MENGKAJI HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2010 MENGGUNAKAN Mengkaji Hubungan Kualitas Permukiman Terhadap Kesehatan Masyarakat Tahun 2010 Menggunakan Citra Quickbird Tahun 2008 Di Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen.
MENGKAJI HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN TERHADAP
KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2010 MENGGUNAKAN
CITRA QUICKBIRD TAHUN 2008 DI KECAMATAN SRAGEN
KABUPATEN SRAGEN
PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Geografi
Diajukan Oleh :
Mahayu Istiningtyas Kurniasari
NIRM : E 100 110 036
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
ii
iii
ASSESSING THE RELATIONS BETWEEN QUALITY OF SETTLEMENT
AND THE USE OF PUBLIC HEALTH IN 2010 BY QUICKBIRD IMAGE IN 2008 IN
SRAGEN DISTRICT
MENGKAJI HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN
TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2010 MENGGUNAKAN
CITRA QUICKBIRD TAHUN 2008
DI KECAMATAN SRAGEN, KABUPATEN SRAGEN
By :
Mahayu Istiningtyas Kurniasari
E 100 110 036
ABSTRACT
The increase of the number of people in urban areas, which are not balance with land
availability will cause the appear of slums which are surely that the healthy side in the areas
is not feasible. The bad quality of the house will influence the condition of people health,
which the disease would be much more vulnerable to breed in this area. The purpose of this
paper is knowing effectiveness Quickbird imagery in presenting information relating to the
variable quality of the house and also determine the relationship between the quality of house
and public health in the District Sragen.
The development of GIS technology and Remote Sensing are growing rapidly,
providing convenience in reviewing the quality of the housing to public health. Where most
of the information used as a parameter can be extracted from Quickbird images with high
spatial resolution, with a proven high accuracy test reinterpretation. Results reinterpretation
own more than 75% of all the parameters used. The author used data processing techniques
by using overlay analysis with weighted tiered weighting method and the results of statistical
analysis of the data between quality of the housing conditions of people with health
conditions.
The final results obtained in this study in the form is a map of the quality of housing
in the district public health Sragen. Based on the results obtained by the quality level of
settlement is divided into three classes which are of good quality with an area of 2.059651
km ², the quality of housing was an area of 6.538122 km ² and poor quality housing with an
area of 1.027244 km ² Quality of the housing has been linked to the health of the rural
communities where the Karangtengah that have the largest poor quality, there is a 2.10 in
every 100 people with the disease. Based on the statistical test method that there is a
correlation between the quality of housing in the District Sragen with the health of the
community where the value of count 0,783 > 0,666 from table.
Keywords: Quickbird images, GIS and Remote Sensing, Housing Quality, Public Health
ABSTRAK
Tingginya keinginan masyarakat untuk tinggal di daerah perkotaan, yang tidak diimbangi
ketersediaan lahan yang cukup menyebabkan munculnya permukiman kumuh yang secara
kesehatan tidak layak digunakan. Budaya perilaku hidup sehat sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas permukiman. Kualitas permukiman buruk akan mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakatnya, dimana penyakit akan jauh lebih rentan berkembangbiak
pada daerah ini. Tujuan dari penulisan ini diantaranya mengetahui kefektifan citra Quickbird
dalam menyajikan informasi variabel yang berkaitan dengan kualitas permukiman,
1
mengetahui hubungan kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakat di Kecamatan
Sragen.
Perkembangan teknologi SIG dan PJ yang berkembang dengan pesat, memberikan
kemudahan dalam mengkaji kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakat. Dimana
sebagian informasi yang digunakan sebagai parameter dapat disadap dari Citra Quickbird
yang memiliki tingkat resolusi spatial yang tinggi, dengan dibuktikan uji ketelitian
reinterpretasi. Hasil reinterpretasi sendiri diatas 75 % dari seluruh parameter yang digunakan.
Teknik pengolahan data yang digunakan penulis yaitu menggunakan analisis overlay dengan
metode pembobotan berjenjang tertimbang serta analisis uji statistik dengan metode korelasi
Pearson (product moment correlation). Uji statistik digunakan untuk mengetahui hubungan
antara kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakatnya.
Hasil akhir yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu berupa peta kualitas
permukiman terhadap kesehatan masyarakat di kecamatan Sragen. Berdasarkan hasil yang
diperoleh tingkat kualitas permukimannya dibagi kedalam tiga kelas yaitu kualitas baik luas
wilayah 2,06 km² dengan persentase 21,46%, kualitas permukiman sedang luas wilayah 6,54
km² dengan persentase 68,02% serta kualitas permukiman buruk luas wilayah hanya 1,03
km² dengan persentase 10.63 %. Berdasarkan hasil uji statistik dengan metode korelasi
bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas permukiman di Kecamatan Sragen terhadap
kesehatan masyarakatnya dimana nilai r hitung 0,783 > dari r tabel 0,666. Hubungan positif
ini memiki arti bahwa semakin baik kondisi tingkat kualitas permukimannya maka tingkat
kesehatan masyarakatnya akan semakin baik.
Kata Kunci: Citra Quickbird, SIG dan PJ, Kualitas Permukiman, Kesehatan Masyarakat
PENDAHULUAN
perhatian
Pertambahan jumlah penduduk yang sulit
fenomena yang terjadi di daerah perkotaan.
dikendalikan menyebabkan kebutuhan akan
Berdasarkan
lahan
diperlukan
untuk
berkurang.
permukiman
Kondisi
mempengaruhi
inilah
semakin
yang
munculnya
akan
pemerintah
sedikit
data-data
untuk
mengatur
gambaran
yang
diatas,
akurat
dan
informasi spasial yang berkaitan dengan
lokasi-lokasi
permasalahan
permukiman
untuk
permukiman yang tidak terarah, baik secara
mengatasinya. Data spasial diperlukan untuk
kualitas
menunjukkan
maupun
peraturan
pemerintah.
Permasalahan kualitas suatu permukiman
(berkoordinat)
sangat
erat
letak
atau
posisi
permukiman
aktual
kumuh.
kaitannya
dengan
kondisi
Perkembangan SIG dan PJ yang semakin
masyarakat.
Jika
jumlah
pesat menjadi alternatif pemecahan masalah
permukiman kumuh di daerah perkotaan
spasial dengan cepat dan tepat. Salah satu
meningkat, maka kondisi masyarakatnya
nya yaitu memanfaatkan Citra Quickbird
akan sangat rentan terhadap jenis penyakit.
yang memiliki resolosi spasial yang tinggi
Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh
dibandingkan
kondisi
lainyya.
kesehatan
lingkungan
permukiman
yang
kurang sehat. Masalah inilah harus menjadi
2
dengan
citra-citra
satelit
Kecamatan
Sragen
merupakan
ibukota
secara
administratif
kabupaten
Tingginya
Sragen,
jumlah
berpengaruh
pada
penduduk
angka
sangat
kepadatan
sehingga tingkat mobilitas serta kepadatan
penduduk serta kepadatan permukiman. Hal
penduduknya jauh lebih tinggi dibandingkan
inilah yang memicu munculnya lokasi-lokasi
dengan
di
kumuh yang rentan terhadap berbagai jenis
kabupaten Sragen. Fasilitas umum seperti
penyakit karena kondisi terbatasnya ruang
transportasi, pasar, toko, sekolah, rumah
lahan untuk permukiman. Sehingga sebagian
sakit serta pelayanan publik lainnya mudah
masyarakat memilih untuk membangun
di peroleh di kecamatan ini. Kondisi inilah
rumah seadanya dengan kondisi lingkungan
menjadi
yang kotor dan tidak terawat.
kecamatan
salah
lain
satu
yang
faktor
ada
pendorong
tingginya kepadatan penduduknya namun
Berdasarkan latar belakang permasalahan
tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan
diatas
untuk bermukim. Berdasarkan data Badan
hingga
tahun
2010
dalam
peningkatan
yang
cukup
berkaitan
3. Apakah terdapat hubungan antara kualitas
63,97 km². Tingkat pertambahan penduduk
mengalami
yang
spasial
di Kecamatan Sragen?
lebih 423 jiwa/km² dengan luas wilayah
tahun
informasi
2. Bagaimana kondisi kualitas permukiman
km² dan terendah di kecamatan Jenar kurang
setiap
diharapkan
dengan kualitas permukiman?
2.432 jiwa/km² dengan luas wilayah 27,27
Sragen
menyajikan
parameter-parameter
tertinggi di kecamatan Sragen kurang lebih
kecamatan
ini
1. Bagaimana keefektifan citra Quickbird
mencapai
883.464 jiwa, dengan tingkat kepadatan
di
penelitian
mampu menjawab permasalahan mengenai :
Pusat Statistik, jumlah penduduk kabupaten
Sragen
maka
permukiman terhadap kondisi kesehatan
masyarakat di Kecamatan Sragen?
signifikan. Berdasarkan data dari Badan
Tujuan penelitian :
Pusat Statistik pada tahun 2008 kecamatan
1. Menguji
ini mempunyai jumlah penduduk sebesar
keefektifan
citra
Quickbird
dalam menyajikan informasi parameter-
65.651 jiwa, pada tahun 2009 mengalami
parameter yang berkaitan dengan kualitas
peningkatan menjadi 65.816 jiwa dan data
permukiman.
data terbaru untuk tahun 2010 jumlah
2. Mengetahui
penduduknya mencapai 66.321 jiwa. Jumlah
kondisi
tingkat
kualitas
permukiman di Kec.Sragen Kab.Sragen.
penduduk ini merupakan jumlah penduduk
3. Mengetahui
total dimana meliputi angka kelahiran,
permukiman
kematian, imigrasi dan emigrasi.
hubungan
terhadap
kualitas
kesehatan
Masyarakat di Kec.Sragen Kab.Sragen.
