1986) :

a. Baik, jika total skor jawaban >75% atau dalam interval 61 -75

b. Cukup baik, jika total skor jawaban 40% -75% atau dalam interval 40 - 60 c. Kurang baik, jika total skor jawaban < 40% atau dalam interval 15 – 39 3.7 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Data entry

yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputerisasi.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dari kepustakaan yang ada.


(45)

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji validitas dan reabilitas melalui uji Pearson Product Moment.

Untuk menginterpretasikan hasil statistik uji reabilitas dan validitas, dipergunakan nilai koefisien korelasi (r) hitungan yang dibandingkan dengan nilai rtabel (tabel Pearson Product Moment). Dikatakan reliabel dan valid jika nilai rHitung lebih besar dari rtabel. Pada uji reabilitas dan validitas ini, responden bukan bagian dari sampel penelitian. Yang dilakukan di SMU Darmawangsa sebanyak 30 responden.


(46)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal bakti III didirikan pada tahun 1984 yang berlokasi di jalan Mesjid nomor 1 Kecamatan Medan Estate. SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III memiliki jumlah siswa sebanyak 268 orang yang terbagi atas dua jurusan yaitu; Jurusan Administrasi Perkantoran (PK) berjumlah 138 orang, dan Jurusan Akuntansi (AK) berjumlah 130 orang. Dengan jumlah siswa puteri sebanyak 258 orang dan putera sebanyak 10 orang memiliki rentang usia 15-19 tahun atau masih tergolong dalam usia remaja.

Pada proses Belajar Mengajar (PBM), siswa SMK difasilitasi ruang/lokal untuk belajar mengajar, komputer, laboratorium, perpustakaan dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Selain itu terdapat ruang kepala sekolah, Tata Usaha (TU), Bimbingan dan Penyuluhan (BP), lapangan olahraga, musollah, kantin dan memiliki Unit produksi yaitu: Internet dan wartel. Jumlah tenaga pengajar sebanyak 27 orang dan 7 pegawai TU. SMK ini juga memiliki kegiatan ekstra kulikuler yaitu: aplikasi komputer, baca Al-Qur’an dan kreasi sastra.

Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan Kelas di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Kelas F %

X 31 50.0

XI 31 50.0


(47)

4.2 Karakteristik Responden

Pada penelitin ini karakteristik responden ditujukan pada karaktersitik seluruh remaja put ri yang terdiri 31 orang dari kelas X dan 31 orang dari kelas XI. Adapun karakteristik tersebut meliputi umur dan kebiasaan - kebiasaan yang dilakukan remaja berkaitan dengan pengetahuannya tentang kesehatan khusus mengenai informasi seks pranikah. Berikut data yang diperoleh dari siswa selaku responden dalam penelitian ini.

Tabel 4.2 Distribusi Umur Remaja Putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Umur (tahun) f %

15 3 4.8

16 31 50.0

17 25 40.3

18 3 4.8

Jumlah 62 100.0

Tabel diatas menunjukkan umur remaja putri yang tertinggi 18 tahun, merupakan jumlah yang minoritas yaitu 3 orang (4,8%) dan mayoritas remaja berumur 16 tahun sebanyak 31 orang (50,0%).

Tabel 4.3 Distribusi Kebiasaan Mencari Informasi Kesehatan Pada Remaja Putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Kebiasaan Remaja Putri Ya Tidak

f % f %

1. Mempunyai kebiasaan mencari informasi tentang

kesehatan 52 83.9 10 16.1

2. Memperoleh informasi kesehatan dalam 6 bulan

terakhir 24 38.7 38 61.3

Tabel diatas menunjukkan mayoritas remaja mempunyai kebiasaan mencari informasi kesehatan yaitu 52 (83,9%). Sementara bagi yang tidak mempunyai kebiasaan mencari info kesehatan (16,1%). Berdasarkan dalam waktu enam bulan


(48)

terakhir dari orang yang memperoleh informasi kesehatan (38,7%). Sementara yang tidak memperoleh informasi kesehatan (61,3%).

Adapun sumber media informasi yang sering digunakan remaja putri untuk mencari informasi tentang kesehatan yaitu: media cetak (16,1%), media elektronik (12,9%), keluarga (14,5%), dan internet (8,1%).