3
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
bobot yang berbeda. Besarnya nilai yang
dijadikan sebagai bahan masukan kepada
diberikan,
pemerintah
bahan
kecilnya tingkat pengaruh pada kualitas
suatu
permukiman. Untuk mengetahui tingkat
serta
pertimbangan
dalam
dijadikan
membuat
dipengaruhi
kebijakan dan rencana penataan ruang
kualitas
wilayah terutama di kecamatan Sragen.
parameter
yang
Manfaat
overlay.
Overlay
lain
yang
diperoleh
yaitu
terhadap
permukiman,
pemanfaatan informasi spasial dari sebuah
memperoleh
citra guna mengkaji informasi keterkaitan
permukiman.
maka
digunakan
seluruh
dilakukan
dilakukan
peta
besar
guna
tentativ
kualitas
masyarakat
dinilai
kualitas permukiman terhadap kesehatan
Kondisi
masyarakat.
berdasarkan banyaknya jumlah penderita
METODE PENELITIAN
penyakit,
Terdapat beberapa parameter yang dapat
penduduk.
parameter kesehatan lingkungan. Parameter
penulis
data
kualitas
menggunakan
analisis
statistik
dapat melihat hubungan antara variabel satu
parameter kesehatan lingkungannya dapat
daerah
dua
menggunakan metode korelasi. Metode ini
dan kondisi halaman permukiman. Untuk
potensi
Dari
hubungan diantara keduanya, dalam hal ini
kondisi jalan masuk atau aksesibilitasnya
dari
untuk
maka kita dapat melihat apakah terdapat
permukiman,
ukuran jalan masuk blok permukiman,
dilihat
digunakan
permukiman serta kesehatan masyarakat
fisik terdiri dari kepadatan permukiman,
pola
ini
(IR) atau angka kejadian penderita penyakit
permukiman yaitu parameter fisik dan
vegetasi,
data
menghitung besarnya nilai Incident Rate
digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
kerapatan
kesehatan
dengan variabel lainnya.
banjirnya,
sanitasi, tempat pembuangan sampahnya,
Pengharkatan
dan kualitas air minumnya.
parameter
kualitas
permukiman yang digunakan.
Kepadatan permukiman
Secara matematis kepadatan permukiman
Metode yang digunakan yaitu pengharkatan
berjenjang tertimbang. Setiap parameter
dapat diketahui dengan :
yang digunakan akan memiliki nilai atau
=
Tabel 1 klasifikasi kepadatan permukiman
Harkat
Kepadatan permukiman
1
Rendah < 40 %
Sedang 40% - 60%
2
luas atap blok permukiman
x 100%
luas blok permukiman
keterangan
Baik
Sedang
4
Padat > 60%
3
Jelek
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Der. PU dalam Raharjdo tahun 1989
Tabel 2 klasifikasi pola permukiman
Harkat
Keterangan
>50% (Teratur) Hampir seluruh rumah menghadap jalan, dan
bentuk rumah relatif seragam
25% - 50% (Semi teratur) Hampir semua rumah menghadap ke
jalan, dan bentuk rumah agak seragam.
1
Baik
2
Sedang
< 25% (tidak teratur) Sebagian rumah saja yang menghadap ke
jalan, dan bentuk rumah tidak seragam.
3
Buruk
Tata letak (pola permukiman )
Sumber : Suharyadi (2008, dalam sholihah 2010) dengan perubahan
Tabel 3 klasifikasi Lebar Jalan Masuk
Lebar jalan masuk
Harkat
Keterangan
1
Baik
4 m – 6 m Dapat dilalui 1 – 2 mobil
2
Sedang
< 4 m Dilalui 1 mobil atau kendaraan roda dua
3
Jelek
6 m Dapat dilalui 2 – 3 mobil
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU dalam Raharjdo tahun 1989
Tabel 4 Klasifikasi Aksesibilitas
Aksesibilitas
Harkat
Keterangan
> 50% Jalan diperkeras
1
Baik
25% - 50% Jalan diperkeras
2
Sedang
< 25% Jalan yang diperkeras
3
Jelek
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU
Tabel 5 Klasifikasi kondisi halaman rumah
Kondisi halaman
Harkat
> 50 % dalam blok terdapat halaman rumah yang luas dan
terawat dengan baik.
1
Baik
< 50 % dalam blok terdapat halaman rumah sempit dan kurang
terawat dengan baik atau terdapat halaman rumah luas tidak
terawat.
Dalam blok tidak terdapat halaman rumah
2
Sedang
3
Jelek
Sumber : Djaka Marwasta (2001
Kerapatan Vegetasi / pohon pelindung
Secara matematis kerapatan vegetasi dapat diketahui dengan :
=
Keterangan
Seluruh luas tutupan pohon pelindung
x 100%
luas blok permukiman
5
Tabel 6 klasifikasi kerapatan vegetasi
Kerapatan Vegetasi
Harkat
Keterangan
50%
1
Baik
25 % - 50%
2
Sedang
< 25%
3
Jelek
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU dalam Raharjdo tahun 1989
Tabel 7 klasifikasi Kualitas Air Minum
Persediaan air bersih
Harkat
Keterangan
Memenuhi > 50% dari keluarga yang ada pada unit pemetaan
menggunakan air dari PAM dan selebihnya menggunakan sumur
sebagai air bersih
1
Baik
Sedang 25% - 50% dari keluarga yang ada pada unit pemetaan
menggunakan air dari PAM dan selebihnya menggunakan sumur
sebagai sumber air bersih
2
Sedang
Kurang memenuhi < 25% dari keluarga yang ada pada unit
pemetaan menggunakan air dari PAM dan selebihnya
menggunakan sumur sebagai sumber air bersih
3
Jelek
Sumber : pedoman perencanaan lingkungan permukiman kota, DPU (1979 dengan perubahan) dalam praditina
Tabel 8 Klasifikasi penilaian sanitasi
Kondisi Sanitasi
Harkat
Keterang
Memenuhi Lebih dari 50% keluarga pada unit pemetaan memiliki
kakus /WC dilengkapi dengan sapitank atau terdapat saluran
pembuangan limbah rumah tangga dan berfungsi dengan baik.
1
an
Baik
Sedang 25% - 50% keluarga pada unit pemetaan memiliki kakus /WC
dilengkapi dengan sapitank atau terdapat saluran pembuangan limbah
rumah tangga dan berfungsi dengan baik.
2
Sedang
Kurang memenuhi Kurang dari 25% keluarga pada unit pemetaan
memiliki kakus /WC dilengkapi dengan sapitank atau terdapat saluran
pembuangan limbah rumah tangga tapi tidak berfungsi dengan baik.
3
Jelek
Sumber : pedoman perencanaan lingkungan permukiman kota, DPU (1979 dengan
praditina.
Tabel 9 Klasifikasi Tempat Pembuangan Sampah
Kondisi TPS
Harkat
Rutin terlayani fasilitas
1
Dibakar / dibuang disekitar
2
Di buang keselokan / sungai
3
Sumber : DPU (1987), socki ( 1993) dalam marwasta 2001
6
perubahan)
Keterangan
Baik
Sedang
Jelek
dalam
Tabel 10 Klasifikasi daerah genangan Banjir
Daerah Genangan banjir
Harkat
Keterangan
Sedikit / tidak pernah, jarak sungai >1 km
1
Baik
25%-50% wilayah mengalami banjir, jarak Sungai 0,5 km – 1 km
2
Sedang
3
Buruk
50% wilayah mengalami banjir, jarak sungai < 0,5km
Sumber : Ditjen cipta karya, Dep.PU, dalam Rahardjo tahun 1989
Tabel 11 Pembobotan parameter kualitas permukiman
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Parameter
Kepadatan permukiman
Pola permukiman
Lebar jalan masuk
Kondisi jalan masuk / aksesibilitas
Kondisi halaman
Jumlah pohon pelindung
Kualitas air minum
Sanitasi
Tempat pembuangan sampah
Daerah genangan banjir
Bobot
3
1
3
2
2
2
3
3
2
2
Sumber : DPU (1987) dalam Marwasta (2001) dengan perubahan
Parameter
diatas
digunakan
untuk
dibidang spasial atau keruangan. Salah satu
mengetahui kondisi kualitas permukiman di
aplikasi
Kec.Sragen,
melihat
mengetahui hubungan kualitas permukiman
tingkat kesehatan masyarakatnya di lihat
terhadap kesehatan masyarakat. Dalam hal
berdasarkan nilai IR nya. Incident Rate
ini diperlukan data-data spasial yang dapat
menunjukkan
dilakukan interpretasi menggunakan citra
penderita
sedangkan
untuk
perbandingan
terhadap
digunakan
yaitu
untuk
jumlah
Quickbird. Citra ini dipilih karena resolusi
penduduk di wilayah tersebut. Perhitungan
spasial yang tinggi yaitu 2,44 meter dengan
Incident Rate dapat menggunakan formula
cakupan wilayah 165km x 165km. Local
dibawah ini :
knowledge (pengetahuan daerah sekitar)
K:
penyakit
banyaknya
yang
juga sangat berperan dalam melakukan
�ℎ
� � � �
� �
�
konstanta
100
atau
1000
�ℎ
penyadapan informasi pada citra Quickbird.