Pada penelitian ini juga mengangkat mengenai pengalaman pacaran remaja putri. Hal ini untuk mengetahui seberapa jauh mereka mengenal lawan jenisnya dan tentunya secara tidak langsung pengalaman tersebut memberikan pengetahuan siswa hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan seks serta yang berkaitan khusus dengan permasalahan seks pranikah.

Tabel 4.4 Distribusi Topik Kesehatan yang pernah didapat Remaja Putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Topik Kesehatan yang pernah didapat f %

1.Tidak mempunyai kebiasaan mencari infokes 10 16,1 2. Kesehatan mata,rambut,wajah dan kulit 15 24,2

3. Kespro perempuan dan menstruasi 2 3,2

4. Pencegahan demam berdarah 3 4,8

5. Kesehatan lingkungan 1 1,6

6. Narkoba dan HIV/AIDS 5 8,1

7. Kesehatan jasamani dan rohani 16 25,8

8. Makanan sehat 4 6,5

9. Kanker 2 1,6

10.BB ideal dan menstruasi 1 3,2

11.Kesehatan wajah,kespro perempuan dan menstruasi 1 1,6

12.Menstruasi dan HIV/AIDS 1 1,6

13.Pencegahan DBD dan narkoba 1 1,6

Total 62 100,0

Tabel diatas menunjukkan mayoritas remaja memperoleh topik kesehatan jasamani dan rohani sebanyak 16 (25,8%), 15 (24,2%) remaja memperoleh topik kesehatan mata,rambut,wajah dan kulit, dan 10 (16,1%) remaja tidak mempunyai kebiasaan mencari info kesehatan.


(49)

Tabel 4.5 Distribusi Pengalaman Pacaran Remaja Putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Pengalaman Remaja Putri f %

1. Pernah berpacaran

a. Ya 48 77.4

b. Tidak 14 22.6

2. Umur pertama pacaran (tahun)

a. 8 1 1.6

b. 10 1 1.6

c. 12 1 1.6

d. 13 1 1.6

e. 14 11 17.7

f. 15 14 22.6

g. 16 16 25.8

h. 17 3 4.8

3. Mempunyai pacar (sekarang)

a. Ya 32 51.6

b. Tidak 30 48.4

4. Keluarga yang Tahu

a. Ya 50 80.6

b. Tidak 12 19.4

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar remaja yang pernah mempunyai pengalaman pacaran yaitu 48 orang (77,4%), mereka mulai tertarik dengan lawan jenis (pacaran) mayoritas berumur 16 tahun (25,8%), yang mempunyai pacar (sekarang) yaitu 32 orang (51,6%) dan keluarga yang mengetahuinya yaitu 50 orang (80,6%).

4.3 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Seks Pranikah

Pengetahuan remaja putri terkategori atas tiga yaitu baik, cukup baik dan kurang baik. Pengetahuan Seks Pranikah tidak sebatas masalah seks pranikah tetapi dihubungkan dengan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang secara tidak


(50)

langsung berpengaruh terhadap bentuk resiko kesehatan reproduksi remaja salah satunya adalah seks pranikah.

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Remaja Putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Pengetahuan Remaja Putri f %

Cukup baik 21 33.9

Kurang baik 41 66.1

Jumlah 62 100.0

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar remaja berpengetahuan kurang baik yaitu 41 (66,1%), sedangkan 21 (33,9%) remaja berpengetahuan cukup baik tentang permasalahan yang berkaitan dengan seks pranikah.

Tabel 4.7 Distribusi Indikator Pengetahuan Seks Pranikah Pada Remaja Putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Indikator Pengetahuan Seks Pranikah Ya Tidak

f % f %

1. Mengetahui pengertian seks pranikah 13 21.0 49 79.0 2. Penyebab remaja putri melakukan seks

pranikah

4 6.5 58 93.5

3. Faktor penyebab remaja jatuh kedalam permasalahan seks

61 93.9 1 1.6

4. Perilaku seksual remaja sebagian besar diakibatkan oleh

57 91.1 5 8.1

5. Pertanyaan apa yang pernah ditanya tentang kesehatan reproduksi

52 83.9 10 16.1

6. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja

58 77.4 14 22.6

7. Cara remaja menghindari seks pranikah 62 100.0 0 0.0 8. Yang diketahui remaja dalam


(51)

Indikator Pengetahuan Seks Pranikah Ya Tidak

f % f %

9. Fakor yang menyebabkan remaja putri

melakukan hubungan seksual 59 95.2 3 4.8

10.Dampak psikologis dari perilaku seks

pranikah 46 64.2 16 25.8

11.Resiko yang dihadapi remaja akibat

perilaku seks pranikah 60 96.8 2 3.2

12.Dampak sosial yang timbul akibat

melakukan hub.seks pranikah 59 95.2 3 4.8 13.Alasan remaja melakukan seks pranikah 54 87.1 8 12.9 14.Mengapa remaja putri mau melakukan

hubungan seks pranikah 52 93.9 10 16.1

15.Dampak fisik yang timbul akibat hubungan seks pranikah

53 85.5 9 14.5

Tabel diatas menunjukkan mayoritas remaja putri tidak mengetahui pengertian seks pranikah (79.0%), dan dari 4 remaja putri yang mengetahui penyebab remaja putri melakukan seks pranikah,(93.5%) menyatakan tidak mengetahuinya. Pengetahuan remaja tentang faktor penyebab mereka jatuh kedalam permasalahan seks sebanyak (93.9%)mengetahui. Sebanyak (77.4%) remaja mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja.Sebanyak (96.8%) remaja mengetahui cara menghindari implus seks.

Sebanyak (95.2%) remaja mengetahui fakor yang menyebabkan remaja putri melakukan hubungan seksual. Dan (25.8%) remaja tidak mengetahui Dampak psikologis dari perilaku seks pranikah. Sebanyak (93.9%) alasan remaja putri mau


(52)

melakukan hubungan seks pranikah, dan (14,5%) tidak mengetahui dampak fisik yang timbul akibat hubungan seks pranikah.

4.4 Sikap Remaja Putri Tentang Aborsi

Sikap remaja putri terhadap permasalahan aborsi terkategori atas tiga yaitu baik, cukup baik dan kurang baik. Namun hasil penelitian menemukan dua kategori yaitu baik dan cukup baik. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Sikap Remaja Putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Sikap Remaja Putri f %

Baik 50 80.6

Cukup baik 12 19.4

Jumlah 62 100.0

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar remaja bersikap baik yaitu 50 orang (80,6%), sedangkan 12 orang (19,4%) bersikap cukup baik tentang permasalahan yang berkaitan dengan seks pranikah.

Tabel 4.9 Distribusi Indikator Sikap Remaja Putri SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Kecamatan Medan Estate Tahun 2010

Pernyataan SS S N TS STS

1. Seks boleh dilakukan remaja sebagai ekspresi cinta yang tulus untuk pasangannya (pacar) 0 (0.0%) 0 (0.0%) 6 (9.7%) 33 (53.2%) 23 (37.1%)

2. Boleh berhubungan seks jika orang tesebut dan pasangannya telah resmi menikah 31 (50.0%) 29 (46.8%) 0 (0.0%) 1 (1.6%) 1 (1.6%)

3. Seks merupakan bagian dari cinta yang tidak perlu dibatasi oleh ikatan perkawinan

3 (4.8%) 0 (0.0%) 2 (3.2%) 34 (54.8%) 23 (37.1%)


(53)

Pernyataan SS S N TS STS

4. Remaja putri boleh

melakukan hubunga seks diluar nikah jika dia telah beranjak dewasa dan mengetahui risikonya 6 (9.7%) 0 (0.0%) 7 (11.3) 28 (45.2%) 21 (33.9%)

5. Berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks boleh saja karena bukan merupakan hal yang tabu lagi

2 (3.2%) 0 (0.0%) 0 (0.0%) 29 (46.8%) 31 (50.0%)

6. Dari pada harus menanggung malu, dianggap ”kampungan” karena masih perawan, maka boleh melakukan hubungan seks diluar nikah

3 (4.8%) 0 (0.0%) 1 (1.6%) 24 (38.7%) 34 (54.8%)

7. Setiap orang boleh saja melakukan seks pranikah

3 (4.8%) 0 (0.0%) 1 (1.6%) 36 (58.1%) 22 (35.5%)

8. Melakukan hubungan seks dengan pasangannya (pacar) diluar pernikahan merupakan hal yang wajar

0 (0.0%) 2 (3.2%) 0 (0.0%) 33 (53.2%) 27 (43.5%)

9. Tidak perlu menghalanghi teman yang aktif dalam seksual

0 (0.0%) 4 (6.5%) 16 25.8%) 33 (53.2%) 9 (14.5%)