Tingkat kevalidtan data yang diperoleh pun
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi di bidang SIG dan
akan
PJ
daerah kajian interpretasi. Dalam hal ini
yang
semakin
pesat,
berbeda
hasilnya
dibandingkan
dengan interpreter yang kurang memahami
memberikan
kemudahan kita dalam melakukan analisis
perlu
7
dilakukan
reinterpretasi
obyek,
dengan melakukan cek lapangan sekaligus
tingkat kualitas permukiman baik sebesar
uji ketelitian terhadap hasil interpretasi. Uji
2,059651 km², dengan tingkat persebaran
ketelitian sangat diperlukan apakah telah
hampir sebagian besar didominasi pada
sesuai hasil interpretasi dengan kondisi
wilayah perkotaan seperti Sragen wetan,
sebenarnya dilapangan. Berdasarkan hasil
Sragen tengah dan Sragen kulon. Meskipun
dari uji ketelitian diperoleh tingkat ketelian
daerah
interpretasi
permukimannya
seluruh
yang
cukup
parameter
baik
yang
dimana
digunakan
perkotaan,
dibandingkan
tingkat
jauh
pada
kualitas
lebih
daerah
baik
perdesaan.
ketelitian interpretasi diatas 75%.
Dikarenakan kondisi fisik permukiman
Tabel 12 uji ketelitian
serta kondisi kesehatan lingkunggannya
Parameter
Kepadatan permukiman
Pola permukiman
Lebar jalan masuk
Kondisi jalan masuk
aksesibilitas
Kondisi halaman
Jumlah pohon pelindung
Kualitas air minum
Sanitasi
Tempat
pembuang
sampah
Daerah genangan banjir
telah memenuhi sarat kualitas permukiman
Uji ketelitian
89 %
80%
83,3%
75%
yang baik. Untuk kualitas permukiman
buruk memiliki luas 1,027244 km², hampir
sebagian besar kualitas permukiman buruk
berada pada daerah bantaran sungai, baik
82,3%
84,21%
85,7%
90%
93,3%
yang berada didaerah perkotaan maupun
perdesaan.
Terdapat
beberapa
faktor
yang
menyebabkan pernukiman yang ada pada
100%
daerah bantaran sungai, memiliki kualitas
Hasil analisis Kondisi kualitas permukiman
permukiman
sragen menggunakan citra Quickbird dan
kesehatan
survey lapangan
diperoleh tiga kelas
menuhi sarat kesehatan, dimana sampah
kualitas permukiman yaitu kelas baik,
dibuang ke sungai, limbah-limbah rumah
sedang dan buruk. Kualitas sedang jauh
tangga
lebih mendominasi yaitu dengan luas
terkadang terdapat beberapa rumah yang
wilayah
Kualitas
masih buang air besar di sungai, kondisi ini
permukiman sedang menyebar di seluruh
menyebabkan beberapa bakteri penyakit
wilayah mulai dari desa Sine, Sragen kulon,
dapat berkembang biak dengan baik di
Sragen tengah, Sragen wetan, Nglorog,
wilayah ini. Sebagai contoh wilayah yang
Karangtengah, Tangkil, dan Kedungpit.
berada
Presentase luas wilayah yang mempunyai
Teguhan, Kauman, Batu, Pecing), bantaran
6,538122
Km².
yang
lingkunganya
dialirkan
pada
kali mungkung.
8
buruk.
ke
bantaran
Kondisi
yang
sungai
kali
kurang
bahkan
garuda
(
Fenomena yang cukup menarik untuk
wilayah kelurahan Sragen kulon, Sragen
diamati mengenai kualitas permukiman di
tengah dan Sragen Wetan hampir sebagian
Kec.Sragen yaitu agihan spasial kualitas
besar kualitas baik berada di wilayah ini.
permukimannya. Dimana pada daerah yang
Meskipun berda dipusat-pusat kota kab
berada di dekat kantor desa/kelurahan,
Sragen tingkat kualitas permukimannya
fasilitas-fasilitas umum memiliki tingkat
sangat layak untuk di huni.
kualitas yang cukup baik. Sebagai contoh
Gambar 1 Peta Kualitas Permukiman Kec.Sragen
9
Tabel 14 Perhitungan Incident Rate (IR) untuk seluruh penyakit
Desa
Jumlah
Total angka
IR
penduduk
5649
Sine
Keterangan
kesakitan
87
1,54
Sedang
Sragen kulon
15524
120
0,77
Rendah
Sragen tengah
7761
121
1,56
Sedang
Sragen wetan
14564
133
0,91
Rendah
Nglorog
6282
60
0,96
Rendah
Karang tengah
5333
112
2,10
Tinggi
Tangkil
4781
77
1,61
Rendah
Kedungpit
5922
78
1,32
Sedang
Berdasarkan hasil kalsifikasi IR untuk total
dan yang terakhir desa Karang tengah masuk
seluruh jenis penyakit diatas, maka dapat
kedalam kelas tinggi. Nilai IR di sini
diketahui
kesehatan
menunjukkan banyaknya penderita dalam
masyarakat Kecamatan Sragen yang cukup
100 penduduk di setiap desa, semakin besar
berfariasi. Dimana empat desa masuk
nilai
kedalam kelas rendah yaitu desa Sragen
kesehatanya buruk. Sebagai contoh untuk
Kulon, Sragen Wetan, Nglorog dan Tangkil.
desa Sine dimana nilai IR nya 1,54,
Untuk desa Sine, Sragen tengah dan
sehingga disetiap 100 penduduk terdapat
Kedungpit masuk kedalam kelas sedang,
1,54
tingkat
kondisi
IR
nya
maka
orang
kondisi
tingkat
penderita.
Tabel 14 Persentase kualitas permukiman dan kondisi kesehatan masyarakat di kecamatan
Sragen ( Incident Rate jumlah total penyakit)
Desa
Baik %
Sedang
Buruk %
Incident Rate
Kelas Incident
%
(IR)
Rate (IR)
Sine
11,55
65
19,78
1,54
2
Sragen kulon
35,31
65
0
0,77
1
Sragen tengah
42,78
54
1,71
1,56
2
Sragen wetan
43,32
51
5,26
0,91
1
Nglorog
14,13
78
4,69
0,96
1
Karang tengah
8,28
68
24,19
2,10
3
Tangkil
0,78
86
13,88
1,61
1
Kedungpit
0,27
84
15,37
1,32
2
10
Kondisi kualitas permukiman di kecamatan
sedang. Jika dilihat dari kondisi kualitas
Sragen lebih di dominasi pada kelas sedang,
permukimannya,
dimana dapat diartikan kualitas permukiman
memiliki persentase kualitas permukiman
di kecamatan ini masih sangat layak untuk
buruk cukup fariatif. Dimana untuk desa
di huni dan digunakan sebagai daerah
Sine dan Kedungpit diatas 15%, tetapi untuk
permukiman. Untuk wilayah kota seperti
Kelurahan
kelurahan Sragen kulon, Sragen tengah, dan
permukiman buruknya hanya 1,71%. Dari
Sragen wetan masih banyak terdapat blok-
hasil ini Kelurahan Sragen tengah dapat
blok
diketahui
permukiman
dengan
kualitas
ketiga
Sragen
bahwa,
wilayah
tengah
ini
kualitas
antara
kualitas
kondisi
kesehatan
permukiman bagus kurang lebih diatas 35%
permukiman
dari blok permukiman yang ada, meskipun
masyarakatnya tidak terdapat hubungan, hal
tingkat kepadatannya tinggi.
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
dengan
Secara umum kondisi kesehatan masyarakat
Kondisi kualitas permukiman yang bagus
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik
akan di tunjang dengan kondisi kesehatan
dari permukiman saja namun pola hidup
masyarakatnya yang bagus pula, dimana
sehat pun juga sangat berpengaruh dalam
dapat di buktikan dengan nilai Icident Rate
menentukan kondisi kesehatan masyarakat.
(IR). Berdasarkan dari hasil peta kualitas
permukiman desa Karangtengah, merupakan
Kelurahan Sragen Kulon, Sragen wetan,
salah satu desa yang mempunyai luas
Nglorog dan Desa Tangkil mempunyai nilai
kualitas permukiman terburuk paling besar
IR rendah serta kualitas permukiman buruk
yaitu mencapai 24,19%. Hal ini di buktikan
cukup kecil dibawah 6% kecuali untuk desa
pula dengan hasil nilai IR untuk jumlah
Tangkil mencapai 13,88%. Kondisi desa
seluruh penyakit, dimana dalam setiap 100
Tangkil hampir sama dengan kondisi Sragen
penduduk di desa ini terdapat 2,10 penderita.