10.Bertanya /berkonsultasi dengan teman sebaya merupakan tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi 15 (24.2%) 26 (41.2%) 13 (21.0%) 8 (12.9%) 0 (0.0%)

11.Seseorang yang melakukan hubungan seks di luar nikah adalah orang yang telah berbuat suatu kesalahan melanggar norma-norma di masyarakat

31 (50.0%) 21 (33.9%) 2 (3.2%) 2 (3.2%) 6 (9.7%)

12.Sebagai seorang remaja puteri menjaga keperawanannya sangatlah penting 48 (77.4%) 14 (22.6%) 0 (0.0%) 0 (0.0%) 0 (0.0%)

13.Bagaimana sikap anda terhadap hubungan seksual sebelum menikah 3 (4.8%) 17 (27.4%) 26 (41.9%) 0 (0.0%) 16 (25.8%)


(54)

14.Sebagai seorang anak remaja setujukah anda bila orang tua harus lebih meningkatkan

pemantauannya terhadap pergaulan anda

37

(59.7%)

22

(35.5%)

0

(0.0%)

2

(3.2%)

1

(1.6%)

15.Sebagai seorang anak remaja setujukah anda bersikap lebih terbuka dan mau bercerita kepada orang tua anda

41

(66.1%)

19

(30.6%)

2

(3.2%)

0

(0.0%)

0

(0.0%)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan 9,7% remaja putri menyetujui melakukan hubunga seks diluar nikah jika dia telah beranjak dewasa dan mengetahui risikonya, tidak menyetujui (45.2%) dan sangat tidak menyetujui (33.9%). (24.2%) sangat menyetujui berkonsultasi dengan teman sebaya merupakan tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi, menyetujui (41.2%), dan tidak menyetujui (12.9%). (4.8%) sangat menyetujui hubungan seksual sebelum menikah, (27.4%) menyetujui, (25.8%) sangat tidak menyetujui. (9.7%) remaja putri sangat tidak menyetujui apabila melakukan hubungan seks di luar nikah adalah orang yang telah berbuat suatu kesalahan melanggar norma-norma di masyarakat, (33.9%) menyetujui, dan (50.0%) sangat menyetujui.

Bila dilihat dari keterkaitan antara pengetahuan remaja putri tentang seks pranikah dengan cara mereka menyikapi berbagai keadaan yang dapat mengarahkan mereka untuk berperilaku seks pranikah. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.


(55)

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Sikap Dengan Pengetahuan Remaja Putri SMA Swasta Pembangunan Nasional Mengenai Aborsi Tahun 2009

Pengetahuan Remaja Sikap Remaja Total

Baik Cukup Baik

Cukup baik 20

(95.2%)

1

(4.8%)

21

(100.0%)

Kurang baik 30

(73.2%)

11

(26.8%)

41

(100.0%)

Total 50

(80.6%)

12

(19.4%)

62

(100.0%)

Tabel diatas menunjukkan dari 21 remaja putri yang berpengetahuan cukup baik ternyata 20 (95,2%) remaja putri yang bersikap baik mengenai permasalahan seks pranikah, dan 41 remaja putri yang berpengetahuan kurang baik ternyata 30 (73,2%) bersikap cukup baik mengenai seks pranikah.


(56)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Seks Pranikah

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja berpengetahuan kurang baik yaitu 41 (66,1%), sedangkan 21 (33,9%) remaja berpengetahuan cukup baik tentang permasalahan yang berkaitan dengan seks pranikah.

Lain halnya dengan penemuan Angga (2009), dalam penelitiannya terhadap 70 siswa SMU Hang Tuah Belawan, pengetahuan siswa mengenai seks pra-nikah sebagian besar ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 51 orang (72,9%), sedangkan sebagian kecil ada pada kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang (5,7%).

Selamihardjo (2007), mengatakan bahwa remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 – 12% remaja di Semarang pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya.

Membahas persoalan seks pranikah tidak dapat dilepaskan dari permasalahan pendidikan seks ataupun pengetahuan kesehatan reproduksi karena antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Adanya penyimpangan perilaku seksual suatu gambaran minimnya pengetahuan mereka mengenai informasi dasar kesehatan reproduksi atau


(57)

pendidikan seks yang tidak diberikan sejak dini sehingga mendorong mereka melakukan hubungan seks tanpa memikirkan akibatnya.