Tengah, dimana kualitas permukiman tidak
Untuk nilai IR 2,10 sudah masuk kedalam
memiliki
kelas tinggi. Sedangkan untuk desa Sine,
kesehatan
Kedungpit dan kelurahan Sragen Tengah,
kesehatan masyarakat disini dapat bersifat
dan mempunyai nilai IR dengan kelas
relatif, dimana pada sebagian masyarakat
dimungkinkan ketika dirinya sakit tidak
membandingkan dua data dalam tabel,
melaporkan diri ke pusat kesehatan seperti
namun untuk memperoleh hasil yang valid
puskesmas sehingga tidak terdata. Analisis
perlu dilakukan uji statistik data.
kualitas permukiman terhadap kesehatan
masyarakat tidak sekedar dilihat dengan
11
keterkaitan
dengan
masyarakatnya.
kondisi
Kondisi
Tabel 15 Hasil uji statistik menggunakan
(tailed) = 0,037 lebih kecil dari nila alpha
metode korelasi
nya. Hasil uji statistik diatas menunjukkan
Presentase
Pearson
kualitas
Correlation
Presentase
Incide
hubungan yang kuat dimana dapat diartikan
kualitas
nt Rate
bahwa jika kualitas permukiman buruk
buruk
(IR)
1
0,783*
meningkat maka nilai Incident Rate (IR)
akan
meningkat
juga.
Seperti
telah
dipaparkan di depan bahwa IR digunakan
buruk
Sig. (2-tailed)
0,037
sebagai
masyarakat, semakin besar nilai IR maka
N
8
7
Incident
Pearson
0,783
1
Rate
Correlation
tingkat
7
kesehatan
tingkat
kesehatan
masyarakatnya
akan
rendah.
Sig. (2-tailed) 0,037
N
ukuran
7
Untuk meningkatkan kondisi kesehatan
Keterangan :
masyarakat yang baik maka beberapa hal
α
: 0,05
yang perlu dilakukan diaantaranya yaitu
Korelasi hitung
: 0,783
slalu menjaga kondisi kualitas lingkungan
n (banyaknya data)
:7
permukiman. Lingkungan yang nyaman dan
Korelasi tabel
: 0,666
sehat akan memunculkan perilaku hidup
Korelasi positif kuat : perhitungan korelasi
yang sehat pula, di mulai dari hal-hal yang
mendekati +1/sama dengan +1
kecil
Korelasi negatif kuat : perhitungan korelasi
tempatnya.
mendekati -1 / sama dengan -1
Tidak ada korelasi
: perhitungan korelasi
0 / sama dengan 0
Berdasarkan tabel
uji
statistik dengan
metode korelasi dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara kualitas
permukiman tehadap kesehatan masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan melihat hasil uji
statistik bahwa korelasi (r) hitung lebih
besar dari r tabel dengan n = 7 , selain itu
kita juga dapat melihat dari nilai sig.2
12
seperti
membuang sampah pada
Gambar 2 Peta Analisis Hubungan Kualitas Permukiman terhadap
Kesehatan Masyarakat Kec.Sragen
kondisi
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
permukiman
kepadatan permukiman 89,2% , kerapatan
pada penelitian ini, maka dapat diambil
vegetasi
kesimpulan sebagai berikut :
80%,
lebar
jalan
masuk
lingkungan permukiman 83,3% , kondisi
1. Citra Quickbird memiliki tingkat resolusi
jalan masuk lingkungan permukiman
spatial yang tinggi, sehingga memberikan
75%, kondisi pola permukiman 82,3% ,
kemudahan interpretasi yang bersifat
kondisi halaman permukiman 84,21% ,
spatial. Khususnya menyadap informasi
untuk
kualitas
suatu wilayah, dengan hasil ketelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
variabel-variabel
tingkat
sanitasi 85,7% , kualitas air minum 90% ,
menentukan
daerah banjir 93,3% dan TPS 90%.
13
2. Kualitas
permukiman
di
kecamatan
1.Data
yang
digunakan
sebagai
Sragen masih layak digunakan dimana
pembanding antara kualitas permukiman
kualitas
terhadap kondisi kesehatan masyarakat
baik
mencapai
dengan
mencapai
luas
wilayah
2.059.651
m²,
hendaknya digunakan tahun yang sama,
kualitas sedang dengan luas wilayah
sehingga dapat diperoleh hasil yang valid.
6.538.122 m², serta kualitas buruk luas
2. Local knowledge (pengetahuan daerah
wilayahnya hanya 1.027.244 m² dengan
kajian) sangat di butuhkan seorang
agihan daerah bantaran sungai.
interpreter, agar informasi yang diperoleh
dapat sesuai dengan kondisi dilapangan
3. Kondisi kualitas permukiman memiliki
hubungan
terhadap
masyarakat,
hal
ini
meskipun
kesehatan
hubungan
positif
perlu
dilakukan
reinterpretasi pada saat cek lapangan.
ditunjukkan
3. Terdapat
berdasarkan hasil uji statistik bahwa
terdapat
nantinya
beberapa
parameter
yang
informasinya tidak dapat diperoleh dari
keduanya,
dimana nilai r hitung = 0,783 lebih besar
interpretasi
dari nilai r tabel = 0,666.
dilakukan cek lapangan baik dilakukan
dengan
B. SARAN
citra,
pengamatan
sehingga
visual
perlu
maupun
wawancara langsung kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Sragen Dalam Angka 2009/2010, Data
Statistik. Kabupaten Sragen : Sragen
Bintarto. 1977. Interpretasi Foto Udara dan Study Kekotaan. Fakultas Geografi, UGM :
Yogyakarta
Bintarto. 1984. Interaksi Desa – Kota dan Permasalahanya. Penerbit Ghalia Indonesia :
Jakarta Timur
Budihardjo, Eko. 1984. Sejumlah Masalah Permukiman Kota . Penerbit alumni: Bandung.
Budi, Waluyo. 2009. Perubahan Orientasi Penggunaan Rumah Di Kelurahan Ngringi
Kecamatan Jaten Kabupaten karanganyar. Skripsi. Fakultas Geografi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta : Surakarta
Danoedoro, Projo. 1999. Pedoman Praktikum Penginderaan jauh Dasar. Yogyakarta:
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Desmaniar, Lydia. 2009. Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografi
Untuk Kualitas Permukiman Di Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta. Tugas Akhir.
Fakultas Geografi, UGM : Yogyakarta
14
Dinkesbanggai.wordpres.com/2009/1/13 Tanggal akses 1 April 2011, Pukul 22.30
Haning, Romdiati, dkk. 2007. Mobilitas Penduduk Temporer di Permukiman Kumuh Kota
Surabaya : Pengelolaan dan Konteknya Terhadap Penataan Lingkungan. Jakarta: LIPI
Harahap , Barlin. 2007. Pemanfaatan Citra Quicbird Dan Sistem Informasi Geografi untuk
Pemetaan Kualitas Permukiman Di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta . Tugas Akhir.
Fakultas Geografi, UGM : Yogyakarta.
Hasyim, Fuad. 2010. Kajian Agihan Dan Prioritas Perbaikan Permukiman Kumuh Di
Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta . Skripsi. Fakultas Geografi,
UGM : Yogyakarta
Irianto, Agus. 2004. STATISTIK Konsep Dasar dan Aplikasinya . Prenada Media : Jakarta
Lillsand, T. M and R.W. Kiefer. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra .
Terjemahan.1990. Gadjah Madha University Press. Yogyakarta
Marwasta, Djaka. 2001. Perkembangan Permukiman Kumuh Di Kota Yogyakarta tahun 1970
– 2000. Tesis. Fakultas Geografi, UGM : Yogyakarta
Purwanto, Hery Taufik. 2007. Petunjuk Praktikum Sistem Penginderaan Jauh Non Foto.
Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit
Informatika Bnadung : Bandung
Pratidina, Eka Dety. 2004. Kajian Agihan Permukiman Kumuh Menggunakan Citra Satelit
Ikonos Di Kota Yogyakarta . Skripsi. Fakultas Geografi, UGM : Yogyakarta
Rahardjo. Noorhadi. 1989. Penggunaan Foto Udara Untuk Mengetahui Kualitas Lingkungan
Permukiman Di Kotamadya Magelang Dalam Hubungannya Dengan Kondisi Sosial
Ekonomi Penghuni. Thesis S2. Pascasarjana. UGM. Yogyakarta
Suharyadi, 2009. Bahan Ajar Analisis Data Dan Pemodelan Spatial. Yogyakarta : Fakultas
Geografi UGM.
Sutanto. 1995. Penginderaan Jauh Dasar . Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta
Sholihah, Nisau Romandhona Fahrul. 2010 . Pemanfaatan Citra Satelit Quickbird Dan SIG
Untuk Mengkaji Hubungan Permukiman Kumuh Dengan Kondisi Kesehatan Lingkungan
Di Kecamatan Serengan Surakarta Kota Surakarta. Skripsi. Fakultas Geografi, UGM :
Yogyakarta
Spesifikasi Software ArcGIS. www. ENSRI. com Tanggal Akses 3 April Pukul 19.00
UPTD Puskesmas Kecamatan Sragen. 2010. Buku Laporan kesehatan Tahunan 2010.
Kabupaten Sragen
www. Sragen Kab. go.id
15
KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2010 MENGGUNAKAN
CITRA QUICKBIRD TAHUN 2008 DI KECAMATAN SRAGEN
KABUPATEN SRAGEN
PUBLIKASI ILMIAH
Program Studi Geografi
Diajukan Oleh :
Mahayu Istiningtyas Kurniasari
NIRM : E 100 110 036
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
ii
iii
ASSESSING THE RELATIONS BETWEEN QUALITY OF SETTLEMENT
AND THE USE OF PUBLIC HEALTH IN 2010 BY QUICKBIRD IMAGE IN 2008 IN
SRAGEN DISTRICT
MENGKAJI HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN
TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2010 MENGGUNAKAN
CITRA QUICKBIRD TAHUN 2008
DI KECAMATAN SRAGEN, KABUPATEN SRAGEN
By :
Mahayu Istiningtyas Kurniasari
E 100 110 036
ABSTRACT
The increase of the number of people in urban areas, which are not balance with land
availability will cause the appear of slums which are surely that the healthy side in the areas
is not feasible. The bad quality of the house will influence the condition of people health,
which the disease would be much more vulnerable to breed in this area. The purpose of this
paper is knowing effectiveness Quickbird imagery in presenting information relating to the
variable quality of the house and also determine the relationship between the quality of house
and public health in the District Sragen.
The development of GIS technology and Remote Sensing are growing rapidly,
providing convenience in reviewing the quality of the housing to public health. Where most
of the information used as a parameter can be extracted from Quickbird images with high
spatial resolution, with a proven high accuracy test reinterpretation. Results reinterpretation
own more than 75% of all the parameters used. The author used data processing techniques
by using overlay analysis with weighted tiered weighting method and the results of statistical
analysis of the data between quality of the housing conditions of people with health
conditions.
The final results obtained in this study in the form is a map of the quality of housing
in the district public health Sragen. Based on the results obtained by the quality level of
settlement is divided into three classes which are of good quality with an area of 2.059651
km ², the quality of housing was an area of 6.538122 km ² and poor quality housing with an
area of 1.027244 km ² Quality of the housing has been linked to the health of the rural
communities where the Karangtengah that have the largest poor quality, there is a 2.10 in
every 100 people with the disease. Based on the statistical test method that there is a
correlation between the quality of housing in the District Sragen with the health of the
community where the value of count 0,783 > 0,666 from table.
Keywords: Quickbird images, GIS and Remote Sensing, Housing Quality, Public Health
ABSTRAK
Tingginya keinginan masyarakat untuk tinggal di daerah perkotaan, yang tidak diimbangi
ketersediaan lahan yang cukup menyebabkan munculnya permukiman kumuh yang secara
kesehatan tidak layak digunakan. Budaya perilaku hidup sehat sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas permukiman. Kualitas permukiman buruk akan mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakatnya, dimana penyakit akan jauh lebih rentan berkembangbiak
pada daerah ini. Tujuan dari penulisan ini diantaranya mengetahui kefektifan citra Quickbird
dalam menyajikan informasi variabel yang berkaitan dengan kualitas permukiman,
1
mengetahui hubungan kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakat di Kecamatan
Sragen.
Perkembangan teknologi SIG dan PJ yang berkembang dengan pesat, memberikan
kemudahan dalam mengkaji kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakat. Dimana
sebagian informasi yang digunakan sebagai parameter dapat disadap dari Citra Quickbird
yang memiliki tingkat resolusi spatial yang tinggi, dengan dibuktikan uji ketelitian
reinterpretasi. Hasil reinterpretasi sendiri diatas 75 % dari seluruh parameter yang digunakan.
Teknik pengolahan data yang digunakan penulis yaitu menggunakan analisis overlay dengan
metode pembobotan berjenjang tertimbang serta analisis uji statistik dengan metode korelasi
Pearson (product moment correlation). Uji statistik digunakan untuk mengetahui hubungan
antara kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakatnya.
Hasil akhir yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu berupa peta kualitas
permukiman terhadap kesehatan masyarakat di kecamatan Sragen. Berdasarkan hasil yang
diperoleh tingkat kualitas permukimannya dibagi kedalam tiga kelas yaitu kualitas baik luas
wilayah 2,06 km² dengan persentase 21,46%, kualitas permukiman sedang luas wilayah 6,54
km² dengan persentase 68,02% serta kualitas permukiman buruk luas wilayah hanya 1,03
km² dengan persentase 10.63 %. Berdasarkan hasil uji statistik dengan metode korelasi
bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas permukiman di Kecamatan Sragen terhadap
kesehatan masyarakatnya dimana nilai r hitung 0,783 > dari r tabel 0,666. Hubungan positif
ini memiki arti bahwa semakin baik kondisi tingkat kualitas permukimannya maka tingkat
kesehatan masyarakatnya akan semakin baik.
Kata Kunci: Citra Quickbird, SIG dan PJ, Kualitas Permukiman, Kesehatan Masyarakat
PENDAHULUAN
perhatian
Pertambahan jumlah penduduk yang sulit
fenomena yang terjadi di daerah perkotaan.
dikendalikan menyebabkan kebutuhan akan
Berdasarkan
lahan
diperlukan
untuk
berkurang.
permukiman
Kondisi
mempengaruhi
inilah
semakin
yang
munculnya
akan
pemerintah
sedikit
data-data
untuk
mengatur
gambaran
yang
diatas,
akurat
dan
informasi spasial yang berkaitan dengan
lokasi-lokasi
permasalahan
permukiman
untuk
permukiman yang tidak terarah, baik secara
mengatasinya. Data spasial diperlukan untuk
kualitas
menunjukkan
maupun
peraturan
pemerintah.
Permasalahan kualitas suatu permukiman
(berkoordinat)
sangat
erat
letak
atau
posisi
permukiman
aktual
kumuh.
kaitannya
dengan
kondisi
Perkembangan SIG dan PJ yang semakin
masyarakat.
Jika
jumlah
pesat menjadi alternatif pemecahan masalah
permukiman kumuh di daerah perkotaan
spasial dengan cepat dan tepat. Salah satu
meningkat, maka kondisi masyarakatnya
nya yaitu memanfaatkan Citra Quickbird
akan sangat rentan terhadap jenis penyakit.
yang memiliki resolosi spasial yang tinggi
Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh
dibandingkan
kondisi
lainyya.
kesehatan
lingkungan
permukiman
yang
kurang sehat. Masalah inilah harus menjadi
2
dengan
citra-citra
satelit
Kecamatan
Sragen
merupakan
ibukota
secara
administratif
kabupaten
Tingginya
Sragen,
jumlah
berpengaruh
pada
penduduk
angka
sangat
kepadatan
sehingga tingkat mobilitas serta kepadatan
penduduk serta kepadatan permukiman. Hal
penduduknya jauh lebih tinggi dibandingkan
inilah yang memicu munculnya lokasi-lokasi
dengan
di
kumuh yang rentan terhadap berbagai jenis
kabupaten Sragen. Fasilitas umum seperti
penyakit karena kondisi terbatasnya ruang
transportasi, pasar, toko, sekolah, rumah
lahan untuk permukiman. Sehingga sebagian
sakit serta pelayanan publik lainnya mudah
masyarakat memilih untuk membangun
di peroleh di kecamatan ini. Kondisi inilah
rumah seadanya dengan kondisi lingkungan
menjadi
yang kotor dan tidak terawat.
kecamatan
salah
lain
satu
yang
faktor
ada
pendorong
tingginya kepadatan penduduknya namun
Berdasarkan latar belakang permasalahan
tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan
diatas
untuk bermukim. Berdasarkan data Badan
hingga
tahun
2010
dalam
peningkatan
yang
cukup
berkaitan
3. Apakah terdapat hubungan antara kualitas
63,97 km². Tingkat pertambahan penduduk
mengalami
yang
spasial
di Kecamatan Sragen?
lebih 423 jiwa/km² dengan luas wilayah
tahun
informasi
2. Bagaimana kondisi kualitas permukiman
km² dan terendah di kecamatan Jenar kurang
setiap
diharapkan
dengan kualitas permukiman?
2.432 jiwa/km² dengan luas wilayah 27,27
Sragen
menyajikan
parameter-parameter
tertinggi di kecamatan Sragen kurang lebih
kecamatan
ini
1. Bagaimana keefektifan citra Quickbird
mencapai
883.464 jiwa, dengan tingkat kepadatan
di
penelitian
mampu menjawab permasalahan mengenai :
Pusat Statistik, jumlah penduduk kabupaten
Sragen
maka
permukiman terhadap kondisi kesehatan
masyarakat di Kecamatan Sragen?
signifikan. Berdasarkan data dari Badan
Tujuan penelitian :
Pusat Statistik pada tahun 2008 kecamatan
1. Menguji
ini mempunyai jumlah penduduk sebesar
keefektifan
citra
Quickbird
dalam menyajikan informasi parameter-
65.651 jiwa, pada tahun 2009 mengalami
parameter yang berkaitan dengan kualitas
peningkatan menjadi 65.816 jiwa dan data
permukiman.
data terbaru untuk tahun 2010 jumlah
2. Mengetahui
penduduknya mencapai 66.321 jiwa. Jumlah
kondisi
tingkat
kualitas
permukiman di Kec.Sragen Kab.Sragen.
penduduk ini merupakan jumlah penduduk
3. Mengetahui
total dimana meliputi angka kelahiran,
permukiman
kematian, imigrasi dan emigrasi.
hubungan
terhadap
kualitas
kesehatan
Masyarakat di Kec.Sragen Kab.Sragen.