Menurut Sarwono (2006), pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah, remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya sedikit yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi. Begitu juga dengan Dadang (2008) yang mengatakan bahwa terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi seringkali mengarah pada tindakan seks pranikah. Dengan minimnya pengetahuan tersebut, maka seringkali terjadi penyalahgunaan fungsi seksual di dalam pergaulan remaja.

Khusus remaja yang berpengetahuan kurang baik mengenai seks pranikah, diketahui dari persentase mereka menjawab beberapa indikator pertanyaan mengenai seks pranikah, misalnya 79,0% remaja tidak tahu menjawab pengertian pengertian seks pranikah dan cenderung menyatakan seks pranikah adalah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sementara Mu’tadin (2002), bahwa seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Data penelitian juga menemukan 14,5% remaja putri tidak mengetahui bahaya/dampak yang ditimbulkan akibat hubungan seksual pranikah. Hasil penelitian diatas sesuai dengan data penelitian Boyke di Jabotabek tahun 2009, ditemukan sekitar 47% remaja putri memperlihatkan tidak tahu risiko melakukan hubungan seks pranikah. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa rendahnya pemahaman remaja tentang seks pranikah karena mereka tidak memperoleh informasi yang cukup dan benar mengenai seks panikah.


(58)

Sebagaimana survei yang dilakukan oleh Abidin (2007) terhadap sejumlah remaja perempuan juga membuktikan bahwa seks di antara mereka dilakukan tanpa paksaan, dan didasari atas suka sama suka. Mereka tidak sadar akan konsekuensi seks di usia muda. Saat usia belasan tahun, rahim masih amat rentan dengan berbagai virus dan kuman. Sehingga human papilloma virus (HPV) yang merupakan cikal bakal kanker serviks bisa masuk dan menyerang mereka.

Pada penelitian juga menemukan 25,8% remaja putri yang menyebutkan tidak tahu dampak psikologis dari perilaku seks pranikah.

Franky (2007) menyatakan bahwa dampak psikologis seks pra-nikah pelaku akan merasa diri kotor dan kehamilan akan berdampak pada hal lain (dosa memperanakkan dosa), seperti berbohong, menjauh dari pergaulan positif. Dampaknya seperti lingkaran setan yang tidak ada ujungnya

Bart (1994) menyatakan bahwa pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah ke arah yang lebih baik.

5.2 Sikap Remaja Putri Tentang Seks Pranikah

Sikap berfungsi menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan dan pernyataan kepribadian seseorang. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang terdekat dengan remaja itu sendiri. Sikap terbentuk karena adanya peran penting dari pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosional.

Bila dilihat dari jawaban remaja atas beberapa pernyataan sikap ditemukan masih ada remaja yang memberikan respon negatif terhadap situasi pernyataan


(59)

tersebut, misalnya 4,8% remaja menyetujui seks bagian dari cinta yang tidak perlu dibatasi oleh ikatan perkawinan, 4,8% remaja menyetujui melakukan hubungan seks diluar nikah jika telah beranjak dewasa, 3,2% remaja menyetujui berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks, 4,8% remaja menyetujui setiap orang melakukan hubungan seks pranikah, 3,2% remaja menyetujui melakukan hubungan seks pranikah dengan pacarnya, 6,5% remaja akan mengambil sikap membiarkan temannya aktif dalam hubungan seksual dan tidak menghalanginya karena tindakannya pasti sudah siap ditanggungnya.

Berdasarkan perbandingan data-data tersebut, peneliti mengasumsikan dengan yang dikemukakan oleh Sunaryo (2004) bahwa sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan.

Notoatmodjo (2007) menyatakan faktor pengalaman juga dapat mempengaruhi sikap seseorang. Remaja yang pernah mendengar atau memiliki teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah akan menyikapi secara tegas bahwa tindakan tersebut tidak memiliki keuntungan atau manfaat apa-apa bagi remaja.

Begitupun yang diungkapkan oleh Paat (2007) bahwa pengalaman yang banyak mengenai informasi pendidikan seks akan mendorong seseorang untuk dapat lebih mudah merubah sikap dan berperilaku yang lebih baik.

Sunaryo (2004) menyatakan bahwa faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif atau negatifnya informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar


(60)

lingkungan sosial disekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya.