3
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
bobot yang berbeda. Besarnya nilai yang
dijadikan sebagai bahan masukan kepada
diberikan,
pemerintah
bahan
kecilnya tingkat pengaruh pada kualitas
suatu
permukiman. Untuk mengetahui tingkat
serta
pertimbangan
dalam
dijadikan
membuat
dipengaruhi
kebijakan dan rencana penataan ruang
kualitas
wilayah terutama di kecamatan Sragen.
parameter
yang
Manfaat
overlay.
Overlay
lain
yang
diperoleh
yaitu
terhadap
permukiman,
pemanfaatan informasi spasial dari sebuah
memperoleh
citra guna mengkaji informasi keterkaitan
permukiman.
maka
digunakan
seluruh
dilakukan
dilakukan
peta
besar
guna
tentativ
kualitas
masyarakat
dinilai
kualitas permukiman terhadap kesehatan
Kondisi
masyarakat.
berdasarkan banyaknya jumlah penderita
METODE PENELITIAN
penyakit,
Terdapat beberapa parameter yang dapat
penduduk.
parameter kesehatan lingkungan. Parameter
penulis
data
kualitas
menggunakan
analisis
statistik
dapat melihat hubungan antara variabel satu
parameter kesehatan lingkungannya dapat
daerah
dua
menggunakan metode korelasi. Metode ini
dan kondisi halaman permukiman. Untuk
potensi
Dari
hubungan diantara keduanya, dalam hal ini
kondisi jalan masuk atau aksesibilitasnya
dari
untuk
maka kita dapat melihat apakah terdapat
permukiman,
ukuran jalan masuk blok permukiman,
dilihat
digunakan
permukiman serta kesehatan masyarakat
fisik terdiri dari kepadatan permukiman,
pola
ini
(IR) atau angka kejadian penderita penyakit
permukiman yaitu parameter fisik dan
vegetasi,
data
menghitung besarnya nilai Incident Rate
digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
kerapatan
kesehatan
dengan variabel lainnya.
banjirnya,
sanitasi, tempat pembuangan sampahnya,
Pengharkatan
dan kualitas air minumnya.
parameter
kualitas
permukiman yang digunakan.
Kepadatan permukiman
Secara matematis kepadatan permukiman
Metode yang digunakan yaitu pengharkatan
berjenjang tertimbang. Setiap parameter
dapat diketahui dengan :
yang digunakan akan memiliki nilai atau
=
Tabel 1 klasifikasi kepadatan permukiman
Harkat
Kepadatan permukiman
1
Rendah < 40 %
Sedang 40% - 60%
2
luas atap blok permukiman
x 100%
luas blok permukiman
keterangan
Baik
Sedang
4
Padat > 60%
3
Jelek
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Der. PU dalam Raharjdo tahun 1989
Tabel 2 klasifikasi pola permukiman
Harkat
Keterangan
>50% (Teratur) Hampir seluruh rumah menghadap jalan, dan
bentuk rumah relatif seragam
25% - 50% (Semi teratur) Hampir semua rumah menghadap ke
jalan, dan bentuk rumah agak seragam.
1
Baik
2
Sedang
< 25% (tidak teratur) Sebagian rumah saja yang menghadap ke
jalan, dan bentuk rumah tidak seragam.
3
Buruk
Tata letak (pola permukiman )
Sumber : Suharyadi (2008, dalam sholihah 2010) dengan perubahan
Tabel 3 klasifikasi Lebar Jalan Masuk
Lebar jalan masuk
Harkat
Keterangan
1
Baik
4 m – 6 m Dapat dilalui 1 – 2 mobil
2
Sedang
< 4 m Dilalui 1 mobil atau kendaraan roda dua
3
Jelek
6 m Dapat dilalui 2 – 3 mobil
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU dalam Raharjdo tahun 1989
Tabel 4 Klasifikasi Aksesibilitas
Aksesibilitas
Harkat
Keterangan
> 50% Jalan diperkeras
1
Baik
25% - 50% Jalan diperkeras
2
Sedang
< 25% Jalan yang diperkeras
3
Jelek
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU
Tabel 5 Klasifikasi kondisi halaman rumah
Kondisi halaman
Harkat
> 50 % dalam blok terdapat halaman rumah yang luas dan
terawat dengan baik.
1
Baik
< 50 % dalam blok terdapat halaman rumah sempit dan kurang
terawat dengan baik atau terdapat halaman rumah luas tidak
terawat.
Dalam blok tidak terdapat halaman rumah
2
Sedang
3
Jelek
Sumber : Djaka Marwasta (2001
Kerapatan Vegetasi / pohon pelindung
Secara matematis kerapatan vegetasi dapat diketahui dengan :
=
Keterangan
Seluruh luas tutupan pohon pelindung
x 100%
luas blok permukiman
5
Tabel 6 klasifikasi kerapatan vegetasi
Kerapatan Vegetasi
Harkat
Keterangan
50%
1
Baik
25 % - 50%
2
Sedang
< 25%
3
Jelek
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU dalam Raharjdo tahun 1989
Tabel 7 klasifikasi Kualitas Air Minum
Persediaan air bersih
Harkat
Keterangan
Memenuhi > 50% dari keluarga yang ada pada unit pemetaan
menggunakan air dari PAM dan selebihnya menggunakan sumur
sebagai air bersih
1
Baik
Sedang 25% - 50% dari keluarga yang ada pada unit pemetaan
menggunakan air dari PAM dan selebihnya menggunakan sumur
sebagai sumber air bersih
2
Sedang
Kurang memenuhi < 25% dari keluarga yang ada pada unit
pemetaan menggunakan air dari PAM dan selebihnya
menggunakan sumur sebagai sumber air bersih
3
Jelek
Sumber : pedoman perencanaan lingkungan permukiman kota, DPU (1979 dengan perubahan) dalam praditina
Tabel 8 Klasifikasi penilaian sanitasi
Kondisi Sanitasi
Harkat
Keterang
Memenuhi Lebih dari 50% keluarga pada unit pemetaan memiliki
kakus /WC dilengkapi dengan sapitank atau terdapat saluran
pembuangan limbah rumah tangga dan berfungsi dengan baik.
1
an
Baik
Sedang 25% - 50% keluarga pada unit pemetaan memiliki kakus /WC
dilengkapi dengan sapitank atau terdapat saluran pembuangan limbah
rumah tangga dan berfungsi dengan baik.
2
Sedang
Kurang memenuhi Kurang dari 25% keluarga pada unit pemetaan
memiliki kakus /WC dilengkapi dengan sapitank atau terdapat saluran
pembuangan limbah rumah tangga tapi tidak berfungsi dengan baik.
3
Jelek
Sumber : pedoman perencanaan lingkungan permukiman kota, DPU (1979 dengan
praditina.
Tabel 9 Klasifikasi Tempat Pembuangan Sampah
Kondisi TPS
Harkat
Rutin terlayani fasilitas
1
Dibakar / dibuang disekitar
2
Di buang keselokan / sungai
3
Sumber : DPU (1987), socki ( 1993) dalam marwasta 2001
6
perubahan)
Keterangan
Baik
Sedang
Jelek
dalam
Tabel 10 Klasifikasi daerah genangan Banjir
Daerah Genangan banjir
Harkat
Keterangan
Sedikit / tidak pernah, jarak sungai >1 km
1
Baik
25%-50% wilayah mengalami banjir, jarak Sungai 0,5 km – 1 km
2
Sedang
3
Buruk
50% wilayah mengalami banjir, jarak sungai < 0,5km
Sumber : Ditjen cipta karya, Dep.PU, dalam Rahardjo tahun 1989
Tabel 11 Pembobotan parameter kualitas permukiman
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Parameter
Kepadatan permukiman
Pola permukiman
Lebar jalan masuk
Kondisi jalan masuk / aksesibilitas
Kondisi halaman
Jumlah pohon pelindung
Kualitas air minum
Sanitasi
Tempat pembuangan sampah
Daerah genangan banjir
Bobot
3
1
3
2
2
2
3
3
2
2
Sumber : DPU (1987) dalam Marwasta (2001) dengan perubahan
Parameter
diatas
digunakan
untuk
dibidang spasial atau keruangan. Salah satu
mengetahui kondisi kualitas permukiman di
aplikasi
Kec.Sragen,
melihat
mengetahui hubungan kualitas permukiman
tingkat kesehatan masyarakatnya di lihat
terhadap kesehatan masyarakat. Dalam hal
berdasarkan nilai IR nya. Incident Rate
ini diperlukan data-data spasial yang dapat
menunjukkan
dilakukan interpretasi menggunakan citra
penderita
sedangkan
untuk
perbandingan
terhadap
digunakan
yaitu
untuk
jumlah
Quickbird. Citra ini dipilih karena resolusi
penduduk di wilayah tersebut. Perhitungan
spasial yang tinggi yaitu 2,44 meter dengan
Incident Rate dapat menggunakan formula
cakupan wilayah 165km x 165km. Local
dibawah ini :
knowledge (pengetahuan daerah sekitar)
K:
penyakit
banyaknya
yang
juga sangat berperan dalam melakukan
�ℎ
� � � �
� �
�
konstanta
100
atau
1000
�ℎ
penyadapan informasi pada citra Quickbird.
Tingkat kevalidtan data yang diperoleh pun
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi di bidang SIG dan
akan
PJ
daerah kajian interpretasi. Dalam hal ini
yang
semakin
pesat,
berbeda
hasilnya
dibandingkan
dengan interpreter yang kurang memahami
memberikan
kemudahan kita dalam melakukan analisis
perlu
7
dilakukan
reinterpretasi
obyek,
dengan melakukan cek lapangan sekaligus
tingkat kualitas permukiman baik sebesar
uji ketelitian terhadap hasil interpretasi. Uji
2,059651 km², dengan tingkat persebaran
ketelitian sangat diperlukan apakah telah
hampir sebagian besar didominasi pada
sesuai hasil interpretasi dengan kondisi
wilayah perkotaan seperti Sragen wetan,
sebenarnya dilapangan. Berdasarkan hasil
Sragen tengah dan Sragen kulon. Meskipun
dari uji ketelitian diperoleh tingkat ketelian
daerah
interpretasi
permukimannya
seluruh
yang
cukup
parameter
baik
yang
dimana
digunakan
perkotaan,
dibandingkan
tingkat
jauh
pada
kualitas
lebih
daerah
baik
perdesaan.
ketelitian interpretasi diatas 75%.
Dikarenakan kondisi fisik permukiman
Tabel 12 uji ketelitian
serta kondisi kesehatan lingkunggannya
Parameter
Kepadatan permukiman
Pola permukiman
Lebar jalan masuk
Kondisi jalan masuk
aksesibilitas
Kondisi halaman
Jumlah pohon pelindung
Kualitas air minum
Sanitasi
Tempat
pembuang
sampah
Daerah genangan banjir
telah memenuhi sarat kualitas permukiman
Uji ketelitian
89 %
80%
83,3%
75%
yang baik. Untuk kualitas permukiman
buruk memiliki luas 1,027244 km², hampir
sebagian besar kualitas permukiman buruk
berada pada daerah bantaran sungai, baik
82,3%
84,21%
85,7%
90%
93,3%
yang berada didaerah perkotaan maupun
perdesaan.
Terdapat
beberapa
faktor
yang
menyebabkan pernukiman yang ada pada
100%
daerah bantaran sungai, memiliki kualitas
Hasil analisis Kondisi kualitas permukiman
permukiman
sragen menggunakan citra Quickbird dan
kesehatan
survey lapangan
diperoleh tiga kelas
menuhi sarat kesehatan, dimana sampah
kualitas permukiman yaitu kelas baik,
dibuang ke sungai, limbah-limbah rumah
sedang dan buruk. Kualitas sedang jauh
tangga
lebih mendominasi yaitu dengan luas
terkadang terdapat beberapa rumah yang
wilayah
Kualitas
masih buang air besar di sungai, kondisi ini
permukiman sedang menyebar di seluruh
menyebabkan beberapa bakteri penyakit
wilayah mulai dari desa Sine, Sragen kulon,
dapat berkembang biak dengan baik di
Sragen tengah, Sragen wetan, Nglorog,
wilayah ini. Sebagai contoh wilayah yang
Karangtengah, Tangkil, dan Kedungpit.
berada
Presentase luas wilayah yang mempunyai
Teguhan, Kauman, Batu, Pecing), bantaran
6,538122
Km².
yang
lingkunganya
dialirkan
pada
kali mungkung.
8
buruk.
ke
bantaran
Kondisi
yang
sungai
kali
kurang
bahkan
garuda
(
Fenomena yang cukup menarik untuk
wilayah kelurahan Sragen kulon, Sragen
diamati mengenai kualitas permukiman di
tengah dan Sragen Wetan hampir sebagian
Kec.Sragen yaitu agihan spasial kualitas
besar kualitas baik berada di wilayah ini.
permukimannya. Dimana pada daerah yang
Meskipun berda dipusat-pusat kota kab
berada di dekat kantor desa/kelurahan,
Sragen tingkat kualitas permukimannya
fasilitas-fasilitas umum memiliki tingkat
sangat layak untuk di huni.
kualitas yang cukup baik. Sebagai contoh
Gambar 1 Peta Kualitas Permukiman Kec.Sragen
9
Tabel 14 Perhitungan Incident Rate (IR) untuk seluruh penyakit
Desa
Jumlah
Total angka
IR
penduduk
5649
Sine
Keterangan
kesakitan
87
1,54
Sedang
Sragen kulon
15524
120
0,77
Rendah
Sragen tengah
7761
121
1,56
Sedang
Sragen wetan
14564
133
0,91
Rendah
Nglorog
6282
60
0,96
Rendah
Karang tengah
5333
112
2,10
Tinggi
Tangkil
4781
77
1,61
Rendah
Kedungpit
5922
78
1,32
Sedang
Berdasarkan hasil kalsifikasi IR untuk total
dan yang terakhir desa Karang tengah masuk
seluruh jenis penyakit diatas, maka dapat
kedalam kelas tinggi. Nilai IR di sini
diketahui
kesehatan
menunjukkan banyaknya penderita dalam
masyarakat Kecamatan Sragen yang cukup
100 penduduk di setiap desa, semakin besar
berfariasi. Dimana empat desa masuk
nilai
kedalam kelas rendah yaitu desa Sragen
kesehatanya buruk. Sebagai contoh untuk
Kulon, Sragen Wetan, Nglorog dan Tangkil.
desa Sine dimana nilai IR nya 1,54,
Untuk desa Sine, Sragen tengah dan
sehingga disetiap 100 penduduk terdapat
Kedungpit masuk kedalam kelas sedang,
1,54
tingkat
kondisi
IR
nya
maka
orang
kondisi
tingkat
penderita.
Tabel 14 Persentase kualitas permukiman dan kondisi kesehatan masyarakat di kecamatan
Sragen ( Incident Rate jumlah total penyakit)
Desa
Baik %
Sedang
Buruk %
Incident Rate
Kelas Incident
%
(IR)
Rate (IR)
Sine
11,55
65
19,78
1,54
2
Sragen kulon
35,31
65
0
0,77
1
Sragen tengah
42,78
54
1,71
1,56
2
Sragen wetan
43,32
51
5,26
0,91
1
Nglorog
14,13
78
4,69
0,96
1
Karang tengah
8,28
68
24,19
2,10
3
Tangkil
0,78
86
13,88
1,61
1
Kedungpit
0,27
84
15,37
1,32
2
10
Kondisi kualitas permukiman di kecamatan
sedang. Jika dilihat dari kondisi kualitas
Sragen lebih di dominasi pada kelas sedang,
permukimannya,
dimana dapat diartikan kualitas permukiman
memiliki persentase kualitas permukiman
di kecamatan ini masih sangat layak untuk
buruk cukup fariatif. Dimana untuk desa
di huni dan digunakan sebagai daerah
Sine dan Kedungpit diatas 15%, tetapi untuk
permukiman. Untuk wilayah kota seperti
Kelurahan
kelurahan Sragen kulon, Sragen tengah, dan
permukiman buruknya hanya 1,71%. Dari
Sragen wetan masih banyak terdapat blok-
hasil ini Kelurahan Sragen tengah dapat
blok
diketahui
permukiman
dengan
kualitas
ketiga
Sragen
bahwa,
wilayah
tengah
ini
kualitas
antara
kualitas
kondisi
kesehatan
permukiman bagus kurang lebih diatas 35%
permukiman
dari blok permukiman yang ada, meskipun
masyarakatnya tidak terdapat hubungan, hal
tingkat kepadatannya tinggi.
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
dengan
Secara umum kondisi kesehatan masyarakat
Kondisi kualitas permukiman yang bagus
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik
akan di tunjang dengan kondisi kesehatan
dari permukiman saja namun pola hidup
masyarakatnya yang bagus pula, dimana
sehat pun juga sangat berpengaruh dalam
dapat di buktikan dengan nilai Icident Rate
menentukan kondisi kesehatan masyarakat.
(IR). Berdasarkan dari hasil peta kualitas
permukiman desa Karangtengah, merupakan
Kelurahan Sragen Kulon, Sragen wetan,
salah satu desa yang mempunyai luas
Nglorog dan Desa Tangkil mempunyai nilai
kualitas permukiman terburuk paling besar
IR rendah serta kualitas permukiman buruk
yaitu mencapai 24,19%. Hal ini di buktikan
cukup kecil dibawah 6% kecuali untuk desa
pula dengan hasil nilai IR untuk jumlah
Tangkil mencapai 13,88%. Kondisi desa
seluruh penyakit, dimana dalam setiap 100
Tangkil hampir sama dengan kondisi Sragen
penduduk di desa ini terdapat 2,10 penderita.