Hasil penelitian menunjukkan dari 21 remaja putri yang berpengetahuan cukup baik ternyata 20 (95,2%) remaja putri yang bersikap baik mengenai permasalahan seks pranikah, dan 41 remaja putri yang berpengetahuan kurang baik ternyata 30 (73,2%) bersikap cukup baik mengenai seks pranikah.

Berdasarkan teori yang ada bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang, dengan pengetahuan yang baik maka akan terwujud pula sikap yang baik pula, demikian sebaliknya. Dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas siswa berpengetahuan kurang baik, disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan siswa tenntang seks pranikah dan dampaknya bagi kesehatan reproduksi. Ini dapat dilihat dari indikator pengetahuan seks pranikah diantarnya: ada 79.0% remaja putri yang tidak mengetahui pengertian seks pranikah dan 93.5% menyatakan tidak mengetahui penyebab remaja putri melakukan seks pranikah, 25,8% remaja tidak mengetahui dampak psikologis dari perilaku seks pranikah. Dan ternyata 80,6% remaja putri bersikap baik mengenai permasalahan seks pranikah yang dapat dilihat dari indikator sikap seks pranikah diantaranya: dilihat dari 45.2% tidak menyetujui melakukan hubunga seks diluar nikah jika dia telah beranjak dewasa dan mengetahui risikonya, dan 33.9% sangat tidak menyetujui. Dan 19,4% remaja yang bersikap cukup baik mengenai seks pranikah yang dilihat dari 50,0% menganggap melakukan hubungan seks diluar nikah adalah suatu kesalahan yang melanggar norma-norma di masyarakat.


(61)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang kurang baik itu belum tentu menunjukkan sikap yang kurang baik, karena sikap itu terbentuk dari pengalaman yang didapat seseorang dari lingkungan sosial.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan remaja putri mengenai seks pranikah kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas remaja yang tidak tahu tentang pengertian seks pranikah, tidak mengetahui penyebab remaja putri melakukan seks pranikah dan remaja tidak mengetahui dampak psikologis dari perilaku seks pranikah. 2. Sikap remaja putri mengenai permasalahan seks pranikah baik. Hal ini dapat

dilihat dari mayoritas remaja putri tidak menyetujui melakukan hubunga seks diluar nikah jika dia telah beranjak dewasa dan mengetahui risikonya, dan mayoritas remaja putri menganggap melakukan hubungan seks diluar nikah adalah suatu kesalahan yang melanggar norma-norma di masyarakat.

6.2 Saran

1. Diharapkan bagi pihak sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk mendiskusikan dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, kegiatan konsultasi kesehatan bagi remaja putri.

2. Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja tenntang masalah seks pranikah secara benar dan tepat sehingga remaja lebih mengetahui dan dapat memahami tentang pentingnya kesehatan reproduksi agar tidak melakukan hubungan seks pranikah sehingga tercipta reproduksi yang sehat bagi remaja puteri.


(1)

9 14,5 14,5 14,5

31 50,0 50,0 64,5

8 12,9 12,9 77,4

7 11,3 11,3 88,7

6 9,7 9,7 98,4

1 1,6 1,6 100,0

62 100,0 100,0

tidak t ahu

satu it em jawaban benar dua item jawaban benar tiga item jawaban benar empat item jawaban benar

lima item jawaban benar Total

Valid

Frequency Percent Valid P erc ent Percent

Frequency Table

pe rtanyaa n si kap1

6 9,7 9,7 9,7

33 53,2 53,2 62,9

23 37,1 37,1 100,0

62 100,0 100,0

netral tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

pertanyaan sikap2

1 1,6 1,6 1,6

1 1,6 1,6 3,2

31 50,0 50,0 53,2

29 46,8 46,8 100,0

62 100,0 100,0

sangat tidak setuju tidak s etuju setuju sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan sikap3

3 4,8 4,8 4,8

2 3,2 3,2 8,1

34 54,8 54,8 62,9

23 37,1 37,1 100,0

62 100,0 100,0

setuju netral tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

pertanyaan sikap4

6 9,7 9,7 9,7

7 11,3 11,3 21,0

28 45,2 45,2 66,1

21 33,9 33,9 100,0

62 100,0 100,0

setuju netral tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pe rtanyaa n si kap5