Tengah, dimana kualitas permukiman tidak
Untuk nilai IR 2,10 sudah masuk kedalam
memiliki
kelas tinggi. Sedangkan untuk desa Sine,
kesehatan
Kedungpit dan kelurahan Sragen Tengah,
kesehatan masyarakat disini dapat bersifat
dan mempunyai nilai IR dengan kelas
relatif, dimana pada sebagian masyarakat
dimungkinkan ketika dirinya sakit tidak
membandingkan dua data dalam tabel,
melaporkan diri ke pusat kesehatan seperti
namun untuk memperoleh hasil yang valid
puskesmas sehingga tidak terdata. Analisis
perlu dilakukan uji statistik data.
kualitas permukiman terhadap kesehatan
masyarakat tidak sekedar dilihat dengan
11
keterkaitan
dengan
masyarakatnya.
kondisi
Kondisi
Tabel 15 Hasil uji statistik menggunakan
(tailed) = 0,037 lebih kecil dari nila alpha
metode korelasi
nya. Hasil uji statistik diatas menunjukkan
Presentase
Pearson
kualitas
Correlation
Presentase
Incide
hubungan yang kuat dimana dapat diartikan
kualitas
nt Rate
bahwa jika kualitas permukiman buruk
buruk
(IR)
1
0,783*
meningkat maka nilai Incident Rate (IR)
akan
meningkat
juga.
Seperti
telah
dipaparkan di depan bahwa IR digunakan
buruk
Sig. (2-tailed)
0,037
sebagai
masyarakat, semakin besar nilai IR maka
N
8
7
Incident
Pearson
0,783
1
Rate
Correlation
tingkat
7
kesehatan
tingkat
kesehatan
masyarakatnya
akan
rendah.
Sig. (2-tailed) 0,037
N
ukuran
7
Untuk meningkatkan kondisi kesehatan
Keterangan :
masyarakat yang baik maka beberapa hal
α
: 0,05
yang perlu dilakukan diaantaranya yaitu
Korelasi hitung
: 0,783
slalu menjaga kondisi kualitas lingkungan
n (banyaknya data)
:7
permukiman. Lingkungan yang nyaman dan
Korelasi tabel
: 0,666
sehat akan memunculkan perilaku hidup
Korelasi positif kuat : perhitungan korelasi
yang sehat pula, di mulai dari hal-hal yang
mendekati +1/sama dengan +1
kecil
Korelasi negatif kuat : perhitungan korelasi
tempatnya.
mendekati -1 / sama dengan -1
Tidak ada korelasi
: perhitungan korelasi
0 / sama dengan 0
Berdasarkan tabel
uji
statistik dengan
metode korelasi dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara kualitas
permukiman tehadap kesehatan masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan melihat hasil uji
statistik bahwa korelasi (r) hitung lebih
besar dari r tabel dengan n = 7 , selain itu
kita juga dapat melihat dari nilai sig.2
12
seperti
membuang sampah pada
Gambar 2 Peta Analisis Hubungan Kualitas Permukiman terhadap
Kesehatan Masyarakat Kec.Sragen
kondisi
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
permukiman
kepadatan permukiman 89,2% , kerapatan
pada penelitian ini, maka dapat diambil
vegetasi
kesimpulan sebagai berikut :
80%,
lebar
jalan
masuk
lingkungan permukiman 83,3% , kondisi
1. Citra Quickbird memiliki tingkat resolusi
jalan masuk lingkungan permukiman
spatial yang tinggi, sehingga memberikan
75%, kondisi pola permukiman 82,3% ,
kemudahan interpretasi yang bersifat
kondisi halaman permukiman 84,21% ,
spatial. Khususnya menyadap informasi
untuk
kualitas
suatu wilayah, dengan hasil ketelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
variabel-variabel
tingkat
sanitasi 85,7% , kualitas air minum 90% ,
menentukan
daerah banjir 93,3% dan TPS 90%.
13
2. Kualitas
permukiman
di
kecamatan
1.Data
yang
digunakan
sebagai
Sragen masih layak digunakan dimana
pembanding antara kualitas permukiman
kualitas
terhadap kondisi kesehatan masyarakat
baik
mencapai
dengan
mencapai
luas
wilayah
2.059.651
m²,
hendaknya digunakan tahun yang sama,
kualitas sedang dengan luas wilayah
sehingga dapat diperoleh hasil yang valid.
6.538.122 m², serta kualitas buruk luas
2. Local knowledge (pengetahuan daerah
wilayahnya hanya 1.027.244 m² dengan
kajian) sangat di butuhkan seorang
agihan daerah bantaran sungai.
interpreter, agar informasi yang diperoleh
dapat sesuai dengan kondisi dilapangan
3. Kondisi kualitas permukiman memiliki
hubungan
terhadap
masyarakat,
hal
ini
meskipun
kesehatan
hubungan
positif
perlu
dilakukan
reinterpretasi pada saat cek lapangan.
ditunjukkan
3. Terdapat
berdasarkan hasil uji statistik bahwa
terdapat
nantinya
beberapa
parameter
yang
informasinya tidak dapat diperoleh dari
keduanya,
dimana nilai r hitung = 0,783 lebih besar
interpretasi
dari nilai r tabel = 0,666.
dilakukan cek lapangan baik dilakukan
dengan
B. SARAN
citra,
pengamatan
sehingga
visual
perlu
maupun
wawancara langsung kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Sragen Dalam Angka 2009/2010, Data
Statistik. Kabupaten Sragen : Sragen
Bintarto. 1977. Interpretasi Foto Udara dan Study Kekotaan. Fakultas Geografi, UGM :
Yogyakarta
Bintarto. 1984. Interaksi Desa – Kota dan Permasalahanya. Penerbit Ghalia Indonesia :
Jakarta Timur
Budihardjo, Eko. 1984. Sejumlah Masalah Permukiman Kota . Penerbit alumni: Bandung.
Budi, Waluyo. 2009. Perubahan Orientasi Penggunaan Rumah Di Kelurahan Ngringi
Kecamatan Jaten Kabupaten karanganyar. Skripsi. Fakultas Geografi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta : Surakarta
Danoedoro, Projo. 1999. Pedoman Praktikum Penginderaan jauh Dasar. Yogyakarta:
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Desmaniar, Lydia. 2009. Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografi
Untuk Kualitas Permukiman Di Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta. Tugas Akhir.
Fakultas Geografi, UGM : Yogyakarta
14
Dinkesbanggai.wordpres.com/2009/1/13 Tanggal akses 1 April 2011, Pukul 22.30
Haning, Romdiati, dkk. 2007. Mobilitas Penduduk Temporer di Permukiman Kumuh Kota
Surabaya : Pengelolaan dan Konteknya Terhadap Penataan Lingkungan. Jakarta: LIPI
Harahap , Barlin. 2007. Pemanfaatan Citra Quicbird Dan Sistem Informasi Geografi untuk
Pemetaan Kualitas Permukiman Di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta . Tugas Akhir.
Fakultas Geografi, UGM : Yogyakarta.
Hasyim, Fuad. 2010. Kajian Agihan Dan Prioritas Perbaikan Permukiman Kumuh Di
Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta . Skripsi. Fakultas Geografi,
UGM : Yogyakarta
Irianto, Agus. 2004. STATISTIK Konsep Dasar dan Aplikasinya . Prenada Media : Jakarta
Lillsand, T. M and R.W. Kiefer. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra .
Terjemahan.1990. Gadjah Madha University Press. Yogyakarta
Marwasta, Djaka. 2001. Perkembangan Permukiman Kumuh Di Kota Yogyakarta tahun 1970
– 2000. Tesis. Fakultas Geografi, UGM : Yogyakarta
Purwanto, Hery Taufik. 2007. Petunjuk Praktikum Sistem Penginderaan Jauh Non Foto.
Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit
Informatika Bnadung : Bandung
Pratidina, Eka Dety. 2004. Kajian Agihan Permukiman Kumuh Menggunakan Citra Satelit
Ikonos Di Kota Yogyakarta . Skripsi. Fakultas Geografi, UGM : Yogyakarta
Rahardjo. Noorhadi. 1989. Penggunaan Foto Udara Untuk Mengetahui Kualitas Lingkungan
Permukiman Di Kotamadya Magelang Dalam Hubungannya Dengan Kondisi Sosial
Ekonomi Penghuni. Thesis S2. Pascasarjana. UGM. Yogyakarta
Suharyadi, 2009. Bahan Ajar Analisis Data Dan Pemodelan Spatial. Yogyakarta : Fakultas
Geografi UGM.
Sutanto. 1995. Penginderaan Jauh Dasar . Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta
Sholihah, Nisau Romandhona Fahrul. 2010 . Pemanfaatan Citra Satelit Quickbird Dan SIG
Untuk Mengkaji Hubungan Permukiman Kumuh Dengan Kondisi Kesehatan Lingkungan
Di Kecamatan Serengan Surakarta Kota Surakarta. Skripsi. Fakultas Geografi, UGM :
Yogyakarta
Spesifikasi Software ArcGIS. www. ENSRI. com Tanggal Akses 3 April Pukul 19.00
UPTD Puskesmas Kecamatan Sragen. 2010. Buku Laporan kesehatan Tahunan 2010.
Kabupaten Sragen
www. Sragen Kab. go.id
15