2 3,2 3,2 3,2

29 46,8 46,8 50,0

31 50,0 50,0 100,0

62 100,0 100,0

setuju tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

pertanyaan sikap6

3 4,8 4,8 4,8

1 1,6 1,6 6,5

24 38,7 38,7 45,2

34 54,8 54,8 100,0

62 100,0 100,0

setuju netral tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan sikap7

3 4,8 4,8 4,8

1 1,6 1,6 6,5

36 58,1 58,1 64,5

22 35,5 35,5 100,0

62 100,0 100,0

setuju netral tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

2 3,2 3,2 3,2

33 53,2 53,2 56,5

27 43,5 43,5 100,0

62 100,0 100,0

setuju tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid P erc ent Percent

pertanyaan sikap9

4 6,5 6,5 6,5

16 25,8 25,8 32,3

33 53,2 53,2 85,5

9 14,5 14,5 100,0

62 100,0 100,0

setuju netral tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan sikap10

15 24,2 24,2 24,2

26 41,9 41,9 66,1

13 21,0 21,0 87,1

8 12,9 12,9 100,0

62 100,0 100,0

sangat setuju setuju netral tidak setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan sikap11

6 9,7 9,7 9,7

2 3,2 3,2 12,9

2 3,2 3,2 16,1

21 33,9 33,9 50,0

31 50,0 50,0 100,0

62 100,0 100,0

sangat tidak setuju tidak s etuju netral setuju sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

pertanyaan sikap12

14 22,6 22,6 22,6

48 77,4 77,4 100,0

62 100,0 100,0

setuju sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan sikap13

3 4,8 4,8 4,8

17 27,4 27,4 32,3

26 41,9 41,9 74,2

16 25,8 25,8 100,0

62 100,0 100,0

sangat setuju netral tidak s etuju sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan sikap14

1 1,6 1,6 1,6

2 3,2 3,2 4,8

22 35,5 35,5 40,3

37 59,7 59,7 100,0

62 100,0 100,0

sangat tidak setuju tidak s etuju setuju sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pe rtanyaa n si kap15

2 3,2 3,2 3,2

19 30,6 30,6 33,9

41 66,1 66,1 100,0

62 100,0 100,0

netral setuju sangat set uju Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup baik 21 33,9 33,9 33,9

kurang baik 41 66,1 66,1 100,0

Total 62 100,0 100,0

Crosstabs

Case Processing Summary

62 100,0% 0 ,0% 62 100,0%

pengetahuan total * s ikap total

N Percent N Percent N Percent

Valid Mis sing Total

Cases

pengetahuan total * sikap total Crosstabulation

20 1 21

16,9 4,1 21,0

95,2% 4,8% 100,0%

40,0% 8,3% 33,9%

32,3% 1,6% 33,9%

30 11 41

33,1 7,9 41,0

73,2% 26,8% 100,0%

60,0% 91,7% 66,1%

48,4% 17,7% 66,1%

50 12 62

50,0 12,0 62,0

80,6% 19,4% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

80,6% 19,4% 100,0%

Count

Expected Count % within

pengetahuan total % within sikap total % of Total

Count

Expected Count % within

pengetahuan total % within sikap total % of Total

Count

Expected Count % within

pengetahuan total % within sikap total % of Total

cukup baik

kurang baik pengetahuan

total

Total

baik cukup baik sikap total


(6)

Chi-Square Tests

4,333b 1 ,037

3,034 1 ,082

5,197 1 ,023

,046 ,034

4,263 1 ,039

62 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,06.


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Aborsi di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Persatuan Amal Bakti (PAB) 2 Helvetia Kecamatan Labuhan Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

5 129 66

Studi Kualitatif Perilaku Seks Pranikah Remaja Putri Di Kota Gunungsitoli Tahun 2013

10 70 131

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Remaja Putri Tentang Higienis Pada Saat Menstruasi Di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010

0 28 121

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Pada Masa Pubertas Tentang Perkembangan Organ Seks di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010

0 55 53

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMA Batik 2.

0 1 12

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di SMA Batik 2.

0 2 12

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA PERKOTAAN DAN Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks Pranikah Di Sma Perkotaan Dan Pedesaan.

0 0 16

PERBEDAAN EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DAN METODE PEER COUNSELLOR TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DITINJAU DARI SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH.

0 0 1

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TENTANG SEKS PRANIKAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

1 3 5

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ABORSIDI MADRASAH ALIYAH SWASTA (MAS) PERSATUAN AMAL BAKTI (PAB) 2 HELVETIA KECAMATAN LABUHAN BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

0 0 12